Yusivar E-Book DRPM - DRPM UI

Program Pengabdian Masyarakat | 159 PerIset

F. Yusivar

1 , A. Halim 1 staf N.A. Wicaksono 1 , A.E. Perdinasari 1 student 1. Department of Electrical Engineering, Faculty of Engineering, University of Indonesia Email : feri.yusivarui.ac.id, nanda.aviantoui.ac.id, arum.estiui.ac.id Restarting for Sensorless Permanent Magnet Synchronous Motor Based on Speed Observer in Railway Application Program Pengabdian Masyarakat 160 | Salah satu alternatif mengatasi persoalan ini adalah de ngan menggunakan pengontrol yang bisa mengikuti kecepatan motor. Pengontrol harus mengandung pemantau kecepatan untuk bisa memperkirakan kecepatan motor. riset | 161 T ransportasi massal merupakan kebutuhan utama di kota besar dengan populasi yang tinggi. Seperti Jakarta, Bandung dan Medan. Alternatif transportasi massal terbaik adalah kereta api. Di negara yang berkembang, kereta api merupakan tulang punggung transportasi antara kota ibukota dengan kota-kota satelitnya. Dibandingkan dengan moda transportasi lainnya, kereta api memiliki lebih banyak kelebihan. Seperti kapasitas yang lebih besar, konsumsi bahan bakar yang rendah, emisi gas yang rendah dan tingkat kebisingan yang lebih rendah. Dalam aplikasi kereta api, sistem drive didominasi oleh motor induksi. Meski begitu, ke depannya motor induksi akan digantikan oleh Permanent Magnet Synchronous Motor PMSM. Menyalakan Permanent Magnet Synchronous Motor Based Tanpa Sensor pada Pengamat Kecepatan Kereta Api riset 162 | Keuntungan menggunakan PMSM adalah tingkat kekuatan densitasnya yang lebih tinggi, ripple torsi yang lebih rendah dan ukuran yang lebih kecil dibandingkan motor induksi. Untuk eisiensi energi, kereta api dioperasikan dalam coasting mode . Dalam mode ini, rotor motor dioperasikan dalam kecepatan tinggi tanpa adanya suplai listrik dari grid. Coasting mode biasanya digunakan di tengah perjalanan atau ketika hendak sampai di stasiun. Rata-rata 25,7 persen perjalanan kereta api dapat dioperasikan dalam mode ini. Konsumsi energinya bisa dihemat hinggamencapai 25 persen. Ketika menyalakan dalam mode coasting, suplai listrik dikembalikan pada PMSM di saat Big Back Electromotive Force BEMF masih dinyalakan oleh PMSM. Suplai listrik harus disinkronkan dengan BEMF. Jika suplai listrik tidak sinkron, bisa muncul masalah. Masalah yang bisa muncul adalah, jika BEMF lebih tinggi dari voltase maksimum alat switching maka mereka akan terbakar. Lalu jika arus naik sebanyak delapan kali dari arus nominal dan memicu sistem perlindungan, yang mana kemudian akan menutup seluruh sistem. Contoh lainnya adalah oscillation arus akan terjadi lalu operasi gagal dilaksanakan. Salah satu alternatif mengatasi persoalan ini adalah de ngan menggunakan pengontrol yang bisa mengikuti kecepatan motor. Pengontrol harus mengandung pemantau kecepatan untuk bisa memperkirakan kecepatan motor. Pengontrol yang dikembang- kan untuk PMSM tanpa sensor dengan pengontrol kecepatan adalah tujuan dari penelitian ini. Pengembangan pengontrol kecepatan dibuat berdasarkan pengontrol adaptif Luenberger riset | 163 Pengontrol untuk PMSM tanpa sensor dengan pengamat kecepatan ini ditulis di C-MEX Matlab dan disimulasikan dengan Simulink Matlab. Sistem dites oleh tiga skenario. Pertama, acuan kecepatan adalah konstan dan torsi eksternal ditambahkan di tengah simulasi. Untuk skenario kedua dan ketiga, motor kecepatan dites dalam kondisi kecepatan jalanan. Perbedaan antara skenario kedua dan ketiga adalah perkiraan kecepatan awal pengamat. Pada tes ketiga, kecepatan awal dari pengamat lebih tinggi dibandingkan kecepatan sesungguhnya. Hasil simulasi menunjukkan, perkiraan pengamat ke cepatan mampu meraih kecepatan yang aktual meski jika kece- patan awal yang diperkirakan berbeda dengan kecepatan awal yang sesungguhnya. riset 164 | Pada skenario pertama, sistem dites dengan kecepatan kons- tan pada 100 raddetik dan muatan torsi T L konstan pada 0 Nm hingga lima detik, lalu 0,5 Nm setelah lima detik. Pada skenario kedua dan ketiga, sistem dites menggunakan q-axis signal current reference i q-ref constant pada 2 A antara nol hingga 0,5 detik, lalu –2 A antara 0,5 hingga 1,5 detik dan 0 A setelah 1,5 detik. Hal ini menyebabkan kecepatan motor meningkat antara 0 dan 0,5 detik, menurun antara 0,5 detik dan 1,5 detik dan stabil pada kecepatan konstan setelah 1,5 detik. Kedua skenario meng- gunakan kecepatan awalan sesungguhnya pada 100 raddetik. Menyalakan operasi dari mode coasting sangatlah memung- kinkan. Hasil simulasi menunjukkan, perkiraan pengamat ke- cepatan mampu meraih kecepatan yang aktual meski jika kece- patan awal yang diperkirakan berbeda dengan kecepatan awal yang sesungguhnya. Penelitian ini dikerjakan oleh Feri yusivar, A. Haiim, Nanda Avianto dan Arum Esti dari Jurusan Teknik Elektro Universitas Indonesia. l Program Pengabdian Masyarakat | 165 PerIset

E. Kusrini