PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA SISWA ANGKATAN 2012-2013 SEMESTER 2 IPA 5 DI SMA NEGERI 1 METRO

(1)

PEMBELAJARAN TARI MELINTING

PADA SISWA ANGKATAN 2012-2013 SEMESTER 2 IPA 5

DI SMA NEGERI 1 METRO

Oleh

Anastasia Asih Kartikawaty

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Seni Tari Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(2)

ABSTRAK

PEMBELAJARAN TARI MELINTING PADA SISWA ANGKATAN 2012-2013 SEMESTER 2 IPA 5 DI SMA NEGERI 1 METRO

Oleh

ANASTASIA ASIH KARTIKAWATY

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pembelajaran tari melinting

pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam

pembelajaran tari melinting dan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran tari melinting.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran tari melinting pada siswa

angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro. Objek penelitian adalah pembelajaran tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro. Subjek penelitian adalah 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro. Sumber data dalam penelitian adalah guru seni tari, dan 26 siswa. Teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian menggunakan panduan observasi, panduan wawancara, panduan dokumentasi, panduan penilaian aktivitas siswa, dan panduan penilaian tes praktik. Data dianalisis dengan cara pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Dari hasil penelitian aktivitas siswa, yaitu visual activities, listening activities,

motor activities, dan emotional activities pada pertemuan pertama sampai

pertemuan keenam secara umum memperoleh nilai baik, karena rata-rata siswa memperhatikan dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, serta melakukan apa yang didemonstrasikan oleh guru. Pada hasil belajar siswa berdasarkan aspek bentuk ragam gerak, aspek hafalan gerak, aspek ketepatan gerak dengan musik dan aspek ekspresi saat menari secara umum memperoleh nilai cukup karena dari 26 siswa sebanyak 13 orang siswa hanya mampu memeragakan, menghafal, dan melakukan gerak tari melinting tepat dengan musik sebanyak 6 motif ragam gerak dan ekspresi saat menari tidak senyum namun pandangan kedepan.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ABSTRAK HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTO SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 4

1.4Manfaat Penelitian ... 4

1.5Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1.5.1 Subjek Penelitian ... 5

1.5.2 Objek Penelitian ... 5

1.5.3 Tempat Penelitian ... 5

1.5.4 Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar ... 6

2.2 Pembelajaran ... 8

2.2.1 Tujuan Pembelajaran ... 9

2.2.2 Strategi Pembelajaran ... 9

2.2.3 Metode Pembelajaran ... 10

2.2.4 Media Pembelajaran ... 13

2.2.5 Evaluasi Pembelajaran ... 16

2.3 Tari ... 17

2.4 Tari Melinting ... 17

2.4.1 Asal Usul Tari Melinting ... 17

2.4.2 Musik Pengiring Tari Melinting ... 18


(7)

2.4.4 Properti ... 20

2.4.5 Ragam Gerak Tari Melinting ... 21

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 37

3.2 Sumber Data ... 37

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.3.1 Observasi ... 37

3.3.2 Wawancara ... 38

3.3.3 Dokumentasi ... 38

3.4 Instrumen Penilaian ... 38

3.4.1 Panduan Observasi ... 38

3.4.2 Panduan Wawancara ... 38

3.4.3 Panduan Dokumentasi ... 39

3.4.4 Panduan Penilaian Aktivitas Siswa ... 39

3.4.5 Panduan Penilaian Tes Praktik ... 41

3.5 Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sekolah SMA Negeri 1 Metro ... 44

4.2 Hasil Observasi ... 45

4.3 Aktivitas Belajar Siswa ... 46

4.3.1 Pertemuan Pertama ... 46

4.3.2 Pertemuan Kedua ... 49

4.3.3 Pertemuan Ketiga ... 51

4.3.4 Pertemuan Keempat ... 54

4.3.5 Pertemuan Kelima ... 57

4.3.6 Pertemuan Keenam ... 60

4.4 Pembahasan Hasil Aktivitas Belajar Siswa... 65

4.5 Hasil Belajar Siswa ... 67

4.5.1 Pertemuan Pertama ... 67

4.5.2 Pertemuan Kedua ... 68

4.5.3 Pertemuan Ketiga ... 69

4.5.4 Pertemuan Keempat ... 71

4.5.5 Pertemuan Kelima ... 72

4.5.6 Pertemuan Keenam ... 73

4.6 Pembahasan Terhadap Hasil Belajar Siswa ... 85

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 88

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya, kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan (Sardiman, 2011: 57).

Pembelajaran merupakan faktor penting dalam proses pendidikan untuk mewujudkan agar pendidikan berlangsung dengan baik. Tercapainya sebuah tujuan pendidikan diperlukan pembelajaran yang teratur dan jelas. Apabila

pembelajaran tersebut tidak teratur dan jelas, maka sebuah tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan maksimal.

Pengajaran adalah suatu system. Artinya, keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun, komponen-komponen tersebut meliputi: 1) tujuan pendidikan dan pengajaran, 2) peserta didik atau siswa, 3) tenaga kependidikan khususnya guru, 4) perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum, 5) strategi pembelajaran, 6) media pengajaran, 7) evaluasi pengajaran (Hamalik, 2004: 77).

Sekolah adalah sebagai tempat mengajar dan belajar, bukan saja disediakan untuk anak-anak, tetapi juga meliputi lembaga pendidikan yang disediakan untuk orang


(9)

2

dewasa. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan.

Seni budaya merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa di sekolah. Salah satu bagian dari mata pelajaran seni budaya seperti seni tari, seni musik, seni rupa, dan seni drama. Seni tari adalah gerak terangkai yang berirama sebagai ungkapan jiwa atau ekspresi manusia yang didalamnya terdapat unsur keindahan wiraga/tubuh, wirama/irama, dan wirasa/penghayatan (Setyobudi dkk, 2007: 105).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tingkat SD, SMP, SMA menuntut siswa agar dapat menguasai salah satu tarian daerah setempat, misalnya daerah Lampung sehingga pada pembelajaran seni tari siswa dituntut untuk menguasai satu tarian tradisional daerah Lampung. Demikian halnya terdapat dalam silabus kelas X terdapat standar kompetensi (SK) mengapresiasi karya seni tari dengan (KD) mengidentifikasi keunikan gerak, kostum, iringan tari nusantara daerah setempat yang berpasangan/kelompok dalam konteks budaya masyarakat daerah setempat. Di SMA Negeri 1 Metro terdapat mata pelajaran seni budaya, silabus yang digunakan sesuai dengan tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan sekitar.

Di SMA Negeri 1 Metro terdapat pembelajaran tari. Pada pembelajaran tari terdapat siswa, guru dan fasilitas seperti ruangan dan alat-alat yang mendukung.


(10)

Pada pembelajaran tari di sekolah tentu diperlukan beberapa aspek agar pembelajaran berlangsung dengan baik. Dalam penelitian ini peneliti meneliti aspek aktivitas siswa, evaluasi belajar siswa dan mengamati aktivitas guru pada saat mengajar.

SMA Negeri 1 Metro terletak di Jl. Jend. AH. Nasution No. 222 Yosodadi 21 Kota Metro. Saat ini SMA Negeri 1 Metro dalam kegiatan belajar dan mengajar sudah menerapkan sistem SKS. SKS adalah sistem pembelajaran dengan

menggunakan kredit satuan. Sistem ini mengharuskan siswa untuk memilih mata pelajaran apa saja yang hendak diambil dalam satu semester. Dengan adanya sistem SKS ini tidak lagi dikenal kelas X, XI, XII, namun diganti dengan tahun berapa siswa masuk sekolah, dan mata pelajaran tersebut diambil pada semester berapa. Sebagai contoh, kelas angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5. Peneliti mengambil kelas angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 yang berjumlah 26 siswa atas rekomendasi dari guru seni tari, yaitu Tri Utami, S.Pd. karena menurut beliau kelas tersebut siswanya lebih antusias dalam mengikuti pelajaran seni tari. Tari yang diajarkan adalah tari melinting dan tari piring 12, peneliti memilih tari

melinting karena tari melinting merupakan tari berpasangan/kelompok sesuai

dengan kompetensi dasar, yaitu mengidentifikasi keunikan gerak, kostum, iringan tari nusantara daerah setempat yang berpasangan/kelompok dalam konteks budaya masyarakat daerah setempat, sedangkan tari piring 12 merupakan tari tunggal. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti memilih SMA Negeri 1 Metro.

Tari melinting adalah salah satu tarian yang berasal dari Provinsi Lampung. Tari


(11)

4

diciptakan oleh Ratu Melinting, yaitu Pangeran Panembahan Mas, yang

dipentaskan pada saat acara gawi adat (begawi). Gerak tari melinting terdiri dari gerak putra dan putri. Gerak putra, yaitu babar kipas, sukhung sekapan , balik

palau, salaman, suali, loncat kijang. Gerak putri yaitu, babar kipas, sukhung

sekapan, timbangan, melayang, ngiyau bias, injak tai manuk.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin mengamati proses belajar-mengajar seni tari di SMA Negeri 1 Metro, maka diangkatlah sebuah judul penelitian

“Pembelajaran Tari Melinting Pada Siswa Angkatan 2012-2013 Semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro”.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana pembelajaran tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran

tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA

Negeri 1 Metro.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. menambah pengetahuan dan wawasan mengenai salah satu tari tradisional Lampung;

2. memberikan gambaran kepala sekolah, guru, dan calon guru mengenai pembelajaran tari melinting yang diajarkan oleh guru di sekolah.


(12)

1.5Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian mencakup subjek penelitian (sasaran), objek penelitian (masalah), tempat penelitian, dan waktu penelitian.

1.5.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru tari dan siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro berjumlah 26 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

1.5.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah pembelajaran tari melinting.

1.5.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di SMA Negeri 1 Metro, Jl. Jend. AH. Nasution No. 222 Yosodadi 21 Kota Metro.

1.5.4 Waktu Penelitian


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental (Sardiman, 2011: 100). Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Aktivitas belajar siswa pada prinsipnya secara garis besar dibagi menjadi dua pandangan, yaitu ilmu jiwa lama dan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama guru yang menentukan bahan dan metode, sedangkan siswa menerima begitu saja. Aktivitas belajar anak terbatas pada mendengarkan, mencatat, menjawab

pertanyaan bila guru memberikan pertanyaan. Jadi, siswa kurang memiliki aktivitas dan kreativitas. Adapun menurut pandangan ilmu jiwa modern, tugas guru adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya sehingga yang aktif dan mendominasi aktivitas belajar adalah siswa.

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah antara lain sebagai berikut.

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memerhatikan


(14)

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi,

musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain, melakukan percobaan,

membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup (Sardiman, 2011: 101).

Dari delapan jenis aktivitas belajar di atas, aktivitas siswa yang dapat menunjang siswa dalam pembelajaran tari melinting dan selanjutnya akan digunakan pada observasi proses aktivitas siswa sebagai berikut.

1. visual activities, seperti: memperhatikan gambar demonstrasi;

2. listening activities, sebagai contoh mendengarkan musik;

3. motor activities, seperti: melakukan percobaan;

4. emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira,


(15)

8

2.2 Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 1994: 57).

Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya misalnya, tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan

perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga

komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian.

Ada tiga hal yang terkandung dalam sistem pembelajaran sebagai berikut.. 1. rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur yang merupakan

unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus;

2. saling ketergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan;

3. tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai (Hamalik, 1994: 65-66).

Ada beberapa unsur dalam pembelajaran, yaitu. 1. unsur dinamis pembelajaran pada diri guru

a. motivasi membelajarkan siswa;

b. kondisi guru siap membelajarkan siswa.

2. unsur pembelajaran konkruen dengan unsur belajar a. motivasi belajar;


(16)

b. sumber-sumber belajar; c. pengadaan alat bantu belajar; d. upaya agar suasana belajar efektif; e. binaan terhadap subjek belajar.

2.2.1 Tujuan Pembelajaran

Tujuan umum pengajaran/pembelajaran adalah merupakan hasil belajar siswa setelah selesai belajar, dan dirumuskan dengan suatu pernyataan yang bersifat umum (Sardiman, 2011: 69).

Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa (Hamalik, 1994: 73).

Kriteria tujuan pembelajaran

1. tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar;

2. tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati;

3. tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.

2.2.2 Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian,


(17)

10

penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan (Sanjaya, 2010: 126).

Strategi pengajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang

menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar untuk mencapai tujuan tertentu (Hamalik, 2004: 201).

Ada empat strategi dasar dalam belajar yang meliputi hal-hal berikut. 1. mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan

tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan; 2. memilih sistem pendekatan belajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup

masyarakat;

3. memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar-mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya;

4. menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau criteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar-mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan (Djamarah, 2006: 5-6).

2.2.3 Metode Pembelajaran

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2010: 147).


(18)

Ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut.

a. tujuan yang beragam jenis dan fungsinya;

b. anak didik yang berbagai macam tingkat kematangannya; c. situasi yang beragam keadaannya;

d. fasilitas dengan berbagai macam kualitas dan kuantitasnya;

e. pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda (Djamarah, 2006: 53).

Dalam kegiatan belajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian siswa. Dengan demikian metode mengajar adalah strategi pembelajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut ini akan dijelaskan tentang metode pembelajaran. 1. Metode Ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. a. Kelebihan

1. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah dalam hal ini dimaksudkan proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap hanya mengandalkan suara guru. 2. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya materi

yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam waktu yang singkat.


(19)

12

3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu

ditonjolkan. Artinya guru dapat mengatur pokok-pokok materi mana yang perlu ditekankan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.

4. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.

5. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. b. Kelemahan

1. Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai oleh guru.

2. Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya verbalisme.

3. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode yang membosankan.

4. Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan

memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya tiruan.


(20)

a. Kelebihan

1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari sebab siswa langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.

2. Proses pembelajaran akan lebih menarik sebab siswa tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

b. Kelemahan

1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bias gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.

2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan

pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. 3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru yang

khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih professional (Sanjaya, 2010: 147-153).

2.2.4 Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata


(21)

14

media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan (Djamarah, 2006: 136).

Media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio. televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya (Sanjaya, 2010: 163).

Secara umum, media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut. 1. memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis.

2. mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra, seperti

a. objek yang terlalu besar bias digantikan dengan realita. Gambar, film bingkai, film, atau model;

b. objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar;

c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan

timelapse atau high-speed photography;

d. kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; e. objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram, dan

lain-lain;

f. konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk a. menimbulkan kegairahan belajar;


(22)

b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;

c. memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya;

4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam a. memberikan perangsang yang sama;

b. mempersamakan pengalaman;

c. menimbulkan persepsi yang sama (Sadiman dkk, 2006: 17-18).

Dari sifatnya media dapat dibagi menjadi 3, yaitu.

a. media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara; b. media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya;

c. media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya (Sanjaya, 2010: 172).


(23)

16

2.2.5 Evaluasi Pembelajaran

Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris, yaitu evaluation. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Djamarah, 2006: 57).

Tujuan evaluasi dapat dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari evaluasi adalah.

1. mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid dalam mencapai tujuan yang diharapkan;

2. memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang didapat; 3. menilai metode mengajar yang dipergunakan.

Tujuan khusus dari evaluasi adalah 1. merangsang kegiatan siswa;

2. menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan;

3. memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan;

4. memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan;

5. untuk memperbaiki mutu pembelajaran dan metode mengajar (Djamarah, 2006: 58).

Dari tujuan itu dapat dipahami bahwa pelaksanaan evaluasi diarahkan kepada evaluasi proses dan evaluasi produk. Evaluasi proses adalah suatu evaluasi yang diarahkan untuk menilai bagaimana pelaksanaan proses belajar-mengajar yang telah dilakukan mencapai tujuan, apakah dalam proses itu ditemui kendala, dan


(24)

bagaimana kerja sama setiap komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran. Evaluasi produk adalah suatu evaluasi yang diarahkan kepada bagaimana hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa, dan bagaimana penguasaan siswa terhadap bahan/materi pelajaran yang telah guru berikan ketika proses belajar-mengajar berlangsung (Djamarah, 2006: 59).

2.3 Tari

Tari adalah gerak pada diri manusia, dan gerak itu sendiri merupakan alat bantu yang paling tua di dalam kehidupan manusia, untuk mengemukakan keinginan atau menyatakan refleksi spontan di dalam jiwa manusia. Tari merupakan bagian dari kehidupan manusia baik secara mandiri atau berkelompok. Tari dapat dimanfaatkan di dalam berbagai aspek kehidupan manusia, seperti sarana

pendidikan dan rekreasi (Firmansyah dkk, 1996: 2). Tari merupakan alat ekspresi atau sarana komunikasi seorang seniman kepada orang lain (penonton), dasar tari adalah gerak, gerakan ini mempunyai makna apa yang ingin disampaikan (Sultan Ratu Idil M.T.I.IV, 2011: 91).

2.4Tari melinting

2.4.1 Asal Usul Tari melinting

Tari melinting merupakan salah satu tari tradisioanal Lampung yang berasal dari

Desa Wana Lampung Timur. Melinting berasal dari kata meninting yang berarti membawa timbulnya melinting pada masa penyebaran agama Islam. Jadi arti melinting adalah membawa misi Islam (Sultan Ratu Idil M.T.I.IV, 2011: 7). Dilihat dari sejarahnya, tarian ini diciptakan oleh Ratu Melinting, yaitu Pangeran Panembahan Mas yang dipentaskan pada saat acara Gawi Adat (Begawi).


(25)

18

Fungsi tari melinting dahulu merupakan tarian keluarga Ratu Melinting dan hanya dipentaskan oleh keluarga ratu saja di tempat tertutup (sessat atau balai adat), pementasannya pun hanya pada saat gawi adat keagungan keratuan melinting saja. Penarinya hanya sebatas pada putra putri Ratu Melinting. Namun dalam

perkembangannya sekarang tari melinting tidak lagi sebagai tarian keluarga Ratu Melinting dan tidak lagi berfungsi sebagai tari upacara saja, tetapi bergeser menjadi tari hiburan pada saat penyambutan tamu agung yang datang ke daerah Lampung serta acara-acara lainnya seperti kesenian Lampung, festival tari, dan lain-lain, yang menunjukkan bahwa tari melinting sudah tersebar luas di Provinsi Bandar Lampung. Tari ini ditarikan oleh 4 wanita dan dua pria, jadi jenis tarian ini dilihat dari penyajiannya adalah tari kelompok dan jenis tari berdasarkan gayanya adalah tari tradisional klasik (Sultan Ratu Idil M.T.I.IV, 2011: 25).

2.4.2 Musik Pengiring Tari melinting

Musik dan tari adalah alat komunikasi melalui bunyi dan gerak bagi setiap insan pecinta dan pelaku seni. Secara tradisional musik dan tari sangat erat

hubungannya, keduanya saling membutuhkan, karena keduanya mempunyai sumber yang sama, yaitu dorongan dan naluri ritmis manusia. Bunyi atau suara untuk mengiringi tari dapat dihasilkan oleh penari itu sendiri, seperti tepuk tangan, hentakan kaki ataupun bunyi-bunyian yang dihasilkan oleh perlengkapan tari yang dipakai, bahkan ada kalanya menggunakan teriakan-teriakan (vocal) atau lagu-lagu (Firmansyah dkk, 1996: 4).

Iringan pada tari melinting menggunakan instrumen kolintang yaitu: 1. Tabuh arus/gupek yaitu tabuhan pembukaan.


(26)

2. Tabuh centik dialunkan pada saat tarian dimulai.

3. Tabuh kedanggung yaitu pada para penari mengadakan pertukaran formasi, dan selanjutnya kembali ke tabuhan arus/gupek pada akhir tarian (Sultan Ratu Idil M.T.I.IV, 2011: 33-34).

Adapun perangkat tabuhan yang dipakai meliputi gong besar, gelitak, rebana, gendang, dan gujih.

2.4.3 Busana Tari melinting

1. Busana Penari Putri

a. Siger melinting cadar kuning b. Kebaya putih lengan panjang c. Tapis pepadun

d. Kipas melinting e. Cemara panjang f. Bebe merah g. Selendang tapis h. Kalung inuh i. Kalung papan jajar j. Kembang melati k. Pending

l. Antingan m. Gelang kano n. Gelang burung o. Gelang duri


(27)

20

2. Busana Penari Putra a. Kopiah emas

b. Baju panjang kurung c. Celana panjang

d. Kain selendang tumpal e. Kain tumpal

f. Kipas melinting g. Gelang burung h. Gelang kano i. Ikat pinggang j. Kalung jukun k. Kalung inuh

2.4.4 Properti

Properti adalah perlengkapan yang tidak termasuk kostum dan perlengkapan panggung, tetapi merupakan perlengkapan yang ikut ditarikan oleh penari. Properti adalah semua peralatan yang dipergunakan untu kebutuhan suatu

penampilan tataan tari atau koreografi. Propreti adalah alat-alat yang dibawa dan digunakan penari sebagai pelengkap sesuai tuntutan tari tersebut.

Properti yang digunakan oleh penari putri dan putra pada tari melinting adalah kipas yang dipegang di kiri kanan tangan penari.


(28)

2.4.5 Ragam Gerak Tari melinting

Tabel. 2.1 Uraian Gerak Tari melinting Putra No. Nama

Gerakan Hit. Uraian Gerak Gambar

1 Babar Kipas 1-2 Kedua tangan merapat

di depan dada, dan gerakan kaki lapah ayun.

3-4 Kedua tangan diayun membuka kesamping selebar badan sejajar dada.

5-6 Kedua tangan merapat di depan dada.


(29)

22

7-8 Kedua tangan diayun membuka ke samping selebar badan sejajar dada.

2 Sukhung

Sekapan

1-2 Tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang, tetap di depan dada, dan gerakan kaki lapah ayun.

3-4 Tangan kiri ditarik ke depan tangan kanan ditarik ke belakang tetap di depan dada.


(30)

5-6 Tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang, tetap di depan dada.

7-8 Tangan kiri didorong ke depan tangan kanan ditarik ke belakang tetap di depan dada.

3 Balik Palau 1-2 Tangan kanan rentang

ke samping kanan tangan kiri ditekuk di depan dada sambil berputar ke samping kanan setengah putaran, pergelangan tangan bergerak ke samping kanan dan kiri.


(31)

24

3-4

5-6


(32)

4 Suali 1-2 Kedua tangan membuka ke samping kemudian menutup di depan dada kaki kanan maju ke depan.

3-4 Kedua tangan membuka ke samping kemudian menutup di depan dada kaki kiri maju ke depan.

5-6 Kedua tangan membuka ke samping kemudian menutup di depan dada kaki kanan kanan maju ke depan.

7-8 Badan turun ke bawah kedua tangan membuka ke samping.


(33)

26

5 Lompat

Kijang

1-2 Kaki kanan meloncat ke depan ditutup kaki kiri tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang di depan dada.

3-4 Tangan kiri ditarik ke depan tangan kanan ditarik ke belakang tetap di depan dada.

5-6 Tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang di depan dada.

7-8 Tangan kiri ditarik ke depan tangan kanan ditarik ke belakang tetap di depan dada.


(34)

6 Salaman 1-2 Posisi badan jongkok tangan kanan

rentangkan lurus ke samping kanan, dan tangan kiri tekuk di depan dada.

3-4 Posisi badan jongkok dengan tangan kiri rentangkan lurus ke samping kiri, tangan kanan tekuk di depan dada.

5-6 Posisi badan jongkok dengan tangan kanan rentangkan lurus ke samping kanan, tangan kiri tekuk di depan dada.

7-8 Posisi badan jongkok, kedua tangan

dirapatkan di depan dada.


(35)

28

1-2 Kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian geser ke kanan.

3-4 Kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian geser kekiri.

5-6 Kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian geser ke kanan.

7-8 Kedua tangan dirapatkan di depan dada, kemudian geser kekiri.


(36)

Tabel. 2.2 Uraian Gerak Tari melinting Putri No. Nama

Gerak Hit. Uraian Gerak Gambar

1 Babar Kipas 1-2 Kedua tangan merapat

di depan dada, gerakan kaki lapah ayun.

3-4 Kedua tangan diayun membuka ke samping selebar badan sejajar dada.

5-6 Kedua tangan merapat di depan dada.


(37)

30

7-8 Kedua tangan diayun membuka ke samping selebar badan sejajar dada.

2 Sukhung

Sekapan

1-2 Tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang, tetap di depan dada. Gerakan kaki lapah ayun.

3-4 Tangan kiri didorong ke depan tangan kanan ditarik ke belakang tetap di depan dada.


(38)

5-6 Tangan kanan dorong lurus ke depan tangan kiri tarik ke belakang, tetap di depan dada.

7-8 Tangan kiri didorong ke depan tangan kanan ditarik ke belakang tetap di depan dada.

3 Timbangan 1-2 Kedua tangan ditarik

lurus ke belakang, pergelangan tangan diputar atau ukel, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai putar tumit ke arah kanan.


(39)

32

3-4 Kedua tangan ditarik lurus ke belakang, pergelangan tangan diputar atau ukel, telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai putar tumit ke arah kanan.

5-6 Kedua tangan ditarik lurus ke belakang, pergelangan tangan diputar atau ukel, telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai putar ke arah kiri.

7-8 Kedua tangan ditarik lurus ke belakang, pergelangan tangan diputar atau ukel, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai putar ke arah kiri.


(40)

4 Melayang 1-2 Tangan kanan lurus ke depan tangan kiri lurus ke belakang

pergelangan tangan diputar atau ukel kearah dalam, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai putar tumit ke arah kanan.

3-4 Tangan kanan lurus ke depan tangan kiri lurus ke belakang

pergelangan tangan diputar atau ukel ke arah dalam, telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai putar tumit ke arah kanan.

5-6 Tangan kanan lurus ke depan tangan kiri lurus ke belakang

pergelangan tangan diputar atau ukel ke arah dalam, telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai putar ke arah kiri.


(41)

34

7-8 Tangan kanan lurus ke depan tangan kiri lurus ke belakang

pergelangan tangan diputar atau ukel ke arah dalam, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai putar ke arah kiri.

5 Ngiyau Bias 1-2 Kedua tangan

diletakkan di samping pinggul sebelah kanan kemudian pergelangan tangan diputar ke arah dalam, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai putar tumit ke arah kanan.

3-4 Kedua tangan

diletakkan di samping pinggul sebelah kanan kemudian pergelangan tangan diputar ke arah dalam, telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai putar tumit ke arah kanan.


(42)

5-6 Kedua tangan

diletakkan di samping pinggul sebelah kanan kemudian pergelangan tangan diputar ke arah dalam, telapak kaki kiri ditepukkan ke lantai putar ke arah kiri.

7-8 Kedua tangan digeser kesamping pinggul sebelah kiri kemudian pergelangan tangan diputar ke arah dalam, telapak kaki kanan ditepukkan ke lantai putar ke arah kiri.

6 Nginjak Tai

Manuk

1-2 Kedua tangan

diletakkan di pinggul sebelah kanan

kemudian tangan ukel,

kaki kanan maju ke depan silangkan ke kiri dengan ujung jari menyentuh ke lantai.


(43)

36

3-4 Kedua tangan

diletakkan di pinggul sebelah kanan

kemudian tangan ukel,

kaki ditarik lagi ke belakang.

5-6 Kedua tangan

diletakkan di pinggul sebelah kanan

kemudian tangan ukel,

kanan maju ke depan silangkan ke kiri lagi kaki menapak di lantai.

7-8 Kedua tangan digeser ke samping pinggul sebelah kiri kemudian tangan ukel, kaki kiri letakkan di samping kiri kaki kanan.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan faktor penting untuk memecahkan suatu masalah dan turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Dalam penelitian ini desain penelitian yang peniliti gunakan adalah desain penelitian deskriptif kualitatif untuk menjelaskan hal-hal yang terjadi pada saat melakukan penelitian tanpa mengurangi atau menambahi kejadian yang telah terjadi. Deskriptif merupakan pemaparan dengan jelas hal-hal yang dipermasalahkan (Margono, 2000: 5).

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data-data yang berasal dari informan, yaitu guru seni tari, dan siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2010: 158).


(45)

38

Pada penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru selama mengajar, aktivitas belajar siswa, dan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.

3.3.2 Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2010: 198). Tujuan

wawancara adalah untuk mengetahui hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan kepada guru seni tari, dan siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro.

3.3.3 Dokumentasi

Pada penelitian ini, dokumentasi berupa catatan lapangan, foto, dan video.

Adapun tujuan dokumentasi adalah agar penulis dapat mereview kembali kegiatan selama proses pembelajaran hingga akhir pembelajaran.

3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Panduan Observasi

Pengamatan yang digunakan dalam penelitian berisi tentang kisi-kisi yaitu kejadian yang terjadi di sekolah. Catatan yang dibuat dalam penelitian ini berisi tentang apa yang dilihat dari hasil pengamatan secara langsung.

3.4.2 Panduan Wawancara

Panduan wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan tentang materi penelitian. Alat bantu yang digunakan adalah buku dan alat tulis.


(46)

3.4.3 Panduan Dokumentasi

Alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah kamera,

handphone, buku, dan alat tulis. Data yang diperoleh setiap hari di catat dalam

buku pada saat observasi dan wawancara agar data yang diperoleh lengkap dan tidak ada yang terlewati.

3.4.4 Panduan Penilaian Aktivitas Siswa

Tabel. 3.1 Instrumen Penilaian Aktivitas Belajar Siswa No.

Unsur Yang Dinilai

Kriteria Penilaian Skor Skor Maksimal

1 Visual

activities

1. Semua siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang ragam gerak tari melinting.

2. Ada 1-6 siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan dari guru tentang ragam gerak tari melinting. 3. Ada 7-12 siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan dari guru tentang ragam gerak tari melinting.

4. Ada 13-18 siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan dari guru tentang ragam gerak tari melinting.

5. Ada >18 siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan dari guru tentang ragam gerak tari melinting.

5 4 3 2 1 5

2 Listening

activities

1. Semua siswa mendengarkan guru pada saat proses pembelajaran tari melinting.

2. Ada 1-6 yang tidak mendengarkan guru pada saat proses pembelajaran tari melinting.

3. Ada 7-12 siswa yang tidak

mendengarkan guru pada saat proses pembelajaran tari melinting.

4. Ada 13-18 siswa yang tidak

mendengarkan guru pada saat proses pembelajaran tari melinting.

5. Ada >18 siswa yang tidak

mendengarkan guru pada saat proses pembelajaran tari melinting.

5 4 3 2 1 5


(47)

40

3 Motor

activities

1. Semua siswa terlihat melakukan

percobaan terhadap gerak tari melinting

yang telah dicontohkan oleh guru. 2. Ada 1-6 siswa yang tidak melakukan

percobaan terhadap gerak tari melinting

yang telah dicontohkan oleh guru. 3. Ada 7-12 siswa yang tidak melakukan

percobaan terhadap gerak tari melinting

yang telah dicontohkan oleh guru. 4. Ada 13-18 siswa yang tidak melakukan

percobaan terhadap gerak tari melinting

yang telah dicontohkan oleh guru. 5. Ada >18 siswa yang tidak melakukan

percobaan terhadap gerak tari melinting

yang telah dicontohkan oleh guru.

5 4 3 2 1 5

4 Emotional

activities

1. Semua siswa terlihat bersemangat dan tidak merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru.

2. Ada 1-6 siswa yang tidak bersemangat dan merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru.

3. Ada 7-12 siswa yang tidak bersemangat dan merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru.

4. Ada 13-18 siswa yang tidak bersemangat dan merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru.

5. Ada >18 siswa yang tidak bersemangat dan merasa bosan terhadap materi yang diberikan oleh guru.

5 4 3 2 1 5

Jumlah Skor Maksimal 20

Ns =� �� �ℎ�

� �� � � �100

Keterangan: Ns = presentase aktivitas belajar siswa

Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari melinting diukur dengan menggunakan lembar nontest dengan jumlah skor maksimal 20. Kualitas hasil belajar siswa dapat dilihat dengan menggunakan skala lima.


(48)

3.4.5 Panduan Penilain Tes Praktik

Tabel. 3.2 Instrumen Pengamatan Tes Praktik

No Aspek Skor Skor

Maksimal

1 Wiraga Bentuk Gerak

a. Siswa mampu memeragakan 12 motif gerak tari melinting.

b. Siswa mampu memeragakan 9 motif gerak tari melinting.

c. Siswa mampu memeragakan 6 motif gerak tari melinting.

d. Siswa mampu memeragakan 3 motif gerak tari melinting.

e. Siswa mampu memeragakan <3 motif gerak tari melinting.

5 4 3 2 1 5

Hafalan Ragam Gerak

a. Siswa hafal dalam memergakan 12 motif gerak gerak tari melinting. b. Siswa hafal dalam memergakan 9 motif

gerak gerak tari melinting.

c. Siswa hafal dalam memergakan 6 motif gerak gerak tari melinting.

d. Siswa hafal dalam memergakan 3 motif gerak gerak tari melinting.

e. Siswa hafal dalam memergakan <3 motif gerak gerak tari melinting.

5 4 3 2 1 5

2 Wirama Ketepatan Gerak Dengan Musik

a. Siswa memeragakan 12 motif gerak

tari melinting tepat dengan musik.

b. Siswa memeragakan 9 motif gerak tari

melinting tepat dengan musik.

c. Siswa memeragakan 6 motif gerak tari

melinting tepat dengan musik.

d. Siswa memeragakan 3 motif gerak tari

melinting tepat dengan musik.

e. Siswa memeragakan <3 motif gerak

tari melinting tepat dengan musik.

5 4 3 2 1 5


(49)

42

3 Wirasa Ekspresi Saat Menari

a. Siswa memeragakan tari melinting

dengan senyum dan pandangan ke depan.

b. Siswa memeragakan tari melinting

dengan senyum namun menunduk. c. Siswa memeragakan tari melinting

tidak senyum namun pandangan ke depan.

d. Siswa memeragakan tari melinting

tidak senyum dan menunduk.

e. Siswa memeragakan tari melinting

dengan takut. 5 4 3 2 1 5

Jumlah Skor Maksimal 20

Ns =� �� �ℎ�

� �� � � �100

Keterangan: Ns = presentase aktivitas belajar siswa

Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari melinting diukur dengan menggunakan lembar nontest dengan jumlah skor maksimal 20. Kualitas hasil belajar siswa dapat dilihat dengan menggunakan skala lima.

Tabel. 3.3 Penentuan Patokan dengan Perhitungan Presentase untuk Skala Lima

Interval Presentase

Tingkat Penguasaan Keterangan

85 – 100 Baik Sekali 75 – 84 Baik 60 – 74 Cukup 40 – 59 Kurang

0 – 39 Kurang Sekali (Modifikasi dari Nurgiantoro 2001:399)


(50)

3.5 Analisis Data

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Tafsiran atau interprestasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori. Hasil analisis yang diperoleh disusun untuk mengetahui proses

pembelajaran yang berlangsung di SMA Negeri 1 Metro. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model air. Analisis model air diawali dengan data yang muncul berupa deskripsi kata-kata atau rangkaian kata, dapat juga berupa rangkaian yang jelas bukan rangkaian angka. Tahap

pengumpulan data dibedakan menjadi empat tahap yaitu pengumpulan data,

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Tabel. 3.4 Tahap Pengumpulan Data Model Alir No.

Tahap

Analisis Keterangan

1 Pengumpulan Data

Proses ini diawali dengan data yang muncul berupa deskripsi kata-kata atau rangkaian kata dan dapat juga berupa kalimat-kalimat sebagai sebuah narasi, yang jelas bukan rangkaian angka. Dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi dan wawancara yang telah diketahui reabilitasnya.

2 Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama berada di lokasi penelitian. Reduksi data tidak terpisahkan dari analisis. 3 Penyajian

Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian lebih banyak mengacu pada teks naratif dan akan dilakukan penyederhanaan pada informasi yang bersifat kompleks 4 Penarikan

Kesimpulan

Penarikan kesimpulan disusun berdasarkan pola-pola induktif yaitu diverifikasi selama penelitian berlangsung dan data perlu diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya melalui check dan crosscheck.


(51)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara deskriptif kualitatif maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro sebagai berikut.

1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 di SMA Negeri 1 Metro ditandai dengan visual activities

(aktivitas melihat), listening activities (aktivitas mendengar), motor activities

(aktivitas melakukan gerak), emotional activities (aktivitas yang berkaitan dengan emosi seperti semangat dan gembira). Pada pertemuan pertama aktivitas siswa memperoleh nilai 80 karena hanya ada 3 orang siswa tidak memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru serta mengobrol di kelas, pada pertemuan kedua aktivitas siswa memperoleh nilai 80 karena hanya ada 2 orang siswa yang masih terlihat malas dalam menggerakkan gerakan yang diajarkan oleh guru, pada pertemuan ketiga aktivitas siswa memperoleh nilai 70 karena terlihat 7 orang siswa ada yang bermain laptop, handphone,

mengobrol dan kurang bersemangat terhadap materi yang diberikan oleh guru, pada pertemuan keempat aktivitas siswa memperoleh nilai 75 karena hanya ada 4 orang siswa yang terlihat malas untuk memeragakan gerak yang dicontohkan


(52)

oleh guru, pada pertemuan kelima aktivitas siswa memperoleh nilai 80 karena hanya ada 2 orang siswa yang terlihat malas untuk memeragakan gerak yang dicontohkan oleh guru, dan pada pertemuan keenam aktivitas siswa

memperoleh nilai 95 karena siswa terlihat aktif dan bersemangat dalam menggerakan gerak tari melinting sesuai dengan iringan musik.

2. Pada hasil belajar siswa berdasarkan aspek bentuk ragam gerak, aspek hafalan gerak, aspek ketepatan gerak dengan musik, dan aspek ekspresi saat menari nilai yang diperoleh siswa secara umum adalah cukup, siswa yang mendapat nilai baik sekali (12) sebanyak 3 orang siswa karena siswa mampu

memeragakan 12 motif ragam gerak tari melinting, siswa mampu menghafal 12 motif ragam gerak tari melinting, siswa mampu melakukan 12 motif ragam gerak tepat dengan musik, dan ekspresi saat menari senyum dan pandangan kedepan, siswa yang mendapat nilai baik (38) sebanyak 10 orang siswa karena siswa hanya mampu memeragakan 9 motif ragam gerak tari melinting, siswa hanya mampu menghafal 9 motif ragam gerak tari melinting, siswa hanya mampu melakukan 9 motif ragam gerak tepat dengan musik, dan ekspresi saat menari senyum tetapi menunduk, dan siswa yang mendapat nilai cukup (50) sebanyak 13 orang siswa karena siswa hanya mampu memeragakan 6 motif ragam gerak tari melinting, siswa hanya mampu menghafal 6 motif ragam gerak tari melinting, siswa hanya mampu melakukan 6 motif ragam gerak tepat dengan musik, dan ekspresi saat menari tidak senyum namun pandangan kedepan.


(53)

90

3. Kendala yang dihadapi pada saat peneliti melakukan penelitian yaitu pada pertemuan pertama tidak tersedianya kipas melinting sebagai properti untuk menari sehingga peneliti ikut mencari kipas agar siswa dapat belajar

menggunakan kipas dan pada pertemuan keempat guru mengalami kendala yaitu sound system yang akan dipergunakan untuk mendengarkan musik tari

melinting mati sehingga mengganggu proses pembelajaran tari melinting.

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Agar pembelajaran tari dapat berlangsung lebih baik guru dan sekolah

sebaiknya memerhatikan media yang digunakan seperti sound system dan kipas sebagai properti dalam menari sebelum tahun pelajaran baru dimulai karena

sound system dankipas melinting sangat diperlukan untuk kelancaran dalam


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

Djamarah, S.B, & Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Firmansyah, dkk. Mengenal Tari Bedana. Gunung Pesagi: Bandar Lampung. Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar-Mengajar. PT.Bumi Aksara: Jakarta. Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta. Sadiman, Arief, dkk. 2006. Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Belajar Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media Group: Jakarta.

Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Setyobudi, dkk. 2007. Seni Budaya. Erlangga: Jakarta.

Sultan Ratu Idil M.T.I.IV. 2011. Mengenal dari Dekat Tari Daerah Lampung. Bukit Ilmu: Bandar Lampung.


(1)

3 Wirasa Ekspresi Saat Menari

a. Siswa memeragakan tari melinting dengan senyum dan pandangan ke depan.

b. Siswa memeragakan tari melinting dengan senyum namun menunduk. c. Siswa memeragakan tari melinting tidak senyum namun pandangan ke depan.

d. Siswa memeragakan tari melinting tidak senyum dan menunduk. e. Siswa memeragakan tari melinting

dengan takut.

5

4 3

2 1

5

Jumlah Skor Maksimal 20

Ns =� �� �ℎ�

� �� � � �100 Keterangan: Ns = presentase aktivitas belajar siswa

Hasil belajar siswa pada pembelajaran tari melinting diukur dengan menggunakan lembar nontest dengan jumlah skor maksimal 20. Kualitas hasil belajar siswa dapat dilihat dengan menggunakan skala lima.

Tabel. 3.3 Penentuan Patokan dengan Perhitungan Presentase untuk Skala Lima

Interval Presentase

Tingkat Penguasaan Keterangan 85 – 100 Baik Sekali

75 – 84 Baik

60 – 74 Cukup

40 – 59 Kurang

0 – 39 Kurang Sekali (Modifikasi dari Nurgiantoro 2001:399)


(2)

43

3.5 Analisis Data

Analisis adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Tafsiran atau interprestasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori. Hasil analisis yang diperoleh disusun untuk mengetahui proses

pembelajaran yang berlangsung di SMA Negeri 1 Metro. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model air. Analisis model air diawali dengan data yang muncul berupa deskripsi kata-kata atau rangkaian kata, dapat juga berupa rangkaian yang jelas bukan rangkaian angka. Tahap

pengumpulan data dibedakan menjadi empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Tabel. 3.4 Tahap Pengumpulan Data Model Alir

No.

Tahap

Analisis Keterangan

1 Pengumpulan Data

Proses ini diawali dengan data yang muncul berupa deskripsi kata-kata atau rangkaian kata dan dapat juga berupa kalimat-kalimat sebagai sebuah narasi, yang jelas bukan rangkaian angka. Dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi dan wawancara yang telah diketahui reabilitasnya.

2 Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung secara terus menerus selama berada di lokasi penelitian. Reduksi data tidak terpisahkan dari analisis. 3 Penyajian

Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian lebih banyak mengacu pada teks naratif dan akan dilakukan penyederhanaan pada informasi yang bersifat kompleks 4 Penarikan

Kesimpulan

Penarikan kesimpulan disusun berdasarkan pola-pola induktif yaitu diverifikasi selama penelitian berlangsung dan data perlu diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya melalui check dan crosscheck.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian secara deskriptif kualitatif maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 IPA 5 di SMA Negeri 1 Metro sebagai berikut.

1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran tari melinting pada siswa angkatan 2012-2013 semester 2 di SMA Negeri 1 Metro ditandai dengan visual activities (aktivitas melihat), listening activities (aktivitas mendengar), motor activities (aktivitas melakukan gerak), emotional activities (aktivitas yang berkaitan dengan emosi seperti semangat dan gembira). Pada pertemuan pertama aktivitas siswa memperoleh nilai 80 karena hanya ada 3 orang siswa tidak memperhatikan dan mendengarkan penjelasan dari guru serta mengobrol di kelas, pada pertemuan kedua aktivitas siswa memperoleh nilai 80 karena hanya ada 2 orang siswa yang masih terlihat malas dalam menggerakkan gerakan yang diajarkan oleh guru, pada pertemuan ketiga aktivitas siswa memperoleh nilai 70 karena terlihat 7 orang siswa ada yang bermain laptop, handphone, mengobrol dan kurang bersemangat terhadap materi yang diberikan oleh guru, pada pertemuan keempat aktivitas siswa memperoleh nilai 75 karena hanya ada 4 orang siswa yang terlihat malas untuk memeragakan gerak yang dicontohkan


(4)

89

oleh guru, pada pertemuan kelima aktivitas siswa memperoleh nilai 80 karena hanya ada 2 orang siswa yang terlihat malas untuk memeragakan gerak yang dicontohkan oleh guru, dan pada pertemuan keenam aktivitas siswa

memperoleh nilai 95 karena siswa terlihat aktif dan bersemangat dalam menggerakan gerak tari melinting sesuai dengan iringan musik.

2. Pada hasil belajar siswa berdasarkan aspek bentuk ragam gerak, aspek hafalan gerak, aspek ketepatan gerak dengan musik, dan aspek ekspresi saat menari nilai yang diperoleh siswa secara umum adalah cukup, siswa yang mendapat nilai baik sekali (12) sebanyak 3 orang siswa karena siswa mampu

memeragakan 12 motif ragam gerak tari melinting, siswa mampu menghafal 12 motif ragam gerak tari melinting, siswa mampu melakukan 12 motif ragam gerak tepat dengan musik, dan ekspresi saat menari senyum dan pandangan kedepan, siswa yang mendapat nilai baik (38) sebanyak 10 orang siswa karena siswa hanya mampu memeragakan 9 motif ragam gerak tari melinting, siswa hanya mampu menghafal 9 motif ragam gerak tari melinting, siswa hanya mampu melakukan 9 motif ragam gerak tepat dengan musik, dan ekspresi saat menari senyum tetapi menunduk, dan siswa yang mendapat nilai cukup (50) sebanyak 13 orang siswa karena siswa hanya mampu memeragakan 6 motif ragam gerak tari melinting, siswa hanya mampu menghafal 6 motif ragam gerak tari melinting, siswa hanya mampu melakukan 6 motif ragam gerak tepat dengan musik, dan ekspresi saat menari tidak senyum namun pandangan kedepan.


(5)

3. Kendala yang dihadapi pada saat peneliti melakukan penelitian yaitu pada pertemuan pertama tidak tersedianya kipas melinting sebagai properti untuk menari sehingga peneliti ikut mencari kipas agar siswa dapat belajar

menggunakan kipas dan pada pertemuan keempat guru mengalami kendala yaitu sound system yang akan dipergunakan untuk mendengarkan musik tari melinting mati sehingga mengganggu proses pembelajaran tari melinting.

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Agar pembelajaran tari dapat berlangsung lebih baik guru dan sekolah

sebaiknya memerhatikan media yang digunakan seperti sound system dan kipas sebagai properti dalam menari sebelum tahun pelajaran baru dimulai karena sound system dan kipas melinting sangat diperlukan untuk kelancaran dalam mengajarkan tari melinting.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

Djamarah, S.B, & Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Firmansyah, dkk. Mengenal Tari Bedana. Gunung Pesagi: Bandar Lampung. Hamalik, Oemar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. PT. Bumi Aksara: Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar-Mengajar. PT. Bumi Aksara: Jakarta. Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta: Jakarta. Sadiman, Arief, dkk. 2006. Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta. Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Belajar Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Prenada Media Group: Jakarta.

Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Setyobudi, dkk. 2007. Seni Budaya. Erlangga: Jakarta.

Sultan Ratu Idil M.T.I.IV. 2011. Mengenal dari Dekat Tari Daerah Lampung. Bukit Ilmu: Bandar Lampung.