PERCEPATAN PENGOMPOSAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes S) DENGAN BERBAGAI CAMPURAN BAHAN HIJAUAN PADA APLIKASI TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L)

PERCEPATAN PENGOMPOSAN ECENG GONDOK (Eichornia
crassipes S) DENGAN BERBAGAI CAMPURAN BAHAN
HIJAUAN PADA APLIKASI TANAMAN SELADA
(Lactuca sativa L)

SKRIPSI

Oleh:
Fauzia Khasnawati
20120210084

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

PERCEPATAN PENGOMPOSAN ECENG GONDOK (Eichornia S) DENGAN

BEBAGAI CAMPURAN BAHAN HIJAUAN PADA APLIKASI TANAMAN
SELADA ( Lactuca sativa L )

Diajukan kepada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memenuhi sebagai syarat
memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh :
Fauzia Khasnawati
20120210084

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

PERCEPATAN PENGOMPOSAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes
S) DENGAN BEBAGAI CAMPURAN BAHAN HIJAUAN PADA APLIKASI
TANAMAN SELADA ( Lactuca sativa L )


Diajukan kepada Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta untuk memenuhi sebagai syarat
memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh :
Fauzia Khasnawati
20120210084
Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Percepatan
Pengomposan Enceng Gondok (Eichornia crassipes S) Dengan Berbagai Campuran Bahan
Hijauan Dan Aplikasi Pada Tanaman Selada (Lactucasativa L) yang merupakan syarat yang

diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun proposal, pelaksanaan hingga tersusunnya
skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak, oleh sebab itu penulis menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Ir. Mulyono, M.P., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan
kepercayaan, ilmu, saran, nasehat dan arahan dengan penuh kesabaranjuga selalu
memberikan semangat, motivasi, kepada saya selama penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Sukuriyati Susilo Dewi, M.S., selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan
kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan kepada saya hingga tersusunya
skripsi ini.
3. Ir. Hariyono, M.P., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritiknya
demi menuju hal yang lebih baik lagi.
4. Ir. Nugroho Agus Setiawan, M.P., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah
membimbing selama menjalankan perkuliahan.
5. Pak Yuli, Pak Sukir dan semua laboran Agroteknologi UMY, terimakasih banyak atas
bantuannya dalam menyediakan sarana dan prasarana penelitian.
6. Keluargaku ( ayah, ibu, kakak, kakek dan kakak sepupu dan keluarga besar) terima
kasih atas doa, suport dan bantuannya
7. Teman – teman Agroteknologi angkatan 2012 yang senantiasa membantu dalam
penelitian ini.

Atas semua bantuan, doa dan dukungan yang telah diberikan semoga mendapat balasan
dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini membawa manfaat yang besar, baik bagi
penulis maupun pembaca.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb
Yogyakarta,...................2016
Penulis

Motto
 Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bias kamu gunakan untuk merubah
dunia ( Nelson Mandela)
 Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai
(mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu. (Q.S Al Insyirah : 6-8)
 Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai dengan kegagalan
 Janganlah takut untuk melangkah, karena jarak 1000 mil dimulai dengan langkah
pertama

Persembahan
Bismilahirohmanirohim….
Tiada yang maha pengasih dan maha penyayang selain Engkau ya Allah
Syukur alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Mu ya Allah, saya bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini dengan kelancaran.
Semoga sebuah karya ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaatan dan menjadi amal shaleh bagiku
Karya tulis ini kupersembahkan untuk ………
1. Dosen-dosenku yang telah menjadi orang tua keduaku, yang namanya tak bisa ku sebutkan satu persatu
yang mau menularkan ilmunya untuk aku, ucapan terimaksih yang tak terhingga atas ilmu yang telah
kalian berikan sangatlah bermanfaat untukku.
2. Dosen pembimbingku Bapak Mulyono, MP yang senantiasa sabar membimbing aku dalam menyelesaikan
penelitian ini, yang selalu merepotkan dan meyusahkan bapak, namun bapak tetap sabar menghadapiku
dan Ibu Sukuriyati Susilo Dewi, M.S yang senantiasa sabar menghadapi aku dan memberikan motivasi
untukku, selalu peduli dan perhatian padaku. Trimakasih yang tak terhingga atas semua Bapak dan Ibu
berikan padaku sampai menjadi karya ilmiah ini.
3. Kedua orang tuaku tercinta dan belahan jiwaku, Ayahanda Musrori dan Ibunda Suparti. Dengan karya
ilmiah yang sederhana ini, anakmu tersayang ini mencoba memberikan yang terbaik untuk kalian. Betapa
diri ini ingin melihat kalian bangga melihatku. Betapa tak ternilai kasih sayang kalian berikan untuk
ku. Terimakasih atas dukungan moril maupaun materil untuk ku selama ini
4. for My Big Brother (Zaenal Suprayogi) terimakasih banyak atas dukungan, waktu, kesabaran dan doa
untuk kesuksesan si Nduk mu ini.
5. Keluarga keduaku tersayang alias keluarga kontrakan (Septia, Mbah Heny, Marta, Mbak nana dan dek
Fiki). Terimakasih karena kalian selalu siap menampung air mata, tawaku, tempat konsultasi kedua,
dan suport kalian sampai karya ilmiah ini jadi. I Love You Guys and I Will Miss You Guys. Aku tak

kan melupakan kehangatan dan kebersamaan kita selama aku di perantauan ini.
6. Sahabat-sahabatku Pak Bong, Benu, Riskun, yang selalu mau aku repotin. Tembong temen sedaerahku
yang sabar bantuin. tyas, ikhsan dan pak wo yang selalu membantuku ku juga dan sekaligus keluarga
Agroteknologi 2012 terkhusus Agro C yang tak bisa disebutkan namanya satu persatu, kalian pokoknya
sesuatu, senang pernah ada di tengah-tengah kalian.
7. Yang terakhir almamaterku tercinta, terima kasih dan tetap Muda Mendunia
Terimakasih yang tak terhingga dari ku untuk semua orang yang ada disampingku, mudah-mudahan amal
kalian dibalas Allah dengan melimpah. Sampai bibir ini tak mampu berkata lagi untuk mengungkapkan rasa
syukur atas semua rahmat dari Allah ini Akhir kata, semoga skripsi ini membawa manfaatan bagi siapapun
yang membacanya
Alhamdulillahirobbilalamin

DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ………………………………………………………………….iv
KATA PENGANTAR …………………………………....………………………v
DAFTAR ISI………………………………………………………………...........ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………..ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………… …………….....…….x
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………..xi

INTISARI ……………………………………………………………………….xii
ABSTRACT ……………………………………………………………………xiii
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………...1
A. Latar Belakang …………………………………………………………..1
B. Perumusan Masalah ……………………………………………………..3
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………..3
II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………..4
A. Eceng Gondok (Eichornia crassipes Solm) dan Proses Pengomposan ….4
B. Bahan Campuran Kompos ……………………………………………..10
1. Bahan Hijauan ………………………………………………………10
2. Kotoran sapi ………………………………………………………...12
C. Tanaman Selada (Lactuca sativa var Crispa L.)………………………..14
D. Hipotesis ……………………………………………………………….. 15
III. TATA CARA PENELITIAN ……………………………………………….16
A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………….16
B. Bahan dan Alat Penelitian ……………………………………………...16
C. Metode Penelitian ……………………………………………………...16
D. Cara Penelitian …………………………………………………………17
E. Parameter Pengamatan …………………………………………………22
F. Analisis Data …………………………………………………………...26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………………..27
A. Pengomposan Eceng Gondok dengan Perlakuan Hijauan ……………..27
1. Pengamatan perubahan pada kompos selama proses dekomposisi …27
2. Pengamatan Akhir Kompos ………………………………………...31
B. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Selada …………………………...33
1. Tinggi Tanaman (cm)………………………………………………..34
2. Jumlah Helai Daun (helai)…………………………………………...36
3. Berat Segar Tanaman dan Berat Kering Tanaman ………………….38
4. Luas Daun (cm2)…………………………………………………….41
5. Hasil Tanaman Selada ………………………………………………42
V. KESIMPULAN ……………………………………………………………..44
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...45
LAMPIRAN- LAMPIRAN ……………………………………………………..50

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman


1. Kandungan Unsur Hara pada Kotoran Sapi......……………………………….13
2. Perbandingan Kandungan Unsur Bahan Campuran Kompos…………………14
3. Hasil Pengamatan Kompos Minggu Ke-6……………………………………..27
4. Kategori Tekstur Kompos Eceng Gondok………………………………….....30
5. Rerata Tinggi Tanaman, Jumlah Helai Daun, Luas Daun Selada, Berat Segar
.Tanaman, Luas Daun, Berat Segar Akar dan Berat Kering Akar…………..34

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Pengukuran Kadar C-organik dan Bahan organik……………………….……32
2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Selada……………………………………...…35
3. Jumlah Daun Pada Tanaman Selada…………………………………………..37
4. Berat Segar dan Kering Tanaman Selada……………………………………..39

DAFTAR LAMPIRAN


Lampiran

Halaman

1. Skema Penelitian………………………………………………………………50
2. Perhitungan Perbandingan Bahan Kompos dan Kebutuhan Pupuk pada Tanaman
Selada…………………………………………………........…………………51
3. Lay Out Penelitian……………………………………………………………55
4. Hasil PengamatanTiap Minggu………...……………………………………..57
5. Standar SNI dan Perbandingan Hasil Kompos dengan SNI………………….58
6. Dokumentasi Penelitian………………………………………………………59
7. Hasil Uji Kandungaan Kompos……………………………...……………….61
8. Buku Munsell Soil Color Chart……………………………………...……….64
9. Tabel sidik ragam Tinggi Tanaman, Jumlah Helai Daun, Berat Segar, Berat
Kering, Luas Daun, Hasil Produksi……………………………..………….65

ABSTRACT

The research was conducted to understand the effect of various forage on
the composting process of water hyacinth and to determine the best mixture of

forage and water hyacinth compost to improve the growth and production of
lettuce. The study was carried out from Desember 2015 through April 2016 at the
Greenhouse and Soil Laboratory of Faculty of Agriculture, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
This research was designed using Completely Randomized Design (CRD)
in two phases. Phase 1 is composting the water hyacinth with 4 variant of forage
and phase 2 is applicating the mixture of forage and water hyacinth compost to
the lettuce.
The result showed that the addition of various forage and cow manure on
water hyacinth had no signficant in accelerate the composting process. Moreover,
the best mixture application in improving the growth and prodution of lettuce is
gamal and water hyacinth compost mixture.
Keywords: Water Hyacinth, Composting, Forage and Lettuce

INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan hijauan terhadap
proses pengomposan eceng gondok dan perlakuan yang terbaik pada pertumbuhan
dan hasil tanaman selada. Penelitian telah dilakukan di Green house dan
Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Unversitas Muhammadiyah Yogyakarta
pada bulan Desember 2015 hingga April 2016
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode percobaan, disusun dalam
RAL (Rancangan Acak Lengkap) faktor tunggal dan dilakukan dalam dua tahap,
tahap 1: pengomposan dengan 4 perlakuan kompos eceng gondok dan tahap 2:
aplikasi pada tanaman selada dengan 4 perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan penambahan bahan hijauan (azolla, gamal)
dan kotoran sapi pada kompos eceng gondok berpengaruh dalam proses
percepatan pengomposan. Dalam pengaplikasian kompos pada tanaman selada,
perlakuan yang terbaik dalam pertumbuhan dan hasil adalah perlakuan kompos
eceng gondok + gamal.
Kata kunci : Eceng gondok, Pengomposan, Bahan hijauan dan Selada

1

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman gulma di
wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam, atau mengembangkan
perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal. Eceng Gondok berkembang
biak

dengan

sangat

cepat,

baik

secara

vegetatif

maupun

generatif.

Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam
waktu 7-10 hari (Pasaribu dan Sahwalita, 2007). Menurut Brades dan Tobing
(2008), menyatakan bahwa pertumbuhan Eceng Gondok pada ekosistem air dapat
tumbuh dengan cepat (3% per hari). Pertumbuhan Eceng Gondok yang sangat
cepat mengakibatkan makhluk hidup didalam perairan tersebut akan terganggu
pertumbuhannya karena kekurangan oksigen. Selain itu, residu yang ditimbulkan
oleh Eceng Gondok yang sudah mati akan masuk kedalam air dan susah terurai,
akibatnya perairan akan cepat mengalami pendangkalan (Wikipedia, 2013).
Dalam pemanfaatannya Eceng Gondok saat ini masih dimanfaatkan sebagai
briket, pupuk, kompos, pupuk cair, pakan ternak, kerajinan tangan, bahan pembuat
kertas dan bahan pembuat etanol (Kriswiyanti dan Endah, 2009). Eceng Gondok
memiliki potensi untuk dijadikan pupuk organik yang kemudian dapat digunakan
sebagai sumber unsur hara dengan cara pengomposan.
Eceng Gondok dalam 100% berat keringnya, memiliki kandungan
hemiselulosa mencapai 30-55% (Nigam, 2002) dan selulosa 64,51% (Kriswiyanti
dan Endah, 2009). Menurut Balai Penelitian Teknologi Pertanian Sumatra Utara,
2008 menambahkan bahwa hasil analisa kimia dari Eceng Gondok dalam keadaan

1

segar terdiri dari bahan organik sebesar 36,59%, C organik 21,23%, N total
0,28%, P total 0,0011%, K total 0,016%, C/N rasio 75,8 % dan serat kasar
20,6%.Kandungan serat dan C/N rasio yang tinggi mengakibatkan proses
pengomposan Eceng Gondok mengalami kendala karena membutuhkan waktu
yang lama dalam proses dekomposisinya.
Untuk mempercepat pengomposan dipengaruhi beberapa faktor sebagai
berikut, yaitu C/N rasio, kadar air, suhu, derajat keasaman (pH), oksigen dan
aktivitas mikroorganisme. C/N rasio digunakan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bagi mikroorganisme untuk melakukan aktivitasnya dalam merombak
substrat. Karbon digunakan sebagai sumber energy dan Nitrogen untuk
membangun struktur sel mikroorganisme. Perbedaan kandungan C dan N akan
menentukan

kelangsungan

proses

pengomposan

yang

pada

akhirnya

mempengaruhi kualitas kompos yang dihasilkan. ( Yuli A. H, dkk, 2010)
Kombinasi antara C/N sebaiknya dalam keseimbangan antara 30:1, dengan
persyaratan ini proses penguraian akan berjalan dengan baik. Semakin jauh C/N
rasio dari kondisi ideal akan berpengaruh pada proses penguraian ( pengomposan
) yang semakin lama . Maka dibutuhkan bahan campuran dengan C/N rasio
rendah agar dapat pengkomposan Eceng Gondok yang memiliki C/N rasio tinggi
berkisar 130,7% (Hernowo, 1999) agar mudah terdekomposisi. Bahan campuran
kompos dengan C/N rasio rendah dapat didapatkan dari campuran hijauan atau
daun yang memiliki C/N rasio rendah, hal ini agar dapat mengurangi C/N rasio
kompos Eceng Gondok yang tinggi. Untuk menurunkan C/N rasio yang tinggi
pada Eceng Gondok dapat digunakan campuran bahan organik yaitu bahan

2

campuran yang berasal dari bagian tanaman seperti daun-daunan. Untuk bahn
campuran kompos Eceng Gondok da pat digunakanazola dan gamal.
Dalam penelitian ini, kompos Eceng Gondok digunakan sebagai pupuk
pada tanaman selada (Lactuca sativa L). Hal ini mengingat karena tanaman Selada
merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan
masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya.
Berdasarkan Food Agriculuture Organization (Purwanti, 2009) menyatakan
bahwa pada tahun 2005 produksi selada di Indonesia di bawah 1000 ton
sedangkan konsumsi selada sebesar 300 ribu ton. Untuk dapat memenuhi
kebutuhan tersebut selada harus diimpor dari beberapa negara asing. Minimnya
data produksi selada di Indonesia di BPS maupun FAO tahun 2000-2013
menunjukkan bahwa produksi selada tidak diperhitungkan, namun produksi
selada diperkirakan sekitar 3 juta ton yang ditanam pada lahan lebih dari 300.000
ha lahan. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat meningkatkanhasil
dari selada tersebut.

B. Perumusan Masalah
Eceng Gondok dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara dengan cara
dikomposkan, namun proses pengomposan Eceng Gondok mendapatkan kendala
yaitu membutuhkan waktu lebih lama sampai waktu pengomposan mencapai 3
bulan dengan pengomposan secara umum. Penyebab lama pengomposan pada
eceng gondok adalah kandungan serat yang tinggi serta C/N rasio yang tinggi
sekitar 75,8 %. Solusi yang digunakan untuk mempercepat adalah dengan
penambahan hijauan. Penambahan hijauan dianggap efektif menurunkan C/N
rasio yang dimiliki Eceng Gondok, karena hijauan dianggap memiliki sumber N

3

yang tinggi yang dianggap dapat menurunkan C/N rasio tinggi pada kompos
Eceng Gondok. Kandungan N pada gamal sekitar 3,15 % dan azolla 3,6 %,
sehingga bahan yang digunakan yaitu daun gamal dan azolla dalam penelitian ini.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh bahan hijaun terhadap proses pengomposan
Eceng Gondok
2. Untuk mendapatkan perlakuan yang terbaik pada pertumbuhan tanaman
selada.

4

I.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Eceng Gondok (Eichornia crassipes Solm) dan Proses Pengomposan
Eceng Gondok secara botanis mempunyai sistematika yaitu Divisio:
Embryophytasi

Phonogama,

Sub

Divisio

:

Spermathopyta,

Klas

:

Monocotyledoneae, Ordo : Ferinosae, Famili : Pontederiaceae, Genus :
Eichhornia, Spesies : Eichhornia Crassipes (Mart).
Eceng Gondok merupakan herba yang mengapung, menghasilkan tunas
yang merayap yang keluar dari ketiak daun yang dapat tumbuh lagi menjadi
tumbuhan baru dengan tinggi 0,4-0,8 cm, tumbuhan ini memiliki bentuk fisik
berupa daun-daun yang tersusun dalam bentuk radikal (roset) tidak mempunyai
batang. Daun tunggal yang berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing,
pangkal tangkai daun menggelembung dan memiliki serat yang kuat sehingga
biyasa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat tas (Wikipedia, 2013). Setiap tangkai
pada helaian daun yang dewasa memiliki ukuran pendek dan berkerut. Helaian
daun (lamina) berbentuk bulat telur lebar dengan tulang daun yang melengkung
rapat, panjangnya 7-25 cm, warna daun hijau licin mengkilat (Hernowo, 1999).
Daun Eceng Gondok diduga memiliki asam amino sebagai situs aktif
dalam proses adsorpsi, hal ini didukung dengan hasil analisa kimia dari Eceng
Gondok dalam 100 % berat keringnya, memiliki kandungan hemiselulosa
mencapai 30-55% (Nigam, 2002) dan selulosa 64,51 % (Kriswiyanti dan Endah,
2009). Menurut Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatra Utara, 2008
menambahkan bahwa hasil analisa kimia dari Eceng Gondok dalam keadaan segar

1

terdiri dari bahan organik sebesar 36,59 %, C organik 21,23 %, N total 0,28 %, P
total

0,0011

%,

K

2

total

0,016

3

% dan Eceng Gondok memiliki C/N rasio sekitar 75,6 %. Eceng Gondok selama
ini lebih dikenal sebagai tanaman gulma. Padahal, Eceng Gondok sebenarnya
mempunyai kemampuan menyerap logam berat. Kemampuan ini telah diteliti di
laboratorium Biokimia, Institut Pertanian Bogor, dengan hasil yang sangat luar
biasa. Penelitian daya serap Eceng Gondok dilakukan terhadap besi (Fe) tahun
1999 dan timbal (Pb) pada tahun 2000 (Hernowo, 1999). Dari ketebelan serat
yang dimiliki Eceng Gondok menurut (Sastroutomo, 2004) menyatakan bahwa
serat tanaman Eceng Gondok dalam pengomposannya mengalami pembusukan
yang memakan waktu cukup lama sampai mencapai 3 bulan. Menurut Hatem et
al. (2008) proses penguraian dengan nisbah C/N sekitar 70 % tercatat hanya
mampu menurunkan nilai nisbah C/N hingga menjadi 53 dan memerlukan waktu
3-12 bulan kompos jadi dan siap digunakan, sehingga dalam pengomposan
membutuhkan aktivator seperti kotoran ternak, Em4 dan stardek untuk membantu
pengomposan.
Pengertian

pengomposan

menurut

(Murbandono,

2000)

adalah

menumpukkan bahan-bahan organik dan membiarkan terurai menjadi bahanbahan yang mempunyai perbandingan C/N yang rendah atau mendekati C/N tanah
sebelum digunakan sebagai pupuk. Jadi dari pengertian itu dapat dikatakan bahwa
prosesnya berlangsung pada keadaan yang diatur sehingga akan menghasilkan
suatu produk yang berguna bagi pertanian. Pada pengomposan proses peruraian
oleh kegiatan mikroorganisme ditingkatkan

dengan cara mengusahakan

lingkungan yang cocok untuk perbanyakan mikroorganismenya serta kegiatannya
(Reza, 2006).

4

Pada

pengomposan,

proses

penguraian

bahan

oleh

kegiatan

mikroorganisme ditingkatkan dengan cara mengusahakan lingkungan yang cocok
untuk memperbanyak mikroorganisme dan kegiatannya. Dengan meningkatnya
mikroba dalam pengomposan akan mempercepat diperolehnya produk akhir dari
pengomposan yang dilakukan. Untuk itulah faktor-faktor yang mempengaruhi
selama proses pengomposan harus diperhatikan. Adapun faktor-faktor tersebut
adalah :
1.

Faktor dalam
a. C/N rasio
Menurut Happy (2014) Nisbah C/N merupakan perbandingan unsur
karbon dan nitrogen yang terdapat dalam suatu bahan organik. Kedua unsur
tersebut digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi dan bahan
sintesis sel-sel baru. Menurut Mirwan (2012) C adalah unsur karbon yang
dikonversi menjadi CO sebagai energi yang digunakan untuk mengaktifkan
mikroorganisme, sedangkan N adalah protein yang digunakan yang
digunakan untuk makanan bagi bakteri. Rasio C/N yang efektif untuk proses
dekomposisi berkisar antara 30:1 hingga 40:1 pada rasio C/N tersebut
mikroba mendapatkan C untuk energi dan N sintesis protein yang tercukupi (
Isroi, 2008). Dengan syarat ini proses penguraian akan berjalan dengan baik,
semakin tinggi C/N rasio dari kondisi ideal maka berpengaruh pada proses
pengomposan yang membutuhkan waktu lama (Yuniwati dkk, 2012 ).
Jika C/N rasio tinggi maka karbon yang tersedia cukup namun jumlah
nitrogen kurang. Dalam keadaan C/N rasio tinggi maka mengakibatkan

5

aktivitas biologi mikroorganisme akan berkurang dan merupakan faktor
pembatas pertumbuhan mikroorganisme. Selain itu, dalam keadaan kelebihan
karbon membuat proses pemotongan rantai karbon membutuhkan waktu yang
cukup lama dalam pembentukan protein. Sehingga waktu pengomposan akan
lebih lama dan kompos yang dihasilkan akan memilki mutu rendah. Oleh
karena itu jika bahan memiliki ratio C dan N tinggi maka perlu penambahan
N, dan jika ratio C/N bahan organik rendah maka N yang terlalu banyak akan
hilang (Ruskandi,2006).
Apabila C/N rendah atau kurang dari 30 maka ketersediaan karbon
terbatas dan N berlebih. Sehingga dengan kurangnya karbon maka tidak
cukup sebagai sumber energy yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme
untuk mengikat seluruh nitrogen bebas. Dalam hal ini mengakibatkan
kelebihan nitrogen yang tidak dipakai dan bebas dilepaskan dalam bentuk gas
NH3- oleh mikroorganisme. Sehingga kompos yang dihasilkan mempunyai
kualitas rendah. Nitrogen tersebut tidak dapat diasimilasi dan akan hilang
melalui volatisasi sebagai amonia atau terdenitrifikasi (Djuarnani, 2005).
Menurut Yudi, 2009 kombinasi antara C/N sebaiknya dalam
keseimbangan antara 30:1 atau 40:1, dengan persyaratan ini proses
penguraian akan berjalan dengan baik. Semakin jauh C/N rasio dari kondisi
ideal akan berpengaruh pada proses penguraian (pengomposan) yang semakin
lama.
2.

Faktor luar
a. Temperatur

6

Temperatur optimum untuk pengomposan adalah 40 – 60 0C dengan
maksimum 75 0C.

b. Tingakat Keasaman (pH)
Pengaturan pH perlu dilakukan karena merupakan indikator
pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan. Pada
awal pengomposan cenderung agak asam sekitar 5-5,8. Namun akan mulai
naik sejalan dengan waktu pengomposan dan akan stabil pada pH sekitar
netral 7-7,5 (Cooperband, 2000).
c. Kelembaban
Kelembaban optimum untuk pengomposan adalah antara 50 % - 60 %
agar aktivitas mikroorganisme bekerja optimum (Damanhuri dan Padmi,
2010).
d. Cukup mengandung air dan udara
Bila tumpukan kompos kurang mengandung air, tumpukan ini akan
bercendawan. Hal ini akan sangat merugikan karena peruraian akan
berlangsung lambat dan tidak sempurna. Sebaliknya bila terlalu banyak
mengandung air, keadaannya berubah menjadi anaerob yang tidak
menguntungkan bagi kehidupan jasad renik. Kandungan air yang baik pada
bahan kisaran 50%-60%
e. Ukuran Bahan Baku

7

Semakin kecil, ukuran bahan (5-10 cm), proses pengomposan
(dekomposisi) berlangsung semakin cepat. Hal ini terjadi karena adanya
peningkatan luas permukaan bahan untuk diserang mikroorganisme.
f. Tumpukan bahan
Ketinggian tumpukan harus diatur sampai ketinggian 1-1,5 m, dengan
tujuan agar suhu panas yang dihasilkan itu menjadi optimal (Mulyani H,
2014).
Proses pengomposan akan berlangsung ketika bahan – bahan mentah telah
dicampur. Proses pengomposan dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif
dan tahap pematangan. Dalam tahap aktif, terjadi fase mesofilik dimana pada
kisaran waktu 2-3 hari diawal prose pengomposan, senyawa – senyawa yang
mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroorganisme mesofil. Pada
fase ini Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat, hal ini disebabkan
terbentuknya gas CO2- hasil aktivitas mikroorganisme. Bakteri yang bekerja
optimum pada kisaran temperatur 35-45 0C tersebut akan bekerja menguraikan
gula sederhana menjadi asam organik volatil seperti asam asetat dan asam laktat
(Hoornweg et al., 1999).
Ketika temperatur mencapai 45 0C, mikroorganisme mesofilik mati. Proses
dekomposisi dilanjutkan oleh mikroorganisme termofilik yang bekerja pada
kisaran temperature 45-70 0C untuk mengurangi asam organik yang dihasilkan
pada tahap mesofilik, senyawa karbohidrat kompleks dan protein (Hoornweg et
al., 1999). Peningkatan pH kompos terjadi pada fase ini dikarenakan terurainya
asam organik dan NH3-hasil penguraian protein. Penyusutan ukuran juga terjadi

8

pada fase ini. Prose penguraian bahan organik yang sangat aktif dapat terjadi
dalam fase ini sehingga reaksi penguraian berjalan cepat (Sriharti dan Salim,
2010). Panas yang dihasilkan mikroorganisme pada fase ini juga lebih besar
dibandingkan yang dihasilkan tahap sebelumnya. Pada kondisi optimum,
temperatur dapat mencapai kisaran 60-70 0C. Diantara suhu tersebut seharusnya
mampu dipertahankan selama 24 jam agar bibit gulma dan bakteri patogen
menjadi mati (Mirwan, 2012).
Setelah sebagian besar bahan organik telah terurai atau kadar O2 pada
tumpukan kompos menjadi rendah temperatur tumpukan kompos berangsurangsur

mengalami

penurunan

akibat

terjadinya

penurunan

aktivitas

mikroorganisme (Sriharti dan Salim, 2010). Tempertaur akan turun kembali dalam
tahap ini hingga mencapai kisaran 37 0C.
Pada tahap kedua yaitu fase pematangan, dimana pada fase ini temperatur
tumpukan kompos makin menurun hingga mencapai temperatur udara. Pada fase
ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat
humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun
biomasa bahan. Penguraian ini dapat mencapai 30-40 % dari volume/berat awal
bahan (Isroi,2007). Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti (1)
Karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lignin menjadi CO dan HO ; (2)
Zat putih telur menjadi amonia, CO dan HO ; (3) Peruraian senyawa organik
menjadi senyawa yang dapat diserap oleh tanaman. Perubahan tersebut kadar
karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (Amonia) akan
meningkat. Sehingga C/N rasio semakin rendah dan relative stabil mendekati C/N

9

rasio tanah. Pengomposan berdasarkan kebutuhan oksigen di klasifikasikan
menjadi pengomposan aerob dan pengomposan anaerob. Pengomposan aerobik
adalah proses dekomposisi oleh mikroba yang memanfaatkan oksigen untuk
menghasilkan humus, karbondioksida, air dan energi. Beberapa energinya
digunakan untuk pertumbuhan mikroba dan sisanya dikeluarkan dalam bentuk
panas (Suhut dan Salundik, 2006).
Pada tahap akhir pengomposan akan dihasilkan bahan yang sudah stabil
yang disebut sebagai kompos. Kompos yang matang akan ditandai dengan warna
gelap, tidak berbau, struktur remah, berkonsentrasi gembur, serta tidak larut dalam
air.
B. Bahan Campuran Kompos
1. Bahan Hijauan
Bahan hijauan merupakan jenis tanaman pada famili Leguminoceae yang
berpotensi sebagai sumber hara tanaman dalam bentuk pupuk organik yang dapat
dirombak menjadi hara yang tersedia bagi tanaman (Suriadikarta dan
Simanungkalit, 2006). Menurut Rachman dkk., 2006 menyatakan bahwa tanaman
dari jenis kacang-kacangan mempunyaii kandungan hara terutama N yang relative
tinggi dibandingkan jenis tanaman lain dan sisa tanaman dari jenis kacankacangan juga relative lebih mudah terdekomposisi sehingga penyediaan haranya
menjadi lebih cepat. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan beberapa
strategi diantaranya memanipulasi kondisi pengomposan dengan penambahan
hijauan, sedangkan untuk mempercepat pengomposan pada Eceng Gondok yang
mengandung rasio C/N tinggi dapat dicampur dengan bahan yang mengandung

10

rasio C/N rendah yang berasal dari hijauan. Bahan hiajauan yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut :
a. Azola, Menurut Arifin (1996),
Azolla merupakan tanaman air yang termasuk dalam jenis tumbuhan
paku air dan mudah berkembang biak dengan cepat,biasanya hidup
bersimbiosis dengan (Anabaena azollae) yang dapat memfiksasi N dari
udara. Kandungan unsur hara dalam azolla antara lain adalah 3,6 % N, 1,59
% P, 5,97 % K, 1,1 % Ca, 0,44 % Mg dan C/N rasio 16,5 % (Rachman dkk.,
2006). Azolla dapat digunakan sebagai pupuk organik dan membantu dalam
memperbaiki keadaan fisik, kimia, dan biologi tanah. Keadaan fisik tanah
yang diperbaiki azolla antara lain stabilitas agregat, struktur, dan porositas
tanah karena kerapatan massa tanah menjadi berkurang. Ditinjau dari segi
kimia, azolla dapat memperkaya unsur hara makro dan mikro dalam tanah.
Sedangkan dari segi biologi tanah, Azolla dapat meningkatkan aktivitas
mikrobia tanah (Arifin, 1996). Berdasarkan penelitian Rachman dkk,. 2006
penggunaan azolla sebagai pupuk dengan cara dibenamkan kedalam tanah
menunjukkan bahwa azolla segar 20 ton/hektar sama dengan pemberian 60
kg N dari urea, sehingga penggunaan azolla yang mengandung N tinggi
dapat menurunkan C/N rasio Eceng Gondok yang tinggi.
b. Daun Gamal (Gliricidia sepium)
Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat
polong-polongan ( suku Fabaceae alias Luuminosae ). Menurut Ibrahim
(2002) memperlihatkan bahwa ternyata dari daun gamal dapat diperoleh

11

sebesar 3,15 % N, 0,22 % P, 2,65 % K, 1,35 % Ca, O,41% Mg dan C/N

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Konsentrasi Pupuk Cair Super Bionik Dan Waktu Aplikasi Pada Verti Kultur

0 59 76

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa, L) Terhadap Pupuk Kandang Ayam dan Konsentrasi Nitrogen

1 37 90

Respon Pertumbuhan dan Produksi Selada Lactuca sativa L.) Terhadap Konsentrasi dan Interval Aplikasi Pupuk Complesal

0 28 64

Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman Selada (Lactuca sativa L) Terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair).

1 54 109

Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair Dan Kascing

13 109 79

Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L. ) Pada Berbagai Tingkat Dosis Pupuk Npk Dan Pupuk Mikro CuSO¬4.5H2O

2 82 78

Pengomposan Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) di DTA Danau Toba Dengan Menggunakan Beberapa Jenis Aktifator

0 2 53

PENGARUH KOMPOS ENCENG GONDOK (Eichornia Crassipes Solm) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA Pengaruh Kompos Enceng Gondok (Eichornia Crassipes Solm) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L).

0 1 17

PENDAHULUAN Pengaruh Kompos Enceng Gondok (Eichornia Crassipes Solm) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L).

0 1 5

PENGARUH KOMPOS ENCENG GONDOK (Eichornia Crassipes Solm) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA Pengaruh Kompos Enceng Gondok (Eichornia Crassipes Solm) Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L).

2 10 18