Metode Penelitian Definisi Operasional

20 a. Editing, yaitu memeriksa kembali data-data secara cermat tentang kelengkapan, relevansi serta hal yang perlu dikoreksi dari data yang telah dihimpun yang berkaitan dengan Narkotika berdasarkan Hukum Pidana Islam dan UU RI No 35 Tahun 2009 b. Organizing, menyusun dan mensistematika data-data tersebut sedemikian rupa sehingga menghasilkan bahan untuk dijadikan struktur deskripsi. c. Analizing, yaitu melakukan analisis deskriptif Hukum islam terhadap kasus perantara jual beli narkotika golongan I dalam bentuk tanaman yaitu ganja dan UU RI No 35 Tahun 2009

J. Sistematika Pembahasan

Dalam rangka mempermudah pembahasan dalam penelitian ini dan agar dapat dipahami secara sistematika dan terarah, penulis menggunakan sistematika pembahasan yang menjawab pokok permasalahgan yang dirumuskan. Sistematika pembahasan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab Pertama pendahuluan yang berisi gambaran umum yang berfungsi sebagai pengantar dalam memahami pembahasan bab berikutnya. Bab ini memuat pola dasar penulisan skripsi, untuk apa dan mengapa 21 penelitian ini dilakukan. Oleh karena itu, pada Bab I ini pada dasarnya memuat sistematika pembahasan yang meliputi : latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab kedua merupakan landasan teori tentang hokum tatanegara dan fiqh siyasah yang meliputi : Siyasah dusturiyah dan lembaga ifta’. Bab ketiga merupakan penjabaran tentang Majelis Ulama Indonesia, peran dan fungsi Majelis Ulama Indonesia, penetapan fatwa Majelis Ulama Indonesia, kedudukan Majelis Ulama Indonesia dalam ketatanegaraan Indonesia dan latar belakang terbentuknya Majelis Ulama Indonesia. Bab keempat merupakan analisis fiqh siyasah terhadap kedudukan Majelis Ulama Indonesia dalam ketatanegaraan Indonesia yang meliputi pandangan hokum ketatanegaraan Indonesia dan fiqh siyasah terhadap kedudukan Majelis Ulama Indonesia dalam ketatanegaraan Indonesia. Bab lima penutup, yang berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diberikan penulis. 20

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SIYASAH DUSTURIYAH

A. Pengertian Siyasah Dusturiyah

Siyasah dusturiyah adalah bagian fiqh siyasah yang membahas masalah perundang-undangan negara. Dalam hal ini juga dibahas antara lain konsep-konsep konstitusi undang-undang dasar negara dan sejarah lahirnya perundang-undangan dalam suatu negara, legislasi bagaimana cara perumusan undang-undang, lembaga demokrasi dan syura yang merupakan pilar penting dalam perundang-undangan tersebut. Di samping itu, kajian ini juga membahas konsep negara hukum dalam siyasah dan hubungan timbal balik antara pemerintah dan warga negara serta hak-hak warga negara yang wajib dilindungi. 1 Permasalahan di dalam fiqh siyasah dusturiyah adalah hubungan antara pemimpin disatu pihak dan rakyatnya di pihak lain serta kelembagaan- kelembagaan yang ada di dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, di dalam fiqh siyasah dusturiyah biasanya dibatasi hanya membahas pengaturan dan perundang-undangan yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan dari segi persesuaian dengan prinsip-prinsip agama dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia serta memenuhi kebutuhannya. 2 1 Dr. Muhammad Iqbal, Fiqh Siyasah “ Konstektualisasi Doktrin Politik Islam”. Jakarta, Prenadamedia Group. 2014, hlm. 177 2 Prof. H. A. Djazuli, Fiqh Siyasah “Implimentasi kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu Syariah”, Jakarta, Kencana, 2004, hlm. 47 21

B. Ruang Lingkup Siyasah Dusturiyah

Fiqh siyasah dusturiyah mencakup bidang kehidupan yang sangat luas dan kompleks. Keseluruhan persoalan tersebut, dan persoalan fiqh siayasah dusturiyah umumnya tidak lepas dari dua hal pokok: pertama, dalil- dalil kulliy, baik ayat-ayat Al-Quran maupun hadis, maqosidu syariah, dan semangat ajaran Islam di dalam mengatur masyarakat, yang akan tidak akan berubah bagaimanapun perubahan masyarakat. Karena dalil-dalil kulliy tersebut menjadi unsur dinamisator di dalam mengubah masyarakat. Kedua, aturan-aturan yang dapat berubah karena perubahan situasi dan kondisi, termasuk di dalamnya hasil ijtihad para ulama, meskipun tidak seluruhnya. Fiqh siyasah dusturiyah dapat terbagi kepada: 3 1. Bidang siyasah tasyri‟iyah, termasuk dalam persolan ahlu hali wal aqdi, perwakilan persoaln rakyat. Hubungan muslimin dan non muslim di dalam satu negara, seperti Undang-Undang Dasar, Undang-undang, Peraturan Pelaksanaan, Peraturan daerah, dan sebagainya. 2. Bidang siyasah tanfidiyah, termasuk di dalamnya persoalan imamah, persoalan bai‟ah, wizarah, waliy al-ahadi, dan lain-lain 3. Bidang siyasah qadlaiyah, termasuk di dalamnya masalah-masalah peradilan 4. Bidang siyasah idariyah, termasuk di dalamnya masalah-masalah administratif dan kepegawaian. 3 Ibid., hlm. 48