MASKULINITAS KELAS BAWAH DALAM SINETRON (Analisis Semiotika Pada Sinetron Preman Pensiun 3)

MASKULINITAS KELAS BAWAH DALAM SINETRON
(Analisis Semiotika Pada Sinetron Preman Pensiun 3)
THE LOWER CLASS OF MASCULINITY IN SOAP OPERA
(Semiotics Analysis in Preman Pensiun 3)

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
FATIKHATUR RIZQI
20120530163

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

MASKULINITAS KELAS BAWAH DALAM SINETRON
(Analisis Semiotika Pada Sinetron Preman Pensiun 3)
THE LOWER CLASS OF MASCULINITY IN SOAP OPERA

(Semiotics Analysis in Preman Pensiun 3)

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
FATIKHATUR RIZQI
20120530163

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
i

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan dan disahkan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada:

Hari

: Rabu

Tanggal

: 23 November 2016

Tempat

: Ruang Rapat IK UMY

Nilai

:

SUSUNAN TIM PENGUJI
Ketua

Dr. Muria Endah Sokowati, S.IP., M.Si

Penguji I

Penguji II

Filosa Gita Sukmono, S.I.Kom., MA

Ayu Amalia, S. Sos., Msi.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Strata 1 (S-1)
Tanggal 29 Agustus 2016

Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

Haryadi Arief Nuur Rasyid, S. IP., M. Sc.

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI


Saya bertanda tangan dibawah ini :
Nama

: Fatikhatur Rizqi

NIM

: 20120530163

Program Studi

: Ilmu Komunikasi

Fakultas

: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (ISIPOL)

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari

sumber lain telah disebutkan dalam teks menggunakan aturan yang berlaku.Apabila
dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi atau karya tulis ini hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 23 November 2016
Penulis

Fatikhatur Rizqi

iii

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Mamah, Bapak, Fiqih, Alka,
Opung Ali (yang di syurga), Opung Mirlan,
Mbah Mukrom dan Mbah Faro’i

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Terimakasih banyak saya haturkan kepada:
1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Atas segala nikmat dan
yang telah dilimpahkan-Nya. Alhamdulillah.
2. Nabi Muhammad SAW, shalawat serta salam senantiasa tercurah padanya.
3. Ibu Mubarozah dan Bapak Muhammad Aswan Pulungan, terimakasih atas segalanya
yang udah Mama dan Bapak kasih untuk Kakak. Terimakasih juga untuk segala doa,
motivasi dan dukungan yang tak pernah putus hingga sampai saat ini. Semoga kita
semua senantiasa dalam perlindungan Allah SWT.
4. Muhammad Fiqih Pulungan dan Muhammad Hafidz Al Kautsar Pulungan, adik-adik
yang tampan dan pintar. Terimakasih untuk selalu menjadi alarm untuk Kakak supaya
cepet pulang ke rumah (“buruan lulus!”).
5. Opung Mirlan Siregar dan Opung Ali Pulungan (alm). Terimakasih banyak Pung
untuk doanya. Sayang banget Opung gak bisa liat kelulusan cucu pertamanya.
Semoga Opung bahagia di surga sana. Terimakasih juga untuk Opung-opung ku yang
lainnya.
6. Mbah Faro‟i dan Mbah Mukrom. Terimakasih Mbah untuk doa dan dukungannya.
7. Om-Tante, Bulek-Paklek, Budhe-Pakdhe, Uda-Nanguda, Tulang-Nantulang, BouAmang Boru dimana pun kalian berada. Terimakasih untuk semua dukungan dan
doanya.
8. Keluarga besar Bani Sarijaniyah. Terlebih kepada Om Birin dan keluarga, terimakasih
untuk tumpangannya waktu pertama kalinya mendarat di Jogja dan Mbak Mudah

yang selalu nganterin kemanapun mau pergi. Juga buat yang masih menempuh
pendidikan di Kota Pelajar ini, Om Komar, Mba Arum, Mba Ummi, Mba Baidah,
Ummu dan lain-lain yang tidak disebut satu per satu semangat dan sukses yaaa.
9. Ibu Muria, selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar membimbing saya
dalam pembuatan skripsi hingga akhirnya terselesaikan. Terimakasih banyak ya, Bu.
10. Pak Filosa dan Mba Ami, selaku dosen penguji. Terimakasih untuk segala masukan
dan saran yang membangun untuk skripsi ini.
11. Raden Ganis Saputra, yang gak pernah bosen untuk dengerin keluhan tentang skripsi.
Terimakasih banyak buat doa, dukungan dan motivasinya. Makasih juga udah mau
nemenin di kala suntuk datang.

v

12. Kelas D Ilmu Komunikasi UMY 2012, teman-teman yang asik dan ciamik.
Terimakasih udah ngasih kesan yang baik begitu jadi mahasiswa baru.
13. Konsentrasi Public Relations IK UMY 2012, sukses untuk kalian semuanya.
14. KOMAKOM UMY, yang selalu bikin hidup jadi gak gabut, adaaaa aja yang selalu
dikerjain. Makasih untuk semua pelajaran dan pengalaman berharga, tempat berproses
dll. Terlebih untuk angkatan 2012, Deri Hazwara Lubis, Annisa Amalia Hapsari,
Puspita Septi Mahardani,Siti Ropiah Nurrahmat, Ameilia Arista Putri,Nisa Akmala,

Annisa Ihtiarina Yustinsani, Leonardo Putra Adamy, Lailatul Sahara,M. Abdul Qadar,
Zulfin Hariani, Lathifah Khoirunnisa, Nasya Meilika dan M. Unggul Anggoro yang
udah jadi teman berproses. Untuk 7 orang yang namanya disebutkan di awal, makasih
untuk semua hal, gak bisa disebutin satu-satu karena terlalu nyebelin untuk diingat.
Semoga KOMAKOM tetap KOMAKOM!
15. CIKO UMY. Makasih banyak untuk ilmunya tentang pembuatan film dan bikin event
untuk launching filmnya. Maju terus dan bisa menghasilkan karya yang super duper
keren.
16. Teman-teman seperjuangan, se-per-dosen-pembimbing-an yang saling menguatkan
dan menyemangati. Nisa Akmala, Annisa Amalia Hapsari, M. Aulia Rahman,
Nashwan Ihsan Fazil, Angga Dini Akbar, Atana Misyka dan Anisati Sauma Ningrum.
Buat yang belum segera diselesaikan, jangan pernah bosen buat melewati ini semua.
17. LZ Girls, Siti Ropiah Nurrahmat, Galuh Ratnatika, Atana Misyka dan Inggrid
Selviana. Makasih udah mau jadi temen aku. Buat Opi dan Galuh, sukses ya untuk
karirnya. Untuk Misyka dan Inggrid, semoga lancar skripsiannya.
18. Temen sepermainan dan sepernongkrongan a.k.a Lokal Ha**** (hahaha), Abu
Hurairah, Adityo Surya Halim, Affan Pratama, Almaz Amalin Shabrina, Guswan
Nurholik, M. Abdul Qadar, M. Alief Maulana, M. Aulia Rahman, Siti Ropiah
Nurrahmat, Syarifah Khamsiawi. Akhirnya kita udah lulus semua. Semoga kita bisa
merealisasikan rencana yang udah bertahun-tahun lalu dikemas, LIBURAN!!!!!

19. Almater

tercinta

jurusan

Ilmu

Komunikasi,

Fakultas

ISIPOL,

Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.
20. Sema pihak yang namanya belum disebutkan, maaf tidak dapat disebutkan satu
persatu. Terimakasih untuk segalanya yang telah kalian berikan untuk saya.


vi

Life's too short to have regrets
So I'm learning now to leave it in the past and try to forget
Only have one life to live
So you better make the best of it
(Bruno Mars – Today My Life Begins)

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Maskulinitas Kelas
Bawah Dalam Sinetron (Analisis Semiotika Pada Sinetron Preman Pensiun)”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari
bantuan beberapa pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
sebanyak-banyaknya kepada :

1. Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan anugerah-Nya
2. Nabi Muhammad SAW, panutan terbaik umat manusia.
3. Bapak.

Prof.

Bambang

Cipto,

M.A.,

selaku

Rektor

Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta
4. Bapak. Dr. Ali Muhammad, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UMY
5. Bapak. Haryadi Arief Nuur Rasyid, S.IP., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi UMY
6. Bapak. Zuhdan Aziz, S.IP., S.Sn., M.Sn., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komunikasi UMY
7. Ibu. Dr. Muria Endah Sokowati, S.IP., M.Si., selaku dosen pembimbing
skripsi
8. Bapak. Filosa Gita Sukmono, S.I.Kom., MA., selaku dosen penguji skripsi
9. Ibu. Ayu Amalia, S.Sos., M.Si., selaku dosen penguji skripsi
10. Seluruh dosen jurusan Ilmu Komunikasi UMY atas ilmu yang telah diberikan
selama menempuh pendidikan, semoga ilmunya bermanfaat. Aamin.
11. Staff Tata Usaha Jurusan Ilmu Komunikasi UMY, Mbak Siti, Pak Jono dan
Pak Mur yang telah membantu proses administrasi selama kuliah.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar

viii

penelitian ini menjadi lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Terimakasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Penulis

Fatikhatur Rizqi

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................

i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................

iii

LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................

iv

MOTTO ..........................................................................................

vii

KATA PENGANTAR ....................................................................

viii

DAFTAR ISI...................................................................................

x

DAFTAR TABEL ..........................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................

xiii

ABSTRAK ......................................................................................

xv

ABSTRACT ....................................................................................

xvi

BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................

1

B. Rumusan Masalah ................................................................

6

C. Tujuan Penelitian .................................................................

6

D. Manfaat Penelitian ...............................................................

7

E. Kerangka Teori ....................................................................

7

1. Maskulinitas Hegemonik ...............................................

7

2. Maskulinitas Anak Muda dan Maskulinitas Subordinat

11

3. Maskulinitas dalam Media .............................................

16

F. Metode Penelitian ................................................................

21

1. Analisis Semiotika Roland Barthes ...............................

21

2. Objek Penelitian .............................................................

23

3. Teknik Pengumpulan Data ............................................

24

4. Teknik Analisis Data......................................................

25

BAB II. PERAN LAKI-LAKI DAN KELAS SOSIAL ...............

27
x

A. Dominasi Laki-Laki Terhadap Perekonomian .....................

27

B. Figur Laki-Laki dalam Preman Pensiun 3...........................

30

BAB III. ANALISIS MASKULINITAS DALAM PREMAN PENSIUN 3
..........................................................................................................

39

A. Praktik Patriarki dalam Preman Pensiun 3 ..........................

40

B. Bentuk Dominasi Identitas Laki-Laki ..................................

55

C. Aksi Heroik pada Konstruksi Maskulinitas .........................

64

BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................

74

B. Saran ....................................................................................

75

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................

76

LAMPIRAN....................................................................................

80

xi

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Elemen-elemen Maskulinitas ...........................................

24

Tabel 3.1 Dialog antara Komar dan Bebep ......................................

46

Tabel 3.2 Dialog antara Jamal dan Resti .........................................

50

Tabel 3.3 Dialog antara Jamal dan Kemod ......................................

52

Tabel 3.4 Dialog antara Murad dan Saep.........................................

67

Tabel 3.5 Dialog antara Polisi dan Pencopet ...................................

68

Tabel 3.6 Dialog antara Muslihat dan Dikdik ..................................

69

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Tanda Roland Barthes ..........................................

22

Gambar 2.1 Sinetron Anak Jalanan .................................................

32

Gambar 2.2 Kinanthi dan temannya di Kafe ...................................

34

Gambar 2.3 Diskusi keluarga Muslihat ...........................................

35

Gambar 2.4 Keseriusan Jamal..........................................................

37

Gambar 2.5 Penampilan Preman......................................................

38

Gambar 2.6 Saep selaku bos copet ..................................................

38

Gambar 3.1 Komar dan istrinya .......................................................

42

Gambar 3.2 Iklan Royco dan chef Billy Kalangi .............................

48

Gambar 3.3 Jamal dan Resti ............................................................

49

Gambar 3.4 Penampilan Jamal ........................................................

51

Gambar 3.5 Film Gravity .................................................................

55

Gambar 3.6 Gobang di terminal.......................................................

56

Gambar 3.7 Kinanthi berada di kantor .............................................

58

Gambar 3.8 Iklan Kuku Bima Energi ...............................................

59

Gambar 3.9 Dikdik Membelai Imas.................................................

60

Gambar 3.10 Iklan U Mild versi Pinter Bagi Waktu ......................

62

Gambar 3.11 Murad dan Saep .........................................................

65

Gambar 3.12 Polisi dan Pencopet ....................................................

68

Gambar 3.14 Dikdik Terjatuh ..........................................................

69
xiii

Gambar 3.14 Muslihat .....................................................................

69

xiv

ABSTRAK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI PUBLIC RELATIONS
Fatikhatur Rizqi
201020530163
Maskulinitas Kelas Bawah dalam Sinetron (Analisis Semiotika pada Sinetron
Preman Pensiun 3)
Tahun Skripsi

: 2016 + .... Halaman + 7 Tabel +11 Gambar

Daftar Pustaka

: 11 Buku + 9 Jurnal + 2 Skripsi + 3 Internet

Maskulinitas merupakan konsep mengenai laki-laki yang berasal dari konstruksi
sosial. Konsep ini pun mengalami perkembangan dari masa ke masa. Objek
penelitian ini adalah sinetron Preman Pensiun 3 yang diproduksi oleh MNC
Pictures dan disutradarai oleh Aris Nugraha. Sinetron ini menceritakan tentang
dari cerita kehidupan sehari-hari seorang preman yang kebanyakan berasal dari
masyarakat kelas bawah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
maskulinitas ditampilkan melalui sinetron Preman Pensiun 3. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika Roland Barthes. Pada
analisis semoitika roland Barthes terdapat dua tahap pemaknaan yaitu denotasi
dan konotasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa maskulinitas yang
ditampilkan dalam sinetron ini adalah maskulinitas yang hegemonik,
melanggengkan praktik budaya patriarki dan menampilkan karakter baru pada
laki-laki yang disebut dengan istilah new man as nurturer.

Kata Kunci

: Maskulinitas, Semiotika, Sinetron, Budaya Patriarki

xv

ABSTRACT
UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTEMENT OF COMMUNICATION SCIENCE
CONCENTRATION OF PUBLIC RELATIONS
Fatikhatur Rizqi
201020530163
The Lower Class of Masculinity in Soap Opera (Semiotics Analysis in
Preman Pensiun 3)
Thesis

: 2016 + .... Pages + 7 Table +22 Pictures

Bibliography : 11 Books + 9 Jurnal + 2 Thesis +3 Internet Source

Masculinity is a concept about a man who comes from social construction. From
time to time this concept has been through such development. The object of the
research is Preman Pensiun 3 soap opera that produced by MNC Pictures and
directed by Aris Nugraha. This soap opera tells about preman‟s live most are from
lower class society. This research is purposed to find out the lower class of
masculinity that presented by Preman Pensiun 3. This research use semiotic
analysis of Roland Barthes that have two order significations, there are denotation
and connotation. The result of this research shows the hegemonic masculinity, set
the patriarchy culture and shows character of man which is a new man as nurturer.

Key words : Masculinity, Semiotic, Soap Opera, Patriarchy Culture

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maskulinitas merupakan sebuah konsep yang hadir karena adanya
kontruksi sosial terhadap laki-laki. Dalam konsep ini, laki-laki merupakan
sosok yang identik dengan kekerasan, aktif, agresif, logis, ambisius dan
kuat. Konstruksi ini pula yang menyebabkan ketika seorang anak laki-laki
lahir sudah dibebankan beberapa hal. Seperti norma, kewajiban dan
harapan dari keluarga. Hal ini diturunkan dari generasi ke generasi
sehingga seorang laki-laki harus melakukan hal yang telah berlaku bila
ingin menjadi lelaki sejati.
Konsep maskulinitas memiliki perkembangan dari masa ke masa.
Media

pun

kerap

mencitrakan

maskulinitas

sesuai

dengan

perkembangannya. Contohnya pada artikel yang berjudul Konsep
Maskulinitas Dari Jaman Ke Jaman Dan Citranya Dalam Media yang
ditulis oleh Argyo Demartoto pada tahun 2010. Artikel ini menjelaskan
bahwa maskulinitas merupakan sebuah konstruksi yang dibuat oleh
kebudayaan untuk mengarahkan masyarakat untuk menjadi sesuatu yang
dimiliki masyarakat, dapat diperlakukan sesuai kemauan masyarakat itu
sendiri. (Dermatoto, 2010, h. 10).

1

Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa pada sebelum tahun
1980an, media mencitrakan maskulinitas sebagai sosok yang pekerja,
terlihat sangat bapak dan mampu menjadi penguasa dalam rumah. Konsep
maskulintas yang seperti ini dianggap sebagai maskulinitas tradisional
dalam pandangan barat. Kemudian pada tahun 1980an, konsep ini
berkembang lagi. Laki-laki diperkenankan untuk menjalankan sifat
alamiahnya, seperti perhatian dan lemah lembut. Konsep yang demikian
masuk dalam kategori kelas menengah dan kaum intelek. Pada tahun
1990an, konsep laki-laki berkembang menjadi sosok yang konsumeris dan
suka bersenang-senang. Pada tahun 2000an, konsep laki-laki menjadi lebih
modern. Terdapat istilah metroseksual yang merupakan kaum sosialita
atau yang disebut juga dengan kelas menengah atas.
Televisi swasta selalu membangun imaji perihal kehidupan kelas
menengah, urban dan moderen yang tinggal di Jakarta melalui
tayangannya berupa program televisi. Sinetron menjadi medium yang
tepat untuk menggambarkan itu semua. Hal ini disebabkan karena sinetron
merupakan program televisi yang digemari oleh masyarakat. Saat ini
tayangan sinetron beraneka ragam. Keanekaragaman sinetron membuat
adanya persaingan antar televisi swasta untuk mendapatkan penonton yang
banyak. Setiap stasiun televisi swasta harus berinisiatif untuk membuat
tayangan yang menarik dan berbeda dengan tayangan lainnya. Secara
sajian ingin menampilkan sesuatu sungguhan yang berbeda, namun
kontennya sama dengan tayangan seperti biasanya. Umumnya sinetron

2

bercerita tentang masyarakat moderen dengan latar tempat di Kota Jakarta.
Dalam cerita tersebut biasanya menggambarkan lika-liku dari kehidupan
kota. Sementara hal tersebut berbeda dengan sinetron yang berjudul
Preman Pensiun yang ditayangkan oleh RCTI.
Sinetron ini menampilkan masyarakat kelas menengah bawah dan
juga memperlihatkan unsur modernitasnya. Latar tempat yang diambil
pada sinetron ini adalah kota Bandung yang merupakan salah satu kota
besar di Indonesia menunjukan modernitas. Preman yang ditampilkan
dalam sinetron tersebut memperlihatkan bahwa preman yang hadir di
tengah masyarakat karena faktor ekonomi, pendidikan dan kultur
masyarakat. Selain itu, sinetron ini tidak memperlihatkan sisi kriminalitas
yang dilakukan oleh preman tersebut.
Sinetron Preman Pensiun merupakan sinetron garapan MNC
Pictures yang ditulis dan disutradarai oleh Aris Nugraha. Sinetron yang
ber-genre komedi ini tayang perdana pada tanggal 12 Januari 2015.
Sinetron ini menceritakan tentang kehidupan preman dengan latar
belakang yang berbeda dengan dibintangi oleh Didi Petet, Epy Kusnandar,
Ikang Sulung, Mat Drajat dan sebagainya. Terdapat 3 musim dalam
sinetron ini. Pada musim pertama tayang sebanyak 36 episode, musim
kedua sebanyak 46 episode dan musim ketiga sebanyak 38 episode.
Sinetron Preman Pensiun 3 merupakan sinetron akhir yang
diproduksi sebanyak 38 episode. Musim ini dipilih sebagai objek

3

penelitian karena preman yang diceritakan dalam sinetron ini merupakan
preman-preman yang menguasai beberapa titik wilayah akan pensiun.
Pensiunnya preman-preman tersebut dikarenakan adanya kekacauan yang
dilakukan oleh pihak lain yang ingin menguasai kota Bandung. Tidak
hanya itu, premanisme yang mereka anggap bisnis tersebut bukan suatu
pekerjaan yang dapat menjamin kehidupan di masa depan dan hanya
membuat hidup diliputi rasa gelisah. Mereka lebih memilih untuk
membuka usaha sendiri meskipun harus dimulai dari awal. Contoh,
Muslihat yang telah pensiun dari pimpinan para preman yang mulai
membuka usaha panganan khas Bandung yaitu kecimpring (keripik
singkong). Selain itu, Komar juga mulai berjualan kue balok di pinggir
jalan. Dari hal itu dapat tergambar bagaimana kelas sosial preman yang
berperan dalam sinetron tersebut.
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa preman identik dengan
kekerasan. Sinetron ini pun bercerita tentang perebutan kekuasaan yang
menyebabkan

terjadinya

kekacauan.

Tokoh

antagonis,

Jamal,

menginginkan kekuasaan itu menjadi miliknya semenjak Kang Mus sudah
pensiun dari jabatannya. Jamal yang tidak menyukai Kang Mus menyusun
strategi untuk mendapatkan kekuasaan tersebut. Strategi yang dilakukan
Jamal berupa membuat kacau situasi pasar, terminal dan jalanan. Selain
itu, kekacauan dilakukan dengan cara kekerasan demi mendapatkan
kekuasaan yang ia dambakan.

4

Kekerasan yang dilakukan oleh Jamal, tidak dilakukan secara
langsung. Melalui perantara orang suruhannya kekacauan itu terjadi. Hal
tersebut dilakukan karena ia tidak ingin menampakkan diri jika ia ingin
menguasai kota Bandung. Untuk mengacaukan situasi pasar, ia
mengirimkan Unang yang merupakan anak buah Dikdik selaku pimpinan
pasar. Cara yang dilakukan berupa menagih uang iuran kepada penjual di
pasar dengan tidak sopan serta mengirimkan pencopet agar beroperasi di
pasar. Situasi yang carut marut tersebut, membuat Taslim, anak buah
Dikdik, merasa ada yang tidak beres dengan situasi demikian. Taslim
mengetahui bahwa hal tersebut karena ulah Unang, Unang pun merasa
khawatir. Akhirnya Unang kabur tanpa kabar dan membawa uang setoran
dari pasar. Uang tersebut ia gunakan untuk membayar penjahat untuk
menghajar Taslim. Hal yang sama dilakukan Kemod, anak buah Gobang
yang telah berkhianat karena ia memiliki visi yang sama dengan Jamal.
Kemod membuat situasi terminal menjadi kacau dengan cara yang sama
dengan Unang.
Dalam hal ini, dapat terlihat bahwa laki-laki identik dengan
kekerasan. Masyarakat mempercayai bahwa laki-laki adalah sosok yang
tangguh, kuat dan siap mengambil setiap resiko. Untuk itu, aktor preman
dari sinetron ini adalah laki-laki. Perempuan dianggap tidak lazim untuk
menjadi preman karena karakternya yang lemah lembut dan mudah
menangis.

5

Pada sinetron ini peneliti akan meneliti bagaimana maskulinitas
tersebut ditampilkan dengan dipengaruhi oleh kelas sosial. Maskulinitas
yang ditampilkan akan menuju pada maskulinitas hegemonik atau
maskulinitas subordinat. Untuk itu peneliti menggunakan analisis
semiotika untuk mengetahui makna dari simbol-simbol ataupun tandatanda yang ada di dalam sinetron tersebut. Analisis semiotika yang
digunakan adalah model semiotika Roland Barthes dengan dua tahap
pemaknaan (two significations order), yaitu denotasi dan konotasi. Di
dalam konotasi, yang merupakan tahap pemaknaan kedua diperkuat
dengan mitos. Mitos merupakan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalahnya adalah :
Bagaimana maskulinitas kelas bawah ditampilkan pada sinetron Preman
Pensiun 3?

C. Tujuan Penelitian
Pada sinetron tersebut terdapat tanda-tanda atau simbol-simbol
yang menunjukan tentang maskulinitas kelas bawah. Untuk itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana maskulinitas ditampilkan
dalam sinetron Preman Pensiun 3 berdasarkan kelas sosial. Selain itu
penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah maskulinitas yang ada

6

dalam sinetron tersebut merupakan maskulinitas hegemonik atau
maskulinitas subordinat.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat teoritis untuk
memberikan pengetahuan mengenai konsep maskulinitas berdasarkan
kelas sosial. Selain itu dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti
selanjutnya

dalam

meneliti

tentang

gender

khususnya

tentang

maskulinitas.

E. Kerangka Teori
1. Maskulinitas Hegemonik
Konsep maskulinitas hegemonik dipopulerkan oleh RW Connel,
sosiolog dari Australia untuk memperkenalkan posisi sosial dominan lakilaki dan

posisi sosial subordinat perempuan.

Hegemoni pada

maskulinitas hegemonik secara sosiologi diperkenalkan melalui teori
Gramsci yang fokus terhadap dinamika perubahan yang melibatkan
mobilisasi dan demobilisasi setiap kelas. Sumber yang paling dasar
terletak pada teori feminis patriarki dan juga debat mengenai peran lakilaki dalam mengubah sistem patriarki.
Maskulinitas hegemonik diketahui sebagai pola praktik yang
memperbolehkan laki-laki memiliki dominasi lebih daripada perempuan.
Hal tersebut dapat juga dikenal sebagai istilah patriarki. Karakteristik
7

patriarki sendiri diketahui bahwa laki-laki memiliki otoritas lebih daripada
perempuan. Laki-laki yang mendapatkan manfaat dari sistem patriarki
tanpa melakukan versi kuat dari dominasi maskulin dianggap melibatkan
maskulinitas. Hegemoni bukan berarti kekerasan walaupun didukung
dengan kekuatan. Kekuatan yang didapat berdasarkan pada budaya,
lembaga

dan

kepercayaan.

Maskulinitas

memperlihatkan keadaan yang spesifik dan

hegemonik

hadir

untuk

membuka sejarah baru,

sehingga bentuk-bentuk maskulinitas akan tergantikan oleh sesuatu yang
baru (Connel dan Messerchmidt, 2015 h. 832).
Maskulinitas hegemonik bukan berupa entitas diskursif yang
tunggal. Akan tetapi konsep ini merupakan konfigurasi dari praktik gender
pada waktu tertentu hingga legitimasi maskulinitas. Maskulinitas
hegemonik juga muncul dalam keadaan dinamis pada salah satu bentuk
dominan identitas laki-laki yaitu kesatuan dan terbuka untuk tantangan.
Dalam

konfigurasi

gender

dinamis

dari

kemunculan

hegemoni

maskulinitas dan evolusi maskulinitas, seringkali digambarkan pada teksteks kontemporer (Nilan, 2009, h. 332).
Kebijakan pemerintah pada Orde Baru telah mempertegas isu
tentang gender. Isu mengenai gender dipertegas karena berkaitan dengan
pembangunan nasional dan proses nasionalisasi. Sejak berakhirnya Orde
Baru di tahun 1998, isu-isu mengenai gender menjadi semakin rumit.
Tren-tren terbaru telah berpengaruh terhadap relasi gender, berupa:

8

pertumbuhan penduduk, usia menikah, pengawasan terhadap fertilitas, dan
pertumbuhan partisipasi pekerja pada wanita (Nilan, 2009, h. 330).
Pada pemerintahan ini pun, laki-laki

sangat ditekankan untuk

menjadi sosok yang kuat, karena dengan begitu dapat mencerminkan
karakter bangsa. Hal demikian menyebabkan peran laki-laki lebih
menguasai sektor publik. Sementara peran perempuan cukup di rumah
saja. Laki-laki diposisikan sebagai elemen penting dari negara sedangkan
perempuan cukup fokus pada keluarga di rumah yang

mendukung

program dan kebijakan pemerintah secara total. Pada masa itu pemerintah
membuatkan program untuk perempuan seperti PKK, Dharma Wanita dan
KB (Kusumajati, 2014, h. 6).
Selain memiliki program untuk wanita, Orde Baru juga
memfokuskan diri pada anak muda. Pada masa pemerintahan ini,
pemerintah menginginkan agar anak muda di Indonesia patuh terhadap
orang tua. Anak muda Indonesia, terutama laki-laki diwacanakan oleh
orang tua, untuk dibimbing dan dikontrol agar menjadi pribadi yang baik
ketika sudah menjadi orang tua. Mereka diajarkan juga agar dapat menjaga
situasi yang harmonis baik dalam keluarga maupun lingkungan. Setiap
kritik tidak baik jika dilakukan secara terbuka, sebab dikhawatirkan akan
menimbulkan konflik.
Patriarki merupakan variasi dari ideologi hegemoni. Dalam
patriarki, laki-laki tua memiliki hak istimewa daripada laki-laki muda. Hak
istimewa itu berupa otoritas, di mana otoritas laki-laki tua lebih besar

9

daripada laki-laki muda. Pada masa Orde Baru terdapat istilah Bapakism
yang

merupakan perpaduan antara tradisi feodal dengan paradigma

pertumbuhan moderen. Contohnya, Soeharto memperkenalkan diri bahwa
beliau adalah bapak Pembangunan Nasional. Pada prinsipnya “Bapak”
merupakan sosok yang dominan dalam keluarga dan memiliki aturanaturan. Meskipun demikian, sosok “Bapak” tetap bisa berperan dalam
suatu bisnis, kota maupun negara. Pada tulisan yang ditulis oleh
Moghadam (1993) mengenai relasi gender tradisional menyatakan bahwa
laki-laki yang lebih tua dari sebuah keluarga mempunyai otoritas lebih
daripada anggota keluarga yang lain termasuk laki-laki muda dan wanita
(Nilan, 2009, h. 333).
Tidak hanya itu, Soeharto dianggap juga sebagai laki-laki jawa
yang ideal. Beliau bagaikan raja yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Dalam kultur Jawa, laki-laki ideal adalah laki-laki yang memiliki uang dan
kejantanan seksual. Penguasaan laki-laki terhadap perempuan merupakan
tanda dari kejantanan. Posisi wanita tersebut disejajarkan dengan harta
yang dimiliki oleh laki-laki itu sendiri namun wanita tidak mandiri
(Darwin, 1999, h. 1). Selain kaya dan jantan, laki-laki ideal adalah lakilaki yang mampu mengontrol emosi, rasional dan karismatik.
Pada zaman Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto,
sosok laki-laki yang menjadi penguasa negara. Pada saat itu pula
perpolitikan di Indonesia kental dengan patriarki, di mana urusan politik
dan publik dipegang sepenuhnya oleh laki-laki. Ketika Orde Baru berakhir

10

dan Soeharto turun jabatannya dari presiden, wacana tentang feminis
mulai bersuara. Ditambah Indonesia pernah dipimpin oleh presiden
perempuan, yaitu Megawati. Terpilihnya Megawati sebagai presiden
Indonesia disambut oleh para pejuang feminis. Hal tersebut menandakan
bahwa sosok kuat dan mampu memimpin tidak hanya melekat pada sosok
laki-laki, namun dapat melekat pula pada sosok perempuan sebagai bentuk
dari perubahan sosial dan budaya.

2. Maskulinitas Anak Muda dan Maskulinitas Subordinat
Dalam setiap kebudayaan, tentu saja memiliki perbedaan dalam
cara pandang melihat sifat kelelakian. Ketika seorang anak laki-laki lahir,
maka ia akan dibebankan beragam norma, kewajiban, serta harapan dari
keluarga terhadapnya (Dermatoto, 2010, h. 1). Citra diri seorang laki-laki
dalam kehidupan sehari-hari bersumber pada norma budaya. Hal tersebut
berupa cara berbicara, cara berpakaian, cara bergaul dan sebagainya. Lakilaki harus mendapat pendidikan yang baik agar mendapatkan pekerjaan
tetap. Seorang laki-laki juga harus bertanggungjawab dan dapat dipercaya.
Dalam budaya tradisional Indonesia, laki-laki muda mencari
perlindungan pada laki-laki yang lebih tua saat dihadapi kesulitan. Selain
itu, laki-laki muda tidak individual melainkan berkelompok namun
subordinat pada bapak, paman atau bos. Jika laki-laki yang lebih tua
melakukan perbuatan buruk, maka laki-laki muda akan mengikuti
perbuatan buruk juga.

11

Dalam beberapa media, khususnya tayangan televisi pada waktu
prime time, ada tiga jenis anak muda Indonesia. Ketiga jenis anak muda itu
adalah anak muda soleh, anak muda sekuler dan anak muda pelaku
kriminal (Nilan, 2009, h.328). Pertama adalah jenis anak muda yang soleh.
Anak muda yang soleh berpenampilan dengan menggunakan peci, baju
putih dan berjenggot. Selain itu, anak muda ini menjalani kehidupannya
sesuai dengan ajaran-ajaran agama. Anak muda yang seperti ini,
menghabiskan waktunya untuk beribadah di masjid dan melakukan diskusi
kelompok mengenai isu sosial dan anti barat. Secara kehidupan bersosial
dengan masyarakat, mereka sangat menghindari kontak langsung dengan
perempuan yang bukan mahram-nya. Selain itu, mereka

menghindari

untuk berkomunikasi lebih dengan non muslim.
Mereka menginginkan negara Indonesia menerapkan sistem hukum
syariah, karena Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya
menganut agama Islam. Mereka menganggap bahwa jika Indonesia
menerapkan sistem hukum syariah maka akan mengurangi kriminalitas
dan menumpas kejahatan yang ada di Indonesia. Meskipun demikian, anak
muda Islam Indonesia tetap patuh orang yang lebih tua. Sepandaipandainya mereka dalam urusan agama dan dianggap sebagai orang yang
soleh, mereka tetap memiliki pendamping dalam kehidupannya. Sebagai
anak muda, mereka kerap meminta nasihat dari orang yang lebih tua dari
mereka agar hidup lebih terarah sesuai dengan bimbingan agama.

12

Anak muda Islam di Indonesia tidak beda jauh dengan anak muda
Islam yang ada di tempat lainnya. Di Tehran, anak muda Islamnya
mengorganisir kehidupannya di masjid, pesantren dan kesatuan militer.
Mereka berasal dari kelas bawah dan kelas menengah tradisional. Tujuan
mereka adalah untuk membuat orang-orang mentaati peraturan. Sementara
stereotip yang ada di Indonesia, anak muda Islam datang dari keluarga
miskin dan jarang dari keluarga berpendidikan.
Tipe anak muda kedua adalah anak muda sekuler. Anak muda tipe
ini sangat bertolak belakang dengan tipe anak muda yang pertama, yaitu
anak muda soleh. Jika anak muda soleh menjadikan agama sebagai
pedoman hidupnya, maka anak muda sekuler berlaku sebaliknya. Hal lain
yang membedakan keduanya adalah dari segi konsumsi rokok. Anak muda
soleh tidak mengkonsumsi rokok, sementara anak muda sekuler
mengkonsumsi rokok. Anak muda yang seperti ini biasanya masuk ke
dalam golongan kelas menengah.
Hal-hal yang dilakukan oleh anak muda jenis ini adalah bermain
musik, olahraga dan berkumpul dengan teman-temannya. Selain itu,
mereka juga amat peduli dengan penampilannya. Biasanya uang yang
mereka miliki dihabiskan untuk perawatan motor, membeli rokok dan
membeli pakaian. Meskipun demikian, anak muda sekuler ini berada
dalam dua kondisi. Kondisi dalam status anak, di mana mereka harus
patuh dengan orangtuanya yang memiliki otoritas lebih tinggi. Kemudian

13

kondisi sebagai orang dewasa. Kondisi seperti ini merupakan masa transisi
seorang anak muda untuk menjadi dewasa.
Tipe anak muda yang ketiga adalah anak muda yang suka hidup
berkelompok dan kerap melakukan perbuatan kriminal. Mereka seperti
preman, pengguna dan pengedar narkoba, berjudi dan suka mabuk.
Kelompok laki-laki yang suka melakukan kekerasan disebut juga dengan
preman.
Kasus tawuran yang seringkali didominasi oleh remaja laki-laki
merupakan salah satu aksi dari pemahaman negatif doktrin laki-laki yang
dipahami oleh remaja laki-laki. Bagi mereka, jika remaja laki-laki tidak
bisa berdaptasi dengan norma yang berlaku mengenai maskulinitas, maka
akan dilecehkan oleh teman sebayanya. Maskulinitas dianggap sebagai
acuan untuk menjadi pria sejati dan kepantasan dalam pergaulan. Jika
mematuhi maskulinitas maka akan meraih superioritas dan menjadi lakilaki sejati. Akhirnya, mereka berusaha untuk melakukan berbagai cara
untuk mendapatkan label „laki-laki sejati‟. Akan tetapi maskulinitas
diterjemahkan sebagai cara yang harus ditempuh dengan melakukan
perkelahian dan penindasan.
Saat laki-laki tidak mampu menjalankan peran gender, mereka
akan merasa malu dan terhina. Saat itu pula laki-laki merasa harga dirinya
jatuh. Ketika mereka merasa harga dirinya jatuh, mereka akan merasa
takut. Sebisa mungkin menjaga dan mempertahankan harga dirinya. Efek
dari kegagalan dalam menjalankan peran gendernya banyak tindakan

14

negatif yang dilakukan. Seperti mabuk, mengkonsumsi narkoba dan
menjadi anggota kelompok kriminal. Tindakan tersebut dipilih karena
berlabel „jantan‟ dan dapat menutupi harga diri kelelakiannya yang jatuh.
Masyarakat pun menganggap hal tersebut wajar dilakukan oleh laki-laki,
karena erat dengan label jantan. Masyarakat cenderung permisif dengan
nilai kejantanan yang sifatnya negatif ketika kita membicarakan tentang
laki-laki dan alkohol. Jika laki-laki menjadi peminum dan pecandu alkohol
itu adalah hal yang biasa. Kelonggaran kontrol sosial tersebut,
menyebabkan laki-laki meminum-minuman beralkohol dengan berbagai
alasan.
Ketika laki-laki merasa harga dirinya jatuh, mereka bisa juga
melakukan hal positif untuk menjaga dan mempertahankan kelelakiannya.
Hal positif yang dapat dilakukan adalah berkaitan dengan kemampuan diri
dalam menerima diri dan pengelolaan emosi negatif, namun tidak banyak
laki-laki yang mampu mengelola emosi dalam dirinya. Kondisi ini yang
menyebabkan mereka tidak dapat mengontrol dinamika perasaan
negatifnya.
Di Indonesia kontemporer saat ini muncul istilah „a new masculine
cast‟. Gejala ini ditandai dengan adanya kekerasan yang terjadi terhadap
kelompok homoseksual di Indonesia. Hal tersebut menandakan adanya
politik homophobia. Homophobia merupakan ketakutan diri pada seorang
laki-laki jika mereka tidak dapat melakukan apa yang harus dilakukan oleh
laki-laki. Laki-laki akan sangat merasa takut jika mereka dikatakan sebagai

15

seorang gay. Mereka pun takut jika mereka dikatakan sebagai seorang
banci karena sikapnya yang begitu kemayu. Banci dianggap sebagai label
yang paling merendahkan seorang laki-laki karena kemayu, tidak gagah
dan tidak keren (Mahendra, 2016).
Tahun 2005-2006 diramaikan dengan perdebatan mengenai
Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksi. Di saat itu pula FPI
melakukan penggrebekan kantor majalah Playboy. FPI dalam hal ini
menunjukan kuasanya. Selain melakukan penggrebekan, FPI pun
menyerang kelompok gay dengan aksi kekerasan yang sangat terbuka.
Kehadiran sekelompok gay tersebut dinilai tidak lazim oleh FPI karena
hegemoni pada masa Orde Baru. Orde Baru sangat menjunjung tinggi nilai
keluarga bahagia yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. FPI pun melihat
bahwa gay tidak mencerminkan karakter Indonesia.
3. Maskulinitas dalam Media
Media menjadi salah satu sarana untuk menggambarkan citra
maskulinitas. Selain itu, media juga memberikan gambaran dari konsep
maskulinitas yang memiliki perkembangan. Konsep maskulinitas dapat
dimediakan melalui film, novel, pertunjukan teater, iklan dan lain
sebagainya.
Maskulinitas pada media pun tak luput dari konstruksi. Isi dari
media merupakan hasil dari konstruksi realitas dengan menggunakan
bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sementara bahasa itu sendiri, selain

16

dapat dijadikan sebagai alat realitas tetapi bisa juga menentukan relief
yang diciptakan bahasa pada realitas tersebut (Sobur, 2001, h. 88).
Hanke berpendapat bahwa hubungan antara maskulinitas dan
media pada tahun 1970-an dan dikenal secara meluas pada tahun 1980-an.
Konsep yang dikenal pada saat itu adalah “masculinity as fact” (Kurnia,
2014, h. 23). Dalam media, maskulinitas dipahami sebagai produk dan
proses dari representasi. Maskulinitas dianggap sebagai salah satu
subyektifitas yang memperbaiki identitas sosial dengan pendekatan
konstruksionis. Sementara Foucalt mempengaruhi konsep “exhibiting
masculinity”. Gagasannya mengenai maskulinitas di media ke dua arah
yaitu, maskulinitas sebagai konstruksi sosial dan maskulinitas terbuka
pada teori pos-strukturalis (Kurnia, 2004, h. 24).
Dalam media massa, terdapat pertarungan simbolik pada
konstruksi gender. Pertarungan simbolik tersebut ditunjukan pada diksi
yang digunakan oleh media massa. Diksi atau pemilihan kata-kata
digunakan karena mampu menutupi realitas kekerasan reproduksi sosial.
Diksi eufimisasi mengkontruksikan kesopanan diri pelaku konstruksi
gender di media massa. Laki-laki dianggap sebagai male modesty, maka
mereka tidak harus berpenampilan sopan. Sedangkan perempuan dengan
label female modesty yang harus menjaga kesopanan. Dalam diksi
eufimisasi yang erat kaitannya dengan patriarki, laki-laki distereotipkan
sebagai pemberi dan perempuan sebagai penerima (Dinurriyah, 2013, h.
15).

17

Maskulinitas dalam iklan pun seringkali menggambarkan sosok
laki-laki yang berotot, berkeringat, mampu mengangkat beban berat dan
mempesona. Biasanya image tersebut tergambar pada iklan rokok,
minuman berenergi, dan sebagainya. Contoh pada iklan L’Men, yang
memiliki tagline “Kerempeng Mana Keren” menunjukan bahwa sosok
laki-laki yang bertubuh kurus itu tidak keren. Iklan tersebut memiliki
konsep ideal pada laki-laki yaitu memiliki badan yang tidak kurus dan
atletis sehingga menjadi dambaan para wanita (Prasetyo, 2011, h. 206).
Situasi politik dapat mempengaruhi citra maskulinitas dalam iklan
itu sendiri. Pada skripsi yang dituliskan oleh Toni Nur Fakhri Kusumajati
(2014) yang berjudul Dinamika Maskulinitas Pada TVC Di Era Orde Baru
Dan Pasca Orde Baru menjelaskan tentang citra maskulinitas yang
direpresentasikan pada beberapa TVC atau iklan televisi. Pada era orde
baru, iklan mengkonstruksikan bahwa laki-laki adalah jantan, gagah dan
macho. Selain konstruksi tersebut, laki-laki berperan dalam lingkup
publik. Hal ini sesuai dengan pemerintahan di bawah pimpinan Presiden
Soeharto yang mewajibkan laki-laki menjadi sosok yang kuat dan jantan
sebagai bagian dari karakter bangsa. Iklan pada era orde baru sering kali
memunculkan beberapa simbol yang menunjukan sifat kelelakian yang
jantan dan tangguh, seperti otot, wajah macho, cara berpakaian yang
simple dan bekerja di lapangan. Maskulinitas yang ditunjukan melalui
iklan pada era orde baru adalah maskulinitas tradisional. Laki-laki
digambarkan dengan fisik dan kekuatan.

18

Runtuhnya orde baru, berpengaruh pada penggambaran laki-laki
melalui media iklan. Pada era tersebut laki-laki ditampilkan lebih modern
atau yang dikenal dengan istilah metroseksual. Laki-laki metroseksual
sangat memperhatikan penampilan. Dengan penampilan tersebut mereka
merasa lebih berani dan percaya diri. Hal tersebut digambarkan melalui
iklan Nivea For Men. Selain merasa lebih berani dan percaya diri, laki-laki
yang menjaga penampilannya akan mampu menarik perhatian lawan jenis.
Iklan pada era pasca orde baru pun mulai menggambarkan peran
domestik yang diperankan oleh seorang laki-laki. Pada iklan Pepsodent
versi Ayah Adi dan Dika menunjukan bahwa Ayah berperan pula dalam
mengasuh dan memberikan perhatian lebih pada anaknya. Selain itu, pada
iklan Duhhill Mild Versi Go Wherever Fine Taste Takes You,
menggambarkan bahwa tidak hanya seorang perempuan saja yang bisa
memasak dirumah, laki-laki pun dapat melakukannya. Pada penelitian
dengan objek iklan tersebut menunjukan bahwa hegemoni yang dilakukan
oleh media tidak terlepas oleh rezim.
Pada

film

action

kerap

kali

memunculkan

maskulinitas.

Maskulinitas yang digambarkan pada film tersebut biasanya cenderung
melakukan kekerasan, berani, dan aksi heroik. Selain itu, aktor yang
dimainkan pada film tersebut berpenampilan gagah, macho, kuat dan
pemberani. Contoh pada film action Indonesia, The Raid, terdapat aksi
perkelahian di dalamnya. Salah satu pemain dalam film ini, adalah Iko
Uwais, yang merupakan atlit pencak silat Indonesia. Iko menjadi
19

representasi maskulinitas dalam film yang ber-genre action di Indonesia.
Sebelum bermain di film The Raid, Iko juga pernah berperan dalam film
Merantau. Iko berperan sebagai laki-laki yang cukup gagah dengan seni
bela diri yang dilakukannya.
Di majalah banyak artikel yang membincangkan perihal laki-laki
secara terbuka. Selain itu, terdapat pula artikel yang membicarakan soal
perempuan dari sudut pandang laki-laki. Beberapa film yang menunjukan
adanya karakter baru pada maskulinitas adalah film Kuldesak, Tato,
Gerbang 13 dan 9 Naga. Film tersebut menceritakan tentang laki-laki yang
semula bersikap baik namun dapat melakukan kekerasan atau mengamuk
dikarenakan faktor kemiskinan.
Film Kuldesak merupakan film omnibus yang menjadi film
independen Indonesia pertama dengan sutradara sebanyak empat orang
yaitu, Riri Riza, Nan Achnas, Mira Lesmana dan Rizal Mantovani. Film
ini menceritakan tentang kehidupan pemuda Jakrta tahun 1990an.
Mengisahkan tentang hal-hal yang memaksa para tokoh utama untuk
melakukan hal-hal yang radikal. Contohnya pada tokoh Aksan yang
diperankan oleh Wong Aksan. Aksan ingin membuat sebuah film dan
membutuhkan uang, namun Ayahnya tidak mendukung keinginan Aksan.
Terpaksa Aksan mencuri uangnya untuk dapat mewujudkan keinginannya
yaitu membuat film. Film tersebut menunjukan bahwa hal-hal radikal
dapat dilakukan oleh seorang laki-laki agar mendapat kepuasan diri.

20

F. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis
semiotika. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalamdalamnya melalui pengumpulan data. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang menggunakan cara berpikir yang berangkat dari hal-hal yang
khusus menuju hal-hal yang umum (Kriyantono, 2006, h. 196).
1. Analisis Semiotik Roland Barthes
Semiotik merupakan kajian mengenai tanda dan cara-cara tanda
tersebut bekerja. Dari tanda dan cara tanda tersebut bekerja, memiliki
berbagai informasi. Analisis semiotik berupaya menemukan makna dan
tanda termasuk hal-hal yang bersembunyi dibalik sebuah tanda
(Kriyantono, 2006, h. 266). Model analisis yang digunakan pada penelitian
ini adalah model semiotik Roland Barthes. Model tersebut digunakan
untuk memperlihatkan hal-hal yang belum tersampaikan secara eksplisit
pada sinetron. Melalui model tersebut maka dapat diketahui hegemoni atau
subordinat pada sinetron tersebut.
Semiotik menjadi pendekatan penting dalam teori media pada
akhir tahun 1960-an sebagai hasil karya Roland Barthes. Barthes
menyatakan bahwa semua objek kultural dapat diolah secara tekstual. Teks
yang dimaksud adalah teks dalam arti luas. Semiotik dapat meneliti teks
dimana tanda-tanda dapat terkodifikasi sistem. Maka dari itu teks yang
dimaksudkan berupa berita, film, iklan, fashion, fiksi, puisi dan drama

21

(Sobur, 2001, h. 123). Fokus gagasan Barthes tertuju pada signifikasi dua
tahap seperti pada gambar.

First Order

Reality

Second Order

Signs

Culture

Connotation
Signifier
denotation
Signified

Myth

Sumber : Alex Sobur (2001: 127)

Gambar 1.1
Peta Tanda Barthes

Dari gambar di atas menjelaskan tentang signifikasi pada tahap
pertama yaitu hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah
tanda terhadap realitas. Signifier dan signified merupakan terminologi dari
Saussure. Barthes menyebutnya dengan denotasi, yaitu apa yang diyakini
akal sehat/orang banyak (common-sense), makna yang teramati dari
sebuah tanda (Fiske, 2012, h.120). Sementara konotasi merupakan istilah
yang digunakan untuk menunjukan hubungan tahap kedua. Siginifikasi
kedua berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (Sobur, 2001:
128).

22

Menurut Barthes, denotasi lebih diasosiasikan dengan ketertutupan
makna. Di sisi lain, denotasi menunjukan arti yang eksplisit dari kata-kata
dan fenomena lain. Sementara konotasi identik dengan ideologi yang
disebut sebagai mitos yang bertujuan untuk memberikan pembenaran bagi
nila-nilai dominan yang berlaku. Konotasi juga menjelaskan interaksi yang
terjadi pada tanda yang bertemu dengan perasaan atau emosi dari
pengguna tanda tersebut.
Mitos merupakan cerita tentang kebudayaan yang menjelaskan
aspek-aspek dari realitas atau alam. Mitos, bagi, Barthes, sebuah budaya
cara berpikir, tentang sesuatu, cara mengonseptualisasi atau memahami hal
tersebut (Fiske, 2012, h. 144). Di dalam mitos terdapat pola tiga dimensi
yaitu, penanda, penanda dan tanda. Mitos dibangun oleh suatu rantai
pemaknaan yang ada sebelumnya, atau dengan kata lain, mitos adalah
suatu pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat
memiliki beberapa penanda (Sobur, 2006, h. 71).
2. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah sinetron Preman Pensiun 3.
Sinetron tersebut terdiri dari 38 episode. Dalam penelitian ini hanya
diambil beberapa episode yang sesuai dengan penelitian ini. Episode yang
dipilih adalah episode 1, 13, 15, 23, 36 dan 38. Episode-epsiode tersebut
dipilih karena sesuai dengan elemen-elemen maskulinitas. Elemen-elemen
maskulinitas tersebut adalah sebagai berikut.

23

Tabel 1.1
Elemen-elemen maskulinitas
No.

Elemen-Elemen

1.

Laki-laki menjadi kepala keluarga

2.

Laki-laki pencari nafkah untuk keluarga

3.

Laki-laki adalah seorang pemimpin

4.

Laki-laki sangat ambisius

5.

Laki-laki lebih rasional

6.

Laki-laki melindungi perempuan dari berbagai
ancaman

7.

Laki-laki superior, sementara perempuan inferior

8.

Laki-laki bertubuh tinggi, gagah, kuat dan berotot

9.

Laki-laki memakai pakaian yang simple dan
konservatif
Sumber : Peneliti

3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data utama dari penelitian ini, sementara
data sekunder merupakan data pendukungnya.
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini adalah Sinetron Preman Pensiun 3
dengan beberapa episode yang telah dipilih karena dianggap relevan.
b. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian diperoleh dari literatur, jurnal ilmiah,
buku, serta tulisan dari media cetak maupun media internet yang
memuat informasi tentang penelitian.

24

4.

Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk mengorganisasikan data-data yang
telah terkumpul. Data yang terkumpul tersebut