i PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SINETRON KOMEDI (Analisis Isi Pada Sinetron Preman Pensiun 2 Karya Aris Nugraha di RCTI Episode 1-20)

(1)

i PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SINETRON KOMEDI

(Analisis Isi Pada Sinetron Preman Pensiun 2 Karya Aris Nugraha di RCTI Episode 1-20)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Salman Al Farizi NIM : 201110040311142

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : SALMAN AL FARIZI

Tempat, Tanggal Lahir : Probolinggo, 3 Maret 1993 Nomor Induk Mahasiswa : 2011110040311142

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya tulis ilmiah (skripsi) dengan judul :

PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SINETRON KOMEDI

(Analisis Isis Pada Sinetron Preman Pensiun 2 Karya Aris Nugraha di RCTI Episode 1-20)

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian atauppun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 03 November 2015 Yang menyatakan,


(3)

iii BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1) Nama : Salman Al Farizi 2) NIM : 201110040311142

3) Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 4) Jurusan : Ilmu Komunikasi

5) Konsentrasi : Audio Visual

6) Judul Skripsi : PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SINETRON KOMEDI (Analisis Isi Pada Sinetron Preman Pensiun 2 Karya Aris Nugraha di RCTI Episode 1-20)

7) Pembimbing : 1. Nasrullah, M.Si

2. Isnani Dzuhrina, M.Adv 8) Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan Pembimbing I Pembimbing II

15/8/2015 Acc Judul

28/8/2015 Acc Bab I dan

Seminar

1/9/2015 Seminar Proposal

2/10/2015 Acc Bab II

9/10/2015 Acc Bab III

15/10/2015 Acc Bab IV

20/10/2015 Acc Seluruh Naskah

Malang, 22 Oktober 2015 Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II


(4)

LEMBAR PENGESAHAN Nama : Salman Al Farizi NIM : 201110040311142 Konsentrasi : Audio Visual

Juduk Skripsi :PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SINETRON KOMEDI (Analisis Isi Pada Sinetron Preman Pensiun 2 Karya Aris Nugraha di RCTI Episode 1-20)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Dan dinyatakan LULUS Pada hari : Kamis

Tanggal : 5 November 2015 Tempat : Ruang 609

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji :

1. Frida Kusumastuti, Dra, M.Si 1.

2. Widiya Yutanti, MA 2.

3. Nasrullah, M.Si 3.


(5)

v KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.

Dengan selalu mengucap Alhamdulillahirobbil’alamin, rasa syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat dan kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul :

PESAN DAKWAH ISLAM DALAM SINETRON KOMEDI

( Analisis Isi Pada Sinetron Preman Pensiun 2 Karya Aris Nugraha di RCTI Episode 1-20)

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam Skripsi ini penulis berusaha untuk mengetahui dan mendeskripsikan seberapa besar prosentase durasi kemunculan pesan dakwah Islam dan apa saja pesan dakwah Islam yang ada pada tayangan sinetron tesebut. Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Namun penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan inspirasi dan menjadi referensi bagi peminat penelitian selanjutnya di bidang kajian ilmu komunikasi.

Tidak sedikit kesulitan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat terwujud tanpa bantuan dan dorongan dari bebagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih atas


(6)

semua bantuan dan dorongan baik secara moral maupun materiil sehingga terselesaikannya skripsi ini, kepada :

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

2. Kedua orang tua yang sangat saya cintai, ayah Hariyanto, S.Pd dan ibunda Sulastri, S.Pd yang tidak pernah berhenti untuk selalu mendoakan saya, kakak laki-laki saya Ahmad Indra Firmawan, S.Pd dan kakak perempuan saya Riska Paramitha, S.ST. Serta segenap kerabat-kerabat saudara yang selalu mendoakan dan memotivasi sehingga terselesaikan skripsi ini.

3. Bapak Nasrullah, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Isnani Dzuhrina, M.Adv selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dalam menyampaikan ilmu, memberikan pencerahan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

4. Ibu Frida Kusumastuti, Dra, M.Si dan Ibu Widiya Yutanti, MA selaku dosen Penguji skripsi. Terima kasih atas kritik dan sarannya untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

5. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang beserta seluruh staf dan juga seluruh dosen jurusan Ilmu Komunikasi yang telah membantu dalam bentuk sumbangan pemikiran tentang hal-hal yang terkait dalam skripsi ini, serta telah memberikan motivasi sehingga skripsi ini dapat segera terselesaikan.

6. Seluruh penulis buku yag telah menajdi sumber inspirasi dan membantu dalam memberikan ilmu pengetahuan, wawasan serta pemahaman tentang segala hal yang terkandung dalam penulisan skripsi ini.

7. Terima kasih kepada teman-teman crew Roemah Rakjat yang selalu memberi dukungan dan doa yang terbaik.


(7)

vii 8. Terima kasih kepada crew Kedai Coret Toyek, Erik, Aya, Adin yang sudah

memberikan kesempatan dan waktu untuk saya menyelesaikan skripsi ini. 9. Juga terima kasih kepada anggota Coret Lover Yoyok, Toyek, Erik, Indra Tarji

yang sudah memberi dukungan lewat candaan yang biasa di lakukan setiap saat.

10. Untuk kedua koder Khoirul Anam dan Ilham Haliq Putra sangat terima kasih dari saya atas bantuan yang telah diberikan demi menyelesaikan skripsi ini. 11. Serta seluruh sahabat-sahabat dan pihak-pihak yang juga turut memberikan

bantuan dan dukungan. Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan dengan pahala yang berlipat.

Akhir kata dengan segala kekurangan dan keterbatasn kemampuan yang ada, sehingga apabila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya serta mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki penulisan skripsi ini. Semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Malang, 15 Oktober 2015


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL……… i

LEMBAR ORISINALITAS..………….……….. ii

BERITA ACARA BIMBINGAN...……….. iii

LEMBAR PENGESAHAN….………. vi

KATA PENGANTAR….………. v

ABSTRAKSI……… viii

DAFTAR ISI..…..……… xii

DAFTAR TABEL……… xv

DAFTAR GAMBAR……… xvi

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 5

C. Tujuan Penelitian……….. 6

D. Manfaat Penelitian……… 6

D.1 Manfaat Akademis………. 6

D.2 Manfaat Praktis……….. 6

E. Tinjauan Pustaka………... 7

E.1 Televisi Sebagai Komunikasi………. 7

E.2 Pengertian Komunikasi Massa……… 11


(9)

xiii

E.3 Pengertian Sinetron……….. 16

E.4 Pengertian Dakwah……….. 20

E.5 Unsur Dakwah……….. 22

E.6 Media Elektronik Untuk Dakwah………. 27

F. Analisis Isi………... 28

G. Definisi Konseptual……… 30

G.1 Sinetron……… 30

G.2 Dakwah……… 30

H. Metode Penelitian……….. 32

H.1 Metode Penelitian……… 32

H.2 Ruang Lingkup Penelitian……… 33

H.3 Unit Analisis……… 33

H.4 Waktu dan Tempat Penelitian………. 34

H.5 Satuan Ukur………. 34

H.6 Sumber Data……… 34

H.7 Struktur Kategorisasi……… 35

H.8 Teknik Pengumpulan Data……… 36

H.9 Uji Reliabilitas……….. 38

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN……….. 40

A. Sinetron Komedi Preman Pensiun 2………... 40


(10)

A.2 Sinopsis……… 43

A3 Gambaran Umum Sinetron Komedi Preman Pensiun 2…….. 45

A.4 Rating dan Share………. 45

A.5 Penghargaan……… 47

A.5.1 Sinetron Komedi Preman Pensiun……… 47

A.5.2 Pemeran Sinetron Komedi Preman Pensiun………… 48

B. RCTI……….. 49

B.1 Profil RCTI………. 49

B.2 Galeri Logo………. 51

B.3 Slogan………. 51

B.4 Direksi dan Komisaris……… 52

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 53

A. Sajian Data……….. 53

A.1 Sajian Data Pesan Dakwah Syariah……… 56

A.2 Sajian Data Pesan Dakwah Akhlak……… 61

B. Pembahasan………. 65

BAB IV PENUTUP……….. 73

A. Kesimpulan……….. 73

B. Saran……… 74

B.1 Saran Akademis………... 74


(11)

xv

DAFTAR PUSTAKA………. 76

LAMPIRAN………. 79

1. Identitas Koder 1 2. Surat Pernyataan Koder 3. Identitas Koder 2 4. Surat Pernyataan Koder 2 5. Lembar Koding Peneliti 6. Lembar Koding Koder 1 7. Lembar Koding Koder 2 8. Uji Reliabilitas 8.1 Reliabilitas Peneliti dengan Koder 1 8.2 Reliabilitas Peneliti dengan Koder 2 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Daftar Sinetron Sampai Bulan Agustus 2015……….. 2

Tabel 1.2 Data Rating dan Share Tayangan Televisi……….. 3

Tabel 1.3 Fungsi Komunikasi Massa Alexis S.Tan……….. 15

Tabel 1.4 Contoh Coding Sheet……….... 36

Tabel 1.5 Contoh Tabel Distribusi Frekuensi……… 37

Tabel 2.1 Pemeran Sinetron Komedi Preman Pensiun 2………. 41

Tabel 2.2 Crew Sinetron Komedi Preman Pensiun 2……… 43 Tabel 2.3 Gambaran Umum Sinetron Komedi Preman Pensiun 2…. 45


(12)

Tabel 2.4 Data Rating dan Share 12 agustus 2015………... 45

Tabel 2.5 Data Rating dan Share 19 agustus 2015………... 46

Tabel 2.6 Jajaran Direksi Saat Ini………. 52

Tabel 2.7 Dewan Komisaris Saat Ini……… 52

Tabel M Peneliti dan Koder 1………... 92

Tabel M Peneliti dan Koder 2………. 95

Tabel A.1 Expexted Agreement Peneliti dan Koder 1………. 99

Tabel A.1 Expexted Agreement Peneliti dan Koder 2………. 101

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Sinetron Komedi Preman Pensiun 2………. 40

Gambar 2.2 Produser Preman Pensiun Didi Ardiansyah……….. 48

Gambar 2.3 Mat Drajat (Kang Komar)……… 49

Gambar 2.4 Logo-logo RCTI……… 51

Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Jenis Dakwah KeIslaman………. 55

Gambar 3.2 Diagram Jenis Pesan Dakwah KeIslaman……….. 55

Gambar 3.3 Diagram Pesan Dakwah Syariah Yang Sering Tayang.. 57

Gambar 3.4 Adegan Ibadah Sholat……… 58

Gambar 3.5 Adegan Ibadah Puasa………. 59

Gambar 3.6 Adegan Ibadah Haji……… 59

Gambar 3.7 Adegan Ibadah Muammalah………. 60


(13)

xvii Gambar 3.9 Adegan Akhlak Kepada Diri Sendiri………... 63 Gambar 3.10 Adegan Akhlak Kepada Orang Lain……… 64


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta : Sinar Grafika Offset Badjuri, Adi. 2010. Jurnalistik Televisi.Yogyakarta: Graha Ilmu

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti

Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Fiske, Jhon. 1990. Cultural and Communication Studies, Sebuah Pengantar Paling Komrehensif. Yogyakarta: Jalasutra

Hamidi. 2010. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah. Malang: UMM Press Ilaihi, Wahyu. 2010. Komunikasi Dakwah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Kripendorff, Klaus. 1991. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta:

Rajawali Pers

Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis: Riset Komunikasi. Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa sebuah Ananlisis Media Televisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Kuswandi, Wawan, 2008. Komunikasi Massa, Analisis Interaktif Budaya Massa, Jakarta : PT. Rineka Cipta


(15)

77

Labib, Muh. 2003. Potret Sinetron Indonesia Antara Realitas Virtual dan Realitas Sosial. Jakarta: Mandar Utama

Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

McQuail, Denis. 2000. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Morissan. 2009. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Mulyana, Dedy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Naratama, 2004. Menjadi Sutradara Televisi. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Nuruddin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Severin, Werner J., James W., Tankard, Jr. 2007. Teori komunikasi: Sejarah Metode dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pertiwi, S.P. 2015. “Muatan Kekerasan Dalam Tayangan Sinetron Remaja” Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang

SUMBER ONLINE

https://www.facebook.com/RatingAcaraTelevisiIndonesia (diakses pada 24/8/2015)

https://id.wikipedia.org/wiki/Preman_Pensiun (diakses pada tanggal 5/9/2015)

http://www.rcti.tv/program/view/589/PREMAN-PENSIUN-2#.Vc4Vzvmqqkp (diakses pada tanggal 5/9/2015)


(16)

http://profil.merdeka.com/indonesia/r/rcti/ (diakses pada tanggal 9/9/2015)

http://www.rcti.tv/profile/views/4/Dewan%20Direksi(diakses pada tanggal 9/9/2015)

http://www.rcti.tv/profile/views/3/Dewan%20Komisaris(diakses pada tanggal 9/9/2015)

http://www.antaranews.com/berita/511716/preman-pensiun-nominasi-sinetron-terpuji-ffb-2015 (diakses pada tanggal 4/10/2015)

http://www.wisatabdg.com/2015/09/preman-pensiun-meraih-penghargaan.html (diakses pada tanggal 4/10/2015)

http://infokorupsi.com/id/korupsi.php (diakses pada tanggal 3/10/2015)

http://daerah.sindonews.com/read/1050377/23/ajak-jalan-istri-orang-didik-hariyanto-tewas-ditikam-1443978781 (diakses pada tanggal 3/10/2015)


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Televisi memiliki fungsi sama dengan media massa lainnya seperti surat kabar dan radio, yakni memberikan informasi, mendidik, menghibur dan membujuk (Naratama, 2004: 65). Dengan semakin banyaknya variasi acara yang dibuat oleh sebuah stasiun televisi, ada satu tayangan yang seperti tidak tersentuh oleh tayangan-tayangan yang lainnya, yaitu sinetron. Sinetron tidak dapat bergeser begitu saja dihati para penggemarnya. Hal seperti ini lah yang menyebabkan banyak stasiun televisi di Indonesia menjadikan sinetron menjadi salah satu program andalan. Dengan alur cerita yang berseri membuat penonton seakan menjadi penasaran dengan kelanjutan-kelanjutan cerita dalam sinetron tersebut. Ditambah dengan adanya para pemeran-pemeran dari kalangan artis yang mampu membawa daya tarik tersendiri.

Fenomena penggila sinetron memang tak pernah surut di kalangan penikmat televisi. Seakan-akan menikmati jalan cerita sebuah sinetron menjadi hal yang diwajibkan bagi sebagian orang. Sampai bulan agustus tahun 2015, terdapat sejumlah judul yang sudah diproduksi dan ditayangkan di televisi diberbagai channel yang berbeda. Sinetron muncul dengan genre-nya masing masing, terdapat genre drama, romance, remaja, religi, horror, petualangan dan banyak lagi genre yang lain. Dan masing-masing genre mempunyai penggemar masing masing. Berikut data tentang sinetron yang masih tayang sampai bulan agustus 2015.


(18)

Tabel 1.1

Daftar Sinetron Sampai Bulan Agustus 2015

Saluran Judul Genre

SCTV

- High School Love Story - Pangeran

- Madun

- Samson dan Dahlia

- Romance remaja - Komedi

- Komedi - Komedi

RCTI

- Tukung Bubur Naik Haji - 7 Manusia Harimau - Aku Anak Indonesia - Preman Pensiun 2 (ulang) - Tukang Ojek Pengkolan

- Religi komedi - Drama remaja - Remaja - Komedi - Komedi MNC - Super Dede

- Duyung

- Komedi

- Drama Romance NET - Kelas Internasional

- Tetangga Masa Gitu - Masalembo

- Komedi - Komedi

- Drama Petualangan ANTV - Cinta Di Langit Taj Mahal - Romance

Sumber : Olahan Peneliti

Tujuan utama sebuah rumah produksi untuk membuat sinetron adalah tentu untuk mengangkat rating dan share. Dimana semakin tinggi rating dan share sebuah tayangan semakin tinggi pula profit yang dihasilkan. Tidak ada satupun rumah produksi yang menginginkan sinetron buatannya gagal dipasaran, dan dengan melihat rating dan share kita bisa melihat seberapa sukses sebuah judul sinetron yang ditayangkan di televisi. Mari kita lihat data rating yang dirilis pada tanggal 19 agustus 2015 oleh akun resmi facebook Rating Acara Tv Indonesia.


(19)

3 Tabel 1.2

Data Rating dan Share Tayangan Televisi

No Judul Saluran Tv Rating Share

1 Pangeran SCTV 4,7 21%

2 Tukang Bubur Naik Haji RCTI 3,6 17,9%

3 Ashoka ANTV 3,6 15,2%

4 Adit & Sopo Jarwo MNC 3,6 18,1%

5 7 Manusia Harimau RCTI 3,5 16,7%

6 Preman Pensiun 2 (ulangan) RCTI 3,5 20%

7 Madun SCTV 3,3 14,1%

8 Aku Anak Indonesia RCTI 3,3 15,3%

9 Sehrazat ANTV 3,0 15,6%

10 Cinta Di Langit Taj Mahal ANTV 2,8 12%

11 Samson & Dahlia SCTV 2,8 14,4%

12 Maha Putra ANTV 2,6 12,1%

13 Duyung MNC 2,4 10,6%

14 Tukang Ojek Pengkolan RCTI 2,3 17,5%

15 Boboi Boy MNC 2,3 13,9%

16 Super Dede MNC 2,1 8,9%

17 High School Love Story SCTV 2,1 12,4%

18 Syiar Akbar HUT RCTI 1,4 13,1%

https://www.facebook.com/RatingAcaraTelevisiIndonesia

Jika dilihat dari fakta di atas, sebagian besar dari tayangan televisi yang masuk adalah sinetron. Ini membuktikan bahwa sinetron lebih digemari jika dibandingkan tayangan lainnya. Namun rating tinggi program belum tentu


(20)

mencerminkan kualitas program, karena rating hanya bersifat hitungan banyak penonton bukan kualitas sebuah program. Akan sangat berbahaya jika sebuah tayangan yang digemari mengandung nilai negatif karena secara tidak langsung akan berdampak kepada perilaku penikmat tayangan itu sendiri.

Di tengah persaingan tayangan sinetron di Indonesia terdapat sebuah sinetron milik MNC Picture yang sedang naik daun dewasa ini. Yaitu adalah sinetron Preman Pensiun. Sampai bulan Juli Tahun 2015 sinetron Preman Pensiun sudah memasuki jilid ke 2 dengan judul Preman Pensiun 2. Dalam jilid yang kedua ini sinetron Preman Pensiun 2 ini hanya terdapat 46 episode.

Sinetron yang di sutradarai oleh Aris Nugraha tersebut sudah menyelesaikan total 46 episodenya. Di bulan agustus 2015 sinetron Preman Pensiun 2 mendapat penayangan ulang kembali dari episode 1, dan menempati peringkat 6 dengan rating 3,5 dan share sebesar 20%. Image kata

“Preman” dalam pikiran kita selama ini yaitu tentang sebuah status yang

diberikan kepada seseorang karena sikap dan sifatnya sangat ditakuti oleh seseorang yang lain atau keberadaanya sangat mengganggu stabilitas sosial dengan tingkah onarnya. Namun dibalik image seperti itu, sinetron Preman Pensiun 2 menghadirkan sesuatu yang beda. Meskipun tetap mengangkat kehidupan preman di dalamnya, sinetron ini sesekali menghadirkan siraman-siraman rohani pada penikmat sinetron ini. Pesan dakwah Islam terkadang muncul dari perkataan atau perbuatan para aktor dan aktris pemeran Preman Pensiun 2 ini.


(21)

5 Sedikit sekali sinetron komedi yang menghadirkan dakwah-dakwah keIslaman di dalamnya. Kebanyakan sinetron komedi hanya menghadirkan kelucuan-kelucuan seperti biasa yang memang tujuannya hanya untuk menghibur pemirsa, bukan bertujuan untuk mendidik para penggemar setianya. Hal ini sangat membahayakan jika ada sebuah tayangan yang kurang mendidik atau bermuatan negatif di dalamnya. Karena mampu mempengaruhi perilaku penontonnya. Penonton seharusnya diberikan tayangan yang mendidik dan bermanfaat. Seperti paragraf sebelumnya sinetron Preman Pensiun ini secara tidak langsung menyelipkan pesan-pesan Islami di dalamnya, tayangan seperti inilah yang seharusnya di konsumsi oleh masyarakat karena banyak hal positif yang terkandung.

Dengan pemaparan di atas, Maka peneliti tertarik untuk mengambil pesan dakwah Islam yang terdapat di sinetron Preman Pensiun 2 menjadi sebuah penelitian untuk tugas akhir penulisan.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana pemaparan di atas, maka peneliti akan menganalisis pesan dakwah Islam apa saja yang muncul dan durasi kemunculan dalam sinetron Preman Pensiun 2 episode 1-20.


(22)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja pesan dakwah Islam dan mendeskripsikan seberapa besar prosentase durasi kemunculannya yang ada pada tayangan sinetron komedi Preman Pensiun 2 di RCTI pada episode 1-20.

D. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain : 1. Manfaat Akademis :

Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai kajian analisis isi pada sebuah tayangan televisi khususnya sinetron tentang pesan dakwah Islam dan dapat dijadikan bahan untuk penelitian lebih lanjut. Selain itu juga diharapkan dapat dijadikan referensi serta komparasi untuk penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis :

Dapat menambah wawasan pengetahuan bagi khalayak mengenai pesan dakwah keislaman dalam sebuah sinetron. Dan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan para insan perfilman dalam memproduksi film atau sinetron khususnya yang mengandung pesan dakwah Islam.


(23)

7 E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini, maka berikut ini akan diuraikan beberapa definisi dan pemikiran terhadap konsep-konsep yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian.

E.1 Televisi Sebagai Komunikasi Massa

Menurut pendapat Bitter, proses komunikasi massa selain melibatkan unsur – unsur komunikasi sebagaimana umumnya juga membutuhkan peran media massa sebagai alat untuk menyampaikan atau menyebarkan informasi (Nurudin, 2007: 7).

Komunikasi massa media televisi sendiri memiliki arti proses komunikasi terjadi antara komunikator dan komunikan (massa) melalui sebuah media yaitu televisi. Dalam hal ini lembaga penyelenggaraan komunikasi yang dimaksud bukanlah perorangan melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks dan juga dengan pembiayaan yang sangat besar pula.

Televisi sejatinya bersifat transitory (hanya meneruskan), maka pesan pesan yang disampaikannya melalui media tersebut hanya bisa dilihat dan didengar sekilas dan tak dapat diulang. Pesan-pesan televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audio visual) (Kuswandi, 1996:16)


(24)

Oleh karena televisi bersifat transitory (hanya meneruskan) maka isi pesan yang disampaikan haruslah singkat dan jelas agar audience dapat menerima pesan dengan baik karena media ini tidak dapat mengulanginya. Cara penyampaianya baik dari segi kata juga harus jelas agar audience tidak salah menafsirkan pesan yang dimaksud dan sesuai dengan apa yang dimaui oleh media ini. Yang terakhir intonasi suara yang dihasikan serta artikulasinya harus tepat dan baik (Kuswandi, 1996:18).

Posisi dan peranan media televisi dalam operasionalnya si masyarakatnya, tidak berbeda dengan media cetak dan radio. Robert K. Avery dalam bukunya “Communication and The Media” dan Stanford B. Weinberg

dalam “Messeges – A Reader in Human Communication“, Random House, New York 1980, mengungkapakan tiga fungsi media:

1. The surveillance of the environment, yaitu mengamati lingkungan. 2. The correlation of the part of society in responding to the environment,

yaitu mengadakan korelasi antara informasi ada yang diperoleh dengan kebutuhan khalayak sasaran, karena komunikator lebih menekankan pada seleksi evaluasi dan interpretasi.

3. The transmission of the social heritage from one generation to the next, maksudnya ialah menyalurkan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Ketiga fungsi di atas pada dasarnya memberikan suatu penilaian pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis menjadi perantara


(25)

9 untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Tepatlah apabila ketiga fungsi yang dinyatakan oleh Harold Laswell tersebut menjadi kewajiban yang perlu dilakukan oleh media massa pada umumnya (Kuswandi, 1996: 24).

Televisi sendiri adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suaranya, baik itu yang berbentuk monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele ("jauh") dari bahasa yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa latin, sehingga televisi dapat juga diartikan

sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media berupa visual atau penglihatan. Televisi adalah jenis media massa yang paling banyak memiliki pengguna dikarenakan memiliki sejumlah kelebihan dibandingkan dengan media yang lain, diantaranya adalah:

1. Bersifat Pandang – Dengar

Televisi merupakan jenis media massa yang sangat berbeda dengan media-media massa lain yang sudah ada dan hanya bisa dilihat seperti surat kabar atau Koran dan majalah , dan hanya bisa didengar saja seperti radio. Televisi merupakan media yang tidak hanya bisa dilihat dantapi bisa juga didengar. Hal ini yang membuat televisi memiliki kekuatan sugestif yang tinggi pada para khalayak. Pengaruh sugestif tinggi inilah yang membawa nilai positif dan juga baik khususnya bagi dunia pendidikan di Indonesia.


(26)

2. Menghadirkan Realitas Sosial

Menghadirkan realitas sosial yang sama seperti aslinya juga salah satu kelebihan dari media televisi. Pengaruh kuat yang timbul setelah mengkonsumsi media yang membuat khalayak memiliki lebih banyak pengalaman. Karena televisi menyajikan visualisasi yang didukung oleh kekuatan suara yang membuat suatu hal sulit dimengerti menjadi sangat mudah untuk dimengerti. Dengan demikian, kelebihan ini dapat dimanfaatkan secara baik dan maksimal dalam dunia pendidikan khususnya di Indonesia.

3. Simultaneous

Televisi memiliki kelebihan lain yakni mampu menyampaikan segala informasi secara serempak kepada banyak orang yang tersebar di berbagai tempat dalam waktu yang sama persis (simultaneous). Sifat inilah yang tidak dimiliki oleh media cetak. Media cetak membutuhkan waktu yang relative lebih lama dibandingkan dengan televisi untuk menyebarkan informasi terlebih untuk daerah-daerah yang jauh dari tempat percetakan.

4. Memberi Rasa Kedekatan

Televisi menjadi media yang paling efektif dalam proses komunikasi dengan khalayak. Karena secara umum program di televisi disajikan dengan pendekatan yang persuasif kepada khalayaknya, hal ini terjadi karena media televisi kebanyakan menggunakan sapaan yang memberi kesan sangat dekat, tidak berjarak dan seperti halnya kehidupan


(27)

sehari-11 hari. Televisi juga didukung oleh visual yang menarik, sehingga jika potensi itu dikelola dengan baik untuk misi pendidikan maka akan diperoleh pengaruh yang sangat besar.

5. Menghibur

Hiburan adalah hal yang paling dicari oleh khalayak yang menikmati media televisi. Oleh sebab itu setiap stasiun televisi yang memproduksi program-program siaran televisi pasti memasukan aspek hiburan di dalamnya. (Badjuri, 2010:14-16).

E.2 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk dari komunikasi yang juga merupakan salah satu bidang kajian dari sekian banyak bidang yang dipelajari oleh ilmu komunikasi. Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (televisi, radio, dan film) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditunjukkan pada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat serentak dan selintas (Mulyana, 2005: 75).

Menurut Michael W. Gamble dan teri Kwal Gamble (1986) dalam Nurudin (2007:8) mengemukakan bahwa sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula


(28)

seperti surat kabar, majalah televisi, film, atau gabungan diantara media tersebut.

b. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menebarkan pesan bermaksud mencoba berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain.

c. Pesan adalah milik publik. Artinya bahwa pesan ini didapatkan dan diterima oleh banyak orang.

d. Sebagai sumber komunikasi massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan atau perkumpulan. Dengan kata lain, komunikatornya tidak berasal seseorang tetapi lembaga.

e. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper (penapis informasi), artinya pesan-pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. f. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda, kalau dalam jenis

komunikasi lain, umpan balik bisa bersifat langsung. Misalnya komunikasi antar personal, dalam komunikasi ini umpan balik langsung dilakukan, tetapi komunikasi yang dilakukan lewat surat kabar tidak bisa langsung dilakukan alias tertunda (delayed).

Bentuk-bentuk media massa antara lain media elektronik yaitu televisi dan radio, media cetak yaitu koran, majalah, tabloid buku. Selain itu media massa dengan teknologi baru juga ada film dan internet. Apapun itu media massa dengan teknologi baru akan duduk berdampingan dengan media lama, yang mungkin tak akan hilang.


(29)

13 Biasanya teknologi komunikasi yang baru tidak bisa sepenuhnya menggantikan teknologi lama, tetapi ia mungkin menyebabkan teknologi lama mengambil peran baru. Contohnya televisi tidak menggantikan radio tetapi membawa radio ke sistem pemrograman yang baru, termasuk acara perbincangan dan format musik yang spesifik.

Salah satu perubahan teknologi baru itu menyebabkan dipertanyakan kembali definisi komunikasi itu sendiri, menurut Wright dalam bukunya Massa communication A Sociological Perspective, komunikasi massa bisa didefinisikan dalam tiga ciri:

1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiensyang relatif besar, heterogen, dan anonim.

2. Pesan-pesan yang disebarkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audien secara serempak dan sifatnya sementara.

3. Komunikator cenderung berada atau beroprasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar (Severin, 2007: 4).

Sinetron Komedi Preman Pensiun 2 di SCTV merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang cara penyampaian komunikasinya menggunakan media elektronik yaitu televisi sebagai saluran medianya, yang ditujukan untuk masyarakat umum. Selain itu, sinetron komedi Preman Pensiun 2 juga memenuhi salah satu fungsi komunikasi massa, yaitu sebagai fungsi hiburan.


(30)

E.2.1 Fungsi Komunikasi Massa

Ada banyak pendapat yang dikemukakan untuk mengupas fungsi-fungsi komunikasi massa. Sama dengan definisi komunikasi massa, fungsi-fungsi komunikasi massa juga mempunyai latar belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain. Meskipun satu pendapat dengan pendapat lain berbeda, tetapi titik tekan mereka kemungkinan sama. Misalnya, ada yang mengatakan bahwa fungsi media massa itu mendidik, tetapi ada pendapat yang mengatakan fungsi itu sudah tercakup dalam pewarisan sosial. Apapun yang dikemukakan, setidaknya ada benang merah bahwa fungsi komunikasi massa secara umum bisa dikemukakan, seperti informasi, pendidikan, dan hiburan (Nurudin, 2007: 63).

Beberapa ahli telah menyimpulkan tentang fungsi komunikasi massa, salah satunya menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney antara lain: (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberi hiburan), (3) to persuade (membujuk), dan (4) transmision of the culture (transmisi budaya) (Nurudin, 2007: 64).

Sedangkan fungsi khusus dari komunikasi massa, diantaranya adalah untuk menginformasikan (to inform), media memberikan informasi kepada khalayak baik berupa pengetahuan tentang informasi, baik berupa berita, pesan, tayangan, musik, kuliner dan sebagainya. Mendidik (to educate), media massa memberikan pendidikan kepada khalayak, berupa tayangan yang mendidik. Menghibur (to entertain), media massa memberi hiburan untuk mendapatkan perkataan dari khalayak sebanyak mungkin sehingga dapat


(31)

15 menjual kepada para pengiklan (Effendy, 2003: 55). Alexis S. Tan dalam (Nurudin, 2007: 65), menyederhanakan fungsi-fungsi komunikasi massa dalam sebuah tabel sebagai berikut:

Tabel 1.3

Fungsi Komunikasi Massa Alexis S.Tan

No. Tujuan Komunikator (Penjaga Sistem)

Tujuan Komunikan

(Menyesuaikan diri pada sistem: pemuasan kebutuhan) 1. 2. 3. 4. Memberi informasi Mendidik Mempersuasi Menyenangkan, memuaskan kebutuhan komunikan

Mempelajari ancaman dan peluang, memahami lingkungan, menguji kenyataan, meraih

keputusan.

Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang berguna memfungsikan dirinya secara efektif dalam masyarakatnya, memepelajari nilai, tingkah laku yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

Memberi keputusan, mengadopsi nilai, tingkah laku, dan aturan yang cocok agar diterima dalam masyarakatnya.

Menggembirakan, mengendorkan urat saraf, menghibur, dan mengalihkan perhatian dari masalah yang dihadapi.


(32)

E.3 Pengertian Sinetron

Sinetron adalah sebuah sinema eletronik tentang sebuah cerita yang ada di dalamnya membawa misi tertentu kepada pemirsa. Misi ini dapat berbentuk pesan moral untuk pemirsa atau realitas moral yang ada di kehidupan masyarakat sehari-hari (Kuswandi, 2008: 120). Sedangkan definisi lainnya tentang sinetron yaitu, sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Akhir certita sinetron cenderung selalu terbuka dan sering kali tanpa penyelesaian (open ended). Cerita dibuat berpanjang-panjang selama masih ada audien yang menyukainya. Penayangan sinetron biasanya terbagi dalam bebgerapa episode. Sinetron yg memiliki episode terbatas disebut dengan miniseri. Episode dalam suatu miniseri merupakan bagian dari cerita keseluruhan (Morrisan, 2009: 213-214).

Dalam buku Onong Uchana Effendy (2003:193), sinetron atau sinema elektronik tampil sebagai tandingan terhadap film teatrikal yang diputar di gedung-gedung bioskop dan menjadi primadina hiburan masyarakat sejak kondisi perfilman nasional mengalami keterpurukan pada dekade 1990-an. Seiring booming industri pertelevisian dan menjamurnya era selebriti instan bentukan televisi, sinetron merajai program layar kaca. Sinetron pada umunya menceritakan tentang kehidupan sehari-hari manusia yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron doawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing.


(33)

17 Beberapa karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario.

Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan. Seperti layaknya drama atau sandiwara, sinetron diawali dengan perkenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakteristik masing-masing. Berbagai karakter yang berbeda menimbulkan konflik yang makin lama makin besar sehingga sampai pada titik klimaksnya. Akhir dari suatu sinetron dapat bahagia maupun sedih, tergantung dari jalan cerita yang ditentukan oleh penulis skenario.

Di negara lain sinetron disebut dengan opera sabun (soap opera atau daytime serial). Dikatakan demikian karena pada faktanya program sinetron pertama kali disiarkan di radio pada siang hari dan digemari banyak ibu rumah tangga. Saat program ini berlangsung, iklan yang banyak dipasang adalah produk atau barang yang terkait dengan kebersihan seperti deterjen dan sabun mandi. Saat ini, istilah sinetron tidak lagi merupakan akronim, melainkan sudah menjadi genre acara tersendiri di layar kaca. Sinetron pada prime-time saat ini cenderung dimaknai program sinetron unggulan. Istilah unggulan disini dikaitkan untuk menunjukkan bahwa sinetron ini diandalkan oleh stasiun televisi untuk meraih rating dan ditempatkan pada prime-time.

Menurut Muh Labib (2003:85) di dalam sinetron ada dua kategori besar atas dasar tema ceritanya, yaitu:

1. Sinetron drama. Merupakan komposisi cerita atau kisah, syair lagu-lagu yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak


(34)

melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang melibatkan konflik atau emosi yang dikemas secara khusus untuk ditayangkan di televisi. Sinetron drama ini pun dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:

a. Drama keluarga. Mengangkat persoalan-persoalan keluarga dengan pemeran seluruh anggota keluarga (anak-anak, remaja, ayah dan ibu).

b. Drama komedi situasi. Drama yang berisi kelucuan-kelucuan dan menciptakan serta mengajak pemirsa tertawa.

c. Drama misteri. Mengangkat masalah misteri atau menciptakan situasi yang mencekam.

2. Sinetron laga. Merupakan sinetron yang banyak menceritakan dan mengisahkan perkelahian sebagia menu utamanya. Sinetron laga ini pun dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:

a. Laga drama. Merupakan drama yang mengangkat pertatungan-pertarungan dengan setting masa kini.

b. Laga misteri kolosal. Mengangkat pertarungan-pertarungan dengan tema misteri dengan pemeran dalam jumlah besar. Ada empat kategori jenis sinetronmenurut Muh Labib (2003:83), yaitu: 1. Sinetron seri. Adalah sinetron yang memiliki banyak episode, tetapi

masing-masing episode tidak memiliki hubungan sebab akibat.

2. Sinetron serial. Adalah sinetron yang memiliki banyak episode dan masing-masing episode memiliki hubungan sebab akibat.


(35)

19 3. Sinetron mini seri. Adalah sinetron yang hanya memiliki tiga sampai

enam episode saja.

4. Sinetron lepas. Adalah sinetron yang hanya satu eposide, sehingga ceritanya langsung selesai.

Dalam penelitian ini sinetron yang akan dianalisa termasuk kedalam tema sinetron drama karena menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang melibatkan konflik atau emosi yang dikemas secara khusus untuk ditayangkan di televisi, dan termasuk pula dalam tema sinetron remaja karena para pemeran dan ide cerita yang disampaikan sebagian besar mengenai kehidupan remaja sehari-sehari. Sedangkan untuk kategori jenis sinetron termasuk kedalam kategori serial karena dalam setiap episodenya menampilkan sebab akibat dari masing-masing episodenya.

Sendjaya dalam Kuswandi (2008:121), menyebutkan sebuah sinetron seyogyanya memiliki karakteristik, yaitu:

Pertama, mempunyai gaya atau style terdiri dari aspek artistiknya, orisinalitas, penggunaan bahasa film dan simbol-simbol yang tepat, penataan artistik seperti cahaya, screen-directing, dan art-directing, fotografi yang bagus, penyampaian sajian dramatik, yang harmonis, adanya unsur suspense dan teaser.

Kedua, memiliki isi cerita termasuk didalamnya hubungan logis dalam alur ceita, irama dramatik, visi dan orientasi, karakteristik tokoh, permasalahan/tema yang aktual dan kontekstual.


(36)

Ketiga, memiliki karakter dan format medium, penguasaan teknik peralatan dengan kemungkinan-kemungkinannya, manajemen produksi. Untuk mencapai itu, sebuah sinetron diusahakan agar memenuhi kualitas standar lebih dulu, yaitu basic instinct human-being.

E.4 Pengertian Dakwah

Disebutkan oleh Wahyu Ilaihi (2010:14) Secara terminologis dakwah Islam telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Sayyid Qutb memberi batasan

dengan “mengajak” atau “menyeru” kepada orang lain masuk kedalam sabil Allah Swt. Bukan untuk mengikuti dai atau sekelompok orang. Ahmad Ghusuli menjelaskan bahwa dakwah merupakan pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti Islam. Abdul al Badi Shadar membagi dakwah menjadi dua tataran yaitu dakwah fardiyah dan dakwah ummah. Sementara itu Abu Zahroh menyatakan bahwa dakwah itu dapat dibagi menjadi dua hal; pelaksana dakwah, perseorangan, dan organisasi. Sedangkan Ismail al-Faruqi, mengungkapkan bahwa hakikat dakwah adalah kebebasan, universal, dan rasional. Dan kebebasan inilah menunjukkan bahwa itu bersifat universal (berlaku untuk semua umat dan sepanjang masa).

Pada intinya, pemahaman lebih luas dari pengertian dakwah yang telah didefinisikan oleh para ahli tersebut adalah: Pertama, ajakan ke jalan Allah Swt. Kedua,dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga, kegiatan untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan Allah Swt. Keempat, sasaran bisa secara fardiyah atau jama’ah. (Wahyu Ilaihi, 2010:15)


(37)

21 Dakwah termasuk dalam tindakan komunikasi, walaupun tidak setiap aktifitas komunikasi adalah dakwah. Dakwah adalah seruan atau ajak berbuat kebajikan untuk menaati perintah dan mejuhi larangan Allah Swt dan Muhammad Rasulullah Saw, sebagai mana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. (Hamidi, 2010:6)

Wahyu Ilaihi (2010:16) menyebutkan beberapa pengertian dakwah menurut para ahli :

1. Toha Yahya Omar

Definisi ilmu dakwah secara umum adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara atau tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ide/gagasan, pendapat atau pekerjaan tertentu. Adapun definisi dakwah menurut Islam adalah mengajak manusia dengan cara yang bijaksana kepada jalan yang benar sesuai peringatan Tuha untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.

2. Abu Bakar Dzakaria

Dakwah sebagai kegiatan para ulama dengan mengajarkan manusia kepada apa yang baik bagi mereka, yaitu kehidupan dunia akhirat menurut kemampuan mereka.


(38)

3. Al-Khuli’i

Dakwah adalah memindahkan umat dari situasi ke situasi yang lain. 4. Hamzah Ya’kub

Mengajak manusia dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah Swt dan Rasul-Nya.

5. Ali Ma’fudz

Mendorong (memotivasi) manusia untuk melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintah merek berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar agar mereka memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat. 6. Ahmad Ghalwasy

Dakwah sebagai pengetahuan yang dapat memberikan segenap usaha yang bermacam-macam yang mengacu pada upaya penyampaian ajaran Islam kepada seluruh manusia yang mencakup akidah, syariah, dan akhlak.

E.5 Unsur Dakwah

Dalam kegiatan atau aktifitas dakwah perlu diperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam dakwah atau dalam bahasa lain adalah komponen-komponen yang harus ada dalam setiap kegiatan dakwah. Dan desain pembentuk tersebut adalah meliputi :


(39)

23 a. Dai (Subjek Dakwah)

Dai adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan maupun tulisan ataupun perbuatandan baik secara individu, kelompok atau bentuk organisasi atau lembaga. Maka, yang dikenal sebagai dai atau komunikator dakwah itu dapat dikelompokkan menjadi :

1. Secara umum adalah setiap muslim yang mukallaf (dewasa) dimana bagi mereka kewajiban dakwah merupakan suatu yang melekat, tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah:

“Sampaikan walau satu ayat”.

2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil keahlian khusus/mutakhasis dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan panggilan ulama. (Wahyu Ilaihi, 2010:19)

Menurut Hamidi (2010:13) sebelum dai memulai dakwahnya untuk orang lain, ada baiknya ia memperhatikan langkah-langkah berikut:

a. Memperbaiki diri sendiri hingga menjadi panutan dalam hal kebaikan. b. Memperbaiki keadaan rumah tangga dan keluarga agar menjadi rumah


(40)

c. Memperbaiki masyarakat dengan menebar kebaikan dan memerangi kemungkaran secara bijak, di samping juga memberikan motivas untuk perbuatan-perbuatan yang baik dan akhak mulia.

d. Mengajak umat non-muslim ke jalan yang hak dan syariat Islam. b. Mad’u

Mad’u adalah adalah manusia menjadi mitra dakwah atau menjadi

sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik secara individu, kelompok, baik yang beragama Islam maupun tidak, dengan kata lain manusia

secara keseluruhan. Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan yaitu:

1. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat berpikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.

2. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi.

3. Golongan yang berbeda dengan golongan di atas adalah mereka yang senang membahas sesuatu, tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak sanggup mendalami benar. (Wahyu Ilaihi, 2010:19)


(41)

25 c. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah sisi pesan yang disampaikan dai kepada mad’u.

pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran Islam itu sendiri, secara umum dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pesan Akidah, meliputi iman kepada Allah Swt. Iman kepada Malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Malaikat-Nya, iman kepada rasul-rasul-Malaikat-Nya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha-qadhar.

2. Pesan Syariah meliputi ibadah thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji, serta muamalah

 Hukum perdata meliputi: hukum niaga, hukum nikah, dan hukum waris.  Hukum publik meliputi: hukum niaga, hukum negara, hukum perang

dan damai.

3. Pesan Akhlak meliputi akhlak terhadap Allah Swt., akhlak terhadap makhluk yang meliputi;akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat lainnya, akhlak terhadap bukan manusia, flora, fauna, dan sebagainya. (Wahyu Ilaihi, 2010:20)

d. Media Dakwah

Alat-alat yang dipakai untuk menyampaikan ajaran Islam. Hamzah


(42)

1. Lisan, inilah medida dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lidah dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah, bimbingan, penyuluhan, dan sebagainya.

2. Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat, e-mail, smas), spanduk dan lain-lain.

3. Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.

4. Audio visual yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran atau penglihatan dan kedua-duanya, bisa berbentuk televisi, slide, ohp, internet, dan sebagainya.

5. Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam,

yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u. (Wahyu Ilaihi, 2010:20)

e. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara yang digunakan dai untuk menyampaikan pesan dakwah atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan dakwah. Sementara itu, dalam komunikasi metode lebih dikenal dengan approach, yaitu cara-cara yang digunakan oleh komunikator untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Di dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 105 menjelaskan bahwa metode dakwah mempunyai tiga dasar yaitu:

1. Hikmah, yaitu berdakwah dengan memperhatikan situasi dan kondisi sasaran dakwah dengan menitikberatkan pada kemampuan mereka, sehingga di dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam selanjutnya mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.


(43)

27 2. Mauidhah hasanah, adalah berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikn ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka. 3. Mujadalah, berdakwah dengan bertukar pikiran dan membantah dengan

cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-tekanan dan tidak pula dengan menjelekkan yang menjadi mitra dakwah.

E.6 Media Elektronik Untuk Dakwah

Samsul Munir Amin dalam Ilmu Dakwah (2009: 269) Ciri utama media massa elektronika ialah keserempakan (simulanitas). Sebuah media elektronika disebut media massa apabila khlayak secara serempak bersama-sama menyerap pesan yang bersama-sama yang dikomunikasikan oleh sebuah stasiun yang sama pada waktu yang sama.

Pesan dakwah yang hendak disampaikan atau dimuat melalui media massa khususnya elektronika hendaklah bersifat umum dan selintas, karena khalayaknya majemuk (heterogen) dan harus pula diperhatikan kemampuan daya serap rata-rata pendengar atau pemirsa. Yang dimaksud selintas adalah

pesan yang dapat dikonsumsi sekali. Apabila da’i mengupas suatu topik

secara mendalam, maka sukar ditangkap dan dicerna oleh oleh pendengar atau pemirsanya karena sifat komunikasinya satu arah. Dalam uraian terdahulu telah dinyatakan bahwa kemampuan menyerap melalui sarana pendengaran hanya 11%. Dalam media massa tidak ada umpan balik (feedbcak) pada waktu bersamaan.


(44)

Robert K Avery dalam Samsul Munir (2009: 269), pakar penyiaran dalam

tulisannya “Communication and the Media” membagi tingkat reaksi khalayak dalam tingkatan :

a. Selective attention pendengar radio atau pemirsa televisi yang peduli pada suatu yang menarik baginya.

b. Selective perception pendengar radio atau pemirsa televisi yang punya penafsiran sendiri terhadap pesan yang diterimanya.

c. Selective retention pendengar radio atau pemirsa televisi yang hanya mengingat pesan yang ia perlukan.

F. Analisis Isi

Analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.Sebagai suatu teknik penelitian, analisis isi mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemrosesan data ilmiah. Sebagaimana semua teknik penelitian, ia bertujuan memberikan pengetahuan, membuka wawasan baru,

menyajikan “fakta” dan panduan praktis pelaksanaannya. Ia adalah sebuah

alat.

Suatu alat ilmu pengetahuan harus handal (reliabel), terutama ketika peneliti lain, dalam waktu dan barangkali keadaan yang berbeda, menerapkan teknik yang sama terhadap data yang sama, maka hasilnya harus sama. Ini adalah tuntutan agar analisis isi replikabel (Krippendorff, 1991: 15).


(45)

29 Analisis isi banyak dipakai dalam lapangan ilmu komunikasi. Bahkan, analisis isi merupakan salah satu metode utama dalam disiplin ilmu komunikasi. Analisis isi terutama dipakai untuk menganalisis isi media cetak maupun elektronik. Di luar itu, analisis isi juga dipakai untuk mempelajari isi semua konteks komunikasi baik komunikasi antarpribadi, kelompok maupun organisasi. Asalkan terdapat dokumen yang tersedia, analisis dapat diterapkan (Eriyanto, 2011: 10).

Metode analisis isi adalah metode yang digunakan untuk meriset atau menganalisis isi komunikasi secara obyektif, sistematik, dan kuantitatif. Sistematik berarti bahwa segala proses analisis harus tersusun secara sistematis, mulai dari penentuan isi komunikasi yang dianalisis, cara menganalisisnya, maupun kategori yang dipakai untuk menganalisis. Obyektif berarti bahwa peneliti harus mengesampingkan faktor-faktor yang bersifat subyektif atau bias personal, sehingga hasil analisis benar-benar relatif sama. Analisis isi harus dikuantitatifkan dalam bentuk angka-angka (Kriyantono, 2008: 60).

Metode analisis isi yang paling awal dan palingsentral seringkali disebut sebagai analisis isi “tradisional”. Analisis ini diyakini sebagai metode analisis yang menguraikan objektivitas, sistematis, dan kuantitatif dari pengejawantahan komunikasi itu sendiri. Pendekatan dasar dalam menerapkan analsis isi adalah:

1. Memilih contoh (sample) 2. Menerapkan kerangka kategori


(46)

3. Memilih satuan analisis 4. Menetukan satuan ukur

Mengungkapkan hasil sebagai distribusi menyeluruh atau per contoh dalam hubungannya dengan frekuensi keterjadian (McQuail, 2000: 179).

G. Definisi Konseptual G.1 Sinetron

Sinetron adalah sebuah sinema eletronik tentang sebuah cerita yang ada di dalamnya membawa misi tertentu kepada pemirsa. Misi ini dapat berbentuk pesan moral untuk pemirsa atau realitas moral yang ada di kehidupan masyarakat sehari-hari (Kuswandi, 2008: 120).

Sinetron merupakan drama yang menyajikan cerita dari berbagai tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Akhir certita sinetron cenderung selalu terbuka dan sering kali tanpa penyelesaian (open ended). Cerita dibuat berpanjang-panjang selama masih ada audien yang menyukainya (Morrisan, 2009: 13).

G.2 Dakwah Islam

Disebutkan oleh Wahyu Ilaihi (2010:14) Secara terminologis dakwah Islam telah banyak didefinisikan oleh para ahli. Sayyid Qutb

memberi batasan dengan “mengajak” atau “menyeru” kepada orang lain


(47)

31 sekelompok orang. Ahmad Ghusuli menjelaskan bahwa dakwah merupakan pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti Islam. Abdul al Badi Shadar membagi dakwah menjadi dua tataran yaitu dakwah fardiyah dan dakwah ummah. Sementara itu Abu Zahroh menyatakan bahwa dakwah itu dapat dibagi menjadi dua hal; pelaksana dakwah, perseorangan, dan organisasi. Sedangkan Ismail al-Faruqi, mengungkapkan bahwa hakikat dakwah adalah kebebasan, universal, dan rasional. Dan kebebasan inilah menunjukkan bahwa itu bersifat universal (berlaku untuk semua umat dan sepanjang masa).

Pada intinya, pemahaman lebih luas dari pengertian dakwah yang telah didefinisikan oleh para ahli tersebut adalah: Pertama, ajakan ke jalan Allah Swt. Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga, kegiatan untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan Allah Swt. Keempat, sasaran bisa secara fardiyah atau jama’ah. (Wahyu Ilaihi, 2010:15)

Dakwah termasuk dalam tindakan komunikasi, walaupun tidak setiap aktifitas komunikasi adalah dakwah. Dakwah adalah seruan atau ajak berbuat kebajikan untuk menaati perintah dan mejuhi larangan Allah Swt dan Muhammad Rasulullah Saw, sebagai mana yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. (Hamidi, 2010:6)


(48)

H. Metode Penelitian H.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kuantitatif. Analisis isi ini secara umum berupaya mengungkapkan berbagai informasi dibalik data yang disajikan di media atau teks, yang dapat berupa kata, arti (makna), gambar, simbol ide, tema, atau beberapa pesan yang dikomunikasikan (Neuman dalam Martono, 2010: 76).

Analisis isi berfungsi baik dalam skala besar, makin banyak kategori yang dianalisis, maka makin akurat pula analisisnya. Analisisnya berjalan melalui identifikasi dan perhitungan unit-unit terpilih dalam sebuah sistem komunikasi. Menurut John Fiske, analisis isi harus nonselektif, analisisnya mencakup keseluruhan pesan atau sistem pesan, atau secara tepat pada sampel yang tersedia, dan analisisnya dilakukan pada pesan yang eksplisit sebagai kebalikan dari bentuk yang lebih literer pada analisis tekstual yang memilih pada bidang tertentu dari pesan untuk dikaji secara khusus (Fiske, 1990:189).

Analisis isi bersifat kuantitatif, dengan menggunakan perangkat statistik sebagai analisis, hal ini dapat mempermudah penelitian membuat kesimpulan secara ringkas dan obyektif. Oleh karena itu, dalam analisis isi kuantifikasi menjadi penting untuk mempermudah peneliti dalam mempresentasikan pesan dakwah yang terkandung secara akurat.


(49)

33 H.2 Ruang Lingkup Penelitian

Sinetron Preman Pensiun adalah sinetron bergenre komedi menurut https://id.wikipedia.org/wiki/Preman_Pensiun. Dan yang menjadi ruang lingkup penelitian hanya pada episode 1-20 yang ditayangkan di RCTI pada tanggal 25 mei–13 juni 2015 pukul 17.00. Peneliti mengambil data dengan mengunduh melalui youtube. Penelitian ini diarahkan pada dialog dan akting yang mengandung pesan dakwah. Sinetron tersebut berdurasi masing-masing kurang lebih 40 menit.

H.3 Unit Analisis

Dalam penelitian ini, bentuk unit analisis yang digunakan oleh peneliti adalah unit pencatatan. Unit ini berkaitan dengan bagian apa dari isi yang akan dicatat, dihitung, dan dianalisis (Eriyanto, 2011:64). Jika unit sampling hanya menentukan isi apa yang dianalisis, sementara unit pencatatan berbicara mengenai bagian apa dari isi yang akan dicatat, dihitung dan dianalisis.

Ada lima jenis unit pencatatan, namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan unit pencatatan jenis unit fisik. Unit fisik adalah unit analisis yang didasarkan pada ukuran fisik dari suatu isi. Untuk tayangan, film atau sinetron dapat berupa waktu (durasi) (Eriyanto, 2011:64). Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah per scene yang mengandung pesan dakwah keIslaman dalam tayangan sinetron komedi Preman Pensiun 2 episode 1-20.


(50)

H.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 september – 10 september 2015 di Jl. Mayjend Panjaitan 141a Malang.

H.5 Satuan Ukur

Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah durasi pada detik kemunculan kategori pesan dakwah Islam yang telah ditentukan oleh peneliti yang terdapat pada setiap episode yang muncul dalam sinetron Preman Pensiun 2 eipsode 1-20.

H.6 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah berupa video sinetron Preman Pensiun 2 Kembali yang telah peneliti unduh melalui situs youtube. Masing-masing dari video tersebut berdurasi:

1. Episode 1 : 38’40”

2. Episode 2 : 39’38” 3. Episode 3 : 37’01” 4. Episode 4 : 37’20” 5. Episode 5 : 38’53” 6. Episode 6 : 38’57” 7. Episode 7 : 40’09” 8. Episode 8 : 49’56” 9. Episode 9 : 44’48” 10. Episode 10 : 33’47”

11. Episode 11 : 37’48” 12. Episode 12 : 38’50” 13. Episode 13 : 33’50”

14. Episode 14 : 41’14”

15. Episode 15 : 37’19” 16. Episode 16 : 43’07”

17. Episode 17 : 37’12”

18. Episode 18 : 41’42” 19. Episode 19 : 42’44” 20. Episode 20 : 36’05”


(51)

35 H.7 Struktur Kategorisasi

Bagian terpenting dalam analisis isi adalah kategorisasi yang digunakan untuk mengklasifikasikan isi media. Ketepatan dalam melaksanakan kategorisasi ini akan memperjelas tentang topik penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi, validitas serta hasil-hasilnya sangat bergantung pada kategori-kategorinya. Kategori dalam penelitian ini berpangkal pada dakwah Islam itu sendiri. Adalah sisi pesan yang

disampaikan dai kepada mad’u. pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran

Islam itu sendiri, secara umum dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pesan Akidah : jika didalamnya terdapat adegan (dialoga atau perilaku) tentang iman kepada Allah Swt. Iman kepada Malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha-qadhar.

2. Pesan Syariah : jika didalamnya terdapat adegan (dialoga atau perilaku) tentang shalat, puasa, dan haji, serta mu’amalah

3. Pesan Akhlak : jika didalamnya terdapat adegan (dialoga atau perilaku) akhlak terhadap Allah Swt., akhlak terhadap makhluk yang meliputi;akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat seperti bertaubat, saling berbagi, saling mengingatkan tentang kebaikan juga termasuk saling


(52)

menyayangi, dan akhlak terhadap bukan manusia, flora dan fauna seperti menjaga lingkungan dan juga termasuk menyayangi binatang dan tumbuhan. H.8 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan teknik observasi dan telaah dokumen. Observasi dalam hal ini dilakukan dengan cara melihat langsung dan mengamati video tersebut. Sedangkan dokumen yang dipergunakan adalah video hasil download melalui youtube yakni sinetron komedi Preman Pensiun 2.

Untuk langkah pertama yang dilakukan adalah melihat dan mengamati video sinetron komedi Preman Pensiun 2 tersebut. Kemudian dilakukan pemilihan untuk memperoleh data yang terdapat pada scene-scene atau adegan-adegan yang mengandung pesan dakwah Islam. Selanjutnya data dimasukkan kedalam kategorisasi dakwah Islam yang telah ditetapkan. Dan untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat dalam bentuk lembar koding atau coding sheet.

Tabel 1.4 Contoh Coding Sheet

Coding Sheet Keterangan: (√ ) = ada

Episode Durasi Detik

Kategori Dakwah

Aqidah Syariah Akhlak

A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4


(53)

37 Keterangan :

A1 : iman kepada Allah

A2 : iman kepada malaikat Allah A3 : iman kepada kitab-kitab Allah

A4 : iman kepada rasul-rasul Allah A5 : iman kepada hari akhir

A6 : iman kepada qadha dan qadhar

B1 : ibadah thaharah B2 : ibadah shalat B3 : ibadah zakat

B4 : ibadah puasa B5 : ibadah haji B6 : ibadah muamalah

C1 : akhlak kepada diri sendiri C2 : akhlak kepada orang lain

C3 : akhlak kepada flora C4 : akhlak kepada fauna

Kemudian data dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah perhitungan guna mengetahui banyaknya frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Adapun tabel distribusi frekuensi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.5

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi

Episode 1-20

Kategori Durasi %(durasi) Frekuensi

Pesan Tauhid


(54)

Pesan Akhlak TOTAL

Selanjutnya lewat tabel distribusi frekuensi tersebut dilakukan analisa deskriptif, peneliti melakukan penghitungan prosentase dari populasi angka indeks untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai prosentase frekuensi kemunculan pesan dakwah Islam yang terdapat dalam sinetron Preman Pensiun 2 episode 1-20.

H.9 Uji Reliabilitas

Suatu alat ilmu pengetahuan harus handal (reliable) terutama ketika peneliti lain, dalam waktu dan keadaan yang berbeda menerapkan teknik yang sama terhadap data yang sama, maka hasilnya harus sama. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur (kategorisasi) dapat dipercaya atau diabaikan bila dipakai lebih dari satu kali mengukur gejala yang sama. Kategori ini berjumlah relatif banyak sehingga diperlukan uji reabilitas untuk mengukur konsistensi kategori (Bungin, 2005: 159).

Oleh karena itu sebelum penelitian dilakukan, peneliti akan meminta dua orang lain (peneliti pembantu) untuk melakukan pengkodingan terhadap adegan dakwah atau disebut sebagai coder atau hakim. Koder yang dipakai dalam penelitian ini harus mengetahui analisis isi, dapat mengerti dengan baik


(55)

39 kategori yang dipakai dalam penelitian, dan definisi dari masing-masing kategori (Eriyanto, 2011:254).

Untuk itu mengukurnya digunakan rumus Ole R. Holsty (1969) (Eriyanto, 2011: 290) yaitu:

C.R=

Keterangan :

C.R = Coeficient Reliability/ Reliabilitas Antar-Coder

M = Jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder) N1 = Jumlah coding yang dibuat oleh coder 1

N2 = Jumlah coding yang dibuat oleh coder 2

Penyempurnaan untuk memperkuat hasil reliabilitas menggunakan formula scott dengan menggunakan Pi indeks yaitu:

ρi =

Keterangan :

Ρi = Nilai keterhandalan

Observed agreement = Nilai yang disetujui antar pengokode yaitu nilai C.R Expected agreement = Persetujuan yang diharapkan yaitu jumlah proporsi


(1)

H.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 september – 10 september 2015 di Jl. Mayjend Panjaitan 141a Malang.

H.5 Satuan Ukur

Satuan ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah durasi pada detik kemunculan kategori pesan dakwah Islam yang telah ditentukan oleh peneliti yang terdapat pada setiap episode yang muncul dalam sinetron Preman Pensiun 2 eipsode 1-20.

H.6 Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah berupa video sinetron Preman Pensiun 2 Kembali yang telah peneliti unduh melalui situs youtube. Masing-masing dari video tersebut berdurasi:

1. Episode 1 : 38’40” 2. Episode 2 : 39’38” 3. Episode 3 : 37’01” 4. Episode 4 : 37’20” 5. Episode 5 : 38’53” 6. Episode 6 : 38’57” 7. Episode 7 : 40’09” 8. Episode 8 : 49’56” 9. Episode 9 : 44’48” 10. Episode 10 : 33’47”

11. Episode 11 : 37’48” 12. Episode 12 : 38’50” 13. Episode 13 : 33’50” 14. Episode 14 : 41’14” 15. Episode 15 : 37’19” 16. Episode 16 : 43’07” 17. Episode 17 : 37’12” 18. Episode 18 : 41’42” 19. Episode 19 : 42’44” 20. Episode 20 : 36’05”


(2)

H.7 Struktur Kategorisasi

Bagian terpenting dalam analisis isi adalah kategorisasi yang digunakan untuk mengklasifikasikan isi media. Ketepatan dalam melaksanakan kategorisasi ini akan memperjelas tentang topik penelitian.

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi, validitas serta hasil-hasilnya sangat bergantung pada kategori-kategorinya. Kategori dalam penelitian ini berpangkal pada dakwah Islam itu sendiri. Adalah sisi pesan yang disampaikan dai kepada mad’u. pada dasarnya pesan dakwah itu adalah ajaran Islam itu sendiri, secara umum dapat dikelompokkan menjadi:

1. Pesan Akidah : jika didalamnya terdapat adegan (dialoga atau perilaku) tentang iman kepada Allah Swt. Iman kepada Malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir, iman kepada qadha-qadhar.

2. Pesan Syariah : jika didalamnya terdapat adegan (dialoga atau perilaku) tentang shalat, puasa, dan haji, serta mu’amalah

3. Pesan Akhlak : jika didalamnya terdapat adegan (dialoga atau perilaku) akhlak terhadap Allah Swt., akhlak terhadap makhluk yang meliputi;akhlak terhadap manusia, diri sendiri, tetangga, masyarakat seperti bertaubat, saling berbagi, saling mengingatkan tentang kebaikan juga termasuk saling


(3)

menyayangi, dan akhlak terhadap bukan manusia, flora dan fauna seperti menjaga lingkungan dan juga termasuk menyayangi binatang dan tumbuhan.

H.8 Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan teknik observasi dan telaah dokumen. Observasi dalam hal ini dilakukan dengan cara melihat langsung dan mengamati video tersebut. Sedangkan dokumen yang dipergunakan adalah video hasil download melalui youtube yakni sinetron komedi Preman Pensiun 2.

Untuk langkah pertama yang dilakukan adalah melihat dan mengamati video sinetron komedi Preman Pensiun 2 tersebut. Kemudian dilakukan pemilihan untuk memperoleh data yang terdapat pada scene-scene atau adegan-adegan yang mengandung pesan dakwah Islam. Selanjutnya data dimasukkan kedalam kategorisasi dakwah Islam yang telah ditetapkan. Dan untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat dalam bentuk lembar koding atau coding sheet.

Tabel 1.4 Contoh Coding Sheet

Coding SheetKeterangan: (√ ) = ada

Episode Durasi Detik

Kategori Dakwah

Aqidah Syariah Akhlak

A1 A2 A3 A4 A5 A6 B1 B2 B3 B4 B5 B6 C1 C2 C3 C4


(4)

Keterangan :

A1 : iman kepada Allah

A2 : iman kepada malaikat Allah A3 : iman kepada kitab-kitab Allah

A4 : iman kepada rasul-rasul Allah A5 : iman kepada hari akhir

A6 : iman kepada qadha dan qadhar

B1 : ibadah thaharah B2 : ibadah shalat B3 : ibadah zakat

B4 : ibadah puasa B5 : ibadah haji B6 : ibadah muamalah

C1 : akhlak kepada diri sendiri C2 : akhlak kepada orang lain

C3 : akhlak kepada flora C4 : akhlak kepada fauna

Kemudian data dimasukkan ke dalam tabel distribusi frekuensi untuk mempermudah perhitungan guna mengetahui banyaknya frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Adapun tabel distribusi frekuensi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 1.5

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi

Episode 1-20

Kategori Durasi %(durasi) Frekuensi

Pesan Tauhid


(5)

Pesan Akhlak

TOTAL

Selanjutnya lewat tabel distribusi frekuensi tersebut dilakukan analisa deskriptif, peneliti melakukan penghitungan prosentase dari populasi angka indeks untuk memberikan penjelasan deskriptif mengenai prosentase frekuensi kemunculan pesan dakwah Islam yang terdapat dalam sinetron Preman Pensiun 2 episode 1-20.

H.9 Uji Reliabilitas

Suatu alat ilmu pengetahuan harus handal (reliable) terutama ketika peneliti lain, dalam waktu dan keadaan yang berbeda menerapkan teknik yang sama terhadap data yang sama, maka hasilnya harus sama. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur (kategorisasi) dapat dipercaya atau diabaikan bila dipakai lebih dari satu kali mengukur gejala yang sama. Kategori ini berjumlah relatif banyak sehingga diperlukan uji reabilitas untuk mengukur konsistensi kategori (Bungin, 2005: 159).

Oleh karena itu sebelum penelitian dilakukan, peneliti akan meminta dua orang lain (peneliti pembantu) untuk melakukan pengkodingan terhadap adegan dakwah atau disebut sebagai coder atau hakim. Koder yang dipakai dalam penelitian ini harus mengetahui analisis isi, dapat mengerti dengan baik


(6)

kategori yang dipakai dalam penelitian, dan definisi dari masing-masing kategori (Eriyanto, 2011:254).

Untuk itu mengukurnya digunakan rumus Ole R. Holsty (1969) (Eriyanto, 2011: 290) yaitu:

C.R=

Keterangan :

C.R = Coeficient Reliability/ Reliabilitas Antar-Coder

M = Jumlah coding yang sama (disetujui oleh masing-masing coder)

N1 = Jumlah coding yang dibuat oleh coder 1

N2 = Jumlah coding yang dibuat oleh coder 2

Penyempurnaan untuk memperkuat hasil reliabilitas menggunakan formula scott dengan menggunakan Pi indeks yaitu:

ρi =

Keterangan :

Ρi = Nilai keterhandalan

Observed agreement = Nilai yang disetujui antar pengokode yaitu nilai C.R Expected agreement = Persetujuan yang diharapkan yaitu jumlah proporsi