28260,81 kw = 477,5 kgs . 541,14 – h
out
kJkg h
out
= 463,9 kJkg T
out
= 188,68 °C Gas buang dari kondensat preheater dengan temperatur 188,68 °C selanjutnya
akan keluar menuju cerobong.
3.4 Spesifikasi HRSG Yang Direncanakan
Dari perhitungan dan beberapa penentuan yang di atas maka dalam perancangan ini diambil spesifikasi seperti berikut :
1 HRSG yang direncanakan merupakan HRSG dengan menggunakan satu
jenis tingkat tekanan. 2
Sumber panas pada HRSG berasal dari panas gas buang satu unit turbin gas, dimana suhu dari gas buang turbin gas dialirkan ke HRSG.
i Temperatur gas masuk superheater
= 516,46 °C ii
Laju aliran massa gas buang = 477,5 kgs
3 Uap yang dihasilkan HRSG :
i Temperatur
= 491,46 °C ii
Tekanan = 59,15 bar
iii Laju aliran massa uap
= 50,5 kgs 4
Temperatur gas buang yang masuk pada masing – masing komponen : i
Superheater = 516,46 °C
ii Evaporator
= 406,73 °C iii
Ekonomiser = 299,63 °C
iv Kondensat Preheater
= 246,32 °C
3.5 Daya Yang Dihasilkan Turbin
Berdasarkan uap yang dihasilkan HRSG, maka daya yang akan dihasilkan pada turbin uap yaitu :
P
T
= η
T
. �
�
̇ . h
8
– h
9a
= 0,85 . 50,5 kgs 3378,87 – 2358,0064 kJkg = 43820,57 kw
= 43,82057 MW
Universitas Sumatera Utara
R B
K Kondensor
P1 Generator
Siklus Uap
TU SH
Eva Eko
Pre
HRSG
FWT
516,46 °C 166,5°C
TG 527°C
Generator Siklus Gas
Udara Bahan Bakar
406,73 °C 299,63 °C
246,32 °C 188,68°C
P2
Drum Uap Gas Buang
Gambar 3.4 Siklus Gabungan yang Direncanakan
Universitas Sumatera Utara
A m
²
T°C
274,61 406,73
491,46 516,46
T7 T6
Tg1 Tg2
BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN – KOMPONEN UTAM A
HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR
4.1. Perhitungan Untuk Pipa Superheater
Superheater merupakan pipa – pipa pemanas yang berfungsi untuk memanaskan uap yang berasal dari drum uap menjadi uap panas lanjut.
Superheater ini berada pada posisi paling bawah dari masing – masing komponen HRSG lainnya. Sistem perpindahan panasnya merupakan sistem konveksi
berlawanan arah, dimana uap mengalir dari atas ke bawah sedangkan aliran gas buang mengalir dari bawah menuju ke atas. Pada sistem perpindahan panas
berlawanan arah, kondisi kapasitas dan besarnya harga beda suhu rata – rata logaritma yang dibutuhkan lebih kecil bila dibandingkan dengan sistem konveksi
satu arah. Besarnya luas permukaan perpindahan panas yang dibutuhkan diperoleh
dari persamaan berikut : A =
� �.����
……………………………..J.P. Holman, 1998, hal.490 Dimana :
A = luas permukaan perpindahan kalor m
2
Q = besarnya perpindahan kalor Js
U = koefisien perpindahan panas menyeluruh Wm
2
.°C LTMD = beda suhu rata – rata logaritma °C
Besarnya nilai beda suhu rata – rata logaritma LTMD pada superheater ditunjukkan pada sketsa gambar seperti berikut ini :
Universitas Sumatera Utara