Keutamaan Al Qur an dalam Kesaksian Hadi

Tinjauan Buku: Keutamaan Al-Qur’an — Imam Arif Purnawan

117
117

Tinjauan Buku
Judul
Penulis
Penerbit
Jumlah halaman

: Keutamaan Al-Qur’an dalam Kesaksian Hadis
: Tim Lajnah Pentasihan Mushaf Al-Qur’an
: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011
: xxii + 344 hlm.

Imam Arif Purnawan
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Jakarta
Pengantar
Al-Qur’an merupakan bukti kasih sayang Allah swt kepada
hamba-hamba-Nya. Ia hadir sebagai petunjuk dan cahaya bagi

kehidupan manusia menuju kebahagiaan abadi. Allah ta’ala berfirman:

‫َﻜِﻦ‬
ْ ‫ِْﳝَﺎنَ وﻟ‬
ُ ‫ﺎبَ َوﻻ اﻹ‬
ُ َ‫ﺗَﺪرِي َ ﻣﺎ اﻟ ِْﻜﺘ‬
ْ ‫ْﺖ‬
َ ‫ْﻚُ رًوﺣﺎ ِ ْﻣﻦ ْأَﻣﺮِﻧَﺎ َ ﻣﺎ ﻛُﻨ‬
َ‫َﻟِﻚ أَ ْ َوْﺣﻴـﻨَﺎ إِ ﻟَﻴ‬
َ ‫َﻛَﺬ‬
‫و‬
‫ﺘَﻘ ٍﻴﻢ‬
ِ ‫إِﱃ َِﺻﺮ ٍاطُ ْﻣﺴ‬
َ ‫ﱠﻚ ﻟَْﺘـﻬﺪِي‬
َ ‫ﻧَﺸﺎء ُ ِ ْﻣﻦِﻋﺒ َ ِﺎدﻧَﺎَ وإِ ﻧ‬
َ ‫ﻧُﻮرا ﻧ ْـَﻬﺪِي ِﺑِﻪَ ْﻣﻦ‬
ً ‫َﺎﻩﻌﻠُْﻨ‬
‫ََﺟ‬
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) rµh (Al-Qur'an)
dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab

(Al-Qur'an) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Qur'an itu cahaya,
dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hambahamba Kami. Dan sungguh, Engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada
jalan yang lurus.” (Q.S. asy-Syµr±/42: 52)

Mengenai ayat di atas, Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah dalam
bukunya al-‘Ilmu Fa«luhµ wa Syarfuhµ menyatakan, “… Dan
sesungguhnya kedua hal itu – yaitu Al-Qur’an dan iman – merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akhirat. Memahami
keduanya merupakan pengetahuan yang paling agung dan paling
utama. Bahkan pada hakikatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat
bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.”1
Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk bergembira dengan
kehadiran Al-Qur’an ini. Allah berfirman:
1

Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah, al-‘ilmu fa«luhµ wa syarfuhµ, Majmu’ah atTuhfa an-Nafāis ad-Dauliyyah, 1996.

118
118 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 117 – 128

ٌ‫َﲪَْﺔ‬

‫ﻟِﻤﺎ ِﰲ اﻟﺼُﱡﺪ ِورَُوﻫًﺪى َ ور‬
َ ٌ ‫ﻗَﺪ َﺟﺎء َ ﺗْ ْﻜُﻢَْﻣﻮﻋِﻈَﺔٌ ِ ْﻣﻦَ رﺑﱢ ْﻜُﻢَ ِوﺷَﻔﺎء‬
ْ ‫ﱠﺎس‬
ُ ‫ﻳ َ ﺎ أَﻳـﱡﻬَ ﺎ اﻟﻨ‬
‫ﻮن‬
َ ُ ‫َﺣﻮا َُﻫﻮ ٌَْﺧﻴـﺮِ ﳑﱠﺎ ﳚََْﻤﻌ‬
‫َﻟِﻚ َﻓَـْﻠﻴْـﻔُﺮ‬
َ ‫َﲪَْ ﺘِِﻪ ﻓَﺒِﺬ‬
‫اﻟﻠﱠﻪَ وﺑِﺮ‬
ِ ‫َﻀِﻞ‬
ْ ‫( ْﻗُﻞ ﺑِﻔ‬٥٧) ‫ﻨِﲔ‬
َ ‫ﻟِ ُﻠ ْْﻤِﺆﻣ‬
(٥٨)
“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari
Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang yang beriman. Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia
Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik
daripada apa yang mereka kumpulkan.”(Q.S. Yµnus/10: 57-58)

Ayat di atas memerintahkan kita agar berbahagia dengan kehadiran Al-Qur’an. Hal ini dikarenakan Al-Qur’an memiliki keutamaan sebagai petunjuk hidup dan obat bagi berbagai macam penyakit

yang merasuki hati manusia. Dengan peran Al-Qur’an yang strategis ini, Allah memberikan motivasi agar manusia senantiasa dapat
mengambil manfaat darinya, sehingga fungsi Al-Qur’an sebagai
petunjuk (hudan) dapat dirasakan oleh manusia. Salah satunya
adalah dengan memberikan pahala bagi hamba yang senantiasa
membacanya.
Membahas keutamaan Al-Qur’an sama pentingnya dengan
membahas isi kandungan Al-Qur’an itu sendiri. Banyak sekali
riwayat hadis yang menerangkan tentang keutamaan dan keistimewaan Al-Qur’an, baik secara umum maupun keutamaan surah atau
ayat tertentu secara khusus. Dalam beberapa literatur tafsir, sebagian ulama lebih suka mendahulukan pembahasan keutamaan AlQur’an sebelum membahas tafsirnya. Di antaranya adalah Ibnu
Ka£īr (w. 774 H). Dalam Fad±’il al-Qur’±n2, ia menyatakan:

‫وﳓﻦ ﻗﺪﻣﻨﺎ ﻟﻔﻀﺎﺋﻞ ﻗﺒﻞ اﻟﺘﻔﺴﲑ ﻟﻴﻜﻮن ذﻟﻚ ﺑﺎﻋﺜﺎ ﻋﻠﻰ ﺣﻔﻆ اﻟﻘﺮأن وﻓﻬﻤﻪ‬
‫واﻟﻌﻤﻞ ﲟﺎ ﻓﻴﻪ‬
Kami mendahulukan pembahasan tentang keutamaan Al-Qur’an sebelum membahas tafsirnya, agar hal tersebut dapat mendorong seseorang untuk menghafal,
memahami dan mengamalkan isi kandungannya.

Dalam perkembangannya, para ulama mencoba mengumpulkan hadis-hadis tentang keutamaan Al-Qur’an. Terkadang mereka
2

Abµ al-Fid±’, Ism±‘³l bin ‘Umar bin Ka£³r, Fa«±’il al-Qur’±n, Maktabah

Ibn Taimiyyah, Kairo 1416 H, hlm. 33.

Tinjauan Buku: Keutamaan Al-Qur’an — Imam Arif Purnawan

119
119

menaruhnya dalam bab tersendiri di dalam karya mereka, dan tidak
sedikit yang menyusun hadis-hadis tersebut dalam buku khusus
yang memuat keutamaan Al-Qur’an. Di antara karya yang tersebar
dan telah dicetak adalah Fa«±’il al-Qur’±n oleh Muhammad bin
Idris asy-Sy±fi’³, begitu pula Fa«±’il al-Qur’±n karya Dia’udd³n alMaqdis³, Fa«±’il al-Qur’±n Abµ Bakr al-Firyab³, Fa«±’il al-Qur’±n
karya Abul Fid±’ Ism±’³l bin ‘Umar bin Kas³r, Fa«±’il al-Qur’±n
oleh Ahmad bin Syu‘aib an-Nas±’i, Fa«±’il al-Qur’±n wa til±watahµ oleh Abul Fa«l ar-R±z³, Fa«±’il al-Qur’±n oleh Muhammad
bin ‘Abdul Wahhab, Fa«±’il al-Qur’±n oleh Muhammad bin a«¬ar³s, dan buku-buku lainnya. Hampir semua karya tersebut merupakan kumpulan hadis Nabi dan riwayat dari para sahabat yang
memuat keutamaan Al-Qur’an, keutamaan membacanya, etika
membaca Al-Qur’an, karakteristik para penghafal Al-Qur’an dan
hal lainnya yang terkait.
Buku Keutamaan Al-Qur’an dalam Kesaksian Hadis yang
disusun oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an ini merupakan

buku yang berisi kumpulan riwayat mengenai keutamaan AlQur’an dan keutamaan surah tertentu dalam Al-Qur’an. Dalam
‘Kata Pengantar’ disebutkan, bahwa sebagai kitab suci, Al-Qur’an
tidak hanya mengandung tuntunan hidup bagi manusia, tetapi
membacanya walaupun tidak memahami maknanya, adalah suatu
ibadah. Setiap huruf yang dibaca akan bernilai sepuluh kebaikan,
dan setiap kebaikan akan dilipatgandakan. Karena memang membaca untaian ayat-ayatnya akan menimbulkan kelembutan hati,
kenikmatan dan keindahan tersendiri bagi seseorang yang tulus
ketika membaca. Oleh karena itu, baik melalui Al-Qur’an sendiri,
maupun melalui lisan Nabi-Nya, banyak sekali ditemukan seruan
yang memberikan dorongan dan motivasi kepada hamba-Nya agar
senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Dalam konteks hadis Nabi, banyak dijumpai pernyataan Nabi
yang memberikan motivasi agar kita senantiasa membaca AlQur’an. Namun, ada hal yang memang diakui oleh semua pihak
mengenai status riwayat hadis yang dicantumkan dalam karyakarya ulama tersebut. Tidak sedikit para kritikus hadis yang
mengomentari keabsahan riwayat-riwayat tentang keutamaan
sebagian surah dalam Al-Qur’an atau sebagian ayatnya. Hal sama
juga diakui oleh buku ini, sebagaimana disebutkan dalam pengantarnya, bahwa tidak semua riwayat hadis yang memuat tentang
keutamaan Al-Qur’an masuk dalam kategori riwayat yang sah

120

120 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 117 – 128
(maqbµl). Bahkan as-Suyuti menyatakan, hadis-hadis mengenai
keutamaan surah atau sebagian ayat Al-Qur’an berderajat lemah
(«a‘³f). Hadis yang benar-benar otentik (sahih) tentang keutamaan
surah hanyalah terbatas pada Surah al-F±ti¥ah, al-Baqarah dan ²li‘Imr±n, Sab‘u a¯-°iw±l, al-Kahf, Y±s³n, ad-Dukh±n, al-Mulk azZalzalah, an-Na¡r, al-K±firµn, al-Ikhl±¡, dan al-Mu‘awwi©atain. 3
Mengamalkan Riwayat Da‘³f
Mengamalkan hadis da‘if memang menjadi polemik yang
terjadi di kalangan krikitus hadis. Sebagian ulama melarangnya
secara mutlak, sebagian lainnya membolehkan dengan memberikan
beberapa syarat dan ketentuan. Pada pengantar buku ini diterangkan
secara singkat seputar pengamalan hadis da‘if. Menukil pendapat
Ibnu Hajar, buku ini menyebutkan beberapa syarat bolehnya
beramal dengan hadis da‘if, di antaranya: [1] Hadis yang dipergunakan tidak terlalu lemah (da’if); [2] Penggunaan hadis tersebut
khusus pada perkara yang berkaitan dengan fad±‘il al-‘amāl, bukan
perkara yang berkaitan dengan akidah atau penetapan hukum; [3]
Hadis tersebut tidak boleh diyakini sebagai sabda Nabi saw, dan
dalam periwayatannya tidak diperkenankan mengungkapkannya
dengan pasti (jazm) bahwa hadis tersebut berasal dari Nabi; [4]
Hadis tersebut harus memiliki dasar umum dari hadis lainnya; [5]
Wajib ada penjelasan tentang status hadis tersebut sebagai hadis

da’if.
Terlepas dari polemik berkepanjangan mengenai keabsahan
beramal dengan hadis lemah (daif), buku al-Kit±b al-J±mi‘ li
Fa«±’il al-Qur’±n, al-A¥±dis allat³ f³ Fa«±’il as-Suwar wal-Āyāt,
muncul dengan memberikan wacana baru bahwa tidak semua
riwayat lemah tentang keutamaan surah-surah dalam Al-Qur’an
ditolak. Sepertinya karya as-Saqq±f inilah yang menjadi rujukan
utama penyusunan buku ini. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam
pengantar buku ini.
Metodologi penulisan buku ini mengikuti kebanyakan buku
tentang keutamaan Al-Qur’an. Begitu sederhana, namun tidak
mengurangi maksud dan tujuan yang melatari penulisan buku ini.
Buku ini hanya mengumpulkan hadis-hadis yang mengandung
keutamaan surah tertentu. Pada setiap pembukaan babnya, dituliskan pengantar singkat tentang isi dan kandungan surah. Begitu
3

Keuatamaan Al-Qur’an dalam Kesaksian Hadis, Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011, hlm. xix.

Tinjauan Buku: Keutamaan Al-Qur’an — Imam Arif Purnawan


121
121

pula takhrij dan hukum pada setiap hadis ditulis dalam footnote,
agaknya sengaja dipersingkat dengan tujuan mempermudah pembaca dan agar pembaca fokus kepada tulisan utama. Walaupun
menurut hemat penulis, penulisan takhrij hadis yang sedikit meluas
akan lebih memuaskan dan lebih menimbulkan kesan ilmiah di
kalangan pembaca.
Keutamaan Al-Qur’an dalam Al-Qur’an dan Hadis
Pada tema pertama, buku ini memuat penjelasan tentang keutamaan Al-Qur'an secara umum, baik itu keutamaan Al-Qur'an sebagai kalāmullāh yang mengandung petunjuk hidup bagi manusia,
maupun keutamaan yang didapatkan seorang hamba ketika membaca dan mempelajari serta mengajarkan Al-Qur'an. Dengan
mengambil informasi dari Al-Qur'an dan hadis, bagian ini memberikan motivasi agar kita senantiasa membaca dan mempelajari AlQur’an. Allah ta‘±l± berfirman:

ِ‫ْﺗِ ِﻴﻪ اﻟْﺒ َ ِﺎﻃﻞ ُ ِ ْﻣﻦ ﺑـ َ ْﲔ‬.‫ِﻳﺰ ﺄ‬
ٌَ‫ﺎبﻻَﻋﻳﺰ‬
ٌَ َ‫اﻟﱠﺬَﻳﻦﻛَُﻔَﺮوا ﺑِﺎﻟﺬْﱢﻛِﺮ ﻟ ﱠَﻤﺎ َﺟﺎء َُْﻫﻢَ وإِ ﻧﱠﻪ ُ ﻟ َِﻜﺘ‬
ِ ‫إِ ﱠن‬
‫ﻳ ََﺪﻳ ِْﻪَ َوﻻ ِ ْﻣﻦ َﺧِﻠِْﻔﻪﺗـَﻨْﺰِﻳﻞ ٌ ِ ْﻣﻦ َﺣِﻜ ٍﻴﻢ َﲪِ ٍﻴﺪ‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika (Al-Qur'an) itu

disampaikan kepada mereka (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya
(Al-Qur'an) itu adalah Kitab yang mulia, (yang) tidak akan didatangi oleh
kebatilan baik dari depan maupun dari belakang (pada masa lalu dan yang akan
datang), yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana, Maha Terpuji”.(Q.S.
Fu¡¡ilat/41: 41-42)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Al-Qur’an berisi kebenaran
dan tidak ada sedikit pun kebatilan di dalamnya. Hal ini menunjukkan keutamaan Al-Qur’an sebagai sebuah petunjuk sempurna
yang dapat mengantarkan hidup manusia menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Dalam ayat lainnya Allah memuji orang-orang yang senantiasa
membaca Al-Qur’an sebagaimana dalam firman-Nya:

‫ﻮن‬
َ ‫ْﺟ‬
‫َﻼﻧِ ﻴ َ ﺔً ﻳـ َ ُﺮ‬
َ‫ْﻨَﺎﻫﻢ ِﺳﺮا َ وﻋ‬
ُْ ‫َﻗَﺎﻣﻮا اﻟﺼَﱠﻼةَ َ وأَﻧـْﻔَُﻘﻮا ِﳑﱠﺎََرزﻗـ‬
ُ ‫اﻟﻠﱠﻪَ وأ‬
ِ ‫ﺎب‬

َ َ‫ﻠُﻮن ﺘ‬
ِ‫ﻛ‬
َ ‫اﻟﱠﺬَﻳﻦ ﻳـ َ ْﺘـ‬
ِ ‫إِ ﱠن‬
(٣٠) ‫ُﻮر َﺷﻜٌُﻮر‬
ٌ‫ﻓَﻀﻠِِﻪ إِ ﻧﱠﻪ ُ ﻏَﻔ‬
ْ ‫ِﻳﺪْﻫﻢِ ْﻣﻦ‬
َُ‫ﻮرﻫﻢَ وﻳ َ ﺰ‬
َُْ‫( ﻟَُِﻴـَﻮﻓﱢـُﻴـْﻬﻢ أُُﺟ‬٢٩) ‫ِﲡَ َﺎرةً ﻟَْﻦﺗـَﺒ ُ َﻮر‬
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat
dan menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka

122
122 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 117 – 128
dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang
tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan
menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Mensyukuri.” (Q.S. F±¯ir/35: 29-30)

Mengenai ayat ini, Imam al-²lµs³ memberikan komentar sebagai
berikut:
٤

ً‫أي ﻳﺪاوﻣﻮن ﻋﻠﻰ ﻗﺮاءﺗﻪ ﺣﱴ ﺻﺎرت ﲰﺔ ﳍﻢ وﻋﻨﻮاﻧﺎ‬

Maksudnya adalah seseorang yang senantiasa membacanya, hingga menjadi
kebiasaan dan karakter dirinya.

Sementara Ibnu Ka£īr berkomentar mengenai ayat di atas sebagai
berikut:
٥

‫ﳜﱪ ﺗﻌﺎﱃ ﻋﻦ ﻋﺒﺎدﻩ اﳌﺆﻣﻨﲔ اﻟﺬﻳﻦ ﻳﺘﻠﻮن ﻛﺘﺎﺑﻪ وﻳﺆﻣﻨﻮن ﺑﻪ وﻳﻌﻤﻠﻮن ﲟﺎ ﻓﻴﻪ‬

Dalam ayat ini Allah mengabarkan tentang hamba-hamba-Nya yang senantiasa
membaca kitab-Nya, mengimaninya dan mengamalkan isi dan kandungannya.

Begitu pula ayat-ayat lainnya yang mengandung keutamaan AlQur’an, seperti Surah F±¯ir/35: 29-30, asy-Syµr±/42: 52, Yµnus/10: 57,
at-Taubah/9: 124-125. Semua ayat itu disebutkan dalam buku ini
untuk menunjukkan keutamaan Al-Qur’an.
Penyusunan buku ini menggunakan metode yang biasa ditempuh
oleh para ulama, yaitu dengan menyebutkan hadis-hadis tentang
keutamaan Al-Qur’an secara umum, kemudian menyebutkan hadishadis tentang keutamaan ayat-ayat atau surah tertentu. Di antara sabda
Nabi yang menunjukkan keutamaan membaca Al-Qur’an adalah:

.‫ﺧﲑﻛﻢ ﻣﻦ ﺗﻌﻠﻢ اﻟﻘﺮأن وﻋﻠﻤﻪ‬
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.
(Riwayat al-Bukhari)

Hadis di atas menunjukkan bahwa ukuran kebaikan seseorang di
sisi Allah adalah ketika ia diberikan kesempatan untuk belajar dan
memahami Al-Qur’an, kemudian mengamalkan dan mengajarkannya.
Semakin ia memahami dan mengamalkan isi dan kandungan AlQur’an, semakin tinggi pula derajatnya di sisi Allah, demikian pula
sebaliknya. Hal ini senada dengan hadis Nabi lainnya:
4
Al-²lµs³, Rµ¥ al-Ma’±n³ f³ at-Tafs³r al-Qur’±n al-‘A§³m wa as-Sab‘u alma£±n³, D±r I¥y±’ at-Tur±£ al-A‘r±b³.
5
Abµ al-Fid±’, Ism±‘³l bin ‘Umar bin Ka£³r, Tafs³r al-Qur’±n al-‘A§³m, Juz
VI, D±r Tayyibah, 1999, hlm. 545.

Tinjauan Buku: Keutamaan Al-Qur’an — Imam Arif Purnawan

123
123

‫ﻣﻦ ﻳﺮد اﷲ ﺑﻪ ﺧﲑا ﻳﻔﻘﻪ ﰱ اﻟﺪﻳﻦ‬
“Barang siapa yang Allah inginkan kebaikan pada seseorang, ia akan dipahamkan
dalam masalah agama (ad-d³n).” (Riwayat al-Bukhari)

Hadis di atas memberikan indikasi jika Allah menginginkan
kebaikan kepada seseorang, ia akan dipahamkan tentang agamanya.
Tidak diragukan lagi, bahwa salah satu faktor utama seseorang dapat
memahami agamanya adalah dengan mempelajari dan mengajarkan
Al-Qur’an. Hal ini jelas menunjukkan keutamaan mempelajari dan
mengamalkan Al-Qur’an.
Al-Qur’an dapat mengantarkan suatu bangsa menjadi mulia,
bermartabat dan berkepribadian. Sebuah riwayat dari ‘Amir bin
W±¡ilah, dia berkata bahwa suatu ketika N±fi‘ bin ‘Abdul Hari£
bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfan (sebuah wilayah di antara Mekah
dan Medinah). Pada waktu itu ‘Umar mengangkatnya sebagai gubernur Mekah. ‘Umar bertanya kepadanya, “Siapakah yang kamu angkat
sebagai pemimpin untuk para penduduk lembah?” Nafi’ menjawab,
“Ibnu Abza.” ‘Umar kembali bertanya, “Siapa Ibnu Abza itu?” Nafi’
menjawab, “Ia adalah salah seorang bekas budak yang tinggal bersama kami.” ‘Umar bertanya, “Apakah kamu mengangkat seorang bekas
budak untuk memimpin mereka?” Maka Nafi’ menjawab, “Dia adalah
seorang yang menghafal Kitab Allah ‘azza wa jalla dan ahli di bidang
far±’i« (hukum waris).” ‘Umar pun berkata, “Adapun Nabi kalian
memang telah bersabda:

‫إن اﷲ ﻳﺮﻓﻊ ﺬا اﻟﻜﺘﺎب أﻗﻮاﻣﺎً وﻳﻀﻊ ﺑﻪ آﺧﺮﻳﻦ‬

٦

“Sesungguhnya Allah akan mengangkat dengan Kitab ini sebagian kaum dan
dengannya pula Dia akan menghinakan sebagian kaum yang lain.”(Riwayat
Muslim)

Keutamaan Al-Qur’an tidak terbatas kepada orang yang telah
mahir membacanya. Seseorang yang bacaannya masih terbata, namun
tulus dalam membacanya, ia tetap akan mendapatkan keutamaan.
Imam Muslim meriwayatkan hadis dari ‘Aisyah sebagai berikut:

‫ » اﻟَْﻤُِﺎﻫﺮ ﺑِﺎﻟْْﻘُﺮِآنََﻣﻊ‬-‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- ‫اﻟﻠﱠﻪ‬
ِ ‫ﻮل‬
ُ ‫ﻗَﺎلَ ُرﺳ‬
َ ‫َﺖ‬
ْ ‫ﺎﺋِﺸﺔَﻗَﺎﻟ‬
َ ‫ْﻋَﻦَﻋ‬
7
.‫ﺘَﻊ ﻓِ ِﻴﻪََُوﻫﻮَﻋِْﻠَﻴﻪ َﺷﺎ ﱞق ﻟَﻪ ُ أََْﺟﺮِان‬
ُ ‫اﻟﺴَﻔَﺮةِ اﻟ َِْﻜﺮِامََﺒـاﺮﻟرْةِ َ واﻟﱠﺬِى ﻳـ َ َﻘْﺮأُ اﻟْْﻘُﺮ َآنَ وﻳـ َ ﺘََْﺘـﻌ‬
‫ﱠ‬
6

¢a¥³¥ Muslim, Kit±b ¢al±t al-Mus±fir³n, no. 817
¢a¥³¥ Muslim, Kit±b ¢al±t al-Mus±fir³n, no.1898

7

124
124 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 117 – 128
Dari ‘Aisyah yang menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Orang yang
pandai membaca Al-Qur’an, (kedudukannya di surga) bersama-sama para
utusan (nabi, rasul, atau malaikat) yang mulia lagi berbakti. Sedangkan orang
yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan (berat
lidahnya), maka ia mendapatkan dua pahala.” (Riwayat Muslim)

Walaupun buku ini menerangkan tentang keutamaan Al-Qur’an
dalam perspektif hadis, namun tidak menekankan tentang apa yang
ada di balik semua motivasi tersebut. Hal ini terkesan jika motivasi
terbatas pada membaca saja. Seandainya buku ini sedikit menyinggung tentang hal yang melatari Nabi agar para sahabat membaca AlQur’an, tentunya akan lebih baik lagi. Karena di antara hal yang
membedakan kita dengan para sahabat Nabi ketika membaca AlQur’an adalah perbedaan motivasi. Kita membaca Al-Qur’an sebatas
bertujuan memperoleh pahala (reward) dari bacaan kita, sementara
para sahabat selain bertujuan memperoleh pahala, juga berupaya
memahami dan menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
kehidupan mereka. Hal inilah yang nyaris hilang dalam motivasi kita
ketika membaca Al-Qur’an. Sehingga banyak yang merasa puas dan
mencukupkan diri dengan membaca, tanpa berusaha mempelajari dan
men-tadabburi-nya.
Ditinjau dari sudut keotentikan hadis, riwayat-riwayat yang
disebutkan dalam buku ini – terutama dalam bab keutamaan AlQur’an dalam hadis – terlihat bahwa mayoritas hadis yang digunakan
merupakan riwayat yang sahih, atau minimal, diterima (maqbµl).
Sebagaimana dijelaskan dalam Kata Pengantar, buku ini mengikuti
karya Hasan bin Ali as-Saqaf, baik dari sisi materinya maupun dalam
sisi penentuan status hadisnya. Terlepas dari penilaian as-Saqaf, ada
beberapa hadis yang menurut hemat penulis perlu peninjauan ulang
karena terindikasi bahwa riwayatnya sangat lemah.8
Di antaranya adalah hadis Ibnu ‘Abbas, Rasulullah saw. bersabda: ‫أﺷﺮف أﻣﺘﻲ‬
‫“ ﺣﻤﻠﺔ اﻟﻘﺮأن‬Umatku yang paling mulia adalah pengemban (pembaca atau penghafal)
Al-Qur’an.” (Riwayat at-Tabrani). Hadis Ibnu ‘Abbas ini diriwayatkan oleh atTabr±n³ (12612), Ism±‘³l³ (I/319-320), Ibnu ‘²d³ (3/358), al-Baih±q³ dalam asySyu‘ab (2/556/2073), al-Khat³b al-Baghd±d³ dalam at-T±rikh (4/124). Semuanya dari
jalan Sa’d bin Sa‘³d al-Jurj±n³ dari Nahsyal Abµ ‘Abdill±h ar-Rasy³d³ dari ad-Dahh±q
Ibnu Muz±him dari Ibnu ‘Abbas secara marfµ‘. Di dalam rantai sanadnya terdapat
Sa‘ad bin Sa‘³d, dan al-Imam a©-¨ah±b³ dalam al-M³z±n menukil pernyataan Imam
Bukhari mengomentari salah satu sanad tersebut dengan menyatakan: hadisnya tidak
sahih, dan gurunya yang bernama Nahsyal adalah orang yang ‘hancur’. Oleh karena
itu, pencantuman riwayat hadis ini sebagai riwayat yang hasan perlu ditinjau ulang,
meskipun secara substantif kandungannya tidak bertentangan dengan hadis lainnya.
8

Tinjauan Buku: Keutamaan Al-Qur’an — Imam Arif Purnawan

125
125

Keutamaan Surah dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah pedoman hidup, semua surah dan ayatnya
mengandung keutamaan. Hal ini telah diterangkan pada pembahasan
keutamaan Al-Qur’an secara umum. Keutamaan surah tertentu atau
ayat tertentu didapatkan melalui informasi riwayat-riwayat yang
otentik dari Nabi Muhammad saw. Dengan demikian, informasi yang
berasal selain dari Nabi tidak bisa diterima.
Walaupun tidak menyebutkan secara eksplisit, buku ini telah
mengindikasikan beberapa kategori yang bisa dijadikan acuan untuk
menentukan keutamaan surah atau ayat tertentu. Di antaranya adalah:
1. Adanya ungkapan dari Nabi tentang keutamaan ketika membaca
surah tersebut, seperti keutamaan Surah al-Baqarah dan ²li ‘Imr±n.
Pada hlm. 34 butir no. 2, disebutkan bahwa barang siapa membaca
Surah al-Baqarah, rumahnya tidak akan didatangi setan. Kemudian
disebutkan juga riwayat yang bersumber dari Abu Hurairah, Nabi
saw bersabda:

‫ﻘَﺮ‬.‫ْﺖ اﻟﱠﺬِى ﺗ َـُﻘْﺮأُ ﻓِ ِﻴﻪ ُﺳَﻮرةُ اةَِﻟَْﺒـ‬
ِ‫ﻄَﺎن ﻳـ َ ُِﻨْﻔﺮَِﻣﻦ اَﻟْﺒـﻴ‬
َ ‫ْﻜُﻢَ َﻣﻘ َﺎﺑِﺮ إِ ﱠن اﻟ ْﺸﱠﻴ‬

َ‫ﻻَ ﲡََْﻌﻠُﻮا ﺑـ ُ ﻴ ُ ﻮﺗ‬

“Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan.
Sesungguhnya setan lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan Surah alBaqarah.” (Riwayat Muslim)

Begitu pula ketika membicarakan keutamaan Surah al-Mulk
(hlm.196), buku ini menyebutkan riwayat Ahmad dari Abu
Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda:

‫ ﺗﺒﺎرك‬:‫ ﺗﺴﺘﻐﻔﺮ ﻟﺼﺎﺣﺒﻬﺎ ﺣﱴ ﻳﻐﻔﺮ ﻟﻪ‬- ‫ ﺛﻼﺛﻮن آﻳﺔ‬- ‫إن ﺳﻮرة ﰲ اﻟﻘﺮآن‬
‫اﻟﺬي ﺑﻴﺪﻩ اﳌﻠﻚ‬
“Sesungguhnya ada satu surah dalam Al-Qur’an, terdiri dari tiga puluh ayat
yang akan memberikan syafaat kepada pemiliknya (orang yang mengamalkannya) hingga diampuni dosanya, yaitu Surah al-Mulk.”(Riwayat Ahmad)

Hal ini terdapat pula pada ayat 255 (hlm. 37), Surah ²li ‘Imr±n
(hlm. 41), Surah Y±sin (hlm.127), Surah G±fir (hlm.135)
2. Adanya pujian terhadap surah tersebut atau perintah Nabi untuk
membaca surah atau ayat tertentu dalam kondisi tertentu. Sebagaimana dalam keutamaan Surah Ibr±h³m (hlm. 69) dan Surah al-¦ijr
(hlm.71), disebutkan riwayat Abµ D±wµd dari ‘Abdull±h bin ‘Amru
sebagai berikut:

126
126 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 117 – 128

‫ ﻓـََﻘ َﺎل‬-‫ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬- ‫اﻟﻠﱠﻪ‬
ِ ‫ﻮل‬
َ ‫َﺟﻞ ٌ َ ُرﺳ‬
‫ﻗَﺎل أَﺗَﻰ ُر‬
َ ‫اﻟﻠﱠﻪ ﺑ ْ ِﻦ ْﻋَﻤﺮو‬
ِ ‫ْﻋَﻦ َِْﻋﺒﺪ‬
‫ات اﻟﺮِﱠاء «… )إﱃ أﺧﺮ‬
ِ ‫َﺎل » اَﻗـْﺮأْ ﺛَﻼَﺛًﺎ ِ ْﻣﻦ َذَو‬
َ ‫ ﻓـَﻘ‬.‫اﻟﻠﱠﻪ‬
ِ ‫ﻮل‬
َ ‫ِﺋْﲎ ﻳ َ ﺎ َ ُرﺳ‬
ِ ‫أَﻗْﺮ‬
(‫اﳊﺪﻳﺚ‬
Dari ‘Abdull±h bin ‘Amru, ia berkata, ada seorang laki-laki mendatangi
Rasulullah saw dan berkata, “Ya Rasulullah, bacakanlah (Al-Qur’an) kepadaku!”
Rasul pun bersabda: “Bacalah tiga surah yang diawali dengan Alif L±m M³m
R±…’

Contoh lainnya adalah pada keutamaan Surah al-Fat¥ (hlm.159),
Al-Bukhari meriwayatkan hadis dari Zaid bin Aslam, bahwa Nabi
saw bersabda:

:َ‫ ﰒُﱠ َﻗـَﺮأ‬،‫َﺖ ﻋَ ْﻠَﻴﻪِ اﻟﺸْﱠﻤُﺲ‬
ْ‫إِﱄ ِﳑﱠﺎ ﻃَﻠَﻌ‬
‫اﻟﻠﱠﻴـﻠَﺔَ ُﺳَﻮرةٌ َﳍ َِﻲ أََﺣ ﱡﺐ َﱠ‬
ْ ‫ﻠَﻲ‬
‫َﺖ َﻋ ﱠ‬
ْ ‫ﻧْﺰﻟ‬
ُِ‫ﻟَﻘَْﺪ أ‬
" [١ :‫َﻚ ﻓـَﺘًْﺤﺎُ ﻣﺒِﻴﻨًﺎ{ ]اﻟﻔﺘﺢ‬
َ ‫َﺘَﺤﻨَﺎ ﻟ‬
ْ ‫إِ ﻧ}ﱠﺎ ﻓـ‬
Sesungguhnya telah diturunkan kepadaku satu surah, surah itu benar-benar lebih
aku cintai dari seluruh apa yang tersinari oleh cahaya matahari. Lalu beliau
membaca (inn± fata¥n± laka fat¥am mub³n±). (Riwayat al-Bukhari).

Hal senada pun terdapat pada perintah Nabi agar membaca Surah
az-Zukhruf (hlm.143) dan Surah al-J±£iyah (hlm.153).
3. Nabi pernah membaca surah tersebut dalam ritual ibadahnya atau
pernah meminta sahabat agar memperdengarkan bacaan surah
tersebut di hadapan Nabi. Hal ini sebagaimana dalam keutamaan
Surah a¯-°µr (hlm.169), al-Bukhari meriwayatkan dari sahabat
Jubair bin Mut’im sebagai berikut:

‫ ﻳـ»َ َﻘْﺮأُ ِﰲ‬:‫ْﺖ اﻟﻨِﱠﱯﱠ َﺻﻠﱠﻰ اﷲ ُ َﻋﻠَﻴ ِْﻪَ َوﺳَﻠﱠﻢ‬
ُ‫ِ ﻌ‬:‫ﻗَﺎلﲰ‬
َ ،‫َﺑِﻴﻪ‬
ِ ‫ ْﻋَﻦ أ‬،ٍ‫ْﻋَﻦ ﳏَُﻤِﱠﺪ ﺑ ْ ِﻦ َُﺟْﺒـﲑ‬
(‫)رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري‬.‫ﺑِﺎﻟﻄﱡﻮر‬
ِ
‫ِب‬
ِ ‫اﳌ َ ﻐْﺮ‬
Dari Jubair bin Mut’im dari ayahnya, ia berkata: Aku mendengar Nabi saw.
membaca Surah a¯-°µr dalam salat Magrib. (Riwayat al-Bukhari).

Pada keutamaan Surah al-Isr±’ (hlm. 77), at-Tirm³©³ meriwayatkan
hadis dari ‘Aisyah, ia berkata:

‫اﻟﺰﱡﻣﺮ‬
َ ‫إِﺳﺮاﺋِ َﻴﻞَ و‬
َْ ‫اﺷﻪ َﺣﱠﱴ ﻳـ َ َﻘْﺮأَ ﺑ َِﲏ‬
ِِ‫ﻓِﺮ‬
َ ‫َﻛ َﺎن اﻟﻨِﱠﱯﱡ َﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ ُ َﻋِْﻠَﻴﻪَ َوﺳَﻠﱠﻢ َﻻ ﻳـ َ ﻨَﺎم ُ ﻋَ ﻠَﻰ‬

Nabi Muhammad saw tidaklah tidur di atas ranjangnya melainkan beliau
membaca Surah Ban³ Isr±’³l dan az-Zumar terlebih dahulu. (Riwayat atTirm³©³).

Tinjauan Buku: Keutamaan Al-Qur’an — Imam Arif Purnawan

127
127

Kedua riwayat di atas menunjukkan keutamaan Surah a¯-°µr dan
al-Isr±’, dikarenakan Nabi pernah membacanya dalam salat atau
aktivitas kesehariannya. Hal yang serupa pun terdapat pada
keutamaan Surah Luqm±n (hlm.114), a¡-¢±ff±t (hlm. 129), ¢±d
(hlm. 130), az-Zumar (hlm.133), an-Najm (hlm.170), Surah arRa¥m±n (hlm.175) al-¦ad³d, (hlm.179) , Mu¥ammad (hlm.157),
dan lain-lain.
4. Jika pada satu surah terdapat riwayat tentang keutamaan salah satu
ayat dari surah tersebut, maka hal itu menunjukkan keutamaan
surah tersebut secara umum dan keutamaan ayat tersebut secara
khusus. Sebagai contoh, pada keutamaan Surah al-Baqarah
disebutkan keutamaan ayat 255, Imam an-Nas±’³ meriwayatkan
hadis dari Abµ Um±mah al-Bah³l³, ia berkata: Rasululullah saw.
bersabda:

‫ َ ْﻣﻦ َﻗـَﺮأَآﻳ َ ﺔَ اﻟْ ْﻜُِﺮﺳﱢﻲ‬:‫ﻮل اﷲِ َﺻﻠﱠﻰ اﷲ ُ ﻋَ ِْﻠَﻴﻪَ َوﺳَﻠﱠﻢ‬
ُ ‫ﻗَﺎل َ ُرﺳ‬
َ :‫ﻗَﺎل‬
َ َ‫ْﻋَﻦ أَِﰊ َأُﻣَﺎﻣﺔ‬
‫َُﻮت‬
َ ‫إِﻻ أ َْن ﳝ‬
‫اﳉَ ﻨِﱠﺔ ﱠ‬
ْ ‫ِﰲ ُدﺑ ُ ِﺮﻛﱢُﻞ َﺻَﻼةٍ َ ﻣﻜْﺘُﻮﺑ ٍَﺔ ﱂَْ ََْﳝْﻨـﻌﻪ ُ ِ ْﻣﻦ دُُﺧ ِﻮل‬
Barang siapa membaca Ayat Kursi setiap kali selesai salat fardu, maka tidak ada
yang menghalanginya masuk surga kecuali kematian. (Riwayat an-Nas±’³)

Hal senada pun terdapat pada keutamaan membaca sepuluh ayat
pertama Surah al-Kahfi (hlm. 82), Imam Muslim meriwayatkan
hadis dari Abu ad-Darda’, Nabi saw bersabda:

‫ﻋُﺼﻢَِﻣﻦ اﻟﺪﱠﺟﱠﺎِل‬
َِ ‫ﺎتِ ْﻣﻦ أَوِﱠل ُﺳَﻮرةِ اﻟْﻜَْﻬ ِﻒ‬
ٍ َ ‫َﺸﺮ آﻳ‬
َْ‫ِﻆ ﻋ‬
َ ‫َ ْﻣﻦ َﺣﻔ‬
Barang siapa menghafal sepuluh ayat pertama Surah al-Kahfi, maka ia akan
dilindingi dari (fitnah) Dajjal. (Riwayat Muslim)

Begitu pula riwayat yang menerangkan keutamaan ayat 285 - 286
Surah al-Baqarah, ayat 26 dan 135 Surah ²li ‘Imr±n (hlm. 42 dan
44), ayat 110 Surah an-Nis±’ (hlm. 45), ayat 45 Surah al-A‘r±f
(hlm. 55), ayat 129 Surah at-Taubah (hlm. 62) dan ayat-ayat
lainnya.
Penutup
Al-Qur’an senantiasa memberikan bimbingan pada setiap masa
dan generasi. Mengetahui keutamaan Al-Qur’an dan membacanya
dapat memotivasi seseorang untuk membaca, menghafal, mempelajari
dan mengamalkan isi kandungannya. Buku Keutamaan Al-Qur’an

128
128 ¢u¥uf, Vol. 5, No. 1, 2012: 117 – 128
dalam Kesaksian Hadis merupakan karya yang perlu diberikan
apresiasi, karena buku ini mendorong kita untuk senantiasa
berinteraksi dengan Al-Qur’an. Walaupun disajikan begitu sederhana,
buku ini dapat memberikan sumbangan besar bagi upaya mewujudkan
generasi bangsa yang berkepribadian Qur'ani. Wall±hu A‘lam.[]

Daftar Pustaka
Al-Alūsi, Rū¥ al-Ma’āni fi at-Tafsīr al-Qur’ān, Kairo: Maktabah Ibnu
Taymiyah, 1996.
Al-Hajjaj, Muslim bin, ¢a¥ī¥ Muslim, Beirut: Dār Jail, t.t.
Al-Jauziyyah, Ibnu al-Qayyim, al-‘ilmu fa«luhµ wa syarfuhµ, Majmu’ah atTuhafan-Nafā`is ad-Dauliyyah, 1996 M.
Az-Zahabi, Mīzān al-’itidāl, Jakarta: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 1995.
Ibnu Kasir, Abµ al-Fid±’ Ism±‘³l bin ‘Umar, Tafs³r al-Qur’±n al-‘A§³m, Juz VI,
D±r Tayyibah, 1999.
Ibnu Kasir, Abµ al-Fid±’, Ism±‘³l bin ‘Umar, Fa«±’il al-Qur’±n, Kairo:
Maktabah Ibn Taimiyyah, 1416 H.
Tim LPMA, Keuatamaan Al-Qur’an dalam Kesaksian Hadis, Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2011.