KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) DI KEBUN BUAH MANGUNAN KECAMATAN DLINGO KABUPATEN BANTUL

(1)

SKRIPSI

Oleh : Livi Takliviyah

20120210016

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

Oleh : Livi Takliviyah

20120210016

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

ii

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

guna memenuhi syarat untuk memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

Oleh : Livi Takliviyah

20120210016

Program Studi Agroteknologi

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(4)

(5)

v 3. Bapak Lili Sadeli

4. Ibu Elis Holisah

5. Adik Salman Al-Farizy 6. Kakak Neli Rahmi Fauziyah


(6)

vi

.) di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul”. Penelitian skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan S1 di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang berkenan membantu, sehingga penulisan penelitian ini dapat terwujud. Ucapan terimakasih ditujukan kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P. selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi

2. Ibu Lis Noer Aini, S.P., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan arahan dan bimbingan skripsi

3. Bapak Ir. Mulyono, M.P. selaku dosen penguji skripsi dan yang telah memberikan arahan terkait materi-materi penelitian

4. Bapak Yuliantoro selaku Laboran Tanah yang selalu mengingatkan terkait analisis tanah di laboratorium

5. Dekan dan segenap civitas akademika Fakultas Pertanian UMY

6. Pengelola Kebun Buah Mangunan khususnya Ibu Rujiatmi dan Bapak Sugiarto yang berkenan memberikan informasi dan memandu dalam survei lapangan di Kebun Buah Mangunan

7. Pihak BAPPEDA Kabupaten Bantul, BMKG Daerah Istimewa Yogyakarta, DIPERTAHUT Kabupaten Bantul, Kantor Kecamatan Dlingo, Kantor Desa Mangunan, Laboratorium BPTP Yogyakarta, dan seluruh pihak yang berkenan memberikan informasi data dan kerjasamanya.

8. Ardi Luthfi Kautsar yang bersedia membantu dalam penelitian ini dari awal hingga akhir penelitian.

9. Ayah, Ibu, Adik, dan Kakak yang tidak hentinya memberikan dukungan

berupa materi dan moril serta mendo’akan ku dalam penyelesaian skripsi ini

10. Teh Sussy Lintiarsasih dan kontrakan “Bascom Butut” yang bersedia berbagi kamar dan wifinya dalam proses penyusunan skripsi ini.

11. Gumilang, Sandri, Shinta, dan Wikan serta teman-teman Agroteknologi A 2012 lainnya yang selalu memberikan dukungan dan semangat

12. Teh Rosdiana Rachma dan Siti Hanifah yang bersedia meminjamkan buku Evaluasi Lahannya dan memberikan informasi terkait penelitian ini

13. Vidya Mar’atusolikha yang telah memberikan semangat dan bekerjasama dalam bimbingan skripsi

14. Elin, Eva dan anak-anak BARAYA lainnya yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini

15. Serta semua pihak yang telah membantu dalam mewujudkan skripsi ini Akhirnya dengan kerendahan hati penulis sadari karya tulis ini masih belum sempurna, oleh karena itu saya berharap rekan-rekan pembaca dapat


(7)

vii


(8)

viii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Batasan Studi ... 4

F. Kerangka Pikir Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tanaman Durian (Durio zibhethinus Murr.) ... 7

B. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Durian ... 11

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI ... 15

A. Karakteristik Wilayah Studi ... 15

B. Potensi Kecamatan Dlingo sebagai Lahan Budidaya Durian ... 17

IV. TATA CARA PENELITIAN ... 19

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

B. Metode Penelitian dan Analisis Data ... 19

C. Jenis Data ... 22

D. Luaran Penelitian ... 23

E. Jadual Penelitian... 23

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah ... 25

B. Kondisi Eksisting Lahan Pertanaman Durian ... 26

C. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ... 37

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(9)

ix

Tabel 4. Suhu Udara Reta-rata di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ... 26

Tabel 5. Rata-rata Curah Hujan di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ... 27

Tabel 6. Kelembaban Rata-rata di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul... 28

Tabel 7. Kadar N total, Kadar P2O5, dan Kadar K2O ... 34

Tabel 8. Kriteria penilaian hasil analisis tanah ... 34

Tabel 9. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul... 39

Tabel 10. Jenis usaha perbaikan kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya ... 41

Tabel 11. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya ... 42


(10)

x


(11)

xi

Lampiran 4. Data Suhu Udara ... 55 Lampiran 5. Hasil Analisis Tanah di Laboratorium Tanah FP UMY ... 56 Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian ... 57


(12)

(13)

xiii

study entitled “Study of Land Suitability for Durian in Mangun

District, Bantul Regency” conducted from Desember 2015 up to March 2016. The results showed that the Mangunan orchard actually quite suitable for cultivation of durian and have a class of land suitability for durian S2o, r-3, n-1, e-1 with soil drainage, effective soil depth, cation exchangable capacity and slope as the limiting factors. The recommendation to increase durian production in the region are sub-surface soil tillage, organic matter application, terracing, contour parallel planting and crop cover planting.


(14)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Bantul memiliki potensi objek wisata yang tak kalah menarik dibanding daerah-daerah lain yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Objek-objek wisata yang terdapat di Kabupaten Bantul yaitu meliputi Objek-objek wisata alam, wisata budaya/sejarah, pendidikan, taman hiburan dan sentra industri kerajinan (Pemerintah Kabupaten Bantul, 2015).

Objek wisata alam yang dimiliki Kabupaten Bantul selain berupa pantai, pegunungan, goa, hutan juga meliputi agrowisata atau wisata pertanian. Salah satu agrowisata yang terdapat di kabupaten ini yaitu Kebun Buah Mangunan yang berlokasi di Dusun Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kebun Buah Mangunan merupakan wisata alam yang berada di perbukitan Mangir dengan ketinggian antara 150-400 meter dpl. serta luas lahan 24 hektar (Munawaroh, 2013). Menurut Erfanto Linangkung (2015) sampai saat ini setidaknya ada sekitar 4.235 batang pohon buah yang dibudidayakan di Kebun Buah Mangunan meliputi buah durian, belimbing, rambutan, sirsak madu, jambu, pisang, dan srikaya. Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Bantul, Partogi Pakpahan menyatakan bahwa dari seluruh tanaman yang dibudidayakan banyak yang tumbuh subur namun tidak berbuah, termasuk di dalamnya buah durian (Berita Jateng, 2014). Pada tahun 2013 hasil panen durian di Kebun Buah Mangunan bahkan menurun drastis dibandingkan tahun 2012, dimana pada tahun 2012 panen durian untuk satu pohonnya bisa mencapai


(15)

40 buah, namun pada tahun 2013 satu pohonnya hanya menghasilkan 4 buah saja (Tika, 2013).

Di Indonesia durian merupakan salah satu buah yang paling banyak digemari. Pada tahun 2004 produksi durian mencapai 675.902 ton dengan luas 52.008 hektar. Walaupun produksi cenderung meningkat ternyata impor durian juga mengalami peningkatan dari 11.086 ton dengan nilai US$ 11.730.903 pada tahun 2004 dan menjadi 24.679 ton dengan nilai US$ 30.829.557 pada tahun 2008. Kecenderungan impor durian meningkat dan produksi durian nasional meningkat menggambarkan konsumsi durian masyarakat Indonesia meningkat (Sukamertayasa, 2011). Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan buah durian dan menekan angka impor buah durian, produksi buah durian di Indonesia harus ditingkatkan termasuk produksi di Kebun Buah Mangunan.

Menurut Gunawan Budiyanto (2014) proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman membutuhkan dua faktor pendukung utama, yaitu kondisi agroklimat dan daya dukung lahan. Dalam satuan pemanfaatan lahan atau kawasan, kondisi agroklimat lebih banyak menentukan kecocokkan dan kesesuaian iklim terhadap persyaratan lingkungan yang dibutuhkan tanaman, sedangkan daya dukung lahan menentukan bagaimana upaya agar suatu tanaman dapat tumbuh dan memberikan produksi maksimal. Sementara itu Erfanto Linangkung (2015) menyebutkan bahwa kawasan Mangunan mempunyai lahan yang kritis dan dulunya sering terjadi longsor. Dengan demikian tanaman yang dibudidayakan di Kebun Buah Mangunan khususnya buah durian supaya dapat berbuah secara maksimal maka perlu didukung dengan iklim dan lahan yang


(16)

sesuai. Oleh karena itu perlu adanya evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan untuk mengetahui seperti apa daya dukung iklim dan lahan saat ini.

B. Perumusan Masalah

Kawasan Kebun Buah Mangunan yang diusahakan menjadi tempat wisata pertanian atau agrowisata merupakan langkah baik untuk mengenalkan masyarakat terhadap tanaman buah, namun alangkah lebih baik lagi jika tanaman buah yang dibudidayakan dapat menghasilkan produksi yang maksimal, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan buah secara nasional khususnya terhadap buah durian yang dominan ditanam di kawasan tersebut. Untuk menghasilkan produksi yang baik tentunya faktor yang mendukung tanaman itu sendiri yaitu dari kualitas lahan yang digunakan sebagai medium tumbuh harus sesuai dengan syarat tumbuh yang harus dipenuhi untuk tanaman durian. Untuk mengetahui kualitas lahan yang digunakan perlu adanya evaluasi lahan dengan menetapkan karakteristik lahan sebagai dasar penentuan kesesuaian lahan untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini mempunyai permasalahan: 1. Bagaimana karakteristik lahan bagi pertanaman durian di Kebun Buah

Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

2. Bagaimana tingkat kesesuaian lahan bagi pertanaman durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul


(17)

C. Tujuan Penelitian

1. Menetapkan karakteristik lahan bagi pertanaman durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

2. Mengevaluasi tingkat kesesuaian lahan bagi pertanaman durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik lahan, tingkat kesesuaian lahan dengan tanaman durian, dan mengetahui pembatas-pembatas kesesuaian lahan di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul, sehingga potensi produksi buah durian dapat dihasilkan secara maksimal.

E. Batasan Studi

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas areal pertanaman durian 2,7 hektar.

F. Kerangka Pikir Penelitian

Menurut Gunawan Budiyanto (2014) untuk melangsungkan pertumbuhan dan perkembangannya, tanaman membutuhkan dua faktor pendukung utama, yaitu kondisi agroklimat dan daya dukung lahan. Kondisi agroklimat banyak berperan dalam memberikan daya dukung iklim seperti panjang dan intensitas


(18)

matahari, temperatur, kelembaban udara, perilaku angin dan sebaran curah hujan. Sementara daya dukung lahan secara prinsip dapat memberikan sumbangan pada peran tanah sebagai lumbung lengas dan hara (moisture and nutrient resources). Oleh karena itu lahan dengan kata lain dapat disebut juga sebagai media tanam, sedangkan media tanam yang baik harus memilki sifat-sifat fisik, kimia dan biologi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (Alamtani, 2015). Tanaman agar menghasilkan produk yang maksimal maka harus ada kecocokkan antara tanaman dengan media tanam, begitu juga dengan tanaman durian yang memiliki karakteristik lahan tertentu yang dapat mendukung syarat pertumbuhannya yang optimal. Suatu proses penilaian sumber daya lahan untuk tujuan tertentu dengan menggunakan suatu pendekatan atau cara yang sudah teruji disebut dengan evaluasi lahan (Fagundez, 2011). Evaluasi lahan ini ditujukan untuk mengkaji sejauh apa batasan-batasan yang harus dilakukan sehingga lahan tersebut dapat digunakan sebagai media tanam tanaman tertentu, termasuk lahan yang berada di Kawasan Kebun Buah Mangunan yang difungsikan sebagai media tanam durian.

Menurut Tahtia Sarasmi (2013) dasar dari evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan tumbuh yang diperlukan untuk penggunaan suatu lahan dengan potensi dari lahan tersebut. Oleh karena itu kerangka pikir evaluasi lahan ini pada dasarnya menganalisis potensi lahan yang datanya dapat diperoleh dari analisis kondisi fisiografi wilayah serta analisis sampel tanah kemudian membandingkannya dengan persyaratan tumbuh pertanaman durian. Kerangka Pikir penelitian yang disajikan dalam gambar 1 menjelaskan bahwa hal pertama dapat dilakukan yaitu menganalisis kondisi fisiografi wilayah. Analisis kondisi


(19)

fisiografi wilayah adalah mengkaji kondisi iklim dan tanah secara fisik yang berada di wilayah penelitian yaitu dengan cara mengetahui data karakteristik dan fisiografi wilayah Kawasan Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, data ini dapat diperoleh dari BMKG setempat. Kemudian selanjutnya analisis sampel tanah yang didasari dari kondisi eksisting lahan pertanaman durian di kawasan tersebut, hal ini dilakukan untuk mengetahui kesuburan tanah yang meliputi kesuburan fisik, kimia, dan biologi. Persyaratan tumbuh pertanaman durian yang digunakan sebagai acuan, diperoleh dari studi literatur. Data-data tersebut kemudian dievaluasi dengan cara mencocokkan/ membandingkan antara kondisi fisiografi wilayah dan analisis sampel tanah dengan persyaratan tumbuh pertanaman durian. Hasil akhir dari penelitian diperoleh kelas kesesuaian lahan durian di Kawasan Kebun Buah Mangunan dan rekomendasi terhadap permasalahan yang ada.

Kawasan Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo, Kabupaten

Bantul, D.I.Y.

Karakteristik dan Fisiografi Wilayah

Kondisi Eksisting Lahan Pertanaman

Durian

Persyaratan Tumbuh Pertanaman Durian

Analisis Kondisi

Fisiografi Wilayah Analisis Sampel Tanah

Evaluasi Lahan

Penyajian Hasil dan Rekomendasi


(20)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.)

1. Karakteristik Tanaman Durian

Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan buah-buahan tropika asli Asia Tenggara, terutama Indonesia. Sumber diversifikasi genetik tanaman durian terletak di Kalimantan dan Sumatera. Di Indonesia tanaman durian tersebar luas di berbagai daerah dataran rendah sampai ketinggian 600 meter dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Magnoliopsida, Ordo Malvales, Famili Bombacaceae, Genus Durio, dan Spesies Durio zibethinus (Budiyanto, 2015). Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka (2015) menyatakan bahwa tanaman durian berbentuk pohon, berumur panjang (perenial) dengan tinggi 27 - 40 m, berakar tunggang, batang berkayu dengan bentuk silindris dan tegak, serta kulit pohon pecah-pecah dan memiliki permukaan kasar. Pohon durian mempunyai percabangan simpodial, bercabang banyak, dan arah mendatar. Disamping itu tanaman durian juga berdaun tunggal, bertangkai pendek yang tersusun berseling (alternate) dengan permukaan atas berwarna hijau tua dan permukaan bawah berwarna cokelat kekuningan, bentuk jorong hingga lanset dengan ujung runcing, pangkal membulat (rotundatus), tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas mengkilat (nitidus), permukaan bawah buram (opacus).


(21)

Selain itu tanaman durian mempunyai bunga yang muncul di batang atau cabang yang sudah besar, bertangkai, kelopak berbentuk lonceng

(campanulatus) berwarna putih hingga cokelat keemasan, dan biasanya

berbunga sekitar bulan Januari. Buah durian sendiri memiliki karakteristik bulat atau lonjong dengan panjang 15-30 cm, kulit dipenuhi duri-duri tajam dan berwarna coklat keemasan atau kuning, serta biji berbentuk lonjong dengan ukuran 2-6 cm dan berwarna cokelat. Tanaman durian akan berbuah setelah berumur 5-12 tahun yang diperbanyak secara generatif (biji).

2. Syarat Tumbuh Optimal Tanaman Durian

Menurut Ivanastuti (2015) syarat tumbuh bagi durian yaitu berada pada curah hujan maksimum berkisar antara 3.000-3.500 mm/tahun dan minimal 1.500-3.000 mm/tahun. Curah hujan merata sepanjang tahun, dengan kemarau 1-2 bulan sebelum berbunga lebih baik daripada hujan terus menerus. Intensitas cahaya matahari yang dibutuhkan durian adalah 60-80%. Sewaktu masih kecil (baru ditanam di kebun), tanaman durian tidak tahan terik sinar matahari di musim kemarau, sehingga bibit harus dilindungi/dinaungi. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30° C. Pada suhu 15° C durian dapat tumbuh tetapi pertumbuhan tidak optimal. Bila suhu mencapai 35° C daun akan terbakar.

Tanaman durian menghendaki tanah yang subur (tanah yang kaya bahan organik). Partikel penyusun tanah seimbang antara pasir liat dan debu sehingga mudah membentuk remah. Tanah yang cocok untuk durian adalah jenis tanah grumusol dan andosol. Tanah yang memiliki ciri-ciri warna hitam


(22)

keabu-abuan kelam, struktur tanah lapisan atas berbutir-butir, sedangkan bagian bawah bergumpal, dan kemampuan mengikat air tinggi (Ivanastuti, 2015). Menurut Onny Untung (1996) tanaman durian dapat beradaptasi dengan berbagai jenis tanah, namun tanah yang paling cocok ialah tanah jenis geluh atau geluh berpasir yaitu tanah yang memiliki komposisi tekstur pasir, debu dan lempung seimbang yang banyak dijumpai di lereng-lereng bukit. Tanah liat juga dapat diusahakan, dengan syarat dilengkapi drainase. Derajat keasaman tanah yang dikehendaki tanaman durian adalah (pH) 5-7, dengan pH optimum 6-6,5. Tanaman durian termasuk tanaman tahunan dengan perakaran dalam, maka membutuhkan kandungan air tanah dengan kedalaman cukup, (50-150 cm) dan (150-200 cm). Jika kedalaman air tanah terlalu dangkal/dalam, rasa buah tidak manis/tanaman akan kekeringan/akarnya busuk akibat selalu tergenang. Pemupukan dilakukan dengan membuat parit kecil di sekeliling pohon lalu ditaburi pupuk kimia. Pupuk kandang diberikan pada waktu penanaman bibit. Pemupukan dengan kadar NPK yang sama diberikan segera setelah musim berbuah, sedangkan pemupukan dengan kadar P yang lebih tinggi diberikan setelah flushing selesai untuk mempersiapkan pembungaan. Ketinggian tempat untuk bertanam durian tidak boleh lebih dari 800 m.dpl. Tetapi ada juga tanaman durian yang cocok ditanam diberbagai ketinggian. Tanah yang berbukit/yang kemiringannya kurang dari 15 kurang praktis daripada lahan yang datar rata (Ivanastuti, 2015).


(23)

Faktor yang mempengaruhi produksi buah durian tidak hanya faktor agroklimat saja melainkan cara perawatan tanaman juga mempengaruhi produksi. Onny Untung (1996) menyatakan bahwa perawatan tanaman durian meliputi pemangkasan, pemupukan, penyiraman, penyerbukan, dan perawatan buah di pohon.

a. Pemangkasan

Pemangkasan ditujukan untuk membentuk struktur pohon yang seimbang, kokoh, memaksimalkan cabang-cabang produktif, serta menjaga ketinggian dan tajuk pohon. Kondisi pohon tersebut memiliki keuntungan antara lain memacu pertumbuhan pohon lebih cepat, mempercepat masa pembungaan dan pembuahan.

b. Penyiraman

Penyiraman perlu dilakukan saat tanaman masih muda karena tanaman pada masa ini sangat peka terhadap kekurangan air, namun saat tanaman mulai berbuah, pengairan harus dikurangi supaya tidak terlalu memacu pembungaan, sebab pembungaan yang baru akan menyebabkan kerontokan pada buah yang baru muncul.

c. Pemupukan

Pemupukan harus dilakukan sesuai dosis dan umur tanaman agar menghasilkan produksi buah yang memuaskan. Pada masa pertumbuhan, pohon durian diberi pupuk dalam jumlah sedikit tetapi sering. Semakin dewasa dosis pupuk semakin banyak namun frekuensinya berkurang. Jenis pupuk yang diberikan NPK (15:15:15), pada tanaman umur 1-4 tahun


(24)

diberikan pupuk 0,6-2 kg/tanaman dengan frekuensi 4-6 kali dalam satu tahun. Pada umur tanaman 5-8 tahun diberikan pupuk 4,5-9 kg/tanaman dengan frekuensi 3-4 kali dalam setahun. Pada umur 9 tahun keatas frekuensi pemupukan hanya 3 kali dalam satu tahun namun dosisnya 10 kg/tanaman.

d. Penyerbukan

Penyerbukan dilakukan secara manual apabila banyak faktor yang menyebabkan kegagalan penyerbukan secara alami. Kegagalan penyerbukan dapat mengakibatkan berkurangnya produksi tanaman durian.

e. Perawatan Buah di Pohon

Buah yang berkualitas dan bagus dapat diupayakan melalui pemilihan buah pada saat pentil buah muncul. Jika dalam satu tangkai terdapat 8-10 pentil buah maka harus dipilih satu pentil buah yang terbaik untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi yang akan dibentuk menjadi daging buah.

B. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Durian

Fagundez (2011) menyatakan bahwa kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokkan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu. Kondisi lahan tersebut dapat dinilai untuk kondisi saat ini (kesesuaian lahan aktual) atau setelah diadakan perbaikan (kesesuaian lahan potensial). Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan


(25)

tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Data biofisik tersebut berupa karakteristik tanah dan iklim yang berhubungan dengan persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan.

Evaluasi kesesuaian lahan memiliki tingkat survei seperti halnya survei tanah, mulai dari tingkat eksplorasi sampai tingkat detail. Evaluasi lahan tingkat semi detail evaluasinya bersifat kuantitatif. Sedangkan kategori lebih tinggi evaluasinya bersifat kualitatif. Dua metode evaluasi yang dikenal ialah metode pendekatan dua tahap dan paralel. Metode pendekatan dua tahap biasa digunakan untuk mengevaluasi sumberdaya dan bersifat kualitatif. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis sosial ekonomi. Sedangkan metode pendekatan paralel biasa digunakan dalam studi kelayakan (Tatat Sutarman Abdullah, 1992).

Lahan sangat mempengaruhi terhadap hasil suatu tanaman sebab dalam proses produksi tanaman, tanaman dapat memperoleh unsur hara dan kebutuhan lainnya dari lahan dan lingkungan sekitar, namun kondisi lahan yang dibutuhkan oleh setiap tanaman berbeda-beda, sebab kondisi fisiologis setiap tanaman tidak selalu sama sehingga setiap tanaman menghendaki kondisi lingkungan yang berbeda, begitupula dengan tanaman durian yang menghendaki kondisi lahan tertentu, berikut dalam tabel 1 disajikan kriteria kesuaian lahan untuk tanaman durian.


(26)

Tabel 1. Kriteria Kesesuaian Tanaman Durian

Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan

Kelas kesesuaian lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (t)

Temperatur rata-rata (°C) 25 – 28 28 – 32 32 - 35 > 35 22 – 25 20 - 22 < 20

Ketersediaan air (w)

Curah hujan (mm) 2.000 - 3.000 1.750 - 2.000 1.250 - 1.750 < 1.250 3.000 - 3.500 3.000 - 4.000 > 4.000 Kelembaban (%) > 42 36 – 42 30 - 36 < 30

Ketersediaan oksigen (o)

Drainase baik,

sedang agak terhambat terhambat, agak cepat sangat terhambat, cepat

Media perakaran (r)

Tekstur sedang,

agak halus,

halus

- agak kasar kasar

Bahan kasar (%) < 15 15 – 35 35 - 55 > 55 Kedalaman tanah (cm) > 100 75 – 100 50 - 75 < 50

Gambut:

Ketebalan (cm) < 60 60 – 140 140 - 200 > 200 Ketebalan (cm), jika ada

sisipan bahan mineral/ pengkayaan

< 140 140 – 200 200 - 400 > 400

Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik

hemik+ fibrik+

Retensi hara (n)

KTK tanah (cmol/kg) > 16 ≤ 16

Kejenuhan basa (%) > 35 20 – 35 < 20

pH H2O 5,5 - 7,8 5,0 - 5,5 < 5,0

7,8 - 8,0 > 8,0

C-Organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8

Toksisitas (xc)

Salinitas (dS/m) < 4 4 – 6 6 – 8 > 8

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) < 15 15 – 20 20 - 25 > 25

Bahaya sulfidik (xs)

Kedalaman sulfidik (cm) > 125 100 – 125 60 - 100 < 60

Bahaya erosi (e)

Lereng (%) < 8 8 – 16 16 - 30 > 30


(27)

rendah sedang berat

Bahaya banjir (f)

Genangan F0 - - > F0

Penyiapan lahan (l)

Batuan di permukaan (%) < 5 5 – 15 15 - 40 > 40 Singkapan batuan (%) < 5 5 – 15 15 - 25 > 25

Sumber Data : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP), 2015

Menurut Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) pembagian kelas dan definisinya secara kualitatif yaitu sebagai berikut :

1. Kelas S1 : Sangat sesuai (highly suitable). Lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan, atau hanya mempunyai pembatas yang tidak secara nyata berpengaruh terhadap produksi dan tidak akan menaikkan masukan yang telah biasa diberikan.

2. Kelas S2 : cukup sesuai (moderately suitable). Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dierapkan. Pembatas akan mengurangi produk atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas S3 : sesuai marginal (marginally suitable). Lahan mempunyai pembatas-pembatas yang besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

4. Kelas N : tidak sesuai (not suitable). Lahan mempunyai pembatas yang sangat besar, masih memungkinkan diselesaikan, tetapi tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengelolaan dan modal normal. Keadaan pembatas sedemikian besarnya, sehingga mencegah penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.


(28)

15

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

A. Karakteristik Wilayah Studi

1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Penelitian

Secara geografis Kawasan Kebun Buah Mangunan di Dusun Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan koordinat 7°56'12.66" Lintang Selatan dan 110°25'40.98" Bujur Timur serta dengan luas kawasan 23,4 hektar. Tanaman durian merupakan tanaman utama di kawasan ini, dengan luas kebun durian yaitu 2,7 hektar. Tanaman lain yang ada di Kebun Buah Mangunan yaitu mangium, rambutan, jeruk, mangga, sawo, belimbing, kelengkeng, petai, cempedak dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut ditempatkan di beberapa area Kebun Mangunan. Lahan untuk kebun durian sendiri ditanam secara tumpangsari dengan tanaman kacang tanah, hal ini ditujukan supaya tanah tidak mudah mengalami longsor walaupun sudah dibuat terasering. Penanaman kacang tanah ini juga ditujukan untuk memanfaatkan lahan kosong antara tanaman durian yang jarak tanamnya mencapai 10 meter.

Kawasan Kebun Buah Mangunan memiliki batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Barat : Pedukuhan Mangunan b. Sebelah Utara : Desa Mangunan c. Sebelah Timur : Pedukuhan Kanigoro d. Sebelah Selatan : Kecamatan Imogiri


(29)

Adapun Kawasan Kebun Buah Mangunan ditunjukkan oleh gambar 2.

Gambar 2. Peta Desa Mangunan Kecamatan Dlingo

Sumber : Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), 1999


(30)

2. Iklim, Topografi, dan Tanah

Kawasan Kebun Buah Mangunan memiliki suhu antara 24° C sampai 32° C dan berada pada ketinggian 300 m.dpl dengan kemiringan 44° serta termasuk ke dalam bentang wilayah yang berbukit dan berombak. Kondisi lahan demikian cukup menghambat untuk diusahakan sebagai lahan pertanian, sehingga dalam pengelolaannya Kebun Buah Mangunan membentuk lahan terasering sejajar kontur dan penanaman tanaman penutup tanah berupa kacang tanah. Selain itu, Kawasan Kebun Buah Mangunan juga mempunyai tanah yang didominasi oleh lempung, berwarna merah dan padas. Tanah dengan karakter tersebut ketika musim hujan mudah jenuh air, namun ketika kemarau tanah mengalami kekeringan.

B. Potensi Kecamatan Dlingo sebagai Lahan Budidaya Durian

Kecamatan Dlingo pada umumnya berpotensi sebagai lahan budidaya durian, sebab kondisi lahan Kecamatan Dlingo sesuai dengan syarat tumbuh tanaman durian. Tanaman durian menghendaki ketinggian tempat yang tidak lebih dari 800 meter dpl., sedangkan menurut Pemerintah Kabupaten Bantul Kecamatan Dlingo (2015) Kecamatan Dlingo memiliki ketinggian 320 meter dpl. Disamping itu juga Kecamatan Dlingo memiliki suhu antara 24° C sampai 32° C, dan tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30° C. Kemudian tanah yang cocok untuk tanaman durian adalah jenis tanah grumosol dan andosol. Kecamatan Dlingo menurut Rian Wicaksono dkk. (2013) memiliki jenis tanah mediteran dan latosol, namun dengan demikian tanaman durian tetap tumbuh baik di Kecamatan Dlingo


(31)

dan bahkan selama ini Kecamatan Dlingo merupakan kecamtan yang cukup dikenal sebagai penghasil durian di Kabupaten Bantul.

Pemerintah Kabupaten Bantul (2015) menyatakan bahwa sampai saat ini Kecamatan Dlingo dihuni oleh 8.894 kepala keluarga, dengan jumlah keseluruhan penduduk Kecamatan Dlingo sebanyak 36.514 orang yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki sebanyak 17.718 orang dan penduduk perempuan sebanyak 18.796 orang, dengan demikian tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan Dlingo yaitu 650 jiwa/km2 dimana sebagian besar penduduk adalah petani. Dari data monografi Kecamatan tercatat 7.625 orang atau 20,88% penduduk Kecamatan Dlingo bekerja di sektor pertanian.

Saat ini sistem pengelolaan di Kebun Buah Mangunan setiap tahunnya dalam hal perawatan tanaman selalu diberikan pupuk 2 kali dalam setahun yaitu pemupukan pertama menggunakan pupuk kandang sebanyak 100-200 gram/pohon dan SP-36 sebanyak 100-200 gram/pohon yang dilakukan pada awal musim hujan, pemupukan yang kedua pada saat ahir musim hujan menggunakan pupuk kandang saja 100-200 gram/pohon. Cara pemupukan tersebut telah dilakukan sejak awal berdirinya Kebun Buah Mangunan. Adapun pengairan yang dilakukan disini hanya mengandalkan air hujan saja, sehingga pada saat musim kemarau tanaman tidak diberikan pengairan, sebab sampai saat ini tidak ada alat atau teknologi yang digunakan untuk mendukung pengairan pada saat musim kemarau.


(32)

19

IV. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016 di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

B. Metode Penelitian dan Analisis Data

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang telah dilakukan menggunakan metode survei. Survei menurut Webster adalah belajar secara menyeluruh (general study), belajar secara komprehensif atau pengujian (Tatat Sutarman Abdullah, 1992). Masri Singarimbun (1989) menyatakan bahwa metode penelitian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi.

2. Metode Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi observasi dengan cara purposive.Purposive adalah suatu teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan–pertimbangan tertentu (Antara, 2009 dalam Sugaepi, 2013).

Lokasi yang dipilih pada penelitian ini yaitu di lahan kebun durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul, pemilihan lokasi ini sengaja dipilih berdasar tujuan penelitian yaitu evaluasi kesesuaian lahan bagi pertanaman durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo


(33)

Kabupaten Bantul dan penetapan karakteristik lahannya. Lokasi yang dipilih ditunjukkan dalam Gambar 3.

Gambar 3. Peta Lahan Kebun Buah Mangunan

Sumber : Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), 1999

3. Metode Penentuan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil dari beberapa titik lahan yang ditentukan dengan cara komposit pada kawasan ditanami durian untuk selanjutnya dianalisis di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian UMY. Masri Singarimbun (1989) menyatakan bahwa sampel yang diambil harus memiliki sifat dapat menghasilkan gambaran yang dapat dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti. Pada penelitian ini sampel tanah diambil dari 4 titik lahan, yang kemudian sampel tanah dikomposit, sehingga terdapat satu sampel tanah untuk satu luasan kebun. Berikut titik lahan yang digunakan dalam pengambilan sampel tanah :

a. A1 : 7°56'11.10" Lintang Selatan dan 110°25'40.36" Bujur Timur b. A2 : 7°56'12.21" Lintang Selatan dan 110°25'42.26" Bujur Timur


(34)

c. A3 : 7°56'13.34" Lintang Selatan dan 110°25'39.81" Bujur Timur d. A4 : 7°56'13.74" Lintang Selatan dan 110°25'42.06" Bujur Timur

Pada penelitian ini sampel tanah yang diambil digunakan untuk analisis kesuburan tanah di laboratorium sebagaimana disajikan dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Macam Analisis Kesuburan Tanah

No Faktor Analisis Metode/Cara

1 Tekstur Hydrometer 2 KTK tanah Destilasi IK. 5.4.f 3 Kejenuhan Basa Kalkulasi

4 pH tanah pH meter

5 C-Organik Walkley and Black

6 Kadar N Kjeldahl 7 Kadar P HCl 25 % 8 Kadar K HCl 25 %

4. Analisis Data

Lahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tanah mineral sehingga tidak semua karakteristik lahan yang terdapat pada tabel 1 dianalisis. Oleh karena itu data yang dapat diperoleh dari karakteristik dan fisiografi wilayah berupa data temperatur rata-rata, curah hujan, kelembaban, kedalaman tanah, drainase tanah, batuan di permukaan dan singkapan batuan, bahan kasar. Sedangkan untuk data kondisi eksisting lahan pertanaman durian diperoleh dari analisis kesuburan tanah di laboratorium yang tersaji dalam tabel 2 berupa tekstur tanah, KTK tanah, kejenuhan basa, pH tanah, C-Organik, kadar N, kadar P, dan kadar K. Dengan demikian analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan cara mencocokkan serta mengevaluasi data karakteristik lahan yang meliputi hasil analisis kondisi


(35)

fisiografi wilayah dan analisis sampel tanah atau kesuburan tanah (tabel 2) dengan kriteria kesesuaian lahan tanaman durian yang tersaji dalam tabel 1, sehingga dapat diperoleh kelas kesesuaian lahan durian di kawasan Kebun Buah Mangunan.

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara secara langsung, dan data sekunder yang berasal dari studi pustaka atau literatur. Berikut data yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam tabel 3.

Tabel 3. Jenis Data Penelitian

No Jenis Data Lingkup Bentuk Data Sumber

1 Temperatur Temperatur rata-rata (oC)

Hard copy BMKG (Badan

Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta

2 Ketersediaan air

Curah hujan (mm)

Hard copy BMKG (Badan

Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta

Kelembaban (%) Hard copy BMKG (Badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta

3 Ketersediaan oksigen

Drainase Hard copy Survei Lapangan 4 Media

perakaran

Tekstur Hard copy Analisis Laboratorium Bahan kasar (%) Hard copy Survei Lapangan Kedalaman tanah Hard copy Survei Lapangan 5 Retensi hara KTK tanah Hard copy Analisis Laboratorium


(36)

Kejenuhan basa Hard copy Analisis Laboratorium

pH H2O Hard copy Analisis Laboratorium

C-Organik Hard copy Analisis Laboratorium 6 Bahaya erosi Lereng (%) Hard copy Survei Lapangan

Bahaya erosi Hard copy Survei Lapangan 7 Bahaya

banjir

Genangan Hard copy Survei Lapangan 8 Penyiapan

lahan

Batuan di permukaan (%)

Hard copy Survei Lapangan

Singkapan batuan (%)

Hard copy Survei Lapangan

9 Hara tersedia

Kadar N total (%) Hard copy Analisis Laboratorium P2O5 (mg/100g) Hard copy Analisis Laboratorium

K2O (mg/100g) Hard copy Analisis Laboratorium

D. Luaran Penelitian

Luaran penelitian yang diharapkan dari penelitian ini yaitu berupa laporan penelitian dan naskah akademik yang dipublikasikan melalui jurnal ilmiah.

E. Jadual Penelitian

No Kegiatan Bulan

Desemb er 2015 Januari 2016 Februar i 2016 Maret 2016

1 Survei lokasi 2 Pengambilan data

a. Kondisi fisik wilayah b. Bentuk lahan c. Karakteristik lahan d. Kualitas Lahan e. Syarat tumbuh

tanaman durian 3 Pengolahan dan analisis

data

a. Tingkat kesesuaian lahan


(37)

b. Tabel kesesuaian

lahan 4 Penyusunan laporan


(38)

25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon dan genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi tanaman dan lingkungan. Nutrisi tanaman dapat diperoleh dari tanah sedangkan lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

Kondisi fisiografi wilayah mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena kondisi fisiografi berhubungan dengan kondisi iklim, misalnya ketinggian tempat, semakin tinggi suatu tempat maka temperaturnya mengalami penurunan, sedangkan bentuk bumi mempengaruhi pola penyinaran matahari. Di samping itu setiap tanaman memiliki kehendak kondisi fisiografi yang berbeda karena setiap tanaman memiliki karakter yang berbeda dan kebutuhan persyaratan tumbuh yang berbeda. Dengan demikian tanaman dapat tumbuh dan memproduksi hasil secara optimal hanya di wilayah yang kondisi fisiografinya dikendaki.

Tanaman durian dapat tumbuh dan memproduksi hasil yang optimal juga dipengaruhi oleh kondisi fisiografi tertentu, yaitu tanaman durian menghendaki kondisi fisiografi dengan ketinggian tempat tidak lebih dari 800 meter dpl. dengan suhu rata-rata 20-30o C. Pada suhu yang lebih rendah tanaman durian dapat tumbuh namun pertumbuhannya tidak optimal, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi daun tanaman durian mudah terbakar. Tanaman durian menghendaki


(39)

kemiringan lahan yang tidak lebih dari 15o, hal ini ditujukan untuk mempermudah pengelolaan lahan dan perawatan tanaman durian.

Kawasan Kebun Buah Mangunan memiliki ketinggian tempat 300 meter dpl. dengan suhu antara 24-32o C, disamping itu kawasan ini juga memiliki tanah yang didominasi lempung, berwarna merah dan padas serta dengan kemiringan 44o yang bentang wilayahnya termasuk ke dalam berbukit dan berombak, namun dengan kondisi lahan demikian, Wilayah Kebun Buah Mangunan sebagian besar lahan dibuat terasering. Dengan demikian Kawasan Kebun Buah Mangunan secara fisiografis dapat ditanami tanaman durian.

B. Kondisi Eksisting Lahan Pertanaman Durian

1. Temperatur

Temperatur sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman durian. Tanaman durian cocok pada suhu rata-rata 20-30oC, pada suhu 15oC tanaman durian dapat tumbuh namun tidak optimal, sedangkan pada suhu 35oC daun tanaman durian dapat terbakar. Berikut tabel 4 menyajikan kondisi temperatur rata-rata tahunan di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul.

Tabel 4. Suhu Udara Rata-rata di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

Tahun Suhu Udara (oC)

2011 26,1

2013 26,3

2014 26,2

2015 26,1

Rata-rata 26,2

Sumber : Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta, 2016


(40)

Berdasar data pada tabel 4, rata-rata suhu udara tahunan di Kecamatan Dlingo dari tahun 2011 sampai 2015 yaitu 26,2oC. Kondisi suhu tersebut jika disesuaikan dengan kelas kesesuaian untuk tanaman durian termasuk ke dalam kelas S1, yaitu sangat sesuai (higly suitable) atau lahan tidak mempunyai pembatas yang besar untuk pengelolaan yang diberikan.

2. Ketersediaan Air

Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya tanaman durian juga membutuhkan air untuk memperoleh hasil yang optimal. Air dapat diperoleh dari sistem pengairan yang sengaja dibuat oleh petani maupun dari air hujan yang turun dan kemudian disimpan di dalam tanah.

a. Curah Hujan

Tanaman durian dapat tumbuh baik pada intensitas curah hujan maksimal antara 3.000-3.500 mm/tahun dan minimal 1.500-3.000 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk tanaman durian karena akan mengakibatkan kebusukan pada akar tanaman. Berikut rata-rata curah hujan di Kecamatan Dlingo disajikan dalam tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Curah Hujan di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

Tahun Curah Hujan (mm)

2011 2.157

2012 2.222

2013 3.043

2014 2.080

2015 1.939

Rata-rata 2.288,2

Sumber : Badan Meterorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta, 2016

Berdasarkan data pada tabel 5, rata-rata curah hujan pertahun di Kecamatan Dlingo yaitu 2.288,2 mm, sehingga dengan demikian jika


(41)

dicocokkan dengan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman durian termasuk ke dalam kelas S1, artinya lahan tidak mempunyai pembatas yang besar atas pengelolaan yang diberikan.

b. Kelembaban

Tanaman durian menghendaki kelembaban lebih dari 40% untuk proses pertumbuhannya. Kelembaban udara ini berpengaruh terhadap laju transpirasi tanaman, yaitu jika kelembaban udara terlalu rendah maka laju transpirasi meningkat untuk mempertahankan supaya tanaman tidak mengalami kekeringan. Tabel 6 berikut ini menyajikan data rata-rata kelembaban di Kecamatan Dlingo.

Tabel 6. Kelembaban Rata-rata di Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

Tahun Kelembaban (%)

2011 78,7

2013 85,9

2014 83,8

2015 82,8

Rata-rata 82,8

Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta, 2016

Berdasarkan data tersebut kelembaban di Kecamatan Dlingo untuk tanaman durian termasuk ke dalam kelas sangat sesuai atau S1 dimana lahan tidak memiliki pembatas yang besar atas pengelolaan yang diberikan.

3. Ketersediaan Oksigen

Tanaman durian selain faktor pendukung dari kondisi iklim juga tanaman durian membutuhkan unsur-unsur lain untuk masa pertumbuhannya salah satunya yaitu kebutuhan oksigen. Oksigen dapat diperoleh dari udara bebas dan juga udara dalam tanah. Ketersediaan oksigen dalam tanah dapat


(42)

dilihat dari banyak pori makro dan mikro tanah, dimana pori makro tanah berarti banyak ketersediaan udara, sedangkan pori mikro banyak menahan air. Oleh karena itu untuk mengetahui pori makro dan mikro dalam tanah dapat dilihat dari proses drainase.

Tanaman durian menghendaki kondisi drainase yang baik yaitu tanah yang tidak dapat meloloskan air dengan cepat namun tidak menahan air dengan sangat lama. Berdasar survei lapangan yang dilakukan pada tanggal 3 Maret 2016 lahan kebun durian mempunyai kondisi drainase yang agak terhambat, oleh karena itu jika dicocokkan dengan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman durian kondisi drainase ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai, yaitu lahan mempunyai pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.

4. Media Perakaran a. Tekstur

Lahan kebun durian di Kebun Buah Mangunan berdasar hasil analisis tanah di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta memiliki kadar pasir 17%, debu 31%, dan lempung 52%. Berdasar ketetapan klas tekstur segitiga USDA, lahan tersebut termasuk ke dalam tanah bertekstur lempung atau termasuk ke dalam lahan bertekstur halus. Oleh karena itu, tekstur lahan ini jika dicocokkan dengan kelas kesesuaian untuk tanaman durian termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai.


(43)

b. Bahan Kasar

Bahan kasar yaitu batuan yang berukuran lebih dari 2 mm yang terdapat di permukaan tanah dan dalam lapisan 20 cm. survei yang telah dilakukan menyatakan bahwa lahan kebun durian memiliki jumlah bahan kasar sebanyak 6,58%. Dengan demikian bahan kasar yang ada di lahan ini jumlahnya sedikit dan memudahkan dalam pengelolaan lahan. Bahan kasar di lahan ini termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai untuk tanaman durian karena bahan kasar yang optimal untuk tanaman durian yaitu sebanyak kurang dari 15%.

c. Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah yaitu ketebalan tanah yang diukur dari permukaan tanah sampai bahan induk. Kedalaman tanah ini menunjukkan dalamnya tanah yang dapat ditembus oleh akar tanaman. Tanaman durian menghendaki tanah dengan kedalaman lebih dari 100 cm, supaya akar tanaman durian tidak mudah roboh dan mendapatkan banyak unsur hara. Survei lapangan menunjukkan bahwa kedalaman tanah di lahan kebun durian Kebun Buah Mangunan hanya 20-100 cm. Oleh karena itu lahan ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai, dengan faktor pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan.


(44)

5. Retensi Hara a. KTK Tanah

Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah yaitu kemampuan koloid tanah dalam menjerap dan menukarkan kation. Kation tersebut kemudian ditukarkan dengan ion H+ hasil respirasi akar tanaman. KTK biasanya dinyatakan dalam miliekuivalen/100 g tanah atau me%, tetapi sekarang diubah menjadi cmolc/kg tanah (centimoles of charge per kilogram of dry soil) (Iman Syahrul Gunawan, 2014). Tanaman durian menghendaki nilai KTK tanah yang baik yaitu lebih dari 16 cmol/kg. Hal ini dikarenakan semakin tinggi nilai KTK tanah maka akan memudahkan tanah dalam menjerap kation. Hasil analisis terhadap tanah di lahan kebun durian menyatakan bahwa lahan ini memiliki KTK tanah 10,70 cmol/kg. Menurut Novizan (2005) humus yang berasal dari bahan organik mempunyai KTK jauh lebih tinggi (100-300 meq/100 g). Koloid yang bersal dari batuan memiliki KTK lebih rendah (3-150 meq/100 g). Tanah Mangunan berasal dari batuan induk batu breksi sehingga memiliki KTK yang termasuk rendah. Oleh sebab itu lahan ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai.

b. Kejenuhan Basa

Kejenuhan basa merupakan presentase dari total KTK yang ditempati oleh kation-kation basa seperti Ca2+, Mg2+, K+, dan Na+. Kejenuhan basa dapat mengindikasikan kesuburan tanah, yaitu kejenuhan basa lebih dari 80% artinya tanah sangat subur, kejenuhan basa 50-80%


(45)

artinya tanah memiliki kesuburan sedang, dan kejenuhan basa kurang dari 50% artinya tanah tidak subur (Windawati Alwi, 2011). Hasil analisis pada lahan kebun durian di Kebun Buah Mangunan menyatakan kejenuhan basa 95,9 %, artinya dengan nilai kejenuhan basa tersebut lahan ini termasuk sangat subur. Kejenuhan basa yang tinggi menunjukkan banyaknya jumlah kation basa yang dapat ditukarkan dengan ion H+ hasil respirasi tanaman, sehingga unsur hara dapat mudah tersedia bagi tanaman. Kelas kesesuaian durian kejenuhan basa lahan ini menyatakan kelas S1 atau sangat sesuai karena tanaman durian menghendaki kejenuhan basa yang optimal yaitu lebih dari 35%.

c. pH Tanah Aktual

pH tanah merupakan ukuran kemasaman tanah atau kebasaan tanah. Tanah ber pH 7 adalah tanah bereaksi netral, tanah ber pH lebih dari 7 adalah tanah bereaksi basa dan tanah ber pH lebih rendah dari 7 merupakan tanah bereaksi asam atau yang dikenal sebagai tanah masam

(acid soils) (Abdul Madjid, 2016). Syarat tumbuh tanaman durian

menghendaki pH tanah yang optimum yaitu 5,5-7,8. Pada kondisi pH tanah demikian, unsur hara yang terdapat dalam tanah dapat dengan mudah larut dalam air, sehingga unsur hara mudah diserap tanaman. Hasil analisis di laboratorium menyatakan bahwa pH tanah di kebun durian Kebun Buah Mangunan yaitu 6,30 artinya tanah ini merupakan tanah cukup netral dan termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai.


(46)

d. C-Organik

C-Organik yaitu senyawa karbon yang berasal dari bahan organik di dalam tanah. Kadar C-organik tanah cukup bervariasi, tanah mineral biasanya mengandung C-organik antara 1-9%, sedangkan tanah gambut dan lapisan organik tanah hutan dapat mengandung 40-50% C-organik dan biasanya <1% di tanah gurun pasir (Fadhilah, 2010 dalam Muhammad Fadhli, 2014). Hasil analisis laboratorium menyatakan bahwa tanah kebun durian ini mengandung kadar C-Organik sebesar 1,49%. Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah ini memiliki kadar C-Organik yang cukup rendah namun bila dicocokkan dengan kadar C-Organik yang dibutuhkan tanaman durian lahan ini termasuk kelas S1 sangat sesuai, karena tanaman durian menghendaki kadar C-Organik dalam tanah yaitu lebih besar dar 1,2 %.

6. Hara Tersedia

Tanaman durian dalam pertumbuhan dan perkembangannya juga membutuhkan unsur hara. Unsur hara yang dibutuhkan terdiri dari unsur hara makro dan mikro. Unsur hara makro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak, misalnyanya C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, dan S. Sedangkan unsur hara mikro yaitu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit, misalnya Fe, Zn, Cu, Cl, Co, dan Mo. Unsur-unsur tersebut didapatkan dari air dan dalam tanah, atau dapat pula ditambahkan melalui pemupukan. Kebutuhan unsur hara setiap tanaman berbeda-beda tergantung karakter tanaman dan fase-fase pertumbuhan tanaman itu sendiri. Dosis untuk tanaman durian pada umur


(47)

tanaman diatas 10 tahun menurut Onny Untung (1996) yaitu pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 10 kg/pohon dalam satu kali pemberian dan frekuensi pemberian 3 kali dalam setahun. Dengan grade tersebut maka pupuk yang dibutuhkan yaitu urea sebanyak 3,26 kg, SP-36 sebanyak 4,17 kg, dan KCl 2,5 kg serta pembawanya 0.07 kg. Sedangkan pemupukan yang dilakukan di Kebun Buah Mangunan terhadap tanaman durian yaitu pemupukan pertama menggunakan pupuk kandang sebanyak 100-200 gram/pohon dan SP-36 sebanyak 100-200 gram/pohon yang dilakukan pada awal musim hujan, pemupukan yang kedua pada saat ahir musim hujan menggunakan pupuk kandang saja 100-200 gram/pohon. Dengan sistem pemupukan tersebut berikut tabel 7 menyajikan hasil analisis di laboratorium terhadap kadar unsur N total, Kadar P2O5, dan Kadar K2O pada lahan kebun durian di kebun Buah

Mangunan.

Tabel 7. Kadar N total, Kadar P2O5, dan Kadar K2O Unsur Hara Kadar Hara N total 0,46 %

P2O5 38 mg/100g

K2O 27 mg/100g

Menurut Balai Penelitian Tanah (2009) kriteria penilaian hasil analisis tanah yaitu sebagai berikut dalam tabel 8.

Tabel 8. Kriteria penilaian hasil analisis tanah Parameter

Tanah

Nilai Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,75 >0,75 P2O5 HCl 25%

(mg/100g) <15 15-20 21-40 41-60 >60 K2O HCl 25%


(48)

Berdasarkan tabel tersebut maka hasil analisis unsur hara untuk kadar N, P2O5 dan K2O pada tanah Kebun Mangunan mempunyai nilai sedang.

Seiring dengan semakin berkembangnya tanaman durian maka unsur hara yang ada di dalam tanah akan berkurang, sehingga perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan yang dilakukan seharusnya tidak hanya menggunakan SP-36 saja melainkan ditambah pupuk yang mengandung unsur lain supaya kebutuhan unsur hara tanaman durian dapat terpenuhi.

7. Bahaya Erosi

a. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng untuk kebun durian di Kebun Buah Mangunan berdasar survei lapangan yaitu 14,4%, sedangkan tanaman durian menghendaki kemiringan lereng kurang dari 8%, sehingga lahan ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai. Lahan dengan kemiringan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya erosi dan hilangnya lapisan tanah teratas atau top soil, disamping itu juga lahan dengan kemiringan yang tinggi dapat menyulitkan dalam pengolahan tanah, sehingga tanah di Kebun Buah Mangunan dibuat terasering dan menanam tanaman durian dengan searah kontur, serta adanya tanaman kacang tanah sebagai tanaman penutup tanah.

b. Bahaya Erosi

Kawasan Kebun Buah Mangunan beradasar hasil survei lapangan yaitu dengan cara wawancara dengan pengelola kebun tersebut memiliki tingkat bahaya erosi yang sangat rendah, sebab walaupun dengan


(49)

kemiringan yang cukup tinggi tanah di Kebun Buah Mangunan sejak awal penanaman dibuat terasering dan ditanam searah kontur. Dengan demikian untuk kesesuaian lahannya termsuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai. 8. Bahaya Banjir

Berdasar hasil survei lapangan, tingkat bahaya banjir di Kawasan Kebun Buah Mangunan termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai untuk tanaman durian karena tidak pernah terjadi genangan atau banjir di kawasan ini. Tanah yang tergenang akan mengakibatkan kebusukan pada akar tanaman durian, sehingga tanah yang baik untuk tanaman durian yaitu tanah yang tidak tergenang.

9. Penyiapan Lahan

Hasil survei lapangan yang telah dilakukan di kebun durian menyatakan bahwa jumlah batuan di permukaan yaitu sebanyak 0,4% dan singakapan batuan 0%, sehingga jumlah batuan di permukaan dan juga singkapan batuan termasuk ke dalam kelas kesesuaian S1 atau sangat sesuai untuk tanaman durian. Permukaan tanah yang terlalu banyak bebatuan akan mengakibatkan terhambatnya pengolahan tanah. Oleh sebab itu kondisi lahan di Kebun Buah Mangunan tersebut tidak menjadi hambatan dalam hal penyiapan lahan.


(50)

C. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan untuk menganalisis potensi lahan yang kemudian dibandingkan dengan persyaratan tumbuh tanaman durian, dengan demikian dapat diperoleh kelas kesesuaian lahan di Kebun Buah Mangunan untuk tanaman durian. Penentuan kelas kesuaian lahan menurut Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka (2011) salah satu metode yang dapat digunakan yaitu dengan metode FAO (1976), dimana kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini mengenal 4 (empat) kategori, yaitu:

1. Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu.

2. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian suatu lahan.

3. Sub-kelas : menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan dalam masing-masing kelas.

4. Unit : menunjukkan perbedaan-perbedaan besarnya faktor penghambat yang berpengaruh dalam pengelolaan suatu sub-kelas.

Kesesuaian lahan yang dianalisis ada dua macam yaitu kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual yaitu kelas kesesuaian alami yang ada pada saat ini atau belum dilakukan usaha perbaikan atau pengelolaan terhadap pembatas-pembatas, sedangkan kesesuaian lahan potensial yaitu kondisi lahan yang akan dicapai setelah adanya usaha perbaikan. Kesesuaian lahan aktual dianalisis dengan menggunakan metode matching atau mencocokkan antara kondisi fisiografi wilayah dan analisis sampel tanah dengan


(51)

kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman durian. Tabel 9 menyajikan kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan, sedangkan untuk jenis usaha perbaikan dan tingkat perbaikan kualitas lahan akatual untuk menjadi potensial sebagaimana disajikan dalam tabel 10 dan tabel 11.


(52)

39 Tabel 9. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

No Karakteristik Lahan Simbol Kelas Kesesuaian Lahan Nilai

Data Kelas

S1 S2 S3 N

1 Temperatur (t) S1

Temperatur rata-rata (OC) 25 - 28 28 - 32 32 - 35 > 35 26,2 S1 22 - 25 20 - 22 < 20

2 Ketersediaan air (w) S1

1. Curah hujan (mm) 2.000 - 3.000

1.750 - 2.000

1.250 - 1.750

< 1.250 2.288,2 S1 3.000 -

3.500

3.000 - 4.000

> 4.000

2. Kelembaban (%) > 42 36 - 42 30 - 36 < 30 82,8 S1

3 Ketersediaan oksigen (o) S2

Drainase baik, sedang agak terhambat terhambat, agak cepat sangat terhambat, cepat agak terhambat S2

4 Media perakaran (r) S2

1. Tekstur sedang, agak halus,

halus

- agak kasar Kasar halus S1

2. Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55 6,58 S1 3. Kedalaman tanah (cm) > 100 75 - 100 50 - 75 < 50 100 S2

5 Retensi hara (n) S2

1. KTK tanah (cmol/kg) > 16 ≤ 16 10,70 S2 2. Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20 95,90 S1 3. pH tanah 5,5 - 7,8

5,0 - 5,5 < 5,0 6,30 S1 7,8 - 8,0 > 8,0


(53)

40 4. C-Organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8 1,49 S1

6 Bahaya erosi (e) S2

1. Kemiringan lereng (%) < 8 8 - 16 16 - 30 > 30 14,4 S2 2. Bahaya erosi sangat

rendah

rendah - sedang

Berat sangat berat sangat rendah

S1

7 Bahaya banjir (f) S1

Genangan F0 - - > F0 F0 S1

8 Penyiapan lahan (l) S1

1. Batuan di permukaan (%)

< 5 5 - 15 15 - 40 > 40 0,4 S1 2. Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25 0 S1

Kelas kesesuaian lahan aktual tingkat sub-kelas S2o, r, n, e

Kelas kesesuaian lahan aktual tingkat unit S2o, r-3,


(54)

Tabel 10. Jenis usaha perbaikan kualitas/karakteristik lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya

No Karakteristik Lahan Jenis Usaha Perbaikan Tingkat Pengelolaan 1 Temperatur

Temperatur rata-rata Tidak dapat dilakukan perbaikan

-

2 Ketersediaan air

1. Curah hujan Sistem irigasi/pengairan Sedang, tinggi 2. Kelembaban Tidak dapat dilakukan

perbaikan

3 Ketersediaan oksigen

Drainase Perbaikan sistem drainase seperti pembuatan saluran drainase

Sedang, tinggi

4 Media perakaran

1. Tekstur Tidak dapat dilakukan perbaikan

- 2. Bahan kasar Pengaturan kelembaban

tanah untuk mempermudah pengolahan tanah

Sedang, tinggi

3. Kedalaman tanah Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dan tipis dengan

membongkarnya waktu pengolahan tanah

Tinggi

5 Retensi hara

1. KTK tanah Pengapuran atau

penambahan bahan organik

Sedang, tinggi 2. Kejenuhan basa Pengapuran atau

penambahan bahan organik

Sedang, tinggi 3. pH tanah Pengapuran Sedang 4. C-Organik Penambahan bahan organik Sedang, tinggi

6 Bahaya erosi

1. Kemiringan lereng Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup tanah

Sedang, tinggi

2. Bahaya erosi Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman penutup tanah


(55)

7 Bahaya banjir

Genangan Pembuatan tanggul penahan banjir serta pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pengaturan air

Tinggi

8 Penyiapan lahan

1. Batuan di permukaan

Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah

Sedang, tinggi

2. Singkapan batuan Pengaturan kelembaban tanah untuk mempermudah pengolahan tanah

Sedang, tinggi

Sumber : Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011 Keterangan :

- Tingkat pengelolaan rendah: pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang relatif rendah

- Tingkat pengelolaan sedang: pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat petani menengah memerlukan modal menengah dan teknik pertanian sedang

- Tingkat pengelolaan tinggi: pengelolaan hanya dapat dilaksanakan dengan modal yang relatif besar, umumnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan besar atau menengah

Tabel 11. Asumsi tingkat perbaikan kualitas lahan aktual untuk menjadi potensial menurut tingkat pengelolaannya

No Karakteristik Lahan

Tingkat Pengelolaan

Jenis Perbaikan Sedang Tinggi

1 Temperatur

Temperatur rata-rata - - -

2 Ketersediaan air

1. Curah hujan + ++ Irigasi 2. Kelembaban - - -

3 Ketersediaan oksigen

Drainase + ++ Saluran drainase *)

4 Media perakaran

1. Tekstur - - -

2. Bahan kasar - + Mekanisasi 3. Kedalaman tanah - + -

5 Retensi hara

1. KTK tanah + ++ Bahan organik 2. Kejenuhan basa + ++ Bahan organik 3. pH tanah + ++ Kapur 4. C-Organik + ++ Bahan organik


(56)

6 Bahaya erosi

1. Kemiringan lereng

+ ++ Usaha konservasi tanah 2. Bahaya erosi + ++ Usaha konservasi

tanah

7 Bahaya banjir

Genangan + ++ -

8 Penyiapan lahan

1. Batuan di permukaan

- + Mekanisasi 2. Singkapan batuan - + Mekanisasi Sumber : Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011

Keterangan :

- (-) tidak dapat dilakukan perbaikan

- (+) perbaikan dapat dilakukan dan akan dihasilkan kenaikan kelas satu tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S2)

- (++) kenaikan kelas dua tingkat lebih tinggi (S3 menjadi S1)

- *) drainase jelek dapat diperbaiki menjadi drainase lebih baik dengan membuat saluran drainase, tetapi drainase baik atau cepat sulit dirubah menjadi drainase jelek atau terhambat

1. Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kesesuaian lahan aktual yaitu kelas kesesuaian alami yang ada pada saat ini atau belum dilakukan usaha perbaikan atau pengelolaan terhadap pembatas-pembatas.

Berdasarkan data pada tabel 9, kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan berada pada tingkat sub-kelas S2o, r, n, e dengan tingkat unit S2o, r-3, n-1, e-1 artinya lahan ini termasuk ke dalam lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng.

a. Drainase

Tanaman durian menghendaki kondisi drainase yang baik, sedangkan lahan durian di Kebun Buah Mangunan memiliki kondisi drainase yang agak terhambat. Drainase agak terhambat kemungkinan


(57)

disebabkan oleh tekstur tanah yang halus dan kondisi aliran air yang mengarah kedalam tanah sehingga air banyak mengisi pori mikro tanah. Drainase yang agak terhambat akan mengakibatkan busuk akar pada tanaman durian, sehingga perlu dilakukan perbaikan kondisi drainase tanah supaya tanaman durian dapat tumbuh dengan baik.

b. Kedalaman tanah

Lahan durian di Kebun Buah Mangunan memiliki kedalaman tanah antara 20-100 cm. Tanaman durian menghendaki tanah dengan kedalaman lebih dari 100 cm, hal ini ditujukan supaya tanaman durian tidak mudah roboh dan mendapat banyak unsur hara. Kedalaman tanah yang cukup dangkal di Kebun Buah Mangunan dikarenakan pada lapisan bawah terdapat tanah padas yang mengakibatkan akar tanaman tidak dapat menembus lapisan tersebut.

c. KTK tanah

Tanaman durian menghendaki Kapasitas Tukar Kation (KTK) lebih dari 16 cmol/kg. Hasil analisis menunjukkan bahwa KTK tanah di Kebun Buah Mangunan yaitu 10,70 cmol/kg. KTK tanah yang rendah mengakibatkan tanah sulit menjerap kation, dimana kation tersebut akan diserap tanaman sebagai unsur hara.

d. Kemiringan lereng

Kebun Buah Mangunan memiliki kemiringan lereng 14,4%, sedangkan tanaman durian menghendaki kemiringan lereng kurang dari 8%. Lahan dengan kemiringan lereng yang tinggi mengakibatkan kesulitan


(58)

dalam pengolahan tanah dan memudahkan terjadinya longsor sehingga lapisan tanah yang paling atas cepat hilang.

Faktor pembatas tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai usaha perbaikan supaya lahan dapat dimanfaatkan secara maksimal sesuai dengan syarat tumbuh tanaman durian. Penentuan jenis usaha yang dapat dilakukan harus memperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan (teknologi) yang akan diterapkan, dan karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki (Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Tingkat pengelolaan lahan dibedakan ke dalam tingkat pengelolaan rendah, sedang dan tinggi. Tingkat pengelolaan rendah artinya pengelolaan yang dilakukan membutuhkan biaya yang relatif rendah dan teknologi yang cukup mudah. Tingkat pengelolaan sedang artinya teknologi yang digunakan sedang dan memerlukan biaya yang sedang. Tingkat pengelolaan tinggi artinya teknologi yang digunakan tinggi dengan biaya yang cukup tinggi.

Usaha perbaikan dilakukan untuk meningkatkan kualitas lahan sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman durian. Usaha perbaikan ini dilakukan sesuai dengan pembatas pada kelas kesesuaian lahan aktual tanaman durian, yaitu drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng.

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi pembatas-pembatas di lahan Kebun Buah Mangunan yaitu :


(59)

a. Pembongkaran tanah pada saat dilakukan pengolahan tanah untuk lapisan tanah padas yang lunak dan tipis. Pembongkaran ini dilakukan supaya akar tanaman durian dapat menembus tanah lebih dalam, sehingga tanaman durian memperoleh lebih banyak unsur hara dalam tanah.

b. Penambahan bahan organik untuk meningkatkan nilai KTK tanah. Bahan organik dapat meningkatkan KTK tanah dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus yang mempunyai permukaan yang dapat menahan unsur hara dan air (Lesman, dkk., 2015). Dengan demikian tanah akan lebih mudah dalam menjerap kation sehingga nilai KTK tanah meningkat.

c. Pembuatan terasering, penamanan tanaman penutup tanah, dan penanaman sejajar kontur untuk mengatasi kemiringan lereng yang cukup tinggi di Kawasan Kebun Buah Mangunan. Usaha-usaha tersebut telah dilakukan di Kebun Buah Mangunan sejak awal penanaman durian. Namun disamping itu ada yang perlu diperhatikan ketika penerapan sistem terasering, dikarenakan sifat tanah di kawasan ini mudah jenuh air atau memiliki kondisi drainase yang agak terhambat sehingga sistem terasering yang diterapkan harus disertai dengan saluran drainase. Sistem terasering yang dapat diterapkan di Kebun Mangunan yaitu berbentuk teras bangku miring ke dalam, lalu di bagian dalam dibuat saluran drainase berupa parit supaya air mengalir ke satu arah. Konsep teras bangku miring ke dalam dengan saluran drainase/parit dapat dilihat pada gambar 4.


(60)

Gambar 4. Teras Bangku Miring ke dalam dengan Parit

2. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kesesuaian lahan potensial yaitu kondisi lahan yang akan dicapai setelah adanya usaha perbaikan. Berdasar tabel 11 untuk perbaikan drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng dengan tingkat pengelolaan sedang dan tinggi akan menaikan kelas satu atau dua tingkat lebih tinggi, sehingga kelas untuk karakter drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng yaitu S1. Dengan demikian kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan ialah S1 atau sangat sesuai artinya lahan di Kebun Buah Mangunan ini sangat cocok untuk tanaman durian dan tidak ada faktor pembatas yang menjadi masalah sehingga tanaman durian di kawasan ini dapat menghasilkan produksi yang optimal.


(61)

48

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Faktor pembatas lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul yaitu drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng

2. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi pembatas-pembatas pada lahan aktual yaitu :

a. Pembongkaran tanah pada saat dilakukan pengolahan tanah untuk lapisan tanah padas yang lunak dan tipis

b. Penambahan bahan organik

c. Pembuatan teras bangku miring ke dalam, penanaman sejajar kontur, dan penanaman tanaman penutup tanah.

3. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ialah S2o, r-3, n-1, e-1

4. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ialah S1

B. Saran

Untuk meningkatkan potensi tanaman durian di Kebun Buah Mangunan selain memperbaiki faktor pembatasnya juga dalam hal perawatan harus ditingkatkan lagi seperti pemupukan yang seharusnya sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tanaman durian.


(62)

49

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Madjid. 2016. Kemasaman Tanah. http://dasar2ilmutanah.zblogspot.co.id/ search/label/Kimia%20Tanah. Diakses Tanggal 23 April 2016

Alamtani. 2015. Membuat Media Tanam Sayuran dalam Polybag. http://alamtani.com/media-tanam-sayuran-polybag.html. Diakses tanggal 8 April 2015

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta. 2016. Data Curah Hujan Bulanan Pos Pengamatan Dlingo, Kabupaten Bantul Tahun 2011-2016. Pos Klimatologi BMKG. Sleman, Yogyakarta

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta. 2016. Data Kelembaban Udara Bulanan Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta Tahun 2011-2015. Pos Klimatologi BMKG. Sleman, Yogyakarta

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta. 2016. Data Suhu Udara Bulanan Stasiun Geofisika Klas I Yogyakarta Tahun 2011-2015. Pos Klimatologi BMKG. Sleman, Yogyakarta

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian. 2015. Kriteria Durian (Durio zibethinus MURR). http://bbsdlp.litbang. pertanian.go.id/kriteria/durian. Diakses tanggal 25 Maret 2015

Balai Penelitian Tanah. 2009. Petunjuk Teknis Edisi 2: Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor

Berita Jateng. 2014. Hortikultura Kebun Buah Mangunan akan di Audit.

http://beritajateng.net/berita-jateng-terbaru-hari-ini/hortikultura-kebun-buah-mangunan-akan-di-audit/6158. Diakses tanga 27 Februari 2015

Budiyanto. 2015. Klasifikasi Durian. http://www.biologionline.info/2013/09/ klasifikasi-durian.html. Diakses tanggal 8 Mei 2015

Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka. 2015. Durian (Durio

zibethinus). http://distan.majalengkakab.go.id/index.php?option=com_

content&view=article&id=90:durian&catid=19:tanaman-hortikultura &Itemid=31. Diakses tanggal 8 Mei 2015

Erfanto Linangkung. 2015. Kebun Buah Mangunan Belum Berkontribusi ke PAD.

http://www.koran-sindo.com/read/950345/151/kebun-buah-mangunan-belum-berkontribusi-ke-pad-1421208162. Diakses tanggal 28 Februari 2015

Fagundez, 2011. Konsep Evaluasi Kesesuaian Lahan. https://lukalama. wordpress.com/2011/11/11/konsep-evaluasi-kesesuaian-lahan/.

Diakses tanggal 8 April 2015

Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. 253 halaman


(1)

10

Menurut Balai Penelitian Tanah (2009) hasil analisis unsur hara untuk kadar N, P2O5 dan K2O pada tabel 3 tersebut mempunyai nilai sedang. Seiring dengan semakin berkembangnya tanaman durian maka unsur hara yang ada di dalam tanah akan berkurang, sehingga perlu dilakukan pemupukan. Pemupukan yang dilakukan seharusnya tidak hanya menggunakan SP-36 saja melainkan ditambah pupuk yang mengandung unsur lain supaya kebutuhan unsur hara tanaman durian dapat terpenuhi.

7. Bahaya Erosi

a. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng untuk kebun durian di Kebun Buah Mangunan berdasar survei lapangan yaitu 14,4%, sedangkan tanaman durian menghendaki kemiringan lereng kurang dari 8%, sehingga lahan ini termasuk ke dalam kelas S2 atau cukup sesuai.

b. Bahaya Erosi

Kawasan Kebun Buah Mangunan beradasar hasil survei lapangan yaitu dengan cara wawancara dengan pengelola kebun tersebut memiliki tingkat bahaya erosi yang sangat rendah, sebab walaupun dengan kemiringan yang cukup tinggi tanah di Kebun Buah Mangunan sejak awal penanaman dibuat terasering dan ditanam searah kontur. Dengan demikian untuk kesesuaian lahannya termsuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai. 8. Bahaya Banjir

Berdasar hasil survei lapangan, tingkat bahaya banjir di Kawasan Kebun Buah Mangunan termasuk ke dalam kelas S1 atau sangat sesuai untuk tanaman durian karena tidak pernah terjadi genangan atau banjir di kawasan ini..

9. Penyiapan Lahan

Hasil survei lapangan yang telah dilakukan di kebun durian menyatakan bahwa jumlah batuan di permukaan yaitu sebanyak 0,4% dan singakapan batuan 0%, sehingga jumlah batuan di permukaan dan juga singkapan batuan termasuk ke dalam kelas kesesuaian S1 untuk tanaman durian.

C. Evaluasi Kesesuaian Lahan Pertanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan untuk menganalisis potensi lahan yang kemudian dibandingkan dengan persyaratan tumbuh tanaman durian, dengan demikian dapat diperoleh kelas kesesuaian lahan di Kebun Buah Mangunan untuk tanaman durian. Kesesuaian lahan yang dianalisis ada dua macam yaitu kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual dianalisis dengan menggunakan metode matching atau mencocokkan antara kondisi fisiografi wilayah dan analisis sampel tanah dengan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman durian. Tabel 4 menyajikan kelas keseuaian lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan.


(2)

11 Tabel 4. Kelas Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul

No Karakteristik Lahan Simbol Kelas Kesesuaian Lahan Nilai

Data Kelas

S1 S2 S3 N

1 Temperatur (t) S1

Temperatur rata-rata (OC) 25 - 28 28 - 32 32 - 35 > 35 26,2 S1 22 - 25 20 - 22 < 20

2 Ketersediaan air (w) S1

1. Curah hujan (mm) 2.000 -

3.000

1.750 - 2.000

1.250 - 1.750

< 1.250 2.288,2 S1

3.000 -

3.500

3.000 - 4.000

> 4.000

2. Kelembaban (%) > 42 36 - 42 30 - 36 < 30 82,8 S1

3 Ketersediaan oksigen (o) S2

Drainase baik, sedang agak

terhambat

terhambat, agak cepat

sangat terhambat,

cepat

agak terhambat

S2

4 Media perakaran (r) S2

1. Tekstur sedang,

agak halus, halus

- agak kasar Kasar halus S1

2. Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55 6,58 S1

3. Kedalaman tanah (cm) > 100 75 - 100 50 - 75 < 50 100 S2

5 Retensi hara (n) S2

1. KTK tanah (cmol/kg) > 16 ≤ 16 10,70 S2

2. Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20 95,90 S1

3. pH tanah 5,5 - 7,8

5,0 - 5,5 < 5,0 6,30 S1


(3)

12

4. C-Organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8 1,49 S1

6 Bahaya erosi (e) S2

1. Kemiringan lereng (%) < 8 8 - 16 16 - 30 > 30 14,4 S2

2. Bahaya erosi sangat

rendah

rendah - sedang

Berat sangat berat sangat rendah

S1

7 Bahaya banjir (f) S1

Genangan F0 - - > F0 F0 S1

8 Penyiapan lahan (l) S1

1. Batuan di permukaan (%)

< 5 5 - 15 15 - 40 > 40 0,4 S1

2. Singkapan batuan (%) < 5 5 - 15 15 - 25 > 25 0 S1

Kelas kesesuaian lahan aktual tingkat sub-kelas S2o, r, n, e

Kelas kesesuaian lahan aktual tingkat unit S2o, r-3,


(4)

13

1. Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kesesuaian lahan aktual yaitu kelas kesesuaian alami yang ada pada saat ini atau belum dilakukan usaha perbaikan atau pengelolaan terhadap pembatas-pembatas. Berdasarkan data pada tabel 4, kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan berada pada tingkat sub-kelas S2o, r, n, e dengan tingkat unit S2o, r-3, n-1, e-1 artinya lahan ini termasuk ke dalam lahan cukup sesuai dengan faktor pembatas drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng.

Faktor pembatas tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai usaha perbaikan supaya lahan dapat dimanfaatkan secara maksimal sesuai dengan syarat tumbuh tanaman durian. Penentuan jenis usaha yang dapat dilakukan harus memperhatikan karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan menjadi karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dengan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan (teknologi) yang akan diterapkan, dan karakteristik lahan yang tidak dapat diperbaiki (Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011).

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi pembatas-pembatas di lahan Kebun Buah Mangunan yaitu :

a. Pembongkaran tanah pada saat dilakukan pengolahan tanah untuk lapisan tanah padas yang lunak dan tipis. Pembongkaran ini dilakukan supaya akar tanaman durian dapat menembus tanah lebih dalam, sehingga tanaman durian memperoleh lebih banyak unsur hara dalam tanah.

b. Penambahan bahan organik untuk meningkatkan nilai KTK tanah. Bahan organik dapat meningkatkan KTK tanah dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus yang mempunyai permukaan yang dapat menahan unsur hara dan air (Lesman, dkk., 2015). Dengan demikian tanah akan lebih mudah dalam menjerap kation sehingga nilai KTK tanah meningkat.

c. Pembuatan terasering, penamanan tanaman penutup tanah, dan penanaman sejajar kontur untuk mengatasi kemiringan lereng yang cukup tinggi di Kawasan Kebun Buah Mangunan. Usaha-usaha tersebut telah dilakukan di Kebun Buah Mangunan sejak awal penanaman durian. Namun disamping itu ada yang perlu diperhatikan ketika penerapan sistem terasering, dikarenakan sifat tanah di kawasan ini mudah jenuh air atau memiliki kondisi drainase yang agak terhambat sehingga sistem terasering yang diterapkan harus disertai dengan saluran drainase. Sistem terasering yang dapat diterapkan di Kebun Mangunan yaitu berbentuk teras bangku miring ke dalam, lalu di bagian dalam dibuat saluran drainase berupa parit supaya air mengalir ke satu arah.

2. Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Durian di Kebun Buah Mangunan Kesesuaian lahan potensial yaitu kondisi lahan yang akan dicapai setelah adanya usaha perbaikan. Perbaikan drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng dengan tingkat pengelolaan sedang dan tinggi akan menaikan kelas satu atau dua tingkat lebih tinggi, sehingga kelas untuk karakter drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng yaitu


(5)

14

S1. Dengan demikian kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan ialah S1 atau sangat sesuai artinya lahan di Kebun Buah Mangunan ini sangat cocok untuk tanaman durian dan tidak ada faktor pembatas yang menjadi masalah sehingga tanaman durian di kawasan ini dapat menghasilkan produksi yang optimal.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

1. Faktor pembatas lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul yaitu drainase, kedalaman tanah, KTK tanah dan kemiringan lereng

2. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi pembatas-pembatas pada lahan aktual yaitu :

a. Pembongkaran tanah pada saat dilakukan pengolahan tanah untuk lapisan tanah padas yang lunak dan tipis

b. Penambahan bahan organik

c. Pembuatan teras bangku miring ke dalam, penanaman sejajar kontur, dan penanaman tanaman penutup tanah.

3. Kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ialah S2o, r-3, n-1, e-1

4. Kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman durian di Kebun Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul ialah S1

B. Saran

Untuk meningkatkan potensi tanaman durian di Kebun Buah Mangunan selain memperbaiki faktor pembatasnya juga dalam hal perawatan harus ditingkatkan lagi seperti pemupukan yang seharusnya sesuai dengan dosis yang dibutuhkan tanaman durian.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Penelitian Tanah. 2009. Petunjuk Teknis Edisi 2: Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor

Berita Jateng. 2014. Hortikultura Kebun Buah Mangunan akan di Audit. http://beritajateng.net/berita-jateng-terbaru-hari-ini/hortikultura-kebun-buah-mangunan-akan-di-audit/6158. Diakses tanga 27 Februari 2015

Erfanto Linangkung. 2015. Kebun Buah Mangunan Belum Berkontribusi ke PAD.

http://www.koran-sindo.com/read/950345/151/kebun-buah-mangunan-belum-berkontribusi-ke-pad-1421208162. Diakses tanggal 28 Februari 2015

Gunawan Budiyanto. 2014. Manajemen Sumberdaya Lahan. Lembaga Penelitian, Publikasi dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. 253 halaman


(6)

15

Munawaroh, S. 2013. Agrowisata Buah Mangunan Kecamatan Dlingo Bantul Yogyakarta.

http://www.bpadjogja.info/file/Agrowisata_Buah_Mangunan.pdf. Diakses tanggal 27 Februari 2015

Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT Agro Media Pustaka, Tangerang.

Pemerintah Kabupaten Bantul. 2015. Data Pokok Pembangunan Sumberdaya Alam Obyek Wisata.

http://www.bantulkab.go.id/datapokok/0702_obyek_wisata.html. Diakses tanggal 27 Februari 2015

Pemerintah Kabupaten Bantul Kecamatan Dlingo. 2015. Profil Kecamatan. http://kec-dlingo.bantulkab.go.id/hal/profil-kecamatan. Diakses tanggal 15 Juni 2015

Rian Wicaksono, Imam Susila, Muhammad Badri, Burhan Arif Gunawan, dan Wisnu Kuntoro Aji. 2013. Masalah Pemeliharaan Tanaman Durian Secara Monokultur di Kabupaten Sukabumi dan Pekarangan di Kabupaten Bantul. http://imamssl.blogspot.com/2013/11/makalah-problematika-tanaman-durian.html?view=classic. Diakses tanggal 15 Juni 2015

Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Sukamertayasa, I. K. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Durian Monthong di Desa Beraban Kecamatan Balinggi Kabupaten Parigi Moutong. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Tadulako. Palu

Tatat Sutarman Abdullah. 1992. Survai Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya. Jakarta. 273 Halaman

Tika. 2013. Panen Durian di Kebun Buah Mangunan Menurun.

http://jogja.antaranews.com/berita/308260/panen-durian-di-kebun-buah-mangunan-menurun. Diakses tanggal 28 Februari 2015