Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Retribusi Pasar Di Kabupaten Klaten Didik Sudiarto

(1)

commit to user

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN KLATEN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan

Daerah

Oleh :

DIDIK SUDIARTO

S 4210072

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

S U R A K A R T A


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

MOTTO

“Barang siapa yang ditanyai perihal suatu ilmu pengetahuan tapi ia menyembunyikan, maka di hari kiamat orang itu akan dibelenggu dengan belenggu dari api neraka”


(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Tesis ini ku persembahkan kepada : Istriku tercinta Eko Nina Susanti serta anakku tersayang

1. Ardian Dicky Ramanda 2. Ivan Fadli Ramanda 3. Mahendra Putra Ramanda


(7)

commit to user

vii

ABTRAKSI

Oleh : Didik Sudiarto NIM : S4210072

Retribusi daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah yang mampu memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan asli daerah. Oleh karena itu retribusi daerah harus dipungut dan dikelola secara lebih profesional. Semakin meningkatnya pelaksanaan pembangunan kegiatan penyediaan jasa oleh pemerintah daerah untuk kepentingan umum selanjutnya dapat menunjang usaha peningkatan perekonomian daerah. Sehingga retribusi daerah merupakan sumber pembiayaan pembangunan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh jumlah pedagang adegan, jumlah pedagang kios, jumlah pedagang los dan hari aktifitas terhadap penerimaan retribusi pasar di Kabupaten Klaten. Alat analisis yang digunakan adalah regresi Double Log. Tingkat kemaknaan 5% untuk setiap uji statistik dan uji asumsi klasik terpenuhi : Uji Normalitas, Moltikolinearitas, Heteroskedastisitas dan autokorelasi. Penelitian ini telah menunjukkan bahwa variabel independen yang meliputi jumlah pedagang kios, jumlah pedagang los dan hari aktifitas secara bersama dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Hipotesis penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah pedagang kios, jumlah pedagang los, hari aktifitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara statistik terhadap penerimaan retribusi pasar. Variabel jumlah pedagang adegan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Koefisien determinasi yang diperoleh sebesar0,9502 artinya model yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa vareasi variabel independen menjelaskan vareasi variabel dependen sebesar 95,02%, sedangkan sisanya 4,98% dijelaskan oleh vareasi variabel lain diluar model penelitian ini.

Saran-saran kepada Pemerintah Kabupaten Klaten dalam menetapkan target pendapatan dari sektor retribusi khususnya pada pos retribusi pasar perlu memperhatikan kebijakan untuk melakukan penyesuaian penetapan tarif retribusi yang tertuang dalam peraturan daerah sehingga realisasi pendapatan dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pemerintah Kabupaten Klaten untuk dapat mengoptimalkan petugas pemungut retribusi pasar dengan mengacu hasil penelitian melalui model empiris yang terbentuk secara proporsional dalam rangka meningkatkan potensi pendapatan asli daerah dari sektor penerimaan retribusi pasar untuk mencapai target. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan sampel dan variabel yang lebih banyak dan dengan menggunakan cara pengukuran lain yang lebih akurat agar memperoleh model yang memiliki daya penjelas yang lebih baik lagi.

Kata kunci : penerimaan retribusi pasar, jumlah pedagang adegan, jumlah pedagang kios, jumlah pedagang los, hari aktifitas.


(8)

commit to user viii ABSTRACT By Didik Sudiarto NIM: S4210072

Region retribution is real region income source that can give big contribution in real region income. Therefore, region contribution has to be adopted and managed professionally. More and more the building service supply activity implementation raising by local government for public importance furthermore can support the exertion of region economic increasing so that region retribution is the source of region funding.

The research is aimed to carry out the influence of the number of merchanment, the number of kiosk merchanment, the number of stand merchanment, and daily activity to the income of market retribution on Klaten Regency. Analysis means that is used is Double Log regression. The level of meaning 5% for every statistic test and satiable classic assumption test is done: normality test, moltikolinearity test, heteroskedastisity test, and autocorrelation. This research has shown that independent variable that covers the number of merchanments, the number of kiosk merchanment, the number of stand merchanment, and daily activity resembly and partially have the significant influence to the market retribution income. The research hypothesis shows that the number variable of merchanment, the number of kiosk merchanment, the number of stand merchanment, daily activity have positive and significant influence statistically to the market retribution income. The number variable of stand doesn’t have significant influence statistically to the market retribution income. The determination that is reached is 0,9502 (zero poin nine thousand five hundred and two) means that the model that is desired in this research shows that the independent variable variation explains the dependent variable variation is about 95,02% (ninety five poin zero two percent) while the less 4,98% (four poin ninety eight percent) explained by variable variation out of this research model.

Advices to government of Klaten Regency in forming income target from retribution sector especially in market retribution needs rules by determining retribution tarif that is in region rules so the income can be reached as same as target. The government of Klaten Regency can increase market retribution man with the result of research in empiris model that is formed proporsianally in increasing the real income region from market retribution income to reach the target. The researcher can observe by more sample and variable and use the other way that more accurately to get model that have better explainer.

Key word: the income of market retribution, the number of merchanment, the number of kiosk, the number of stand, daily activity.


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian tesis dengan judul: ” FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETRIBUSI PASAR DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009 ” , dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan penyelesaian derajat sarjana S-2 Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2011.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dr. JJ. Sarungu, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret.

2. Dr. Evi Gravitiani, M.Si selaku pembimbing pertama dalam penyusunan tesis yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan berbagai ide selama penulisan penelitian ini.

3. Drs. Wahyu Agung Setyo, M.Si selaku pembimbing kedua penulis dalam penyusunan tesis yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan dan berbagai ide selama penelitian ini.

4. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten beserta Teman-teman UPTD Pasar yang telah mendukung selama penelitian ini. 5. Segenap Staf UNS.

6. Seluruh rekan–rekan mahasiswa program Studi Magister Ekonomi Dan Studi Pembangunan Universitas Sebelas Maret di Surakarta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis selama menyelesaikan usaha penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu sumbang dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penelitian ini.

Surakarta, 19Agustus 2011


(10)

commit to user

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAKSI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 12

1.4. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Kebijakan Otonomi Daerah dan Desentralisasi ... 13

1. Pemerintah Daerah ... ... 16

2. Hubungan KeuanganPusat dan Daerah ... ... 20

2.2. Kebijakan Peningkatan Pendapatan Daerah ... 21

1. Pendapatan Asli Daerah ... 23

2. Retribusi Daerah ... 25

3. Retribusi Pasar ... 26

2.3 Faktor yang mempengaruhi retribusi pasar ... 29

2.4. Penelitian Terdahulu ... 30

2.5. Kerangka Pemikiran ... 32


(11)

commit to user

xi

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1. Tipe Penelitian ... 34

3.2. Lokasi Penelitian ... 34

3.3. Waktu Penelitian ... ... 34

3.4. Jenis dan sumber data ... 34

3.5. Definisi Operasional ... 35

3.6. Tehnik Pengumpulan Data ... 35

3.7. Tehnik Analisis Data ... 36

1. Uji Asumsi Klasik ... ... 36

2. Uji Statistik ... ... 38

BAB IV DESKRIPSI DAERAH DAN HASIL PENELITIAN ... 40

4.1. Deskripsi Daerah ... 40

1. Aspek Geografi ... 40

2. Aspek Demografi ... ... 43

3.Aspek Ekonomi ... 45

4.2. Deskripsi Data ... 48

1. Penerimaan Retribusi Pasar ... ... 48

2. Jumlah Pedagang Adegan ... 50

3. Jumlah Pedagang Kios ... ... 52

4. Jumlah Pedagang Los ... 55

5. Hari Aktifitas ... ... 58

4.3. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Retribusi Pasar ... 60

1. Uji Asumsi Klasik... ... 61

2. Uji Statistik ... 65

4.4. Pembahasan ... ... 71

BAB V PENUTUP ... 74

5.1. Kesimpulan ... 74

5.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... ... 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penerimaan Daerah Pemerintah Kabupaten Klaten ... 3

Tabel 1.2 Sumber PAD Pemerintah Kabupaten Klaten ... 7

Tabel 1.3 Target dan Realisasi Pendapatan dari Pos Retribusi... .... 7

Tabel 1.4 Potensi Retribusi Pasar di Kabupaten Klaten Tahun 2009 ... 9

Tabel 1.5 Penerimaan Retibusi Daerah dan Realisasi Retribusi Pasar ... 10

Tabel 1.6 Kriteria Pertumbuhan Retribusi Pasar ... 11

Tabel 2.1 Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasar ... 28

Tabel 2.2 Retribusi Dasaran Pasar yang dibangun Pemerintah Kab. ... 28

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu ... 31

Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan ... 42

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.3 Jumlah Desa/Kelurahan per Kecamatan ... 44

Tabel 4.4 Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ... 45

Tabel 4.5 Jumlah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba BUMD … 46 Tabel 4.6 Jumlah Dana Perimbangan Kabupaten Klaten Tahun 2009 ... 47

Tabel 4.7 Penerimaan Retribusi Pasar dan Pertumbuhan Retribusi ... 48

Tabel 4.8 Jumlah Pedagang Adegan Menurut Pasar ... 50

Tabel 4.9 Jumlah Pedagang Kios Menurut Pasar ... 53

Tabel 4.10 Jumlah PedagangLos Menurut Pasar ... 56

Tabel 4.11 Hari Aktivitas Pasar di Kabupaten Klaten Tahun 2009 ... 58

Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Double Log ……….. .... 60

Tabel 4.13 Pengujian Multikolinearitas dengan Korelasi Parsial ... 62

Tabel 4.14 Uji White Heteroskedasticity No Cross Term ... 63

Tabel 4.15 Uji White Heteroskedasticity Cross Term ... 64


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Skematis Kerangka pemikiran ... 32

Gambar 4.1 Uji Normalitas ... .... 61

Gambar 4.2 Uji Kriteria Uji F ... 65

Gambar 4.3 Uji Kriteria Jumlah Pedagang Adegan ... 69

Gambar 4.4 Uji Kriteria Jumlah Pedagang Kios ... 69

Gambar 4.5 Uji Kriteria Jumlah Pedagang Los ... 70


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian

Lampiran 2 Data Hasil Penelitian dengan Bentuk Log Lampiran 3 Hasil Regresi Doubel Log

Lampiran 4 Uji Normalitas

Lampiran 5 Uji Multikolinieritas dengan Korelasi Parsial Lampiran 6 Uji Heterokedastisitas

Lampiran 7 Ui Autokorelasi dengan Lagrange Multiplier (LM Test) Lampiran 8 Gambar Diagram Scater

Lampiran 9 Nilai Presentase untuk Distribusi Student’s t Lampiran 10 Nilai Presentase untuk Distribusi Student’s f Lampiran 11 Tabel KAI Kuadrat


(15)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang

Globalisasiekonomidanperubahandalamkonsepperencanaannasional, terutamapelaksanaanotonomidaerahmengakibatkanpenyusunanbarumengenaima najemen/pengelolaankeuangandaerah.Pemerintahdaerahberkewajibanmempersia pkansuatu era barudalam era globlalisasiekonomiinternasionaldan era pelaksanaanotonomidaerahdalamtingkatnasional.

Bangsa Indonesia adalahbangsa, yang sedangberkembang, dimanasaat ini berbagai program pembangunan nasional dan daerah, sedang dilaksanakan oleh Pemerintah, baik pusat maupun daerah yang pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan kejahteraan masyarakat secara umum baik material maupun spriritual yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Sejalan dengan perkembangan reformasi di Indonesia, pembangunan nasional lebih dititik beratkan pada prinsip demokrasi yaitu rakyat diberikan kekuasaan dalam menentukan arah pembangunan, sedangkan pemerintah hanya sebagai pelaksana program-program pembangunan. Pasal 18 UUD 1945 ayat (1) Negara

KesatuanRepublikIndonesiadibagiatasdaerah-daerahprovinsidandaerahprovinsiitudibagiataskabupatendankota, yang tiap-tiapprovinsi, kabupatendankotaitumempunyaipemerintahandaerah, yang diaturdenganundang-undang. Ayat (2) Pemerintahandaerahprovinsi,


(16)

commit to user

daerahkabupatendankotamengaturdanmengurussendiriurusanpemerintahanmenu

rutazasotonomidantugaspembantuan. Ayat (5) Pemerintahandaerahmelaksanakanotonomiseluas-luasnya,

kecualiurusanpemerintahan yang

olehundang-undangditentukansebagaiurusanpemerintahpusat.Ayat (6)

Pemerintahdaerahberhakmenetapkanperaturandaerahdanperaturan-peraturanlainnyauntukmelaksanakanotonomidantugaspembantuan.Halinimerupa kanlandasanuntukmenyelenggarakanotonomidaerahsebagaimanatertuangketetap

anMPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentangpenyelenggaraanotonomidaerahdanpemanfaatansumberdayanasional

yang berkeadilan, sertaperimbangankeuanganpusatdandaerahdalamkerangka Negara KesatuanRepublik Indonesia.

Undang – undangNomor 32 tahun 2004 tentangPemerintah Daerah OtonomidaerahsebagaimanatelahdiubahdenganUndang-undangNomor 12 Tahun 2008 tentangPemerintahan Daerah dicapaimelalui proses desentralisasi yang

didefinisikansebagai proses pelimpahanwewenang-wewenangpengambilankeputusandanpembiayaanpemban

gunandaripemerintahpusatkepadadaerah. Pembangunan daerahsebagaibagiandaripembangunannasionaldiarahkanuntukmengembangkan

daerahdanmenyelaraskanlajupertumbuhanantardaerahdanantarkota.

Undang-UndangRepublik Indonesia, Nomor 33 Tahun 2004 pasal 5 ayat


(17)

commit to user

tentangPerimbanganKeuanganAntaraPemerintahPusatdanPemerintahan Daerah, yang

menjadisumberpenerimaandaerahdalampelaksanaandesentralisasiadalahpendapa tanaslidaerah, danaperimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Sumberpendapatanaslidaerahmeliputi :

1. HasilPajak Daerah

2. HasilRetribusi Daerah

3. HasilPengelolaanKekayaan Daerah yang dipisahkan

4. Lain-lain PAD yang sah

Tabel 1.1.Sumber APBDPemerintahKabupatenKlatenTahun 2005 - 2009

THN APBD

SUMBER APBD

PAD % DANA

PERIMBANGAN % Lain-lain Pendapatan yang sah %

2005 543.766.379.000 33.555.479.098 6,17

444.141.173.149 81,68 55.061.929.950 10,13

2006 787.030.950.000 39.493.737.943 5,02 691.464.162.631 87,86 34.067.635.634 4,33 2007 926.519.103.000 42.620.328.090 4,60 779.127.517.333 84,09 52.084.653.115 5,62 2008 1.032.951.973.000

49.772.710.999 4,82 851.604.340.823 82,44 75.757.507.411 7,33 2009 1.035.249.426.000

54.398.522.276 5,25 841.073.104.734 81,24 96.857.455.340 9,35

Sumber : DPPKAD KabupatenKlaten, Tahun 2010.

Tabeltersebut di atasmemperlihatkanbahwaPendapatanAsli Daerah (PAD) KabupatenKlatenpadatahun 2009terhadap APBD tahun 2009sebesarRp. 54.398.522.276,- adakenaikansebesarRp. 4.625.811.277,- atau8,50 % biladibandingkandengan PAD tahun 2008,menunjukkanbahwa PAD di KabupatenKlatenmengalamikenaikan rata-rata pertumbuhan per tahunnyasebesar


(18)

commit to user

5,17%, hal tersebut dikarenakan pemerintah Kabupaten Klaten terus melakukan langkah strategis guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.Pemerintah Kabupaten Klaten dalam meningkatkan PAD salah satunya adalah dengan mengoptimalkan penerimaan dari retribusi daerah terutama dari penerimaan retribusi pasar. Hal ini sangat dimungkinkan mengingat jumlah pasar yang ada di Kabupaten Klaten yang tersebar di 26 Kecamatan dengan potensi – potensi obyek penerimaannya.

SumberPendapatanAsli Daerah meliputi : (1) HasilPajak Daerah, (2) HasilRetribusi Daerah, (3) Hasil Perusahaan Milik Daerah, (4) Lain-lain

usahadaerah yang sah. Sumberpendapatantersebutdiharapkanmenjadisumber-sumberpembiayaanpenyele

nggaraanpemerintahdanpembangunandaerahuntukmeningkatkandanmemeratakan kesejahteraanrakyat.

Sektorpajakdanretribusidaerahmerupakansektorpendapatanaslidaerah yang diterimasecararutin.

Besarnyapenerimaandarisektorpajakdanretribusidaerahuntuktiap--tiapdaerahberbeda-beda, tergantungpadapengelolaan yang dilakukanolehDinasPerdagangandanPerpajakan Daerah yang bersangkutan.Pengenaanpajakdaerah, danretribusidaerahataspenyediaanjasa,

pemerintahdaerahtelahmenyederhanakanberbagaijenisretribusiberdasarkanpengg olonganjasa yang disediakanolehpemerintahdaerah.


(19)

commit to user

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, juga diatur mengenai prinsip-prinsip umum dalam penetapan tarif sesuai dengan golongan retribusi. Golongan retribusi jasa umum, daerah diberikan kewenangan yang luas untuk menetapkan tarif sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai karena pungutan retribusi jasa umum dapat diarahkan untuk meningkatkan pelayanan, memulihkan biaya, dan mengendalikan pelayanan dengan tetap mempertimbangkan aspek kemampuan masyarakat dan keadilan. Penetapan tarif retribusi jasa usaha diarahkan untuk mendapatkan keuntungan, sedangkan untuk golongan retribusi perizinan tertentu, penetapan tarif selain ditujukan untuk menutup biaya perizinan juga diarahkan untuk menutup biaya eksternalitas dari perizinan tersebut.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Bab II Bagian Kesatu Pasal 2 tentang Jenis Pajak terbagi atas : (1) Jenis Pajak Provinsi terdiri atas (a) Pajak Kendaraan Bermotor, (b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, (c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, (d) Pajak Air Permukaan, dan (e) Pajak Rokok, (2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas (a) Pajak Hotel, (b) Pajak Restoran, (c) Pajak Hiburan, (d) Pajak Reklame, (e) Pajak Penerangan Jalan,(f) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, (g) Pajak Parkir, (h) Pajak Air Tanah, (i) Pajak Sarang Burung Walet, (j) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan (k) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.Undang-Undang Nomor 28


(20)

commit to user

Tahun 2009 BAB IV mengatur tentang Retribusi. Objek dan Golongan Retribusi terdiri dari 30 jenis retribusi daerah, yaitu (1) 14 jenis retribusi jasa umum, (2) 11 jenis retribusi jasa usaha, dan (3) 5 jenis retribusi perizinan tertentu. Pemungutan retribusi untuk golongan jasa umum dan perizinan tertentu dilakukan berdasarkan kewenangan tiap-tiap daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan PemerintahNomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pemungutan jenis retribusi yang termasuk dalam golongan jasa usaha dilakukan sesuai dengan pelayanan yang diberikan oleh daerah. Daerah juga diberikan kewenangan untuk memungut jenis retribusi baru sesuai dengan kriteria retribusi yang ditetapkan dalam undang-undang.

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mampu memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan asli daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah harus dipungut dan dikelola secara lebih professional. Dengan semakin meningkatnya pelaksanaan pembangunan kegiatan penyediaan jasa, oleh pemerintah daerah untuk kepentingan umum agar dapat menunjang usaha peningkatan perekonomian daerah.

Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten berupaya meningkatkan pendapatan asli daerah yang sangat potensial bagi keuangan daerah. Sektor pajak


(21)

commit to user

daerah dan retribusi daerah merupakan penunjang bagi keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pamerintahan dan pembangunan daerah. Tabel dibawah ini menunjukkan data awal sebagai referensi bahwa retribusi daerah berperan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2005 – 2009.

Tabel 1.2.Sumber PAD PemerintahKabupatenKlatenTahun 2005 - 2009

TAHU

N PAD

SUMBER APBD

PAJAK DAERAH %

RETRIBUS I DAERAH %

PendapatanHasilPengelol

aan % Lain-lain PAD Yang Sah % Kekayaan Daerah YgDipisahkan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

2005 30.517.178.2 85 9.732.205.84 3 31,8 9 10.776.982.7 86 35,3 2 558.767.405 1,8 3 9.449.222.25 1 30,9 6 2006 36.791.339.2 37 13.052.631.7 23 35,4 8 10.429.466.0 34 28,3

5 1.244.805.920 3,3 8 12.064.435.5 60 32,7 9 2007 43.437.968.9 01 14.638.316.8 36 33,70 9.995.101.39 8 23,0

1 876.679.866 2,0 2 17.927.870.8 01 41,2 7 2008 48.736.869.5 23 18.027.307.1 32 36,9 9 10.624.879.5 16 21,8

0 2.126.205.083 4,3 6 17.958.477.7 92 36,8 5 2009 52.704.683.7 25 18.457.518.2 42 35,0 2 10.864.879.5 16 20,6

1 4.301.082.943 8,1 6 19.081.203.0 24 36,2 1

Sumber :Klatendalamangka, Tahun 2010.

Tabel di atas memperlihatkan bahwa, komponen pembentuk PAD ada empat yaitu pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (bagian laba BUMD) dan lain-lain pendapatan yang sah. Lain-lain pendapatan yang sah memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PAD sebesar 36,21% diikuti pajak daerah sebesar 35,02%,


(22)

commit to user

retribusi daerah sebesar 20,61% dan pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan(bagian laba BUMD) memberikan kontribusi paling sedikit sebesar 8,16%.

Tabel 1.3. Target dan Realisasi Pendapatan dari Pos Retribusidi Kabupaten Klaten Tahun 2009

No Jenis Retribusi Target (Rp) Realisasi (Rp) %

1 2 3 4 5

1 Pelayanan Kesehatan 4.317.600.000 3.984.519.020 87.65

2 Pelayanan Persampahan 272.375.000 258.844.830 95.03

3 Penggantian Cetak KTP dan Akte Capil 69.015.000 72.429.000 104,95

4 Parkir di Tepi Jalan Umum 598.181.000 518.588.400 86.69

Lanjutan Tabel 1.3. …………

1 2 3 4 5

5 Pasar 2.571.700.000 2.178.717.830 84.72

6 Alat Pemadam Kebakaran 5.700.000 5.730.000 100.53

7 Pemakaian Kekayaan Daerah 1.367.882.000 720.402.930 52.67

8 Pasar Grosir dan Pertokoan 456.300.000 475.181.050 104.14

9 Terminal 205.000.000 154.405.300 75.32

10 Pemotongan Hewan 111.510.000 88.476.500 79.34

11 Tempat Rekreasi dan Olah Raga 532.125.000 452.375.750 85.01

12 Penjualan Produksi Usaha Daerah 110.200.000 110.200.000 100.00

13 Ijin Mendirikan Bangunan 500.000.000 551.882.557 110.38

14 Ijin Gangguan 215.000.000 468.361.945 199.24

15 Penyedotan Kakus 25.030.000 20.480.000 81.82

16 Pengujian Kendaraan Bermotor 543.587.000 565.960.500 104.12

17 Ijin Trayek 10.440.000 8.699.700 83.33

18 Pelayanan Pemakaman Umum 4.500.000 1.040.000 23.11

19 SIUP 82.010.000 73.170.000 101.61

20 Perubahan Pemanfaatan Lahan 30.000.000 51.223.700 170.75

21 Biaya Ijin Usaha Jasa Konstruksi 12.500.000 12.712.500 101.70

22 Biaya Dok. Pengadaan Barang dan Jasa - 58.000 -

23 Ijin dibidang Kesehatan 125.000.000 56.130.000 44.90

24 Ijin Penyelenggaran Bidang Pariwisata 12.000.000 8.035.000 66.96

25 Tempat Khusus Parkir 25.000.000 27.255.004 109.02


(23)

commit to user

Sumber : Klaten dalam angka, Tahun 2010

Tabel di atas memperlihatkan bahwa jenis retribusi yang memberikan kontribusi terhadap PAD terbesar adalah Retribusi Pelayanan Kesehatan sebesar Rp.3.984.519.020,- kemudian diikuti Retribusi Pasar sebesarRp.2.178.717.830,- Sedangkan jenis retribusi yang memberikan kontribusi paling sedikit adalah Retribusi Biaya Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa sebesar Rp. 58.000,-.

Realisasi pendapatan dari pos retribusi di Kabupaten Klaten pada tahun 2009 tidak bisa mencapai target yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp.12.202.655.000,- hanya terealisasi sebesar Rp.10.864.879.516,- karena penetapan target retribusi setiap tahunnya tidak dibarengi dengan evaluasi penyesuaian penetapan tarif yang tertuang dalam peraturan daerah dan rendahnya layanan oleh pemerintah terhadap sumber-sumber penghasil pendapatan dari pos retribusi, seperti alokasi anggaran untuk pemeliharaan sarana prasaranan sumber penghasil retribusi tidak sebanding, sehingga obyek tidak merasakan kenyamanan layanan yang diberikan atas pengorbanan yang dikeluarkan untuk membayar retribusi.

Sumber pendapatan asli daerah yang berasal dari hasil Retribusi Daerah diantaranya adalah dari Retribusi Pasar.

Potensi pasar yang adadi Kabupaten Klaten adalah merupakan fasilitas atau obyek retribusi, dan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten


(24)

commit to user

Nomor 3 Tahun 2005 dapat dipungut retribusi yang merupakan salah satu kontribusi pendapatan asli daerah.

Tabel 1.4. Potensi Retribusi Pasar di Kabupaten Klaten Tahun 2009

No Jenis Retribusi Potensi (Obyek Retr.) Potensi Retr.(Rp)

1 2 3 4

1 Kios 2.895 unit 450.000.000,-

2 Los 875 unit 1.621.620.000,-

3 Adegan 4.360 pedagang 3.729.600,-

4 Radius 500 pedagang 87.500.000,-

Lanjutan Tabel 1.4. …………

1 2 3 4

5 Bongkar Muat 13.000 kendaraan 13.000.000,-

6 Ijin Luas kios : 30.612 m²

Luas los : 23.166 m²

25.110.000,- 115.830.000,-

7 KM/WC 45 unit 35.000.000,-

8 Titipan Sepeda 26 pasar 388.000.000,-

9 Pasar Daerah 47 Pasar 399.210.400,-

10 Pasar Desa 39Pasar 321.000.000,-

Jumlah

3.410.000.000,-Sumber : Dinas Perindagkop dan UMKM Kabupaten Klaten, Tahun 2010

Potensi-potensi pasar yang ada di Kabupaten Klaten tersebut di atas tentunya diharapkan semakin dapat ditingkatkan/dioptimalkan lagipenerimaan retribusi pasarnya sehingga kontribusi terhadap retribusi daerah terus meningkat dan pada akhirnya penerimaan asli daerah (PAD) juga meningkat.

Tabel 1.5. Penerimaan Retribusi Daerah dan Realisasi Retribusi Pasar Kabupaten Klaten Tahun 2005 - 2009 (dalam rupiah)


(25)

commit to user

TAHUN RETRIBUSI

DAERAH

RETRIBUSI PASAR

REALISASI % PERTUMBUHAN

% 2005 10.776.982.786

2.445.450.520 22,69

-2006 10.429.466.034

2.363.287.595 22,66 -3,36

2007 9.995.101.398

2.612.805.880 26,14 10,56

2008 10.624.789.516

2.713.817.690 25,54 3,87

2009 10.864.879.516

3.197.820.695 29,43 17,83

Sumber : Klatendalam angka, Tahun 2010.

Penerimaan retribusipasar Kabupaten Klaten pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar Rp. 484.003.005,- atau 15,13 % dari tahun 2008, sebagaimana tersebut pada tabel di atas.

Rasio pertumbuhan retribusi pasar di Kabupaten Klaten selama tahun 2009 dapat ditentukan dengan mengacu pada kriteria penilaian Rasio Pertumbuhan Retribusi Pasar berdasarkan Kepmendagri Nomor 690.900.327 Tahun 1996 sebagai berikut:

Tabel. 1.6. Kriteria Pertumbuhan Retribusi Pasar

Prosentase Kinerja Keuangan Kriteria

0,00 – 10,00 10,01 – 20,00 20,01 – 30,00 30,01 – 40,00 40 01 – 50,00

> 50,00

Sangat kurang Kurang Sedang Cukup Baik Sangat baik Sumber : Depdagri, Kepmendagri Nomor 690.900.327 Tahun 1996


(26)

commit to user

Kriteria rasio pertumbuhan retribusi pasar yang ditetapkan oleh Kepmendagri Nomor 690.900.327 Tahun 1996 maka dapat disampaikan bahwa pertumbuhan retribusi pasar di Kabupaten Klaten selama tahun 2009 masuk kategori pertumbuhankurang. Berdasarkan kategori pertumbuhan di atas maka perlu untuk diadakan penelitian dengan judul :”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Retribusi Pasar di Kabupaten Klaten Tahun 2009”.

1.2. RumusanMasalah

Perumusanmasalahdalam penelitian ini lebih ditekankan pada pengungkapan aspek kuantitatif dan kualitatif dalam meneliti

masalah.Adapunvariabel yang menarikuntukditelitidalamhaliniialahbagaimanapengaruh

jumlahpedagangadegan, jumlahpedagangkios, jumlahpedagang los danhariaktifitas terhadap penerimaan retribusi pasar di KabupatenKlaten?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah seperti yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlahpedagangadegan, jumlahpedagangkios, jumlahpedagang los danhariaktifitas terhadap penerimaan retribusi pasar?


(27)

commit to user

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi pihak-pihak terkait antara lain sebagai berikut :

1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan referensi mengenai upaya pengoptimalan penerimaan retribusi pasar dalam rangka peningkatan penerimaan retribusi daerah sebagai salah satu komponen sumber Pendapatan Asli Daerah;

2. Bagi Pemerintah Kabupaten Klaten dalam penentuan kebijakan yang

berkaitan dengan penetapan target dan pengelolaan retribusi pasar, hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan PAD guna menunjang pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan daerah dan pelayanan kepada masyarakat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kebijakan Otonomi Daerah dan Desentralisasi

Sentralisasi ataupun desentralisasi sebagai suatu sistem administrasi pemerintahan, dalam banyak hal tidak dapat dildepaskan dari proses pertumbuhan suatu Negara. Sejarah mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang surut seiring dengan perubahan konstelasi politik yang melekat dan terjadi pada perjalanan kehidupan bangsa. Penjajah telah


(28)

commit to user

menerapkan desentralisasi yang bersifat sentralistis, birokratis dan feodalistis untuk kepentingan mereka. Penjajah Belanda menyusun suatu hierarki Pangreh Praja Bumiputra dan Pangreh Praja Eropa yang harus tunduk kepada

Gubernur Jendral. Decentralisatie Wet pada tahun 1903 yang ditindaklanjuti

dengan Bestuurshervorming Wet pada tahun 1922, menetapkan daerah untuk

mengatur rumah tangganya sendiri sekaligus membagi daerah-daerah otonom

yang dikuasai Belanda menjadi gewes (identik dengan provinsi), regentschap

(Kabupaten), dan Staatsgemeente (Kotamadya). Pemerintah pendudukan

Jepang pada dasarnya melanjutkan system pemerintahan daerah seperti zaman Belanda, dengan perubahan ke dalam bahasa Jepang (Kuncoro; 2002 :2).

Tahun 1966 pemerintah orde baru (orba) telah membangun suatu pemerintah nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik sebagai landasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia. Politik sebagai panglima telah diganti dengan ekonomi sebagai panglima dan mobilisasi massa atas dasar partai secara perlahan digeser oleh birokrasi dan politik teknokratis. Dalam konstelasi politik yang baru ini militer telah menempati posisi yang paling atas dalam hirarki kekuasaan.

Kerangka struktur sentralisasi kekuasaan politik dan otoritas administrasi inilah yang mendasari terbentuknya Undang-undang nomor 5 tahun 1974 yang mengatur Pokok-pokok Pemerintah Daerah.

Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 ini telah meletakkan dasar-dasar sistem


(29)

commit to user

desentralisasi yang mengandung arti penyerahan urusan pemerintahan atau

daerah tingkat atasnya kepada daerah kedua, Kedua, dekonsentrasi yang

berarti pelimpahan wewenang dari pemerintah atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat-pejabat di daerah.

Ketiga,tugas perbantuan (medebewind) yang berarti pengkoordinasian prinsip desentralisasi dan dekonsentrasi oleh kepala daerah, yang memiliki fungsi ganda sebagai penguasa tunggal di daerah dan wakil pemerintah pusat di daerah. Akibat prinsip ini, dikenal adanya daerah otonom dan wilayah administratif (Kuncoro; 2002 :4).

Titik tolak desentralisasi di Indonesia adalah Daerah Kabupaten/Kota dengan dasar pertimbangan : Pertama, dimensi politik, Daerah Kabupaten/Kota dipandang kurang mempunyai fanatisme kedaerahan sehingga risiko gerakan separatisme dan peluang berkembangnya aspirasi federalis relatif minim. Kedua, dimensi administratif, penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat relatif dapat lebih efektif. Ketiga, Daerah Kabupaten/Kota adalah daerah “ujung tombak” pelaksanaan pembangunan sehingga Daerah Kabupaten/Kota yang lebih tahu kebutuhan dan potensi rakyat di daerahnya.

Sejarah perekonomian mencatat desentralisasi telah muncul kepermukaan sebagai paradigma baru dalam kebijakan dan administrasi pembangunan sejak dasa warsa 1970-an. Tumbuhnya perhatian terhadap desentralisasi tidak hanya dikaitkan dengan gagalnya perencanaan terpusat


(30)

commit to user

dan populernya strategi pertumbuhan dengan pemerataan, tetapi juga adanya kesadaran bahwa pembangunan adalah suatu proses yang komplek dan penuh ketidak pastian yang tidak mudah dikendalikan dan direncanakan dari pusat.

Pemikiran birokratik diawali oleh Niskanen (1968:7), dalam pandangannya, posisi birokrat lebih kuat dalam pengambilan keputusan publik. Birokrat berperilaku memaksimisasi anggaran sebagai proksi kekuasaannya, kuantitas barang publik disediakan pada posisi biaya rata-rata sama dengan harganya. Biaya marginal lebih tinggi daripada harganya, kuantitas barang publik menjadi tersedia terlalu banyak, sehingga transfer akan menurunkan harga barang publik dengan demikian memicu birokrat untuk membelanjakan lebih banyak anggaran. Niskanen (1968 : 6) juga berpendapat bahwa penerimaan transfer tak bersyarat bukan menjadi substitut bagi upaya pengumpulan penerimaan dari daerah sendiri.

Otonomi daerah (otda) dicanangkan oleh pemerintah pusat tanggal1 Januari 2001, banyak yang mempertanyakan apakah otomatis akan terjadi perubahan paradigma yang mendasar dan bersifat struktural. ”Lagu” yang berkumandang di seluruh provinsi, kabupaten dan kota di Indonesia adalah sentralisasi (baca : kontrol dari pusat) yang dominan dalam perencanaan maupun implementasi pembangunan Indonesia (Kuncoro, 1995). Satu nusa, satu bangsa diterjemahkan dalam satu perencanaan dan satu komando pembangunan, keseragaman. Birokrat di daerah sudah terlanjur biasa


(31)

commit to user

menunggu “petunjuk” dari pusat dan tuntunan dari atas. Sentralisasi birokrasi maupun konsentrasi geografis aktifitas bisnis kearah pusat kekuasaan dan modal menjadi keniscayaan, sehingga pembangunan pun bisa kekawasan barat Indonesia, khususnya Jawa dan daerah Metropolitan (Kuncoro, 2002 : 19).

1. Pemerintah Daerah

Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18-A dan 18-B disana disebutkan dan dijelaskan bahwa : Negara Indonesia terbagi dalam daerah Propinsi dan daerah propinsi terbagi dalam daerah-daerah yang lebih kecil. Daerah yang bersifat otonom atau administratif, semuanya diatur dalam undang-undang.Otonomi merupakan perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekwensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memperdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan nasional, selain itu otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara suatu daerah dengan daerah lainnya.

Tujuan otonomi daerah dapat dibedakan dari dua sisi kepentingan yaitu kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kepentingan pemerintah pusat tujuan utamanya adalah pendidikan, politik, pelatihan kepemimpinan menciptakan stabilitas, politik dan menciptakan


(32)

commit to user

demokratisasi system pemerintahan di daerah. Kepentingan daerah ada tiga tujuan yaitu (Smith, 1985 dalam Abdul Hakim, 2004: 23) : (1)

mewujudkan political equality (peran serta masyarakat dalam berbagai

aktivitas politik ditingkat lokal atau daerah); (2) menciptakan local

accountability (kemampuan pemerintah daerah dalam memperhatikan

hak-hak masyarakat); (3) mewujudkan local responsiveness

mempermudah antisipasi terhadap berbagai masalah yang muncul dan sekaligus meningkatkan akselerasi pembangunan sosial dan ekonomi daerah.Pemberian otonomi daerah secara utuh kepada kabupaten dan kota, menuntut daerah bisa memenuhi unsur-unsur mutlak yang harus ada untuk dapat dikatakan sebagai daerah otonom. Unsur tersebut adalah (Joseph Riwo Kaho, 1996: 92) : (1) mempunyai urusan rumah tangganya sendiri, yaitu urusan-urusan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada daerah untuk diatur dan diurusnya;(2) urusan-urusan tersebut diatur sesuai dengan kebijaksanaannya dan diurus sesuai pula dengan inisiatif atau prakarsa sendiri;(3) urusan-urusan rumah tangga daerah tersebut diselenggarakan oleh perangkat itu sendiri.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 pasal 1 ayat (2) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan


(33)

commit to user

DPRD menurut azas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sistem perekonomian baik pada sistem kapitalisme maupun sosialisme, pemerintah selalu memainkan peran yang sangat penting. Konseptor kapitalisme murni (Smith 1776, dalam A. Tony Prasentiantono; 1994:3) berteori, bahwa pada dasarnya pemerintah sebuah negara mempunyai tiga fungsi pokok sebagai berikut : (1) memelihara keamanan

dalam negeri dan pertahanan; (2) menyelenggarakan keadilan; (3) menyediakan barang-barang yang tidak disediakan oleh pihak swasta,

misalnya prasarana jalan, bendungan. Smith 1776, dalam A. Tony Prasentiantono; 1994 : 4 berpendapat, bahwa dalam perekonomian kapitalisme, seseorang akan melakukan hal-hal yang dianggap terbaik bagi dirinya sendiri, artinya bahwa lingkup aktivitas pemerintah sangat terbatas, yaitu hanya pada beberapa kegiatan yang tidak dapat dilakukan oleh pihak swasta. Pemerintah mempunyai peranan dan wewenang untuk mengatur, memperbaiki, atau mengarahkan aktivitas sektor swasta, oleh karena pihak swasta pun juga tidak dapat mengatasi masalah perekonomian secara global.Sistem perekonomian modern, peran pemerintah dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori berikut : (1) peran alokasi, (2) peran


(34)

commit to user

distribusi, (3) peran stabilisator. Pemerintah berkewajiban menyediakan barang dan jasa yang tidak dapat dihasilkan oleh pihak swasta. Pokok permasalahannya adalah seberapa besar pemerintah harus menyediakan barang publik, karena keterbatasan kemampuan anggaran pemerintah. Penyediaan barang publik dalam jumlah yang besar akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumber-sumber ekonomi, sebaliknya penyediaan barang dan jasa publik yang terlalu sedikit akan menimbulkan ketidakpuasan masyarakat.

A.C. Pigou berpendapat, bahwa penyediaan barang publik akan memberi

manfaat (utility) bagi masyarakat, sebaliknya pajak yang dikenakan akan

menimbulkan ketidakpuasan masyarakat (disutility). Barang dan jasa

publik yang disediakan oleh pemerintah semakin banyak, maka tambahan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat akan semakin menurun.

2. Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah.

Undang-undang Nomor12 tahun 2008 yang merupakan perubahan atas Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa, Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia." Menurut undang Nomor 12 Tahun 2008 perubahan atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 ini, keuangan Negara dapat dijelaskan : (1)


(35)

commit to user

untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta antara propinsi dan kabupaten dan kodya yang merupakan prasyarat dalam sistem pemerintahan daerah; (2) dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah kewenangan keuangan yang melekat pada setiap kewenangan menjadi wewenang daerah.

Pentingnya posisi keuangan daerah, Pamudji menegaskan seperti

yang dikutip olehKaho (1995: 124): Pemerintah Daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan. Pembangunan dan keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya daerah membutuhkan dana atau uang. Daerah tidak mungkin dapat menyelenggarakan tugas kewajiban serta kewenangan dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah dan pembangunan yang telah direncanakan tanpa adanya uang atau dana yang cukup.

2.2. Kebijakan Peningkatan Pendapatan Daerah

Pemberian kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat, Provinsi


(36)

commit to user

dan Kabupaten/Kota juga diberikan kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah dan Perubahannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 di dalamnya memuat 16 jenis Pajak Daerah, yaitu 5 jenis pajak Provinsi dan 11 jenis pajak Kabupaten/Kota. Jenis pajak Provinsi ditetapkan secara limitatif, sedangkan pajak Kabupaten/Kota selain yang ditetapkan dalam undang-undang dapat ditambah oleh daerah sesuai dengan potensi yang ada dan harus sesuai dengan kriteria pajak yang ditetapkan dalam undang-undang. Penetapan tarif definitif untuk pajak Provinsi ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, sedangkan tarif definitif untuk pajak Kabupaten/Kota diserahkan sepenuhnya kepada tiap-tiap daerah, dengan mengacu kepada tarif tertinggi untuk masing-masing jenis pajak, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009.

Pengaturan lebih lanjut mengenai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Bab II Bagian Kesatu Pasal 2 tentang Jenis Pajak terbagi atas : (1) jenis Pajak Provinsi terdiri atas (a) pajak kendaraan bermotor, (b) bea balik nama kendaraan bermotor, (c) pajak bahan bakar kendaraan bermotor, (d) pajak air permukaan, dan (e) pajak rokok, (2) Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas (a) pajak hotel, (b) pajak restoran, (c) pajak hiburan, (d) pajak reklame, (e)


(37)

commit to user

pajak penerangan jalan, (f) pajak mineral bukan logam dan batuan,(g) pajak parkir, (h) pajak air tanah, (i) pajak sarang burung walet, (j) pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan (k) bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 BAB IV mengatur tentang Retribusi. Objek dan Golongan Retribusi terdiri dari 30 jenis retribusi daerah, yaitu 14 jenis retribusi jasa umum, 11 jenis retribusi jasa usaha, dan 5 jenis retribusi perizinan tertentu.

Pemungutan retribusi untuk golongan jasa umum dan perizinan tertentu dilakukan berdasarkan kewenangan tiap-tiap daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan PemerintahNomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.Golongan jasa umum adalah pelayanan yang wajib disediakan oleh Pemerintah Daerah. Golongan jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah karena pelayanan sejenis belum memadai disediakan oleh swasta atau dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aset Daerah, sementara golongan perizinan tertentu adalah pelayanan pemberian izin tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Pemungutan retribusi oleh Daerah dapat dilakukan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dan atas pemberian izin tertentu. Jenis jasa dan perizinan tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak yang dapat dikenakan retribusi.


(38)

commit to user

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Sumber pendapatan asli daerah meliputi : (1) hasil pajak daerah, (2) hasil retribusi daerah, (3) hasil perusahaan milik daerah,(4) lain-lain usaha daerah yang sah. Sumber pendapatan tersebut diharapkan menjadi sumber-sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan rakyat. Sektor pajak dan reiribusi daerah merupakan sektor pendapatan asli daerah yang diterima secara rutin. Besarnya penerimaan dari sektor pajak dan retribusi daerah untuk tiaptiap daerah berbeda-beda, tergantung pada pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Mengenai pengenaan pajak daerah, dan retribusi daerah atas penyediaan jasa, pemerintah daerah telah menyederhanakan berbagai jenis retribusi berdasarkan penggolongan jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah.

Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 menyebutkanJenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas (1) pajak hotel, (2) pajak restoran, (3) pajak hiburan, (4) pajak reklame, (5) pajak penerangan jalan,(6) pajak mineral bukan logam dan batuan, (7) pajak parkir, (8) pajak air tanah, (9) pajak sarang burung walet, (10) pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan (11) bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Retribusi diatur dalam BAB IV Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Objek dan Golongan Retribusi terdiri dari 30 jenis retribusi daerah,


(39)

commit to user

yaitu 14 jenis retribusi jasa umum, 11 jenis retribusi jasa usaha, dan5 jenis retribusi perizinan tertentu.

Pemungutan retribusi untuk golongan jasa umum dan perizinan tertentu dilakukan berdasarkan kewenangan tiap-tiap daerah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Pemungutan jenis retribusi yang termasuk dalam golongan jasa usaha dilakukan sesuai dengan pelayanan yang diberikan oleh daerah. Daerah juga diberikan kewenangan untuk memungut jenis retribusi baru sesuai dengan kriteria retribusi yang ditetapkan dalam undang-undang.

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan asli daerah yang mampu memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pendapatan asli daerah, oleh karena itupajak daerah dan retribusi daerah harus dipungut dan dikelola secara lebih professional. Pelaksanaan pembangunan kegiatan penyediaan jasa oleh pemerintah daerah untuk kepentingan umum yang semakin meningkat makaakan dapat menunjang usaha peningkatan perekonomian daerah. Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten berupaya meningkatkan pendapatan asli daerah yang sangat potensial bagi keuangan daerah. Sektor pajak daerah dan retribusi daerah merupakan penunjang bagi keuangan daerah untuk membiayai penyelenggaraan pamerintahan dan biaya pembangunan daerah.


(40)

commit to user

2. Retribusi Daerah

Pengertian Retribusi Daerah (Kaho 1996: 119) Retribusi Daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa negara atau merupakan iuran, kepada Pemerintah yang dapat dipaksakan, dan jasa balik yang secara langsung dapat ditunjuk paksakan disini bersifat ekonomis, karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran tersebut. Ciri-ciri pokok retribusi daerah menurut Kaho (1996 :119) adalah sebagai berikut : (1) retribusi dipungut oleh daerah; (2) dalam pemungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah secara langsung dapat ditunjuk; (3) retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau mengenyam jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah.

3. Retribusi Pasar.

Pengertian Pasar (Santoso, 1995 : 3) adalah suatu lahan atau tempat dimana tempat terjadi jual beli barang dan jasa yang di dalamnya terdapat dua belah pihak, yang satu pembeli dan yang satu sebagai penjual. Mereka saling memuaskan kebutuhannya dimana suatu barang dan jasa ditawarkan kemudian terjadilah perpindahan hak milik atas barang atau jasa dari penjual ke pembeli.


(41)

commit to user

Retribusi Pelayanan Pasar yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa umum yang meliputi pelayanan dan penyediaan fasilitas pasar yang berupa tempat dasaran, los dan atau kios yang dikelola Pemerintah Daerah (Perda Nomor 3 Tahun 2005).

Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 3 Tahun 2005 pasal 1 berbunyi:

1. Pasar adalah tempat yang diberi batas tertentu terdiri atas

halaman/pelataran, bangunan berbentuk los dan atau kios dan bentuk lainnya, yang khusus disediakan untuk pedagang barang dan jasa yang dikelola oleh Pemerintah Daerah;

2. Pasar Daerah adalah pasar yang diselenggarakan di atas tanah yang

dikuasai oleh Pemerintah Daerah;

3. Pasar Desa adalah pasar yang diselenggarakan di atas tanah yang

dikuasai oleh Pemerintah Desa;

4. Los adalah bangunan tetap di dalam lingkungan pasar yang berbentuk

bangunan beratap memanjang tanpa dinding, yang pemakaiannya terbagi dalam petak-petak tempat dasaran;

5. Kios adalah bangunan tetap di pasar yang berbentuk bangunan beratap

dan dipisahkan dengan dinding pemisah mulai dari lantai sampai dengan langit-langit serta dilengkapi dengan pintu;


(42)

commit to user

6. Halaman Pasar adalah bagian lahan pasar yang bersifat terbuka tanpa

atap dan dapat dipergunakan untuk memperjual belikan barang atau jasa secara insidentil atau adegan;

7. Tempat Titipan Kendaraan adalah bagian bangunan di lingkungan Pasar

yang dipergunakan untuk menempatkan dan/atau menitipkan kendaraan;

8. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan

perundang-undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;

9. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Klaten;

Pasal 9 ayat (1) berbunyi :

1. Struktur tarif digolongkan berdasarkan pelayanan dan jenis fasilitas yang

terdiri atas halaman/pelataran, los dan atau kios, jenis dagangan, letak, kelas pasar dan jangka waktu pemakaian;

2. Jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini berupa

perijinan, pengadaan Kartu Tanda Pedagang, dan penyediaan fasilitas pasar.

Tabel 2.1Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasar di Kabupaten Klaten Tahun 2005

No. Tempat

Usaha/Fasilitas

TARIF PER M2 PER HARI (Rp) Ruko Toko/ Kios Daging Los

Los Umum/ Ruangan

Halaman

1 2 3 4 5 6 7

I.

II.

PASAR : 1. Lantai I 2. Lantai II 3. Lantai III PERTOKOAN - 150 - 150 150 150 50 100 300 300 150 - 100 100 50 - 200 - 100 -


(43)

commit to user

Sumber : Perda Kabupaten Klaten Nomor 3 Tahun 2005.

Tabel 2.2Retribusi Dasaran Pasar yang dibangun Pemerintah Kabupaten KELAS

PASAR

JENIS DAGANGAN

TARIF PER M2 PER HARI (Rp)

KIOS LOS HALAMAN

I.A/B

II.A/B

III.A/B

a. Daging b. Non Daging a. Daging b. Non Daging a. Daging b. Non Daging

200 100 200 50 100 50 500 250 500 200 400 200 400 200 400 200 350 200 Sumber : Perda Kabupaten Klaten Nomor 3 Tahun 2005.

3. Retribusi dasaran adegan di luar pasar dikenakan 2 (dua) kali lipat dari tarip adegan dalam, dengan ketentuan apabila daya tampung pedagang di dalam pasar sudah maksimal/penuh.

4. Retribusi Bongkar/Muat :

- Pick-up dan kendaraan roda empat yang sejenis, sebesar Rp.1.000,-/ sekali bongkar/muat

- Truck atau kendaraan muat roda 6 atau lebih sebesar Rp.2.000,-/ sekali bongkar.

5. Retribusi Kamar Mandi / WC :

- Hajat Kecil, sebesar : Rp. 200,- / sekali pemakaian

- Hajat Besar, sebesar : Rp. 400,- / sekali pemakaian

- Mandi, sebesar : Rp. 500,- / sekali pemakaian

6. Retribusi Kartu Tanda Pedagang (tidak termasuk past photo pedagang) sebesar Rp. 3.000,-/pedagang


(44)

commit to user

- Los, sebesar : Rp.10.000,-/Ijin

- Halaman Pasar, sebesar : Rp. 5.000,-/Ijin 8. Bea Balik Nama Tempat Dasaran :

- Los, sebesar : Rp.100.000,-/Ijin

- Halaman Pasar, sebesar : Rp. 50.000,-/Ijin

9. Retribusi Ijin Merubah, Menambah Bangunan sebesar 10 % dari Nilai Konstruksi Bangunan.

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi retribusi pasar di Kabupaten Klaten. Dalam penelitian ini meliputi 4 variabel yang mempengaruhinya dengan asumsi variabel di luar penelian ini dianggap konstan,adapun variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

1. JumlahPedagang Adegan adalah totalitas jumlahorang yang

mempunyaiaktivitas di pasarsebagaipenjualbarang/jasa yang menempatihalamanpasar, yang diukur dengan angka dalam satuan orang setiap pasar.

2. Jumlah Pedagang Kios adalah totalitas jumlahorang yang

mempunyaiaktivitas di pasarsebagaipenjualbarang/jasa yang menempatikios, yang diukur dengan angka dalam satuan orang setiap pasar.


(45)

commit to user

3. Jumlah Pedagang Los adalah totalitas jumlah orang yang

mempunyaiaktivitas di pasarsebagaipenjualbarang/jasa yang menempati los, yang diukur dengan angka dalam satuan orang setiap pasar.

4. Hari aktifitas adalah jumlah hari aktifitas pasar untuk melakukan transaksi jual-beli dan hari hidup tergantung masing-masing pasar, ada harian dan pasaran jawa : paing, pon, wage, kliwon dan legi. Adapun hari aktifitas pasar yaituaktifitas harian sejumlah 365 hari / tahun;

2.4. Penelitian terdahulu.

1. Hasil penelitian oleh Bambang Suwandana ( 2001) berjudul “ Analisis Faktor Penentu Penerimaan Retribusi Pengelolaan Pasar Kota Surakarta Tahun 2001” sebagai berikut :

Variabel jumlah pedagang pasar dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penerimaan retribusi pengelolaan pasar. Variabel jumlah petugas penarik retribusi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penerimaan retribusi pengelolaan pasar. Variabel jumlah penduduk tidak signifikan terhadap jumlah perimaan retribusi pengelolaan pasar. Variabel yang paling dominan berpengaruh adalah jumlah pedagang pasar.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Subekti (2002) berjudul “ Analisis Variabel-Variabel yang mempengaruhi Pendapatan Retribusi Pasar Pada Dinas Pasar di Kabupaten Ngawi” adalah sebagai berikut :


(46)

commit to user

Variabel jumlah pedagang berpengaruh positif terhadap penerimaan retribusi pasar. Variabel luas lahan juga berpengaruh positif terhadap penerimaan retribusi pasar.

3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulia Indah Cintami (2006) berjudul “ Analisis Sumbangan Retribusi Pasar Terhadap PAD Kabupaten Boyolali adalah sebagi berikut :

Variabel luas pasar berpengaruh signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar.Variabel jumlah los tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Variabel luas pasar dan jumlah los secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

No Peneliti,

tahun Variabel Metode Hasil

1. Bambang Suwandana, 2001 - Jumlah pedagang - PDRB

- Jumlah petugas

penarik retribusi

- Jml penduduk

Regresi linier berganda

• Variabel jumlah pedagang

pasar dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penerimaan retribusi pengelolaan pasar.

• Variabel jumlah petugas

penarik retribusi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penerimaan retribusi pengelolaan pasar.

• Variabel jumlah penduduk

tidak signifikan terhadap pene-rimaan

retribusipengelolaan pasar.

• Variabel yang paling

dominan berpengaruh adalah jumlah pedagang pasar.

Lanjutan tabel 2.2 ……… No Peneliti,

tahun Variabel Metode Hasil

2. Subekti,

2002 -Jumlah pedagang

- Luas lahan

Regresi Linier berganda

• Variabel jumlah pedagang

ber-pengaruh positif terhadap penerimaan


(47)

commit to user

retribusi pasar.

• Variabel luas lahan

berpengaruh positif terhadap penerimaan retribusi pasar,

3. Yulia Indah

Cintami, 2006

- Luas Pasar - Jumlah Los

Regresi Linier berganda

• Variabel luas pasar

ber-pengaruh signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar.

• Variabel jumlah los tidak

berpengaruh signifikan ter-hadap penerimaan retribusi pasar.

• Variabel luas pasar dan

jumlah los secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar. Sumber : Penelitian terdahulu, Bambang Suwandana, 2001; Subekti, 2002;

Yulia Indah Cintami, 2006. 2.5. Kerangka pemikiran.

Penerimaan Retribusi Pasar dapat diukur dengan melihat dari jumlah pedagang adegan, jumlah pedagangkios, jumlah pedaganglos dan hari aktifitas.Jumlah pedagang adegan, jumlah pedagangkios, jumlah pedaganglos dan hari aktifitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar.Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penelitian ini dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1. Diagram Skematis Kerangka Pemikiran. 2.6. Hipotesis

Hipotesisdalampenelitianiniadalah : JUMLAH PEDAGANG ADEGAN, JUMLAH PEDAGANG KIOS, JUMLAH PEDAGANG LOS, HARI AKTIFITAS

PENERIMAAN RETRIBUSI PASAR


(48)

commit to user

1. Diduga secara bersama-sama bahwa jumlah pedagang adegan, jumlah pedagang kios, jumlah pedagang los dan hari aktifitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar.

Secara parsialpengaruh masing-masing variabel sebagai berikut :

1. Diduga jumlah pedagang adegan berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar.

2. Diduga jumlah pedagang kios berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar.

3. Diduga jumlah pedagang los berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar.

4. Diduga hari aktifitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar.

BAB III


(49)

commit to user

3.1. Tipe penelitian

Penelitian ini merupakan metode analisis data sekunder, mengkaji pengaruh jumlah pedagang adegan, jumlah pedagang kios, jumlah pedagang los dan hari aktifitas terhadap penerimaan retribusi pasar di Kabupaten Klaten Tahun 2009. Obyek penelitiannya berupa pasar tradisional terdiri dari 50 pasar yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Klaten.

3.2. Jenis dan sumber data.

Variabel dalam penelitian ini terdiri variabel yang mempengaruhi (variabel independen), dan variabel yang dipengaruhi (variabel dependen) dapat dirinci sebagai berikut :

a. Variabel independen terdiri dari jumlah pedagang adegan, jumlah pedagangkios, jumlah pedaganglos, dan hari aktifitas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerimaan retribusi pasar.

b. Sumber data berasal dari berbagai instansi terkait diantaranya Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), Bappeda, Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM yang berada di Kabupaten Klaten.


(50)

commit to user

1. Penerimaan Retribusi Pasar adalah penerimaan retribusi yang dipungut dari subyek retribusi pasar, yang diukur dengan angka dalam rupiah per tahun.

2. Jumlah Pedagang Adegan adalah totalitas jumlah orangyang

mempunyaiaktivitas di pasarsebagaipenjualbarang/jasa yang menempatihalamanpasar, yang diukur dengan angka dalam satuan orang setiap pasar.

3. Jumlah Pedagang Kios adalah totalitas jumlah orang yang

mempunyaiaktivitas di pasarsebagaipenjualbarang/jasa yang menempatikios, yang diukur dengan angka dalam satuan orang setiap pasar.

4. Jumlah Pedagang Los adalah totalitas jumlah orang yang mempunyaiaktivitas di pasarsebagaipenjualbarang/jasa yang menempati los, yang diukur dengan angka dalam satuan orang setiap pasar.

5. Hari aktifitas adalah jumlah hari aktifitas pasar untuk melakukan transaksi jual beli dan hari hidup tergantung masing-masing pasar, ada harian dan pasaran jawa : paing, pon, wage, kliwon dan legi. Adapun hari aktifitas pasar yaitu aktifitas harian sejumlah 365 hari / tahun;

3.4. Tehnik analisis data

Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik regresi Double Log dengan persamaan :

log Y = C + b1log X1 + b2log X2 + b3log X3 + b4log X4+e


(51)

commit to user

Y = Retribusi pasar (rupiah per tahun)

X1 = Jumlah pedagang adegan (orang)

X2 = Jumlah pedagang kios (orang)

X3 = Jumlah pedagang los (orang)

X4 = hari aktifitas (jumlah hari)

C = Nilai konstanta

b1,b2,b3,b4, =Nilai koefisien regresi

e = Variabel gangguan

Selanjutnya dilakukan Uji Asumsi Klasik dan Uji Statistik sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Metode yang dapat

digunakan untuk uji normalitas adalah ujiJarque Bera(JB). Kriteria

pengujian : jika JB hitung <χ2 tabel (probabilitas JB > 0,05), maka Ho


(52)

commit to user

b. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana terdapat hubungan linier sempurna atau korelasidiantara variabel-variabel bebas (independen) dalam suatu regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan linier sempurna atau korelasidiantara variabel yang menjelaskan dalam model regresi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara pengujian.Gejala

multikolinearitas terjadi pada saat R2 sangat tinggi, namun tidak ada

satupun dari koefisien regresi yang signifikan secara statistik melalui uji-t. Uji multikolinearitas dilakukan dengan pendekatan korelasi parsial

seperti disarankan oleh Farrar dan GruberI (1967). Pedoman yang

digunakan adalah , jika nilai R2a (R2 regresi awal) lebih tinggi dari nilai

R2 pada regresi antar variabel bebas, maka pada model empirik tersebut

tidak terdapat adanya multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas . Deteksi adanya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan ujiWhite Heterokedasticity Test. Kriteria pengujian

adalah dengan membandingkan nilai Obs*R-squared dengan χ2 tabel.

Jika nilai Obs*R-squared <χ2 tabel, maka tidak signifikan, berati tidak


(53)

commit to user

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya

problem autokorelasi ini maka dapat dilakukan dengan uji Lagrange

Multiplier (LM-test) yaitu dengan membandingkan nilai LM statistik

dengan LM tabel. Jika nilai Obs*R-squared <χ2 tabel, maka tidak

signifikan, berarti tidak terjadi masalah autokorelasi. Disamping itu juga

dapat kita lihat dari probabilitasnya, jika probabilitas > α = 0,05 maka

model terhindar dari masalah autokorelasi.

2. Uji Statistik

a. Uji F

Uji F ini digunakan untuk menguji keberartian koefisien regresi secara bersama - sama atau simultan antara variabel independen(jumlah pedagang adegan, jumlah pedagangkios, jumlah pedaganglos dan hari aktifitas) terhadap variabel dependen(penerimaan retribusi pasar), dengan kriteria pengujian sebagai berikut :

1) Jika nilai F hitung < F tabel (pada α = 0,05), maka Ho diterima dan

Ha ditolak, yang berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara signifikan.


(54)

commit to user

2) Jika nilai F hitung > F tabel (pada α = 0,05), maka Ho ditolak dan Ha

diterima, yang berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi yang dinotasikan dengan R2digunakan untuk

mengetahui berapa persen perubahan variasi variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya.

c. Uji t

Uji t adalah uji secara individual semua koefisien regresi yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap koefisien

regresi masing-masing variabel independen dengan α = 0,05 dengan

kriteria sebagai berikut :

1) Jika t-hitung<t tabel (pada α = 0,05), maka Ho diterima dan Ha

ditolak, artinya bahwa variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.

2) Jika t-hitung >t tabel (pada α = 0,05), maka Ho ditolak dan Ha

diterima, artinyai bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.


(55)

commit to user

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH DAN HASIL PENELITIAN

4.1. Dekripsi Daerah

1. Aspek Geografi

Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 7º32’19’’ sampai 7º48’33’’ Lintang Selatan dan antara 110º26’14’’ sampai 110º47’51’’ Bujur Timur. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan Kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata.

Wilayah Kabupaten Klatenberbatasan dengan beberapa kabupaten yaitu :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul (Daerah

Istimewa Yogyakarta)

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa

Yogyakarta)


(56)

commit to user

Wilayah Kabupaten Klatenterbagi menjadi tiga dataran :

- Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung.

- Dataran Rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur.

- Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas.

Keadaan alam yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu kali dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi.

Kabupaten Klaten mempunyai luas wilayah sebesar 65.556 ha, terbagi dalam 26 kecamatan, 401 desa/kelurahan. Tahun 2009 jumlah penduduk Klaten sebesar 1.303.910 jiwa, sedangkan penyebaran penduduk dapat dilihat pada tabel 4.1.


(57)

commit to user

Tabel 4.1. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2009

No Kecamatan Luas Wilayah

(Ha)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Prambanan 2.443 49.538

2. Gantiwarno 2.564 41.102

3. Wedi 2.438 55.983

4. Bayat 3.943 64.027

5. Cawas 3.447 66.093

6. Trucuk 3.381 82.558

7. Kalikotes 1.300 37.597

18. Kebonarum 966 21.429

9. Jogonalan 2.670 58.115

10. Manisrenggo 2.696 41.962

11. Karangnongko 2.674 37.995

12. Ngawen 1.697 44.560

13. Ceper 2.445 63.830

14. Pedan 1.917 48.802

15. Karangdowo 2.923 51.018

16. Juwiring 2.979 61.300

17. Wonosari 3.114 62.801

18. Delanggu 1.878 44.760

19. Polanharjo 2.384 46.087

20. Karanganom 2.406 49.152

21. Tulung 3.200 54.551

22. Jatinom 3.553 57.438

23. Kemalang 5.166 34.940

24. Klaten Selatan 1.444 41.880

25. Klaten Tengah 890 43.877

26. Klaten Utara 1.038 42.515

Jumlah 65.556 1.303.910


(58)

commit to user

2. Aspek Demografi

Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mencerdasakan kehidupan bangsa. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah terpenuhinya kebutuhan berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat secara memadai. Data demografi penduduk mutlak diperlukan demi keberhasilan program pembangunan yang dijalankan.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Klaten Tahun2006 – 2009

Jenis Kelamin 2006 % 2007 % 2008 % 2009 %

1 3 4 5 6 7 8

Laki-laki 627.743 48,8 631.229 48,8 635.526 48,8 637.938 48,9

Perempuan 658.291 51,2 661.994 51,2 664.950 51,2 665.966 51,1

Total 1.286.034 1.293.223 1.300.476 1.303.904

Kepadatan Penduduk

(Jiwa/Km2)

1.962 1.973 1.984 1.989

Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2010.

Perkembangan kondisi demografis di Kabupaten Klaten menunjukkan jumlah penduduk tahun 2009 sebanyak 1.303.904 jiwa meningkat 0,26 % dibandingkan tahun 2008. Kenaikan tersebut sedikit lebih kecil dibandingkan kenaikan pada tahun 2008 yang hanya naik 0,56%. Meskipun sejak tahun 2006 jumlah penduduk selalu meningkat tetapi besaran kenaikannya masih di bawah 1%. Meningkatnya jumlah penduduk tersebut berakibat pada meningkatnya kepadatan penduduk. Tahun 2006, kepadatan sebesar 1.962


(59)

commit to user

Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Klaten pada tahun 2009 terbagi menjadi 26 Kecamatan, 401 Desa/Kelurahan.Adapun distribusi desa/kelurahan dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini :

Tabel 4.3. Jumlah Desa/Kelurahan per Kecamatan Dan Rata-Rata Penduduk per Desa/Kelurahan per Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2009.

No. Kecamatan Jumlah Desa /

Kelurahan

Rata-Rata Penduduk per Desa

1. Prambanan 16 3.096

2. Gantiwarno 16 2.569

3. Wedi 19 2.946

4. Bayat 18 3.557

5. Cawas 20 3.305

6. Trucuk 18 4.587

7. Kalikotes 7 5.371

8. Kebonarum 7 3.061

9. Jogonalan 18 3.229

10. Manisrenggo 16 2.623

11. Karangnongko 14 2.714

12. Ngawen 13 3.428

13. Ceper 18 3.546

14. Pedan 14 3.486

15. Karangdowo 19 2.685

16. Juwiring 19 3.226

17. Wonosari 18 3.489

18. Delanggu 16 2.798

19. Polanharjo 18 2.560

20. Karanganom 19 2.587

21. Tulung 18 3.031

22. Jatinom 18 3.191

23. Kemalang 13 2.688

24. Klaten Selatan 12 3.490

25. Klaten Tengah 9 4.875

26. Klaten Utara 78 1485.314


(60)

commit to user

3. Aspek Ekonomi

Keadaan penduduk dan antisipasi perkembangannya di masa mendatang sangat mempengaruhi setiap usaha yang akan dilakukan untuk pengembangan ekonomi di daerah. Demikian pula untuk pengembangan sektor perdagangan dalam rangka memajukan ekonomi daerah, ciri pertumbuhan dan dampak kependudukan dalam berbagai bidang harus pandai mengamati strateginya. Tanpa mempertimbangkan faktor-faktor tersebut tidak bisa dicapai hasil optimal.

Bidang pengelolaan keuangan daerah memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sejalan dengan pelimpahan sejumlah kewenangan pemerintah pusat melalui mekanisme otonomi daerah. Beberapa peran penting bidang pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD), adapun jumlah Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Klaten tahun 2007 - 2009 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2007 – 2009 (dalam rupiah)

Anggaran 2007 2008 2009

1 2 3 4

Pendapatan 873.832.498.538 976.911.471.112 992.329.082.350

Belanja 866.492.263.138 1.000.134.799.035 981.121.677.296


(61)

commit to user

Realisasi pendapatan APBD Kabupaten Klaten tahun 2009 sebesarRp. 992.329.082.350 dengan belanja sebesar Rp. 981.121.677.296 sehingga terjadi surplus anggaran sebesar Rp. 11.207.405.054.

Dibanding tahun-tahun sebelumnya pendapatan dan belanja APBD tersebut mengalami perubahan dengan kondisi yang berbeda.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) bermanfaat menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi daerah karena PAD merupakan nilai pendapatan yang benar-benar diterima daerah dan akan digunakan untuk pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Semakin besar nilai PAD berarti semakin besar anggaran pembangunan dan masyarakat akan semakin sejahtera. Dengan kata lain, program pembangunan yang dilaksanakan semakin berhasil.

Total Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten Tahun 2009 sebesar Rp. 54.398.522.276 seperti terlihat pada tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5. Jumlah Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Bagian Laba BUMD dan Lain-Lain Pendapatan yang Sah Kabupaten KlatenTahun 2009

PAD Jumlah (Rp) %

1 2 3

Pajak Daerah 20.176.815.291 37,09

Retribusi Daerah 11.039.456.847 20,29

Bagian Laba BUMD 4.101.047.114 7,54

Lain-lain Pendapatan yang Sah 19.081.203.024 35,08

Total 54.398.522.276


(62)

commit to user

Komponen pembentuk Pendapatan Asli Daerah ada empat komponen yaitu pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba BUMD dan lain-lain pendapatan yang sah. Tahun 2009, pajak daerah memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PAD yaitu sebesar 37,09 % diikuti lain-lain pendapatan yang sah sebesar 35,08 %,retribusi daerah sebesar 20,29 % dan bagian laba BUMD memberikan kontribusi paling sedikit sebesar 7,54 %.

Pendapatan Asli Daerah sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan, Pemerintah Kabupaten Klaten pada tahun 2009 juga mendapatkan dana perimbangan yang terdiri dari bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum (DAU), dana alokasi khusus (DAK) dengan total dana mencapai Rp. 841.073.104.734,-. Rincian dan besarnya dana perimbangan tahun 2009 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Jumlah Dana Perimbangan Kabupaten Klaten Tahun 2009

Dana Perimbangan Jumlah (Rp)

BagiHasilPajakdanBukanPajak 42.885.842.734

Dana AlokasiUmum (DAU) 726.192.262.000

Dana AlokasiKhusus (DAK) 71.995.000.000

Jumlah 841.073.104.734


(63)

commit to user

4.2. Deskripsi data

1. Penerimaan Retribusi Pasar

Variabel Penerimaan Retribusi Pasar dalam penelitian ini diartikan sebagai penerimaan retribusi Pasar pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten tahun 2009. Pengukuran variabel penerimaan retribusi pasar dinyatakan dalam jumlah jutaan rupiah tiap Pasar, maka dapat diketahui pertumbuhan penerimaan retribusi pasar yang disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.7 Penerimaan Retribusi Pasar dan Pertumbuhan Retribusi Pasar Kabupaten KlatenTahun 2008 - 2009

NO PASAR RETRIBUSI PASAR PERTUMBUHAN

2008 2009 (%)

1 2 3 4 5

1 Ps.Prambanan 58,811,100 80,448,000 36,79

2 Ps.Taji 13,778,000 14,463,000 4,97

3 Ps.Gantiwarno 7,084,500 7,604,900 7,35

4 Ps.Panggil 11,840,000 7,996,400 (32,46)

5 Ps.Wedi 168,217,580 168,480,360 0,16

6 Ps.Gempol 16,108,900 18,638,900 15,71

7 Ps.Sidoharjo 64,249,080 67,343,980 4,82

8 Ps.Karangasem 7,114,250 9,600,500 34,95

9 Ps.Masaran 128,720,000 142,230,800 10,50

10 Ps.Bandungrejo 5,814,500 5,814,500

-11 Ps.Baran 1,138,600 1,138,600

-12 Ps.Balak 8,345,200 9,203,400 10,28

13 Ps.Posis 13,427,700 7,873,000 (41,37)

14 Ps.Gamongan 10,151,900 12,158,000 19,76

15 Ps.Babad 25,497,760 26,838,360 5,26

16 Ps.Jeto 9,416,100 11,418,500 21,27

17 Ps.Kiringan 4,763,700 4,763,700

-18 Ps.Gentongan 55,638,500 61,408,000 10,37

19 Ps.Jimbung 21,495,900 23,554,600 9,58

20 Ps.Pokoh 4,738,300 4,738,300

-21 Ps.Kraguman 58,277,300 66,086,400 13,40

22 Ps.Dompyongan 14,808,100 18,694,800 26,25

23 Ps.Srowot 8,115,300 10,148,400 25,05


(64)

commit to user

Lanjutan tabel 4.7 …………

1 2 3 4 5

24 Ps.Manisrenggo 33,432,400 47,140,800 41,00

25 Ps.Puluhwatu 54,192,400 57,959,900 6,95

26 Ps.Totogan 19,817,400 22,619,800 14,14

27 Ps.Senggol 9,692,000 10,168,000 4,91

28 Ps.Pedan 238,015,130 295,641,400 24,21

29 Ps.Minggiran 44,231,000 46,397,500 4,90

30 Ps.Tanjung 62,073,450 62,973,450 1,45

31 Ps.Juwiring 16,496,100 19,475,100 18,06

32 Ps.Panjangan 15,843,200 20,179,000 27,37

33 Ps.Carikan 7,164,000 8,469,000 18,22

34 Ps.Tegalgondo 51,653,700 53,786,600 4,13

35 Ps.Delanggu 46,238,700 132,582,200 186,73

36 Ps.Jeblog 28,149,950 35,826,350 27,27

37 Ps.Karangan 30,279,800 33,071,900 9,22

38 Ps.Ngendo 10,341,900 11,852,400 14,61

39 Ps.Cokrokembang 38,460,800 44,177,000 14,86

40 Ps.Jatinom 106,126,000 116,726,200 9,99

41 Ps.Gabus 88,619,350 110,001,000 24,13

42 Ps.Surowono 48,504,000 56,531,000 16,55

43 Ps.Gayamprit 24,037,200 28,830,000 19,94

44 Ps.BendoGtng 1,321,000 1,321,000

-45 Ps. Klaten III Lt 287,275,520 294,003,780 2,34

46 Ps.Mlinjon 7,928,200 7,928,200

-47 Ps.Srago 62,407,200 63,648,250 1,99

48 Ps.Gunungan 5,686,900 6,370,700 12,02

49 Ps.PlembonHwn 9,778,700 11,939,800 22,10

50 Ps.PlembonUmum 8,059,450 8,059,450

JUMLAH 2,073,377,720 2,388,325,180 15,19

RERATA 41,467,554 47,766,504 15,19

Sumber : Data sekunder diolah, 2009

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil penelitian diperoleh data mengenai retribusi pasar yang bersumber dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Klaten. Jumlah data terdiri dari 50 Pasar selama tahun 2009 didapatkan data retribusi pasar sangat bervariasi. Dengan nilai pertumbuhan rata-rata sebesar 15,19 %.


(1)

commit to user

3) Koefisien regresi dari Jumlah Pedagang Los mempunyai nilai t -

hitung sebesar5,4944lebih besar dari t tabel sebesar 2,132dimana nilai probabilitas sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan pada tingkat signifikasi

(α=0,05). Dengan menganggap variabel independen lainnya konstan,

maka secara individu variabel Jumlah Pedagang Los berpengaruh signifikan terhadap Penerimaan Retribusi Pasar.

-2,1322,132t htng=5,4944

Gambar 4.5. Uji Kriteria jumlah pedagang los.

4) Koefisien regresi dari Hari Aktifitas mempunyai nilai t - hitung

sebesar 5,5410 lebih besar dari t-tabel sebesar 2,132dimana nilai probabilitas sebesar 0,0000 lebih kecil dari 0,05maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan pada tingkat signifikasi (α=0,05). Dengan menganggap variabel independen lainnya konstan, maka secara

Ho ditolak Hoditolak Ho diterima


(2)

commit to user

72

individu variabel Hari Aktivitas berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Retribusi Pasar.

-2,1322,132t htng=5,5410

Gambar 4.6. Uji kriteria hari aktifitas.

4.4. Pembahasan

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel independen yang meliputi Jumlah Pedagang Kios, Jumlah Pedagang Los dan Hari Aktifitas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variabel dependen yaitu Penerimaan Retribusi Pasar, sedangkan variabel Jumlah Pedagang Adegan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Penerimaan Retribusi Pasar. Hasil Uji dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Jumlah Pedagang Adeganmempunyai koefisien sebesar 0,0650dan

tidak signifikan. Jumlah Pedagang Adegan tidak berpengaruh terhadap penrimaan retribusi pasar karena jumlah pedagang adegan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pedagang kios maupun jumlah pedagang los, banyak pedagang adegan yang tidak ditarik retribusi oleh petugas pemungut retribusi karena waktu bertransaksi pada dini hari yang mana petugas pemungut retribusi belum datang untuk melaksanakan tugas pemungutan.

Ho ditolak Hoditolak Ho diterima


(3)

commit to user

2. Variabel Jumlah Pedagang Kios memiliki koefisien0,2466dan signifikasi 5%,

dapat diartikanbahwa ketikaterdapat penambahan 1% jumlah pedagang kios akan menambah penerimaan retribusi pasar sebesar 0,2466% per tahundengan asumsi variabel lain konstan.Retribusi pasar adalah pembayaran atas penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana yang berupa tempat dasaran, los dan atau toko/kios yang dikelola Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pedagang dan atau badan hukum. Target retribusi pasar adalah besarnya jumlah penerimaan yang harus diupayakan pencapaiannya. Keberhasilan pencapaian target merupakan tolok ukur kinerja Bidang Pengelola Pasar yang mana dalam pencapaiannya dipengaruhi oleh : (1) Motivasi dan kemampuan pengelola pasar di lapangan, (2) Ketertiban, keamanan dan kebersihan pasar,(3) Tersedianya dan terpeliharanya sarana dan prasarana pasar, (4) Kesadaran para pedagang untuk membayar retribusi, (5) Keramaian pasar meningkat.Konsekuensi logis untuk mencapai target yang terus meningkat tersebut adalah tuntutan peningkatan sistem kinerja bagi pihak-pihak yang terkait dengan pengelolaan/pemungutan retribusi pasar.

3. Variabel Jumlah PedagangLosmemiliki koefisien sebesar 0,4864dan

signifikasi 5%, yang dapat diartikanbahwa setiap penambahan 1 % jumlah pedagang los dapat menambah penerimaan retribusi pasar sebesar 0,4864%per tahundengan asumsi variabel lain konstan.

4. Variabel Hari Aktifitas memiliki koefisien sebesar 1,0616dan signifikasi 5%,


(4)

commit to user

74

meningkatkan penerimaan retribusi pasar sebesar 1,0616%per tahun dengan asumsi variabel lain konstan, sebaliknya jika ada pengurangan 1 % hari aktifitas pasar maka dapat mengurangi penerimaan retribusi pasar sebesar 1,0616%per tahun.

Hari aktifitas adalah jumlah hari aktifitas pasar untuk melakukan transaksi jual-beli dan hari hidup tergantung masing-masing pasar, ada harian dan pasaran jawa : paing, pon, wage, kliwon dan legi. Adapun hari aktifitas

pasar yang terdiri dari : (1) Aktifitas harian sejumlah 365 hari/tahun; (2) Aktifitas 1 hari dalam pasaran jawa sejumlah 72 hari/tahun; (3) Aktifitas 2


(5)

commit to user

BAB V P E N U T U P

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisismaka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Secara bersama-sama variabel jumlah pedagang adegan, jumlah pedagang

kios, jumlah pedagang los dan hari aktifitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan retribusi pasar pada taraf signifikan 5%, jadi hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dietrima.

2. Secara parsial Jumlah Pedagang Adegan tidak mempengaruhi penerimaan retribusi pasar secara signifikan. Jadi dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak.

3. Secara parsial Jumlah Pedagang Kios mempengaruhi penerimaan retribusi

pasar secara signifikan, jadi hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima

4. Secara parsialJumlah Pedagang Los berpengaruhterhadap penerimaan

retribusi pasar secara signifikan berarti hipotesis penelitian ini diterima.

5. Secara parsialHari Aktifitas mempengaruhi penerimaan retribusi pasar secara

signifikan, dengan demikian hipotesis penelitian ini diterima. 5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diajukan beberapa saran dalam upaya mengoptimalkan penerimaan retribusi pasar di Kabupaten Klaten. Masing-masing saran yang berkaitan dengan Pemerintah Kabupaten Klaten


(6)

commit to user

76

khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM adalah sebagai berikut :

1. Disarankan kepada Pemerintah Kabupaten Klaten dalam menetapkan target

pendapatan dari sektor retribusi khususnya pada pos retribusi pasar perlu memperhatikan kebijakan untuk melakukan penyesuaian penetapan tarif retribusi yang tertuang dalam peraturan daerah sehingga realisasi pendapatan dapat tercapai sesuai dengan target yang telah ditetapkannya;

2. Disarankan kepada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM

Kabupaten Klaten untuk dapat mengoptimalkan petugas pemungut retribusi pasar dengan mengacu hasil penelitian melalui model empiris yang terbentuk secara proporsional dalam rangka meningkatkan potensi pendapatan asli daerah dari sektor penerimaan retribusi pasar untuk mencapai target;

3. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan sampel dan variabel

yang lebih banyak dan menggunakan cara pengukuran lain yang lebih akurat agar memperoleh model yang memiliki daya penjelas yang lebih baik lagi.