Sistem Penunjang Keputusan Pembangunan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang

(1)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

Oleh

DHANI SATRIA WIBAWA F34101074

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

Oleh

DHANI SATRIA WIBAWA F34101074

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

DHANI SATRIA WIBAWA F34101074

Dilahirkan di Bojonegoro, 1 September 1982

Tanggal Lulus : November 2007

Disetujui, Bogor, Januari 2008

Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA Dosen Pembimbing


(4)

Dhani Satria W. F34101074. Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA.

RINGKASAN

Kentang merupakan salah satu produk pertanian yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan turunannya. Makanan-makanan berbasis kentang ini memiliki nilai tambah yang lebih tinggi daripada kentang itu sendiri. Agroindustri keripik kentang merupakan salah satu industri pengolah kentang yang cukup potensial. Untuk mendukung pemilihan dan pengembangan agroindustri berbasis kentang yang tepat maka dibutuhkan suatu sistem penunjangnya.

Sistem penunjang keputusan merupakan salah satu pendekatan ilmiah yang dapat digunakan dari berbagai alternatif keputusan. Pengembangan sistem penunjang keputusan dapat membantu pengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Tujuan penelitian ini adalah merancang model sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang serta memberikan alternatif keputusan investasi produk agroindustri berbasis kentang yang paling potensial dan tepat.

Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang dikembangkan menjadi paket perangkat lunak komputer yang diberi nama PoDSS (Potato Decision Support System). Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi, yaitu: Sistem manajemen dialog, Sistem pengolahan pusat, Sistem manajemen basis data, dan Sistem manajemen basis model.

Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis model terdiri dari 5 sub model pendukung yaitu: Sub model pembobotan kriteria produk potensial, Sub model penentuan produk potensial, Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi, Sub model penentuan lokasi potensial, dan Sub model kelayakan finansial.

Sub model pembobotan kriteria produk potensial berguna untuk memberikan nilai pada kriteria produk potensial. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode eckenrode. Sub model penentuan produk potensial merupakan sub model yang berguna untuk mendapatkan produk potensial berdasarkan metode perbandingan eksponensial (MPE). Berdasarkan hasil perhitungan, skor tertinggi diperoleh produk keripik kentang. Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi berguna untuk memberikan nilai pada kriteria pemilihan lokasi. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode eckenrode. Sub model penentuan lokasi potensial digunakan dalam pemilihan lokasi potensial berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Lokasi potensial berdasarkan hasil perhitungan adalah daerah Pangalengan.


(5)

Sub model kelayakan finansial digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan agroindustri keripik kentang berdasarkan data finansial. Berdasarkan hasil perhitungan, agroindustri keripik kentang memiliki nilai NPV sebesar Rp. 51.038.439,-. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 49,57% yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yaitu 18%. Nilai B/C Ratio sebesar 7,41 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 7,41 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,97 tahun. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa agroindustri keripik kentang layak untuk dikembangkan.


(6)

Dhani Satria W. F34101074. Decision Support System for Small Scale Potato Agroindustrial Development. Supervised by Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA.

SUMMARY

Potato is one of agricultural product that can be processed into its derivative foods. These foods have higher value compared to the potato itself. Potato chip agroindustry is one of the potential industry in potato processing. To support the selection and the development of potato based agroindustry, supporting system is needed. Decision support system is one of the scientific approaches that can be used from several decision alternatives. Decision support system development can be used to help the decision maker about potato based agroindustry development plan. Objective of this research is to design decision support system model of small scale potato agroindustry thus giving the decision alternatives on potato based agroindustry product.

Decision Support System of Small Scale Potato Agroindustry is developed into computer software called PoDSS (Potato Decision Support System). This software is expected to help management in making a decision. PoDSS have four integrated system, dialog system, central processing system, data based system, and model based system. Dialog based system is the system that interact directly with user. Dialog based system can be seen when the software is running that is user interface. Central processing system is the main system that combines all of the system. Central processing system will manage the individual system to unite as a one whole system. Data based system comprise with two parts, static and dynamic data based. Model based system comprise of five supporting sub model, potential product criteria weighing sub model, potential product decision sub model, potential location criteria weighing sub model, potential location decision sub model, and financial feasibility sub model.

Potential product criteria weighing sub model beneficent to give value to potential product criteria. This sub model used eckenrode method. Potential product decision sub model beneficent to get the potential product based on MPE (Exponential Comparison Method). Based on calculation, potato chips get the highest score. Potential location criteria weighing sub model beneficent to give value to potential location criteria. This sub model used eckenrode method. Potential location decision sub model is used in potential location selection based on given alternatives. This sub model used MPE method. Potential location based on calculation is Pangalengan regency.

Financial feasibility sub model beneficent to analyze the potato chips agroindustry’s feasibility. Based on calculation, potato chips agroindustry has NPV value of Rp. 51.038.439,-. IRR value of 49,57% which mean IRR value is higher than bank’s interest rate of 18%. B/C Ratio of 7,41 which mean revenue generated as much as 7,41 times from cost and PBP value of 2,97 years. Calculation shows that potato chips agroindustry is reasonable to be developed.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 1 September 1982. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sujono dan Sri Mudjajati Rahaju. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita tamat tahun 1989, SD Negeri Kutorejo 1 Tuban tamat pada tahun 1995, Pada tahun 1998 penulis menamatkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Tuban kemudian penulis melanjutkan ke jenjang SMU di SMU Negeri 1 Tuban dan tamat pada tahun 2001. Penulis melanjutkan kuliah di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan antara lain anggota Himalogin divisi Public Relation, anggota Prompt[D:] sebagai koordinator seksi Sistem Operasi, Redaksi Berita Fateta, Ketua IPMRT dan anggota Forum Komunikasi Agroindustri. Kegiatan seminar dan pelatihan yang pernah diikuti antara lain Seminar Linux, peserta seminar Security Tutorial & Demo, pelatihan jurnalistik serta pelatihan komunikasi oleh Forum Komunikasi Agroindustri. Kegiatan dalam bidang akademik antara lain sebagai asisten dosen pada mata kuliah menggambar teknik, mata kuliah penerapan komputer, mata kuliah sistem informasi manajemen, dan mata kuliah minyak atsiri dan kosmetika. Penulis juga pernah membantu pembuatan Sistem Informasi Bangun Praja kerja sama PPLH IPB dengan Kementerian Lingkuhan Hidup sebagai anggota tim pembuatan profil TIN dan FATETA, serta pernah mengisi siaran radio di Radio Republik Indonesia-Bogor.


(8)

KATA PENGANTAR

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian ini. Beberapa pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini diantaranya adalah:

1. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA., selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya.

2. Dr. Erliza Hambali dan Dr. Dwi Setyaningsih selaku dosen penguji.

3. Bpk. Waluyo, Bpk Wildan, Bpk. Ayub, Ibu Ogi, Ibu Ani selaku ahli atas wawancara dan kerjasamanya.

4. Ibu, bapak, kakak dan adikku atas doa serta dukungan baik moril maupun materiil yang tak ternilai harganya.

5. Mas Mawan atas bantuannya dalam diskusi masalah konsep dan pembuatan software.

Rekan-rekan di Departemen Teknologi Industri Pertanian atas bantuan serta dorongan semangat selama penulis melakukan penelitian. Teman-teman semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2007


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

C. RUANG LINGKUP ... 2

D. OUTPUT DAN MANFAAT PENELITIAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. KENTANG 1. Karakteristik Kultivar Kentang dan Persyaratan Tumbuhnya ... 5

2. Panen dan Pascapanen ... 8

3. Perdagangan Kentang di Indonesia ... 9

B. AGROINDUSTRI 1. Agroindustri ... 10

2. Agroindustri Pengolahan Kentang ... 11

C. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN ... 13

D. KRITERIA INVESTASI ... 14

III. METODOLOGI ... 19

A. KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

B. PENDEKATAN SISTEM ... 21

1. Analisa Kebutuhan ... 21

2. Formulasi Permasalahan ... 22

3. Identifikasi Sistem ... 23

C. TATA LAKSANA ... 26

1. Jenis dan Sumber Data ... 26


(10)

3. Pengolahan dan Analisa Data ... 27

4. Perancangan Sistem ... 27

5. Implementasi ... 28

6. Verifikasi ... 28

IV. PEMODELAN SISTEM ... 29

A. KONFIGURASI MODEL PoDSS ... 29

B. RANCANG BANGUN MODEL ... 30

C. PAKAR ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Program Utama ... 34

B. Agroindustri Skala Kecil Keripik Kentang ... 43

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN


(11)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

Oleh

DHANI SATRIA WIBAWA F34101074

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN

AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

Oleh

DHANI SATRIA WIBAWA F34101074

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

DHANI SATRIA WIBAWA F34101074

Dilahirkan di Bojonegoro, 1 September 1982

Tanggal Lulus : November 2007

Disetujui, Bogor, Januari 2008

Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA Dosen Pembimbing


(14)

Dhani Satria W. F34101074. Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA.

RINGKASAN

Kentang merupakan salah satu produk pertanian yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan turunannya. Makanan-makanan berbasis kentang ini memiliki nilai tambah yang lebih tinggi daripada kentang itu sendiri. Agroindustri keripik kentang merupakan salah satu industri pengolah kentang yang cukup potensial. Untuk mendukung pemilihan dan pengembangan agroindustri berbasis kentang yang tepat maka dibutuhkan suatu sistem penunjangnya.

Sistem penunjang keputusan merupakan salah satu pendekatan ilmiah yang dapat digunakan dari berbagai alternatif keputusan. Pengembangan sistem penunjang keputusan dapat membantu pengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Tujuan penelitian ini adalah merancang model sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang serta memberikan alternatif keputusan investasi produk agroindustri berbasis kentang yang paling potensial dan tepat.

Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang dikembangkan menjadi paket perangkat lunak komputer yang diberi nama PoDSS (Potato Decision Support System). Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi, yaitu: Sistem manajemen dialog, Sistem pengolahan pusat, Sistem manajemen basis data, dan Sistem manajemen basis model.

Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis model terdiri dari 5 sub model pendukung yaitu: Sub model pembobotan kriteria produk potensial, Sub model penentuan produk potensial, Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi, Sub model penentuan lokasi potensial, dan Sub model kelayakan finansial.

Sub model pembobotan kriteria produk potensial berguna untuk memberikan nilai pada kriteria produk potensial. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode eckenrode. Sub model penentuan produk potensial merupakan sub model yang berguna untuk mendapatkan produk potensial berdasarkan metode perbandingan eksponensial (MPE). Berdasarkan hasil perhitungan, skor tertinggi diperoleh produk keripik kentang. Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi berguna untuk memberikan nilai pada kriteria pemilihan lokasi. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode eckenrode. Sub model penentuan lokasi potensial digunakan dalam pemilihan lokasi potensial berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Lokasi potensial berdasarkan hasil perhitungan adalah daerah Pangalengan.


(15)

Sub model kelayakan finansial digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan agroindustri keripik kentang berdasarkan data finansial. Berdasarkan hasil perhitungan, agroindustri keripik kentang memiliki nilai NPV sebesar Rp. 51.038.439,-. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 49,57% yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yaitu 18%. Nilai B/C Ratio sebesar 7,41 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 7,41 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,97 tahun. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa agroindustri keripik kentang layak untuk dikembangkan.


(16)

Dhani Satria W. F34101074. Decision Support System for Small Scale Potato Agroindustrial Development. Supervised by Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA.

SUMMARY

Potato is one of agricultural product that can be processed into its derivative foods. These foods have higher value compared to the potato itself. Potato chip agroindustry is one of the potential industry in potato processing. To support the selection and the development of potato based agroindustry, supporting system is needed. Decision support system is one of the scientific approaches that can be used from several decision alternatives. Decision support system development can be used to help the decision maker about potato based agroindustry development plan. Objective of this research is to design decision support system model of small scale potato agroindustry thus giving the decision alternatives on potato based agroindustry product.

Decision Support System of Small Scale Potato Agroindustry is developed into computer software called PoDSS (Potato Decision Support System). This software is expected to help management in making a decision. PoDSS have four integrated system, dialog system, central processing system, data based system, and model based system. Dialog based system is the system that interact directly with user. Dialog based system can be seen when the software is running that is user interface. Central processing system is the main system that combines all of the system. Central processing system will manage the individual system to unite as a one whole system. Data based system comprise with two parts, static and dynamic data based. Model based system comprise of five supporting sub model, potential product criteria weighing sub model, potential product decision sub model, potential location criteria weighing sub model, potential location decision sub model, and financial feasibility sub model.

Potential product criteria weighing sub model beneficent to give value to potential product criteria. This sub model used eckenrode method. Potential product decision sub model beneficent to get the potential product based on MPE (Exponential Comparison Method). Based on calculation, potato chips get the highest score. Potential location criteria weighing sub model beneficent to give value to potential location criteria. This sub model used eckenrode method. Potential location decision sub model is used in potential location selection based on given alternatives. This sub model used MPE method. Potential location based on calculation is Pangalengan regency.

Financial feasibility sub model beneficent to analyze the potato chips agroindustry’s feasibility. Based on calculation, potato chips agroindustry has NPV value of Rp. 51.038.439,-. IRR value of 49,57% which mean IRR value is higher than bank’s interest rate of 18%. B/C Ratio of 7,41 which mean revenue generated as much as 7,41 times from cost and PBP value of 2,97 years. Calculation shows that potato chips agroindustry is reasonable to be developed.


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 1 September 1982. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sujono dan Sri Mudjajati Rahaju. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita tamat tahun 1989, SD Negeri Kutorejo 1 Tuban tamat pada tahun 1995, Pada tahun 1998 penulis menamatkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Tuban kemudian penulis melanjutkan ke jenjang SMU di SMU Negeri 1 Tuban dan tamat pada tahun 2001. Penulis melanjutkan kuliah di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan antara lain anggota Himalogin divisi Public Relation, anggota Prompt[D:] sebagai koordinator seksi Sistem Operasi, Redaksi Berita Fateta, Ketua IPMRT dan anggota Forum Komunikasi Agroindustri. Kegiatan seminar dan pelatihan yang pernah diikuti antara lain Seminar Linux, peserta seminar Security Tutorial & Demo, pelatihan jurnalistik serta pelatihan komunikasi oleh Forum Komunikasi Agroindustri. Kegiatan dalam bidang akademik antara lain sebagai asisten dosen pada mata kuliah menggambar teknik, mata kuliah penerapan komputer, mata kuliah sistem informasi manajemen, dan mata kuliah minyak atsiri dan kosmetika. Penulis juga pernah membantu pembuatan Sistem Informasi Bangun Praja kerja sama PPLH IPB dengan Kementerian Lingkuhan Hidup sebagai anggota tim pembuatan profil TIN dan FATETA, serta pernah mengisi siaran radio di Radio Republik Indonesia-Bogor.


(18)

KATA PENGANTAR

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan dan kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian ini. Beberapa pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini diantaranya adalah:

1. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA., selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya.

2. Dr. Erliza Hambali dan Dr. Dwi Setyaningsih selaku dosen penguji.

3. Bpk. Waluyo, Bpk Wildan, Bpk. Ayub, Ibu Ogi, Ibu Ani selaku ahli atas wawancara dan kerjasamanya.

4. Ibu, bapak, kakak dan adikku atas doa serta dukungan baik moril maupun materiil yang tak ternilai harganya.

5. Mas Mawan atas bantuannya dalam diskusi masalah konsep dan pembuatan software.

Rekan-rekan di Departemen Teknologi Industri Pertanian atas bantuan serta dorongan semangat selama penulis melakukan penelitian. Teman-teman semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.

Bogor, September 2007


(19)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 2

C. RUANG LINGKUP ... 2

D. OUTPUT DAN MANFAAT PENELITIAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. KENTANG 1. Karakteristik Kultivar Kentang dan Persyaratan Tumbuhnya ... 5

2. Panen dan Pascapanen ... 8

3. Perdagangan Kentang di Indonesia ... 9

B. AGROINDUSTRI 1. Agroindustri ... 10

2. Agroindustri Pengolahan Kentang ... 11

C. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN ... 13

D. KRITERIA INVESTASI ... 14

III. METODOLOGI ... 19

A. KERANGKA PEMIKIRAN ... 19

B. PENDEKATAN SISTEM ... 21

1. Analisa Kebutuhan ... 21

2. Formulasi Permasalahan ... 22

3. Identifikasi Sistem ... 23

C. TATA LAKSANA ... 26

1. Jenis dan Sumber Data ... 26


(20)

3. Pengolahan dan Analisa Data ... 27

4. Perancangan Sistem ... 27

5. Implementasi ... 28

6. Verifikasi ... 28

IV. PEMODELAN SISTEM ... 29

A. KONFIGURASI MODEL PoDSS ... 29

B. RANCANG BANGUN MODEL ... 30

C. PAKAR ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Program Utama ... 34

B. Agroindustri Skala Kecil Keripik Kentang ... 43

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 47 LAMPIRAN


(21)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas komoditi

kentang ... 9 Tabel 2. Nilai nutrisi keripik kentang per 100 gram ... 12 Tabel 3. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria produk potensial .. 38 Tabel 4. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi ... 40 Tabel 5. Produksi kentang di tiga kecamatan potensial ... 41 Tabel 6. Asumsi model kelayakan ... 42 Tabel 7. Hasil analisa finansial keripik kentang ... 43


(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kurva pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas

komoditi kentang ... 10 Gambar 2. Struktur dasar sistem penunjang keputusan ... 14 Gambar 3. Kerangka konseptual penelitian ... 20 Gambar 4. Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem ... 22 Gambar 5. Diagram lingkar sebab akibat sistem penunjang keputusan

agroindustri skala kecil berbasis kentang ... 23 Gambar 6. Diagram input-output sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang ... 25 Gambar 7. Konfigurasi Model PoDSS ... 29 Gambar 8. Tampilan login PoDSS ... 35 Gambar 9. Tampilan utama sistem ... 35 Gambar 10. Menu informasi ... 36 Gambar 11. Menu administrasi ... 36 Gambar 12. Tampilan basis data statis PoDSS ... 37 Gambar 13. Tampilan basis data dinamis PoDSS ... 37 Gambar 14. Tampilan sub model pembobotan kriteria produk potensial ... 38 Gambar 15. Hasil perhitungan MPE produk unggulan ... 39 Gambar 16. Tampilan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi ... 40 Gambar 17. Hasil perhitungan lokasi potensial ... 41


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Peta kabupaten Bandung ... 52 Lampiran 2. Diagram alir level 0 ... 53 Lampiran 3. Diagram alir level 1 ... 54 Lampiran 4. Diagram alir level 2 ... 55 Lampiran 5. Surat pengantar kuisioner untuk penentuan produk unggulan

dan penentuan lokasi agroindustri ... 58 Lampiran 6. Kuisioner penentuan produk unggulan dan penentuan lokasi

Agroindustri ... 59 Lampiran 7. Asumsi kelayakan finansial agroindustri keripik kentang ... 63 Lampiran 8. Biaya-biaya ... 64 Lampiran 9. Biaya produksi ... 65 Lampiran 10. Laba rugi ... 66 Lampiran 11. Aliran kas ... 67 Lampiran 12. BEP ... 68 Lampiran 13. Hasil analisa kelayakan agroindustri kentang ... 69


(24)

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia termasuk salah satu negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah. Sebagai negara agraris, sektor pertanian memiliki peran yang relatif besar dalam roda perekonomian Indonesia. Peran ini dapat dicapai dengan salah satu cara yaitu melalui agroindustri. Agroindustri mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Agroindustri diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian, sehingga dapat bersaing baik di pasar lokal maupun pasar internasional.

Salah satu produk pertanian yang memiliki prospek relatif potensial adalah kentang (Solanum tuberosum L.). Di pasaran, kentang memiliki harga yang relatif stabil. Hal ini dikarenakan kentang merupakan produk yang dapat disimpan, berbeda dengan sayuran seperti tomat atau kubis. Kentang sebelum dikonsumsi harus diolah terlebih dahulu. Untuk pemakaian umum, kentang biasanya diolah menjadi makanan seperti perkedel, sambal kentang, ataupun sop. Beberapa produk olahan kentang diantaranya adalah keripik, kerupuk, tepung, dan kentang goreng.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk pengembangan produk ini adalah dengan mengembangkan agroindustri berbasis kentang, tetapi kenyataannya agroindustri berbasis kentang masih mengalami banyak kendala. Hal ini karena pertanian dan industri walaupun saling terkait tetapi mempunyai karakteristik yang berbeda. Hasil pertanian sebagai bahan baku industri tergantung pada alam dan bersifat musiman sehingga berpengaruh terhadap kontinuitas hasil produksi. Umumnya, produk pertanian juga hanya bisa berproduksi secara maksimal pada daerah-daerah tertentu saja. Disamping produk pertanian, petani juga perlu diperhatikan. Petani umumnya memiliki keterbatasan dalam akses informasi dan teknologi yang berkaitan dengan bisnisnya. Di sektor industri, kontinuitas bahan baku harus terjamin serta memiliki kualitas yang baik.


(25)

Dari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu sistem untuk menjembatani antara usahatani kentang dan agroindustri berbasis kentang sehingga saling mendukung. Agroindustri dapat memberikan informasi tantang varietas dan kualitas kentang yang diinginkan, jumlah permintaan serta harga yang ditawarkan kepada petani. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani untuk merencanakan varietas kentang yang ditanam maupun tingkat produksinya.

Dalam perencanaan, penggunaan perangkat lunak dapat membantu memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan. Pengembangan sistem penunjang keputusan dapat membantu pengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Sistem ini diharapkan mampu menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dan harus dipertimbangkan dalam pendirian agroindustri berbasis kentang ini.

B. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah:

1) Merancang model Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang.

2) Memberikan alternatif keputusan investasi produk agroindustri berbasis kentang yang paling potensial dan tepat.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian meliputi perencanaan agroindustri skala kecil berbasis kentang yang dilakukan mulai tahap mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh. Tahap berikutnya adalah perancangan sistem agroindustri kentang dan dilanjutkan dengan pembuatan program aplikasinya. Penelitian ini dilakukan dari perancangan model sistem sampai penerapannya melalui program aplikasinya.

Analisa model yang dilakukan dalam sistem adalah analisa pengembangan usahatani kentang dan analisa pengembangan agroindustri berbasis kentang. Analisa pengembangan usahatani kentang terdiri dari penentuan lokasi, dan penentuan produk kentang unggulan. Analisa


(26)

pengembangan agroindustri berbasis kentang berupa analisa kelayakan agroindustri berbasis kentang.

Jenis kentang yang dipilih adalah jenis kentang yang cocok dijadikan keripik karena agroindustri pengolah dalam sistem dibatasi hanya pada industri keripik kentang. Skala usaha agroindustri ini adalah skala kecil dan dengan pertimbangan modal yang lebih sedikit dan mampu menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar.

Data yang diperlukan merupakan data primer maupun data sekunder. Data primer didapat dari wawancara dengan pakar tanaman kentang serta pakar dalam usaha keripik kentang. Data sekunder didapat dari Biro Pusat Statistik, Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dan sumber lain yang relevan.

Pengkajian ini berbentuk paket perangkat lunak (software) yang dapat digunakan oleh suatu usahatani kentang ataupun agroindustri yang berbasiskan kentang.

D. OUTPUT DAN MANFAAT PENELITIAN

Hasil keluaran dari model sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang berupa sebuah paket perangkat lunak. Paket ini terdiri dari beberapa sub model, diantaranya yaitu: 1) Sub model lokasi, 2) Sub model produk unggulan, 3) Sub model analisa kelayakan finansial agroindustri skala kecil berbasis kentang.

Pengguna paket perangkat lunak ini diantaranya adalah: 1. Industri pengolah

Sistem dapat memberikan informasi kepada industri mengenai permintaan, tingkat produksi, harga, serta kelayakan finansial. 2. Investor

Sistem dapat membantu calon investor yang ingin bergerak dibidang industri kentang dengan memberikan informasi tentang harga, permintaan serta analisa kelayakan finansialnya.


(27)

3. Pemerintah

Sistem dapat membantu pemerintah dalam membuat perencanaan industri pengolahan kentang, terutama keripik kentang. Informasi yang bisa diberikan adalah penentuan lokasi, varietas yang sesuai, harga, tingkat produksi, serta analisis kelayakannya. Informasi permintaan, harga, dan tingkat produksi dapat membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan harga.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KARAKTERISTIK KULTIVAR KENTANG DAN PERSYARATAN TUMBUHNYA

Kentang (Solanum tuberosum L.) masih satu keluarga dengan cabai, tomat, dan paprika. Kentang termasuk dalam divisi Spermatophyta, sub divisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Tubiflorae, famili Solanaceae, genus Solanum, dan spesies Solanum tuberosum L. Beberapa subspesies dari spesies ini yaitu Katahdin, Sebago, dan Kennebec.

Kentang merupakan tanaman tahunan yang pendek, berbatang lemah tetapi memiliki cabang yang banyak. Berdaun majemuk menyirip, mahkota bunga berbentuk terompet dengan bagian atasnya berbentuk bintang. Warna bunganya bervariasi dari putih, merah muda, ungu, dan biru.

Kentang dihasilkan dari stolon. Stolon adalah bagian yang keluar dari batang akar atau akar utama. Pada awal pertumbuhannya, stolon terlihat seperti akar biasa tetapi biasanya warnanya lebih putih dan lebih panjang daripada akar cabang. Ketika panjang maksimal tercapai, stolon akan menggembung dan akan terus membesar sejalan dengan pertumbuhannya. Stolon akan menjadi umbi jika berada di dalam tanah tetapi jika muncul ke permukaan, stolon akan berubah menjadi tunas.

Tanaman yang berasal dari umbi biasanya menghasilkan stolon lebih banyak daripada bibit setek. Tanaman dari umbi akan mengeluarkan stolon sekitar umur 4 minggu. Umbi mulai terbentuk pada umur 40 hari dengan ukuran sebesar kelereng. Diameter umbi akan maksimal pada umur 60 hari setelah tanam (HST). Umur setelah 60 HST digunakan untuk menambah bobot umbi, biasanya sampai 90 HST.

1. Karakteristik Beberapa Kultivar Kentang

Terdapat banyak kultivar kentang yang dibudidayakan di Indonesia seperti Cipanas, Cosima, Segunung, Granola, Diamant, Desiree, Agria, Kondor, Alpha, Ajax, Catella, French Fries, Atlantic, Panda, Donata, Marita, Radosa, Arka, Eigenheimer, Rapan, Thung, Katela, Patrones, DTO-33, dan sebagainya.


(29)

Untuk keperluan industri dipilih kultivar yang memiliki syarat khusus. Syaratnya adalah umbi putih, berat jenis > 1,07; total solid > 20% dan kadar gula rendah. Karakteristik kentang seperti ini bila dijadikan keripik atau stik akan renyah dan tidak gosong. Kultivar yang memenuhi syarat ini adalah Atlantic, Hertha, dan Diamant. Untuk konsumsi di Indonesia, kultivar ini kurang diminati karena kurang enak bila diolah menjadi masakan. Masyarakat cenderung memilih kentang dengan warna kuning dan kadar gula yang lebih tinggi seperti Granola. Beberapa kultivar unggul diantaranya adalah:

a. Granola

Umbi berbentuk oval, kulit dan daging umbi berwarna kuning. Umur genjah (80-90 hari), dan tahan terhadap beberapa penyakit berbahaya. Potensi hasil tinggi, yakni dapat mencapai 30-35 ton per hektar.

b. Atlantic

Introduksi dari Australia. Pemegang lisensi tunggal di Indonesia adalah PT Indofood Sukses Makmur. PT Indofood bermitra dengan PT Politani (Kodel Grup) untuk perbanyakan bibit setek secara kultur invitro. Umbi berbentuk bulat seperti bola tenis, kulit kuning, dan daging umbi putih. Mata tunas sedikit. Tanaman rentan terhadap penyakit busuk bakteri (Pseudomonas solanacearum), busuk cendawan (Phytopthora infestans) dan nematoda Meloidogyne sp. Terutama di daerah kelembaban dan curah hujan tinggi seperti Sukabumi. Potensi hasil di Sukabumi rendah, tetapi petani di Batu, Malang melaporkan pernah mencapai hasil 40 ton/ha. Ukuran umbi dapat mencapai 700 g/butir dengan cita rasa yang sangat cocok untuk keripik kentang.

c. Cosima

Introduksi dari Jerman Barat. Umbi berbentuk bulat pipih, mata dangkal, permukaan rata, warna kulit kuning muda, dan warna daging kuning tua. Umur 100-101 hari. Cukup tahan terhadap penyakit busuk daun Phytopthora infestans, tetapi peka terhadap


(30)

penyakit layu bakteri Pseudomonas solanacearum. Potensi hasil 19-36 ton/ha, rata-rata 28,5 ton/ha.

d. Desiree

Umbi berbentuk bulat sampai oval, kulit merah, mata dangkal dan daging kuning kemerahan. Umur panen 100 hari. Peka terhadap penyakit busuk daun (Phytopthora infestans). Potensi hasil per hektar tinggi.

2. Kondisi Lingkungan Kentang

Kentang termasuk golongan tanaman yang tidak dapat tumbuh disembarang tempat. Sebelum mulai menanam kentang, diusahakan memilih lokasi yang tepat. Kondisi lingkungan yang cocok sangat berpengaruh terhadap tanaman.

Persyaratan tumbuh yang penting diperhatikan adalah tanah dan iklim. Faktor tanah mencakup kesuburan, tekstur, struktur, keasaman (pH), permeabilitas, porositas, dan biologi. Sementara faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani kentang adalah ketinggian tempat (altitude), curah hujan, radiasi surya, suhu udara, dan kelembaban udara. Topografi tanah penting pula diperhatikan.

1. Iklim

Kondisi lingkungan yang cocok dengan tanaman kentang adalah tempat yang berhawa dingin atau sejuk. Suhu udara yang diperlukan idealnya berkisar antara 15-18ºC pada malam hari dan antara 24-30ºC pada siang hari. Kentang dapat hidup pada ketinggian antara 500-3000 m dpl, tetapi ketinggian ideal untuk budidaya kentang adalah berkisar 1000-1300 m dpl. Kentang yang di tanam pada ketinggian kurang dari 1000 m dpl biasanya menghasilkan umbi yang lebih kecil.

Tanaman kentang juga dipengaruhi oleh curah hujan. Curah hujan yang diperlukan sekitar 1500 mm per tahun. Selain suhu, ketinggian dan curah hujan, angin ikut mempengaruhi umbi yang


(31)

dihasilkan. Angin yang terlalu kencang bisa merusak tanaman serta mempercepat penyebaran bibit penyakit.

2. Keadaan tanah

Tanah yang gembur dan sedikit berpasir serta mengandung humus tinggi merupakan media tanam yang baik untuk kentang. Tanah yang sedikit berpasir akan mudah diresapi air serta tidak menghalangi pertumbuhan umbi. Tanah demikian bisa menjaga kelembaban saat musim hujan. Kelembaban tanah yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%. Kelembaban tanah yang lebih dari 70% akan menyebabkan kentang mudah terserang penyakit busuk batang atau leher akar. Keasaman (pH) tanah yang cocok untuk kentang bervariasi tergantung dari varietasnya, tetapi umumnya tanah dengan pH antara 5-5,5 paling optimal untuk perkembangan kentang.

B. PANEN DAN PASCAPANEN

Kentang biasanya dapat dipanen pada umur 3-4 bulan setelah tanam, tergantung dari varietasnya. Tanaman kentang setelah berumur 100 hari, bagian atasnya akan mulai mengering yang menandakan umur tanaman sudah cukup tua. Kentang dalam kondisi seperti ini masih belum bisa dipanen karena kulit umbinya masih tipis dan mudah lecet. Tanaman kentang setelah mengering dibiarkan sampai seluruhnya kering, biasanya sekitar 7-15 hari kemudian baru dipanen. Pemanenan kentang biasanya dilakukan dengan cangkul atau garpu dan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak umbi.

Penanganan pascapanen biasanya meliputi seleksi dan penyimpanan. Dari seleksi akan didapat beberapa mutu kentang. Menurut Setiadi dan Nurulhuda (1993), mutu kentang bisa dibagi berdasarkan bobotnya. Jenis lokal dan granola dibedakan menjadi 4 golongan mutu, yaitu:

1. Mutu super (A) berbobot 301 gram ke atas. 2. Mutu besar (B) berbobot 100-300 gram. 3. Mutu sedang (C) berbobot 50-100 gram. 4. Mutu kecil (D) berbobot kurang dari 50 gram.


(32)

Penentuan mutu untuk kentang jenis french fries sedikit berbeda, yaitu: 1. Mutu super berbobot 400 gram ke atas.

2. Mutu A berbobot 250-400 gram. 3. Mutu B berbobot 100-250 gram. 4. Mutu C berbobot 60-100 gram. 5. Mutu D berbobot 30-60 gram.

C. PERDAGANGAN KENTANG DI INDONESIA

Kentang merupakan komoditi yang cukup berpotensi untuk dikembangkan dilihat dari permintaan pasar. Meskipun demikian, produksi maupun produktivitas kentang masih berfluktuasi. Produksi kentang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas komoditi Kentang di Indonesia

Luas Area Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Tahun

(Ha) (%) (Ton) (%) (Ton/Ha) (%)

1990 44.390 0,00 628.727 0,00 14,16 0,00 1991 39.620 -10,75 525.839 -16,36 13,27 -6,30 1992 48.852 23,30 702.584 33,61 14,38 8,36 1993 51.122 4,65 809.457 15,21 15,83 10,10 1994 56.057 9,65 877.146 8,36 15,65 -1,18 1995 62.388 11,29 1.035.260 18,03 16,59 6,05 1996 69.946 12,11 1.109.560 7,18 15,86 -4,40 1997 50.189 -28,25 813.368 -26,69 16,21 2,16 1998 65.047 29,60 998.032 22,70 15,34 -5,32 1999 62.776 -3,49 924.058 -7,41 14,72 -4,06 2000 73.068 16,39 977.349 5,77 13,38 -9,13 2001 55.971 -23,40 831.140 -14,96 14,85 11,02 2002 57.332 2,43 893.824 7,54 15,59 4,99 2003 62.839 9,61 851.485 -4,74 13,55 -13,09

Sumber : Divisi statistik FAO, 2007 (diolah)


(33)

Produksi

0 200.000 400.000 600.000 800.000 1.000.000 1.200.000

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun

To

n

Produksi

Gambar 1. Grafik produksi komoditi kentang.

D. AGROINDUSTRI

Indonesia termasuk salah satu negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah. Sebagai negara agraris, sektor pertanian memiliki peran yang relatif besar dalam roda perekonomian Indonesia. Peran ini dapat dicapai dengan salah satu cara yaitu melalui agroindustri. Agroindustri mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Agroindustri diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian, sehingga dapat bersaing baik di pasar lokal maupun pasar internasional.

Menurut Austin (1992), agroindustri merupakan suatu perusahaan yang mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman atau hewan sehingga menghasilkan produk dengan nilai tambah yang tinggi. Agroindustri merupakan bagian dari industri. Pada penelitian ini, industri akan dibatasi pada industri skala kecil. Pengertian industri skala kecil menurut Undang-undang No. 9 tahun 1995 adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial, yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, dan mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar Rp. 1 milyar atau kurang.


(34)

Batasan skala usaha menurut Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:

Industri dan Dagang Mikro (ID-Mikro) : 1-4 orang Industri dan Dagang Kecil (ID-Kecil) : 5-19 orang Industri dan Dagang Menengah (ID-Menengah) : 20-99 orang Industri dan Dagang Besar (ID-Besar) : 100 orang ke atas Kentang bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan ataupun produk turunan lainnya. Produk-produk yang bisa diolah dari bahan dasar kentang bisa dilihat pada Gambar 2.

KENTANG

Tepung

Keripik

Kentang Goreng

Pasta

French Fries

Potato Flakes

Pati

Minuman

Kerupuk

Bahan Kemasan

Gambar 2. Pohon industri kentang

E. AGROINDUSTRI PENGOLAHAN KENTANG

Kentang umumnya diolah lebih dahulu sebelum dikonsumsi. Salah satu produk olahan kentang yang banyak dikonsumsi adalah keripik kentang. Dari situs http://www.iptek.net.id, alat dan bahan serta tahap pembuatan keripik kentang skala kecil adalah sebagai berikut.


(35)

• ALAT

Pisau, ember plastik, tampah (nyiru), penggorengan (wajan), kompor atau tungku, panci email atau baskom plastik, pengaduk dan saringan.

• BAHAN

Kentang besar 20 kg, bawang putih 1 ons, garam 6 sendok makan, kapur sirih 1 ons, minyak goreng 2 kg.

• CARA PEMBUATAN

1. Kupas kentang, segera masukkan dalam ember yang berisi air, kemudian cuci sampai bersih

2. Iris tipis-tipis dengan ketebalan 2-2 ½ mm, langsung rendam selama 12-24 jam dalam air yang telah diberi kapur sirih

3. Cuci lalu tiriskan

4. Tumbuk bawang putih dan garam sampai halus lalu masak dalam air sampai mendidih. Larutan ini harus cukup asin

5. Rebus irisan kentang selama 3-5 menit, kemudian tiriskan

6. Letakkan irisan kentang di atas tampah. Susun berjajar secara berselingan

7. Jemur selama 2-3 hari sampai kering

8. Goreng dalam minyak yang tidak terlalu panas. Bila kentang sudah mekar cepat angkat

Catatan: Dari 1 kg kentang dapat diperoleh 2 ons keripik kentang.

Nilai nutrisi per 100 gram porsi makanan keripik kentang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai nutrisi keripik kentang per 100 gram

No Komponen Unit Nilai

1 Nutrisi

Air g 1,4

Energi kcal 558

Protein g 5,9

Total lemak g 38,4

Karbohidrat g 51

Serat g 3,6

2 Mineral

Kalsium mg 24


(36)

No Komponen Unit Nilai

Magnesium mg 58

Fosfor mg 157

Potasium mg 1008

Sodium mg 656

Seng mg 0,59

Tembaga mg 0,16

Mangan mg 0,344

Selenium mcg 8,1

3 Vitamin

Vitamin C mg 8,2

Thiamin mg 0,205

Riboflavin mg 0,12

Niacin mg 3,15

Asam pantotenik mg 0,212

Vitamin B-6 mg 0,145

Folat mcg 7

Vitamin E mg 4,88

4 Lemak

Asam lemak jenuh (saturated) g 9,45

Asam lemak tak jenuh (monounsaturated) g 7,27 Asam lemak tak jenuh (polyunsaturated) g 19,98

5 Asam Amino

Triptofan g 0,046

Treonin g 0,258

Isoleusin g 0,261

Leusin g 0,389

Lisin g 0,372

Metionin g 0,069

Sistin g 0,076

Fenilalanin g 0,272

Tirosin g 0,233

Valin g 0,346

Arginin g 0,287

Histidin g 0,132

Alanin g 0,213

Asam aspartat g 1,195

Asam Glutamat g 0,989

Glisin g 0,204

Prolin g 0,215

Serin g 0,243

Sumber : PT. Asiamaya Dotcom Indonesia, 2004


(37)

F. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN

Pendekatan secara sistem dalam pengambilan keputusan sering dikenal dengan istilah Sistem Penunjang Keputusan. Sistem Penunjang Keputusan memaparkan secara mendetail elemen-elemen sistem sehingga dapat menunjang manajer dalam proses pengambilan keputusan. Dalam sistem penunjang keputusan dikenal istilah kriteria dan alternatif. Istilah kriteria digunakan untuk menggambarkan tujuan dari sistem serta sebagai basis dalam rancang bangun dan pengembangan sistem. Istilah alternatif merupakan tindakan yang harus diambil dan dipilih agar diperoleh hasil yang terbaik sesuai keinginan sistem (Eriyatno, 1999).

Meskipun definisi baku belum disepakati, keunikannya terletak pada dimungkinkannya intuisi dan penilaian pribadi pengambil keputusan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Beberapa karakteristik Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah :

a. Kapabilitas interaktif, SPK memberi pengambil keputusan akses cepat ke data dan informasi yang dibutuhkan.

b. Fleksibilitas, SPK dapat menunjang manajer dalam pengambilan keputusan.

c. Kemampuan mengintegrasikan model, SPK memungkinkan para pembuat keputusan berinteraksi dengan model-model termasuk memanipulasi model.

d. Fleksibilitas output, SPK mendukung pembuat keputusan dengan menyediakan berbagai macam output.

Menurut Eriyatno (1999) rancang bangun Sistem Penunjang Keputusan terdiri dari tiga elemen utama yaitu : pengoptimalan kriteria dalam merancang bangun sistem, proses rancang bangun sistem secara total dan proses rancang bangun sistem secara mendetail. Model konsepsional dari SPK merupakan gambaran hubungan abstrak antara tiga komponen utama penunjang keputusan yaitu: (a) para pengambil keputusan/pihak pengguna(user), (b) model dan (c) data. Berikut ini disajikan struktur dasar Sistem Penunjang Keputusan pada Gambar 3.


(38)

Data Model

Sistem Manajemen Dialog adalah satu-satunya sub sistem yang berkomunikasi dengan pengguna yang berfungsi untuk menerima input dan memberikan output yang dikehendaki pengguna. Sistem Pengolahan Problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi Sistem Penunjang Keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima input dari ketiga sistem lainnya dalam bentuk bahan baku, serta menyerahkan output ke sub-sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula yang berfungsi sebagai penyangga untuk menjamin masih terdapatnya keterkaitan antara sub-sistem (Eriyatno, 1999).

Sistem Manajemen Dialog adalah satu-satunya sub sistem yang berkomunikasi dengan pengguna yang berfungsi untuk menerima input dan memberikan output yang dikehendaki pengguna. Sistem Pengolahan Problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi Sistem Penunjang Keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima input dari ketiga sistem lainnya dalam bentuk bahan baku, serta menyerahkan output ke sub-sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula yang berfungsi sebagai penyangga untuk menjamin masih terdapatnya keterkaitan antara sub-sistem (Eriyatno, 1999).

Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)

Sistem Manajemen Basis Model (MBMS)

Sistem Pengolahan Problematik

Sistem Pengolahan Dialog

Pengguna

Gambar 3. Struktur Dasar Sistem Penunjang Keputusan (Eriyatno, 1999)

G. KRITERIA INVESTASI G. KRITERIA INVESTASI

Untuk menilai kelayakan suatu proyek atau membuat peringkat dari beberapa proyek yang harus dipilih dapat digunakan beberapa kriteria. Menurut Pramudya dan Nesia (1992) kriteria investasi yang dianalisa antara lain :

Untuk menilai kelayakan suatu proyek atau membuat peringkat dari beberapa proyek yang harus dipilih dapat digunakan beberapa kriteria. Menurut Pramudya dan Nesia (1992) kriteria investasi yang dianalisa antara lain :


(39)

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari manfaat dan biaya. Dengan demikian apabila NPV bernilai positif maka dapat diartikan sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh proyek. NPV yang bernilai negatif menunjukkan kerugian.

NPV dapat dihitung dengan persamaan :

= + − = n 0 t t t t i) (1 C B NPV

Dimana, Bt = total penerimaan pada tahun ke-t

Ct = total biaya pada tahun ke-t

i = tingkat diskonto yang berlaku n = umur ekonomi proyek

2. B/C Ratio

B/C Ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang akan dikeluarkan. B/C Ratio dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Dimana, Bt = total penerimaan pada tahun ke-t

=0 t = < − + − > − + − = n t t t t t n 0 t t t t t t 0) C B (untuk i) (1 B C ) 0 C B (untuk i) (1 C B B/C Net

Ct = total biaya pada tahun ke-t

i = tingkat diskonto yang berlaku n = umur ekonomi proyek

Kriteria kelayakan proyek adalah jika B/C Ratio ≥ 1 dan tidak layak jika B/C Ratio < 1.

3. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan suatu tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu proyek yang nilainya dinyatakan dalam persen tahun. Suatu


(40)

proyek yang layak dilaksanakan bila mempunyai IRR yang lebih besar dari nilai discount rate. Nilai IRR merupakan nilai bunga yang tingkat NPV sama dengan nol. Dalam persamaannya dinyatakan sebagai berikut :

0 i) (1 C B i) (1 C i) (1 0 t +

= B n 0 t t t t n 0 t t t n t t = + − + =

= = ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − − + = 2 1 1 2 1 1 ) ( NPV NPV i i NPV i IRR

Dimana, Bt = total penerimaan pada tahun ke-t

Ct = total biaya pada tahun ke-t

i = IRR(%)

n = umur ekonomi proyek

IRR berada di atas discount rate maka proyek layak dilaksanakan, sebaliknya IRR berada di bawah discount rate maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

4. Break Even Point

Menurut Rangkuti (2001) Break Even Point merupakan titik pertemuan antara revenues dan Total Cost. Total Cost merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Rumus dari Break Even Point adalah sebagai berikut :

BEP (unit) = Total Biaya Tetap / [ 1- (Harga jual per unit – Biaya variabel per unit)]

H. TEKNIK PENDUKUNG

1. Metode Eckenrode

Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk pembobotan, diantaranya adalah pemberian bobot secara langsung dan penentuan bobot dengan metode eckenrode. Pada pembobotan secara langsung, seseorang akan memberikan bobot secara langsung tanpa melakukan perbandingan dengan kriteria yang lain. Metode secara langsung ini sangat subyektif. Metode yang berikutnya adalah metode eckenrode. Menurut Ma’arif dan


(41)

Tanjung (2003), konsep dari pembobotan ini adalah dengan melakukan perubahan urutan menjadi nilai.

Formula penentuan bobotnya:

∑ ∑

= = = = k e n j ej ej n j ej e e W 1 1 1 λ λ

, untuk e=1,2,... ... k

dimana λej = nilai tujuan ke λ oleh ahli ke j

n = jumlah ahli

2. Metode Perbandingan Eksponensial

Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) digunakan sebagai alat bantu bagi para pengambil keputusan dalam melakukan pemilihan beberapa alternatif berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Metode ini merupakan salah satu cara untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses Menurut Manning (1984), pemilihan alternatif dilakukan berdasarkan beberapa kriteria dengan tahapan sebagai berikut :

a. Menyusun alternatif keputusan yang akan dipilih

b. Menyusun kriteria-kriteria yang penting untuk dievaluasi c. Menentukan tingkat kepentingan setiap kriteria

d. Menentukan skor masing-masing alternatif pada setiap kriteria

e. Menentukan total skor untuk setiap alternatif dengan rumus sebagai berikut :

Total skori =

(

)

j Krit m j ij skor

=1


(42)

Dimana : Skori = nilai skor dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j

Skorij = tingkat kepentingan relatif kriteria ke-j pada

pilihan keputusan i

Kritj = tingkat kepentingan dari kriteria ke-j

i = 1,2,3, … n (n = jumlah alternatif) j = 1,2,3, … n (n = jumlah kriteria)

Penentuan urutan prioritas keputusan dilakukan dengan menggunakan total skor masing alternatif. Total skor masing-masing alternatif jelas berbeda karena adanya fungsi pangkat (eksponensial) pada penghitungan nilai total skor. Nilai skor yang hampir sama akan menghasilkan nilai total skor yang berbeda jika dipangkatkan dengan nilai tingkat kepentingan pada kriteria yang sama.


(43)

III. METODOLOGI

A. KERANGKAPEMIKIRAN

Kajian investasi agroindustri berbasis kentang digunakan untuk mengembangkan suatu model sistem penunjang keputusan yang berfungsi untuk membantu pengambil keputusan yang akan terjun dalam bidang agroindustri berbasis kentang. Kajian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan agroindustri kentang sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat maupun pendapatan pemerintah daerah.

Sistem yang dirancang bertujuan untuk membantu mengambil keputusan dalam pemilihan produk olahan agroindustri berbasis kentang yang potensial untuk dikembangkan. Pemilihan lokasi yang sesuai dan kelayakan investasi usaha agroindustri berbasis kentang juga mempengaruhi keputusan yang diambil. Investasi yang dikembangkan harus memenuhi kriteria kelayakan, diantaranya adalah kelayakan finansial. Analisa finansial berguna untuk mengurangi resiko kegagalan dalam investasi.

Pengembangan investasi agroindustri kentang melibatkan berbagai pihak yang saling terkait sehingga diperlukan pendekatan sistem. Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.


(44)

ya ya

tidak

Eckenrode dan MPE Penentuan elemen faktor, aktor, tujuan, dan alternatif

agroindustri berbasis kentang

Eckenrode dan MPE Penyaringan investasi agroindustri produk berbasis kentang

Sistem Penunjang Keputusan Investasi Agroindustri

Berbasis Kentang

Metode Kualitatif

Penentuan alternatif lokasi sesuai dengan investasi yang

terpilih

Kelayakan finansial agroindustri terpilih

Verifikasi Model

Evaluasi Model Implementasi Model

Pemodelan Sistem

Sesuai tidak

Sesuai NPV, IRR,

B/C Ratio

Penentuan alternatif dan kriteria produk kentang Expert survey Studi pustaka

Mulai

Program komputer

Gambar 4. Kerangka konseptual penelitian


(45)

B. PENDEKATAN SISTEM

Sistem adalah kumpulan obyek-obyek yang saling berinteraksi dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang kompleks. Sistem mencakup lima unsur utama yaitu: (1) elemen-elemen atau bagian; (2) adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen; (3) adanya sesuatu yang mengikat elemen-elemen tersebut menjadi satu kesatuan; (4) terdapat tujuan bersama sebagai hasil akhir; (5) berada dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pendekatan sistem adalah cara pemecahan masalah yang dimulai dengan identifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan akan menghasilkan suatu sistem dan operasi. Ciri pendekatan sistem adalah mencari semua faktor yang penting untuk memperoleh solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah dan membuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Eriyatno, 1989). Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem dapat dilihat pada Gambar 5.

1. Analisa Kebutuhan

Analisa kebutuhan merupakan tahapan permulaan dalam pengkajian suatu sistem. Analisa kebutuhan merupakan interaksi dari seorang pengambil keputusan terhadap sistem yang ada.

Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Komponen-komponen yang berpengaruh dalam investasi agroindustri kentang antara lain: investor, pemerintah, lembaga perbankan, industri pesaing, petani kentang, pelaku industri, lembaga penelitian dan pengembangan, masyarakat sekitar dan konsumen.


(46)

Mulai

Analisis Kebutuhan

Formulasi Permasalahan

Identifikasi Sistem

Pemodelan Sistem

Pembuatan Program Komputer

Verifikasi Model

Sesuai Ya

Implementasi

Evaluasi Periodik

Tidak Tidak

Sesuai

Ya

Selesai

Gambar 5. Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem (Manestech dan Park, 1977).

2. Formulasi Permasalahan

Pengembangan investasi agroindustri berbasis kentang dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku, sarana dan prasarana, prakiraan biaya, serta kemudahan memperoleh modal. Hal-hal tersebut merupakan faktor penting yang dijadikan pertimbangan dalam investasi atau pengembangan agroindustri berbasis kentang yang terpilih.


(47)

Investasi agroindustri berbasis kentang memerlukan analisa terutama yang berhubungan dengan kelayakan usaha dengan tujuan menghindari resiko kegagalan. Hasil analisa menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investor dalam menanamkan modalnya.

3. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan yang dijabarkan dalam bentuk diagram lingkar akibat dan diagram input-output. Diagram sebab-akibat menunjukkan hubungan antara dua variabel. Diagram lingkar sebab-akibat Sistem Penunjang Keputusan Investasi Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang dapat dilihat pada Gambar 6.

+ Pendapatan

daerah +

+ + + + + + + + + + + + + Kebijaksanaan pemerintah + Investasi Kredit investasi Iklim usaha Agroindustri kentang Kelayakan dan kelangsungan industri Laba Lapangan pekerjaan Minat investor Lembaga Keuangan Industri penunjang

Gambar 6. Diagram lingkar sebab akibat Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang.


(48)

Diagram input-output menggambarkan skema identifikasi yang di dasarkan pada masukan dan keluaran dari model yang dikembangkan. Masukan terdiri dari dua, yaitu masukan yang berasal dari lingkungan dan masukan yang berasal dari sistem. Untuk keluaran juga terbagi menjadi dua yaitu keluaran yang dikendaki dan keluaran yang tidak dikehendaki. Diagram input-output dapat dilihat pada Gambar 7.


(49)

Gambar 7. Diagram input-output sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang.


(50)

C. TATA LAKSANA

1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data primer merupakan hasil wawancara dengan pakar di bidang agroindustri berbasis kentang. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan Badan Pusat Statistik.

2. Metode Pengumpulan Data

a. Studi pustaka

Bagian dari studi untuk mengumpulkan dan menganalisis data sekunder dari instansi yang terkait, laporan-laporan, hasil penelitian, jurnal, dan literatur lainnya.

b. Observasi Lapang

Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi dan mempelajari proses pengambilan keputusan dalam agroindustri kentang. Observasi lapang dilakukan untuk memperoleh data primer dari agroindustri berbasis kentang dan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Observasi ini dilakukan di wilayah verifikasi sistem yang akan dikembangkan.

c. Wawancara dengan pakar

Wawancara ini dilakukan dengan pakar di bidang agroindustri kentang. Wawancara ini berguna untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi investasi agroindustri kentang serta hasil olahan agroindustri kentang. Wawancara dilakukan dengan cara pemberian kuisioner kepada pakar yang bertujuan untuk mengetahui bobot dan penilaian terhadap kriteria serta alternatif agroindustri berbasis kentang yang dikembangkan berdasarkan pendapat pakar di bidang agroindustri kentang.


(51)

3. Pengolahan dan Analisa Data

Data hasil wawancara diolah dengan menggunakan metode

eckenrode untuk penentuan bobot dan metode MPE (Metode Perbandingan Eksponensial) untuk pengolahan lanjutan. Metode kualitatif digunakan untuk pengolahan data alternatif lokasi yang paling sesuai untuk pengembangan agroindustri berbasis kentang. Analisa prakiraan pasar agroindustri kentang yang terpilih menggunakan metode regresi linier. Untuk menganalisa kelayakan agroindustri yang terpilih digunakan analisa finansial.

4. Perancangan Sistem

Sistem yang dirancang terdiri dari sistem manajemen basis data dan sistem manajemen basis model yang dihubungkan dengan sistem pengolahan data terpusat serta sistem manajemen basis dialog untuk mempermudah komunikasi antara pengguna dengan komputer.

a. Sistem Manajemen Basis Data

Sistem manajemen basis data berfungsi untuk pemasukan data dan pengorganisasian sehingga mempermudah dalam pengambilan data. Pengembangan basis data dalam sistem membutuhkan beberapa data diantaranya yaitu: data agroindustri kentang, data potensi wilayah, dan data kelayakan usaha.

b. Sistem Manajemen Basis Model

Sistem manajemen basis model merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai penunjang keputusan. Pengembangan sistem manajemen basis model berdasarkan pada data-data yang diperoleh dari sistem manajemen basis data. Sistem manajemen basis model akan menghasilkan tiga model yang terdiri dari Model Pemilihan Produk Unggulan, Model Pemilihan Lokasi Potensial, dan Model Analisa Kelayakan Finansial Agroindustri.


(52)

5. Implementasi

Pada tahap ini dilakukan koordinasi antar basis model dan basis data yang akan diimplementasikan ke dalam suatu program komputer. Pengembangan sistem ini menggunakan perangkat lunak Borland Delphi 7 untuk pengembangan sistem dan Microsoft Access untuk manajemen basis data. Pembuatan tampilan user interface

menggunakan program Adobe Photoshop 7.0. Sistem ini dikembangkan pada komputer dengan spesifikasi sebagai berikut: prosesor AMD Athlon XP 2600+, sistem operasi Microsoft Windows XP SP2, memori (RAM) 512 MB dan harddisk 90 GB.

6. Verifikasi

Model yang dikembangkan dalam program komputer diuji dengan menggunakan data aktual untuk mengetahui apakah model tersebut cukup layak untuk digunakan dan dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.


(53)

IV. PEMODELAN SISTEM

A. Konfigurasi Model PoDSS

Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket program komputer yang diberi nama PoDSS.


(54)

B. Rancang Bangun Model

1. Sistem Manajemen Dialog

Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Semua kontrol antar muka seperti menu, tombol-tombol serta pilihan-pilihan di dalam sistem merupakan bagian dari sistem manajemen dialog.

2. Sistem Pengolahan Pusat

Input dari sistem manajemen dialog akan diolah di sistem pengolahan pusat dari PoDSS (Potato Decision Support System). Sistem pengolahan pusat ini berfungsi untuk menyatukan sistem secara keseluruhan, baik sistem manajemen dialog, sistem manajemen basis data maupun sistem manajemen basis model.

3. Sistem Manajemen Basis Data

Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis data statis menyediakan informasi yang tidak bisa diubah oleh user biasa. Sistem basis data statis ini hanya menyediakan informasi yang bersifat umum dan tidak menyajikan data yang bersifat dinamis.

Sistem basis data dinamis menyediakan fasilitas untuk merubah data. Beberapa data dinamis diantaranya adalah data produk, data pembobotan serta data penilaian.

4. Sistem Manajemen Basis Model

a. Sub model penentuan bobot kriteria produk potensial

Sub model ini digunakan dalam menentukan bobot kriteria yang akan digunakan pada model selanjutnya (penentuan nilai produk potensial). Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode

eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja, teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan. Setiap kriteria memiliki urutan masing-masing. Urutan tiap kriteria ditentukan oleh pakar.


(1)

PENDAHULUAN

Indonesia termasuk salah satu negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah. Sebagai negara agraris, sektor pertanian memiliki peran yang relatif besar dalam roda perekonomian Indonesia. Peran ini dapat dicapai dengan salah satu cara yaitu melalui agroindustri. Agroindustri mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Agroindustri diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian, sehingga dapat bersaing baik di pasar lokal maupun pasar internasional.

Salah satu produk pertanian yang memiliki prospek cukup besar adalah kentang (Solanum tuberosum L.). Di pasaran, kentang memiliki harga yang relatif stabil. Hal ini dikarenakan kentang merupakan produk yang dapat disimpan, berbeda dengan sayuran seperti tomat atau kubis. Kentang sebelum dikonsumsi harus diolah terlebih dahulu. Untuk pemakaian umum, kentang biasanya diolah menjadi makanan seperti perkedel, sambal kentang, ataupun sop. Beberapa produk olahan kentang diantaranya adalah keripik, kerupuk, tepung, dan kentang goreng.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk pengembangan produk ini adalah dengan mengembangkan agroindustri berbasis kentang, tetapi kenyataannya agroindustri berbasis kentang masih mengalami banyak kendala. Hal ini karena pertanian dan industri walaupun saling terkait tetapi mempunyai karakteristik yang berbeda. Hasil pertanian sebagai bahan baku industri tergantung pada alam dan bersifat musiman sehingga berpengaruh terhadap kontinuitas hasil produksi. Umumnya, produk pertanian juga hanya bisa berproduksi secara maksimal pada daerah-daerah tertentu saja. Disamping produk pertanian, petani juga perlu diperhatikan. Petani umumnya memiliki keterbatasan dalam akses informasi dan teknologi yang berkaitan dengan bisnisnya. Di sektor industri, kontinuitas bahan baku harus terjamin serta memiliki kualitas yang baik.

Dari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu sistem untuk menjembatani antara usahatani kentang dan agroindustri berbasis kentang sehingga saling mendukung. Agroindustri dapat memberikan informasi tantang varietas dan kualitas kentang yang diinginkan, jumlah permintaan serta harga yang ditawarkan kepada petani. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani untuk merencanakan varietas kentang yang ditanam maupun tingkat produksinya.

Dalam perencanaan, penggunaan perangkat lunak dapat membantu memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan. Pengembangan sistem penunjang keputusan dapat

membantu pengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Sistem ini diharapkan mampu menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dan harus dipertimbangkan dalam pendirian agroindustri berbasis kentang ini.

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

Kajian investasi agroindustri berbasis kentang digunakan untuk mengembangkan suatu model sistem penunjang keputusan yang berfungsi untuk membantu pengambil keputusan yang akan terjun dalam bidang agroindustri berbasis kentang. Kajian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan agroindustri kentang sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat maupun pendapatan pemerintah daerah.

Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengambil keputusan dalam pemilihan produk olahan agroindustri berbasis kentang yang potensial untuk dikembangkan. Pemilihan lokasi yang sesuai dan kelayakan investasi usaha agroindustri berbasis kentang juga mempengaruhi keputusan yang diambil. Investasi yang dikembangkan harus memenuhi kriteria kelayakan, diantaranya adalah kelayakan finansial. Analisa finansial berguna untuk mengurangi resiko kegagalan dalam investasi. Pendekatan Sistem

Sistem adalah kumpulan obyek-obyek yang saling berinteraksi dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang kompleks. Sistem mencakup lima unsur utama yaitu: (1) elemen-elemen atau bagian; (2) adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen; (3) adanya sesuatu yang mengikat elemen-elemen tersebut menjadi satu kesatuan; (4) terdapat tujuan bersama sebagai hasil akhir; (5) berada dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pendekatan sistem adalah cara pemecahan masalah yang dimulai dengan identifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan akan menghasilkan suatu sistem dan operasi. Ciri pendekatan sistem adalah mencari semua faktor yang penting untuk memperoleh solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah dan membuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Eriyatno, 1989).

1. Analisa Kebutuhan

Analisa kebutuhan merupakan tahapan permulaan dalam pengkajian suatu sistem. Analisa kebutuhan merupakan interaksi dari


(2)

seorang pengambil keputusan terhadap sistem yang ada.

Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Komponen-komponen yang berpengaruh dalam investasi agroindustri kentang antara lain: investor, pemerintah, lembaga perbankan, industri pesaing, petani kentang, pelaku industri, lembaga penelitian dan pengembangan, masyarakat sekitar dan konsumen.

2. Formulasi Permasalahan

Pengembangan investasi agroindustri berbasis kentang dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku, sarana dan prasarana, prakiraan biaya, serta kemudahan memperoleh modal. Hal-hal tersebut merupakan faktor penting yang dijadikan pertimbangan dalam investasi atau pengembangan agroindustri berbasis kentang yang terpilih.

Investasi agroindustri berbasis kentang memerlukan analisa terutama yang berhubungan dengan kelayakan usaha dengan tujuan menghindari resiko kegagalan. Hasil analisa menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investor dalam menanamkan modalnya.

3. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan yang dijabarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab-akibat dan diagram input-output. Diagram sebab-akibat menunjukkan hubungan antara dua variabel.

Diagram input-output menggambarkan skema identifikasi yang di dasarkan pada masukan dan keluaran dari model yang dikembangkan. Masukan terdiri dari dua, yaitu masukan yang berasal dari lingkungan dan masukan yang berasal dari sistem. Untuk keluaran juga terbagi menjadi dua yaitu keluaran yang dikendaki dan keluaran yang tidak dikehendaki.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Program Utama

PoDSS merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk pihak manajemen atau pihak pengambil keputusan dalam pembuatan prencanaan agroindustri kentang skala kecil. Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam

pengambilan keputusan. Perangkat lunak ini dapat membantu pihak manajemen dalam penentuan produk yang cocok dikembangkan dari bahan baku kentang serta lokasi yang sesuai untuk pengembangannya.

Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi, yaitu:

1. Sistem manajemen dialog 2. Sistem pengolahan pusat 3. Sistem manajemen basis data 4. Sistem manajemen basis model 1. Sistem manajemen dialog

Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Semua kontrol antar muka seperti menu, tombol-tombol serta pilihan-pilihan di dalam sistem merupakan bagian dari sistem manajemen dialog. Pengguna bisa melakukan aksi terhadap elemen anatar muka. Aksi untuk menjalankan perintah bisa dilakukan dengan meng-klik objek dengan mouse. 2. Sistem pengolahan pusat

Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Ketika perangkat lunak PoDSS dijalankan, PoDSS akan meminta pengguna untuk

mengidentifikasi dirinya melalui dialog login.

Pengguna perangkat lunak ini ada tiga jenis sesuai otoritasnya yaitu administrator, anggota dan umum. Pengguna umum dapat menggunakan sistem tetapi tidak bisa melakukan manipulasi data. Akses pengguna umum hanya sekedar melihat informasi yang ada. Penguna anggota memiliki akses terbatas. Pengguna anggota bisa melakukan manipulasi data pada sistem tetapi tidak bisa melakukan editing pada user sistem. Pengguna administrator memiliki hak tertinggi pada sistem. Administrator bisa merubah semua data yang ada, termasuk manipulsi data user.

Jika pengguna masuk sebagai anggota maka sistem akan meminta username dan password. Jika nama user dan kata kunci sesuai maka pengguna akan masuk ke tampilan awal sistem


(3)

PoDSS. Dari menu utama ini, pengguna bisa memilih menu lain yang tersedia. Ada beberapa menu lain yang ada pada sistem untuk mengakses masing-masing sub sistem.

3. Sistem manajemen basis data Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis data statis

menyediakan informasi yang tidak bisa diubah oleh user biasa. Sistem basis data statis ini hanya menyediakan informasi yang bersifat umum dan tidak

menyajikan data yang bersifat dinamis. Informasi yang ada pada basis data ini adalah informasi seputar kentang secara umum.

4. Sistem manajemen basis model

a. Sub model pembobotan kriteria produk potensial

Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria produk potensial sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja, teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan. b. Sub model penentuan produk

potensial

Sub model penentuan produk potensial merupakan sub model yang berguna untuk mendapatkan produk potensial berdasarkan metode perbandingan eksponensial (MPE).

Produk potensial yang dipilih berdasarkan pohon industri kentang. Pohon industri ini menunjukkan bahwa umbi kentang bisa diolah menjadi kerupuk kentang, keripik kentang ataupun tepung kentang. Alternatif-alternatif ini kemudian dihitung skornya dengan bantuan pakar.

c. Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi

Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria pemilihan lokasi sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya. Metode yang digunakan dalam sub model ini

adalah metode eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat. d. Sub model penentuan lokasi

potensial

Sub model ini digunakan dalam pemilihan lokasi potensial berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat.

e. Sub model kelayakan finansial Sub model ini digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan industri terpilih berdasarkan data finansial. Beberapa parameter yang digunakan dalam penilaian

kelayakan usaha ini adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Rasio (Benefit per Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period).

Berdasarkan hasil perhitungan, agroindustri keripik kentang memiliki nilai NPV sebesar Rp. 51.038.439,-. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 49,57% yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yaitu 18%. Nilai B/C Ratio sebesar 7,41 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 7,41 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,97 tahun.

Penentuan kelayakan dilakukan dengan membandingkan tiga skenario. Skenario pertama semua perhitungan dilakukan pada kondisi normal, skenario kedua perhitungan dilakukan ketika terjadi penurunan harga jual keripik kentang sebesar 5%, sedangkan perhitungan skenario tiga dilakukan ketika terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 5%. Hasil perhitungan pada beberapa skenario ini bisa dilihat pada tabel dibawah.


(4)

Hasil analisa finansial keripik kentang

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Kriteria Normal Harga jual

turun 5 %

Biaya produksi naik 5% Harga

(Rp)

40.000 38.000 40.000 NPV (Rp) 51.038.439 19.793.979 22.417.857

IRR (%) 49,57 30,71 31,70

B/C Ratio 7,41 4,73 4,87

PBP (Tahun)

2,97 6,50 6,13 BEP (kg) 3.151 3.589 3.565

Data analisa finansial menunjukkan bahwa usaha keripik kentang layak pada semua skenario. Hal ini menunjukkan bahwa sensitifitas terhadap perubahan harga tidak terlalu tinggi. Skenario 2 dan skenario 3, meskipun layak tetapi pengembalian modal mencapai lebih dari 6 tahun. Hal ini menjadi pertimbangan tersendiri apakah pengembalian modal selama 6 tahun dinilai terlalu lama ataukah tidak.

B. Agroindustri Skala Kecil Keripik Kentang Agroindustri skala kecil keripik kentang ini layak untuk dikembangkan. Hal ini didukung juga oleh pemerintah dalam kebijakan pembangunan industrinya yaitu menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah. Pemerintah melalui departemen perindustrian memiliki fokus perencanaan jangka panjang yang berfokus pada:

1. Industri agro 2. Industri alat angkut 3. Industri telematika 4. Basis Industri manufakur

5. Industri kecil dan menengah tertentu

Pada perencanaan jangka menengah sendiri memperlihatkan dukungan terhadap industri makanan dan minuman. Perencanaan jangka menengah tersebut diantaranya:

1. Industri makanan dan minuman 2. Industri pengolahan hasil laut 3. Industri tekstil dan produk tekstil 4. Industri alas kaki

5. Industri kelapa sawit

6. Industri barang kayu (termasuk rotan dan bambu)

7. Industri karet dan barang karet 8. Industri pulp dan kertas

9. Industri mesin listrik dan peralatan listrik

10. Industri petrokimia

Perencanaan tersebut mendukung industri kecil keripik kentang karena industri keripik kentang ini termasuk dalam industri agro dan termasuk juga ke dalam industri makanan dan minuman. Lebih lanjut, Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional menjelaskan dukungan terhadap industri kecil dan menengah.

Kelemahan industri kecil salah satunya adalah penguasaan teknologi. Sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang ini bisa membantu mengembangkan industri kecil keripik kentang pada bidang teknologi.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perencanaan agroindustri skala kecil berbasis kentang adalah penentuan produk unggulan, pemilihan lokasi, serta data finansialnya. Model sistem yang dibuat untuk membantu pengambilan keputusan disusun dalam satu paket perangkat lunak yang diberi nama PoDSS. Model ini terdiri dari beberapa sub model pendukung yaitu sub model pembobotan kriteria produk potensial, sub model penentuan produk potensial, sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi, sub model penentuan lokasi potensial, dan sub model kelayakan finansial.

Sub model pembobotan kriteria produk potensial digunakan untuk menentukan bobot kriteria yang akan digunakan pada penentuan produk potensial. Sub model penentuan produk potensial digunakan untuk menentukan produk potensial yang akan dipilih. Berdasarkan kriteria yang ditentukan, hasil model ini adalah produk agroindustri keripik kentang.

Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi digunakan untuk menentukan bobot kriteria yang akan digunakan pada penentuan lokasi potensial. Sub model penentuan lokasi potensial digunakan untuk menentukan lokasi potensial berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hasil model ini adalah kecamatan Pangalengan.

Sub model kelayakan finansial digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan agroindustri terpilih yaitu keripik kentang dilihat dari aspek finansial. Kriteria kelayakan yang digunakan dalam sub model ini adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Rasio (Benefit per Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period). Hasil perhitungan sub model ini dengan asumsi tingkat suku bunga 18% diperoleh NPV sebesar Rp. 51.038.439,-. Nilai IRR yang


(5)

diperoleh adalah sebesar 49,57% yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Nilai B/C Ratio sebesar 7,41 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 7,41 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,97 tahun, dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa agroindustri skala kecil keripik kentang layak untuk didirikan. Saran

Model PoDSS perlu dikembangkan sehingga bisa digunakan untuk agroindustri skala menengah maupun skala besar. Data pada model PoDSS perlu diperbaharui terus tiap tahun disesuaikan dengan data aktual pada tahun yang bersangkutan. Pada sub model pembobotan kriteria produk potensial, sub model penentuan produk potensial, sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi, dan sub model penentuan lokasi potensial bisa dirubah menjadi lebih dinamis atau bisa ditambah atau dikurangi sesuai kehendak pengguna.

PUSTAKA

Arifin, Johar. 2004. Aplikasi Excel dalam Studi Kasus Akuntansi dan Manajemen Keuangan. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Asandhi, A.A. dkk. 1989. Kentang Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bandung.

Austin J, E. 1992. Agroindustrial Project Analysis. The John Hopkins University Press. Maryland.

Blank, Leland T and Tarquin, Anthony J. 1989. Engineering Economy. McGraw-Hill, Inc. USA.

BPS, 1997. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung.

BPS, 1998. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung.

BPS, 1999. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung.

BPS, 2000. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung.

BPS, 2001. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung.

BPS, 2002. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung.

BPS, 2003. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung.

BPS, 2004. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung.

Brojonegoro, B.P.S. 1992. Analytical Hierarchy Process. PAU - Studi Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. DeGarmo, E. Paul et all. 1997. Engineering

Economy. Prentice-Hall, Inc. Published by Simon & Schuster / A Viacom Company, New Jersey. Eriyatno. 1989. Analisa Sistem Pangan Industri

Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu

dan Efektivitas Manajemen. IPB Press. Bogor.

Hartus, Toni. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Penebar Swadaya. Jakarta. Hartuti, Nur dan Sinaga, R.M. 1998. Monograf

No. 12, Keripik Kentang, Salah Satu Diversifikasi Produk. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bandung.

Http://faostat.fao.org/faostat/servlet

Http://www.asiamaya.com/nutrisi/keripikkentang. htm

Http://www.iptek.net.id

Ma’arif, M. Syamsul dan Tanjung, Hendri. 2003. Teknik-teknik Kuantitatif untuk Manajemen.

Makridakis S, Wheelwright, S.C, McGee, V.E. 1983. Forecasting, Method and

Applications. John Wiley and Sons

Inc. Canada.

Manestech, T.J. and G.L. Park. 1977. System Analysis and Simulation with Application to Economics and


(6)

Socials System. Michigan State University, USA.

Manning, W.A. 1984. Decision Making : How a MicrocomputerAids the Process. Portland State University, Portland. Marimin, 2004. Teknik dan Aplikasi

Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT. Grasindo. Jakarta. Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992. Ekonomi

Teknik. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi

Para Pemimpin : Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Komplek. Terjemahan. PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Setiadi, Nurulhuda S.F. 1993. Kentang, Varietas & Pembudidayaan. Penebar Swadaya. Jakarta.