Peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bambu Apus dalam penanggulangan perjudian di Dusun Empat Desa Bambu Apus Pamulang

(1)

PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) BAMBU APUS

DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI DUSUN EMPAT

DESA BAMBU APUS PAMULANG

Oleh : NAHYADI NIM : 209805100075

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2005 M/1426 H


(2)

PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) BAMBU APUS

DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI DUSUN EMPAT

DESA BAMBU APUS PAMULANG

Oleh : NAHYADI NIM : 209805100075

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2005 M/1426 H


(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) BAMBU APUS

DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN

DI DUSUN EMPAT DESA BAMBU APUS PAMULANG

Skripsi ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Perkuliahan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam Pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh: NAHYADI NIM : 209805100075

Dibawah bimbingan

Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum

NIP. 150 244 766

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2005 M/1426 H


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang gunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia manerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 13 Agustus 2005


(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang Maha Rahman dan Rahim, yang telah mencurahkan rahmat, hidayah serta taufiq-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan tabi’it tabi’in.

Penulisan skripsi ini bukanlah hal yang mudah, sebab memerluksan persiapan yang matang, baik fisik maupun mental spiritual serta materi, namun niat dengan iringan doa serta semangat yang tinggi, dan juga dengan bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Murodi, MA, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta,.


(6)

2. Bapak Dr. Arif Subhan, M.Ag. selaku pembantu Dekan I, Drs. H. Mahmud Djalal, MA. Selaku pembantu Dekan II, serta bapak Drs. Study Rizal LK, M.Ag. selaku pembantu Dekan III Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

3. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum dan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA., selaku Koordinator Teknis dan Sekretaris Program Non Reguler Fakultas Dakwah dan Komunikasi jurusan komunikasi penyiaran Islam(KPI).

4. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M.Hum, selaku pembimbing yang telah tulus ikhlas dalam mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran serta petunjuk dan pengarahannya untuk membimbing penulis.

5. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis dari awal masuk hingga selesainya penulisan skripsi ini..

6. Bapak Drs. H. Rohmani Rasyid selaku Ketua majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus Pamulang yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini.

7. Ayahanda H. Rohmat dan Ibunda Hj. Ropinah yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materiil serta doanya.

8. Istri tercinta Lenih, dan ananda tersayang Nadhira Khalifatun nisa dan Raudhatun Na’im Az-Zahra, Kakak-kakak dan adik-adik tersayang yang telah memberikan dorongan dan nasehat kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. 9. Staf perpustakaan utama dan perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang


(7)

vii

10.Seluruh teman-teman tercinta, terutama Nurochman, Zuhri, Entom Rustam, Suharjo, Fathoni, Ibu Rahawati Wahab, Ibu Mardiati, dan adik-adik terutama Fahrul Roji, Lisna dan lain-lain yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allah SWT. Jugalah semua ini penulis serahkan, semoga Allah SWT memberikan balasan dengan rahman dan rahim-Nya. Amin.

Pamulang, 13 Agutus 2005 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4

D. Metodologi Penelitian 4

E. Sistematika Penulisan 6

BAB II. LANDASAN TEORITIS

A. Pandangan masyarakat terhadap perjudian 8 B. Peranan MUI dalam penanggulangan perjudian 10

C. Penanggulangan Perjudian 14

D. Pengertian Perjudian dan bentuk-bentuknya 15

BAB III. GAMBARAN UMUM MUI DAN MASYARAKAT BAMBU APUS PAMULANG

A. Latar Belakang Berdirinya Majelis Ulama Indonesia

dan Struktur Organisasi 22


(9)

ix

C. Gambaran Umum Masyarakat Bambu Apus Pamulang 26

BAB IV. PERANAN MUI DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN

A. Dakwah MUI Terhadap Perjudian 29

B. Efektivitas Dakwah Dalam Menanggulangi Perjudian 47

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan 66

B. Saran-saran 67


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan dalam bidang IPTEK dan tuntutan pembangunan yang telah menyentuh seluruh aspek kehidupan, disamping membawa berbagai kemudahan dan kebahagiaan namun juga menimbulkan sejumlah perilaku dan persoalan-persoalan baru. Cukup banyak persoalan yang beberapa waktu lalu tidak pernah dikenal, bahkan tidak pernah terbayangkan, kini hal itu menjadi kenyataaan. Salah satunya adalah masalah perjudian yang kian merajalela sampai kepedesaan.

Di sisi lain, kesadaran beragama umat islam di bumi nusantara ini semakin tumbuh subur. Oleh karena itu, sudah merupakan kewajaran dan keniscayaan jika setiap timbul permasalahan baru, umat mendapatkan jawaban yang tepat dari ajaran islam.

Telah terjadi kesadaran bersama bahwa membiarkan persoalan tanpa ada jawaban dan membiarkan umat dalam kebingungan yang tidak dapat dibenarkan, baik secara I’tiqodi maupun secara Syar’i. Oleh karena itu, para alim ulama dituntut untuk segera mampu memberikan jawaban dan berupaya menghilangkan kehausan umat akan kepastian ajaran islam berkenaan dengan persoalan yang mereka hadapi.

Demikian juga segala hal yang dapat menghambat proses pemberian jawaban (Fatwa) sudah seharusnya segera dapat diatasi. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:


(11)

xi

!"#$% &

'

()

*+,-.

'

/

(

01 2)

%*34"567

,

8

'

4 9 :

'

"

; 1 :

(=

>

=

?@%)

A

32CD E

F,G-HIJK L396= &

M

HIJK L396= & ,

NO H( 9 D=

P QR

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati (QS Al-Baqarah: 159)

Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang merupakan wadah musyawarah para ulama, Zu’ama, dan Cendikiawan muslim serta menjadi pengayom bagi seluruh muslim Indonesia adalah lembaga paling kompeten bagi pemecahan dan menjawab setiap masalah sosial keagamaan yang senantiasa timbul dan dihadapi masyarakat serta telah mendapat kepercayaan penuh, baik dari masyarakat maupun dari pemerintah.1

Dalam menghadapi problematika masyarakat, MUI dapat dituntut ketegasan dan kejelasannya supaya, khususnya penanggulangan perjudian yang telah merajalela kepedesaan. Oleh karena itu penulis tertarik dan ingin menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah dengan judul “PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) BAMBU APUS DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI DUSUN EMPAT DESA BAMBU APUS PAMULANG”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1

Din Syamsudin, et.al, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majlis Ulama Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2001) No. Keputusan-085/MUI/III h. 177-178


(12)

1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahannya pada:

a. Peranan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Desa Bambu Apus Pamulang terhadap masyarakat dalam menanggulangi perjudian

b. Pengaruh perjudian terhadap masyarakat Bambu Apus Pamulang dalam segi ekonomi, perilaku sosial, dan peningkatan sikap keagamaan.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas, karena keterbatasan waktu dan pengetahuan serta luasnya cakupan penelitian ini. Maka permasalahan pokok dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan MUI dalam penanggulangan perjudian di desa Bambu Apus Pamulang?

2. Bagaimanakah metode dakwah MUI dalam penanggulangan perjudian di desa Bambu Apus Pamulang?

3. Materi apa yang diberikan oleh MUI dalam penanggulangan perjudian di desa Bambu Apus Pamulang?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini dikemukakan beberapa tujuan yang hendak dicapai, antara lain:

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang kegiatan Majelis Ulama Indonesia dalam menanggulangi perjudian di desa Bambu Apus Pamulang.


(13)

xiii

2. Untuk memperoleh informasi dan data yang lengkap tentang dakwah Majelis Ulama Indonesia dalam masalah perjudian

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan MUI, pihak kelurahan atau lembaga masyarakat dalam menanggulangi perjudian

Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain:

1. Sebagai perbandingan atau pedoman dalam melaksanakan dakwah Islam ditempat lain;

2. Sebagai Bahan Acuan MUI, pihak kelurahan dan lembaga masyarakat untuk membuat rancangan materi dakwah yang cocok terhadap objek yang lain.

D. Metodologi Penelitian

Penelitianskripsi ini menggunakan pendekatan Deskripsi analisis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan, maka penulis menggunakan beberapa teknik antara lain:

a. Wawancara

Penulis melakukan wawancara dengan ketua MUI Desa Bambu Apus Pamulang


(14)

Penulis terjun langsung kelapangan guna mendapatkan data yang lebih akurat sebagai bahan penelitian

c. Angket

Penulis menyebarkan angket kepada para responden tentang masalah yang diteliti.

2. Populasi dan Sampel

Sampel merupakan perwakilan dari populasi. Populasi adalah jumlah keseluruhan unit sampel yang akan diteliti. Dari jumlah lima kepala dusun (Kadus) yang ada di Desa Bambu Apus Pamulang, namun tidak semua kadus yang diteliti, penulis hanya memfokuskan pada kadus empat yang terdiri dari delapan RT.

Penulis memperoleh data mengenai jumlah keseluruhan masyarakat yang ada di Desa Bambu Apus Pamulang adalah 11.972 jiwa terbagi dalam 5 (lima) kadus atau kepala dusun, sedangkan yang penulis teliti adalah kadus 4 (empat) yang terdiri dari 8 (delapan) RT yang jumlahnya 5.013 jiwa, sedangkan yang bermain judi adalah 100 orang. Sampel akan diberikan sebanyak 60 orang dari dari 8 (delapan) RT.

3. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Desa Bambu Apus Pamulang, Kecamatan Pamulang, Kab. Tangerang


(15)

xv

Penelitian ini dilaksanakan sejak sabtu, 15 Mei 2004 – Minggu, 15 Agustus 2004

4. Teknik Analisa Data

Analisis data merupakan proses penjelasan data untuk mempermudah dianalisa dan di interpretasikannya data. Dalam pengolahan dan menganalisa data tersebut dilakukan dua cara, yaitu:

a. Tabulasi data (data disusun secara rinci kedalam tabel frekuensi) b. Rumus

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang masing-masing bab mencakup isi sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORITIS

Meliputi: Pandangan masyarakat terhadap perjudian, Peranan MUI dalam penanggulangan perjudian, Penanggulangan Perjudian, Pengertian Perjudian dan bentuk-bentuknya.

BAB III. GAMBARAN UMUM MUI DAN MASYARAKAT BAMBU APUS PAMULANG, meliputi: Latar Belakang Berdirinya Majelis Ulama


(16)

Indonesia dan Struktur Organisasi, Program, Visi dan Misi MUI Bambu Apus Pamulang, Gambaran Umum Masyarakat Bambu Apus Pamulang. BAB IV. PERANAN MUI DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN,

meliputi: Dakwah MUI Terhadap Perjudian, Efektivitas Dakwah Dalam Menanggulangi Perjudian


(17)

xvii

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pandangan Masyarakat Terhadap Perjudian

Pengertian pandangan menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah hasil perbuatan memandang (memperhatikan, melihat dsb)2. Jadi pandangan masyarakat adalah pengetahuan yang didapat oleh masyarakat setelah memperhatikan sesuatu baik dengan melihat, mendengar maupun dengan merasakannya.

Tanggapan masyarakat berbeda-beda terhadap praktek perjudian itu. Ada yang menolak sama sekali: yaitu menganggap perjudian ini sebagai perbuatan seram dan dosa serta haram sifatnya. Namun ada pula yang menerimanya, bahkan menganjurkannya sebagai sumber penghasilan inkonvensional. Sedangkan orang lain bersikap netral saja. Bagi para penganut agama Kristen, khususnya bagi kaum puritan, perjudian adalah barang larangan. Sebab penghasilan yang halal itu bukanlah hasil dari pertaruhan, akan tetapi harus merupakan jerih payah dalam usaha kita membesarkan keagungan Tuhan. Agama Islam juga melarang perjudian, perbuatan judi dan pertaruhan dianggap sebagai dosa atau perbuatan haram. Judi merupakan bujukan syaitan untuk tidak mentaati perintah Allah SWT karena itu sifatnya jahat dan merusak.

Pekerjaan judi atau bermain judi menurut norma jawa digolongkan dalam aktifitas 5-M diantaranya: minum-minuman keras dan mabuk-mabukan, madon, bermain dengan wanita pelacur, maling, mencuri, madat, minumcandu, bahan narkotik, ganja

2

Departeman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta: 2001), ed.3, cet.1, h.821


(18)

dan lain-lain. Serta judi berbotohan, berjudi dan bertaruh sebab, berjudi itu membuat orang menjadi malas, tidak mengenal rasa malu, berkulit dan bermuka tebal. Jika modalnya habis, ia menjadi kalap, lalu sampai hati merampas hak milik orang lain, merampok atau mencuri, harta kekayaan warisan, bahkan juga anak dan istrinya habis dipertaruhkan di meja judi. Sebaliknya apabila ia menang berjudi, hatinya merasa senang. Sifatnya sangat royal, boros, tanpa pikir, suka akan wanita pelacur, dan lupa daratan. Pola berjudi itu mendorong orang untuk selalu menyebut kemenangan, dan menjadikan dirinya serakah serta gila kemenangan. Namun akibatnya, ia justru menderita banyak kekalahan. Berjudi itu bisa merangsang orang untuk berbuat kriminal diantaranya mencuri, merampok, merampas, korupsi menggelapkan kas negaradan lain-lain.

Sebagian masyarakat berpendapat bahwa perjudian akan dapat menghasilkan keuntungan besar dalam waktu pendek dengan cara yang mudah dan perjudian itu dianggap sebagai peristiwa biasa sehingga orang bersikap acuh-tak acuh terhadapnya.

Banyak orang modern menganggap perjudian sebagai satu rekreasi yang netral, dan tidak mengandung unsur dosa. Lagipula perjudian bisa menumbuhkan kegairahan dan harapan-harapan. Disamping itu perjudian dan usaha-usaha kasino bisa dijadikan sumber keuangan bagi oknum, organisasi atau partai politik dan pemerintah daerah.

Tanggapan masyarakat pejudi di desa Bambu Apus pamulang terhadap praktek perjudian itu adalah sebagian ada yang mengatakan bahwa perjudian itu haram, dan sebagian lagi tidak tahu hukumnya perjudian tersebut karena mereka jauh dari agamanya. Perjudian akan dapat menghasilkan keuntungan yang besar dalam waktu


(19)

xix

yang pendek dengan cara yang mudah dan ia beranggapan bahwa perjudian merupakan suatu hal-hal yang biasa-biasa saja. Padahal agama islam melarangnya, dan mereka juga beranggapan bahwa perjudian itu dapat menunjang mata pencahariannya atau usahanya. Padahal kalau kita mengerti bahwa usah diiringi dengan perjudian maka tidak akan berkah dan maju usaha kita malah bisa habis.

B. Peranan MUI Dalam Penanggulangan Perjudian

Peranan dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa3. Jadi peranan MUI adalah tindakan yang dilakukan oleh MUI.

Islam adalah sebuah agama yang diturunkan oleh Allah sekitar 14 abad yang lalu sebagai “Rahmatan Lil’alamin” yang mempunyai misi khusus yaitu menyelamatkan manusia dari zaman kegelapan (jahiliyah) menuju zaman pencerahan (Islamiyah). Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Anbiya ayat 107:

' ,

NS

T;6=3UVW,-XY

(Z

[ 3W

N\] !^= 396= _

P

`R

Artinya: Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta Alam. (QS Al-Anbiya: 107)

Mengajak kejalan Allah adalah wajib hukumnya. Keberhasilan ajakannya mencerminkan prospek kelestarian dan pengembangan Islam di masa mendatang.

3Ibid.


(20)

Sebab maju mundurnya suatu agam terletak ditangan penganut-penganutnya. Sebagamana Firman Allah dalam surat Al-Imran ayat 104:

a% #)

,

VIa%; 0'

bZ

'G-HH[4 &

>^c

dV E&)e

,H H'6F & ,

@

,H

9Z+6f

:

V 3g ( & ,

H

h E%; !)

i

32CD E

F,G- ,

HI9j

NO E =)k !)

P

R

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

(QS Al-Imron: 104).

:

ی

:

! ﻡ

"! ﻡ

#" $ %

#

,

& %

' ()*ی

ﻥ * ,%

,

& %

' ()*ی

, ,%

- .

/

& ی0

(

#

*ﻡ

)

Artinya: Dari Abu Said Alkhudry ra. Berkata: Saya telah mendengar Rasullah Saw. Bersabda: siapa diantara kamu melihat mungkar, harus merubah dengan tangannya, bila tidak dapat maka dengan mulut (lisannya), apabila tidak dapat maka dengan hatinya, dan ini selemah-lemahnya iman (HR. Muslim) 4

"

1

2

:

ی

:

! 3

4

! 3

5*ﻡ

)

(

#

*ﻡ

)

Artinya: Ibnu umar ra. Berkata: Saya telah mendengar Rasullah Saw. Bersabda: kamu kalian adalah pemimpin, dan kamu akan ditanya tentang kepemimpinanmu (HR Bukhari dan Muslim)5

Menurut Din Syamsuddin dalam bukunya “Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI)” harus mempunyai peran utama diantaranya:

1. Sebagai Pewaris Tugas Para Nabi (Warasatul Anbiya)

4

Salim Bahreisy, Terjemah Riyadhus Shalihin, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1997), Cet.ke-12, jilid 1, h.190

5Ibid,


(21)

xxi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi, yaitu menyebarkan agama Islam serta memperjuangkan terwujudnya suatu kehidupan sehari-hari dengan arif dan bijaksana yang berdasarkan Islam serta memperjuangkan perubahan kehidupan agar berjalan sesuai dengan ajaran Islam walau menerima kritikan, tekanan dan ancaman.

2. Sebagai Pemberi Fatwa.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pemberi fatwa bagi umat Islam baik diminta maupun tidak diminta. Contohnya memberi fatwa seperti aliran paham, pemikiran serta organisasi keagamaannya.

3. Sebagai Pembimbing dan Pelayanan Umat (Ri’ayat Wa Khadim al-Ummah) Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pelayanan umat (Khadim al-Ummah), yaitu melayani umat Islam dan masyarakat luas dalam memenuhi harapan, aspirasi, dan tuntutan, Majelis Ulama Indonesia harus senantiasa berikhtiar memenuhi permintaan umat Islam baik secara langsung maupun tidak langsung. Serta MUI harus selalu berusaha tampil dalam membela dan memperjuangkan aspirasi umat Islam dan masyarakat luas.

4. Sebagai Gerakan Islam Wal-Tajdid

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pelopor Islam yaitu gerakan pembaharuan pemikiran Islam, maka MUI harus menempuh


(22)

dengan jalan tajdid yaitu gerakan pembaharuan Islam, jalan taufiq (kompromi) dan tarjih (mencari hukum yang lebih kuat)

5. Sebagai Penegak Amar Ma’ruf dan Nahyi Munkar

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai wahana penegakan amar ma’ruf nahyi munkar, yaitu dengan menegaskan kebenaran. Sebagai kebenaran dan kebaikan kebenaran dan kebatilan. Sebagai kebatilan dengan penuh hikmah dan istiqomah. Oleh sebab itu MUI dalam menjalankan fungsinya harus tampil dibarisan terdepan sebagai kekuatan moral (Moral force).

C. Penanggulangan Perjudian

Menurut Kartini Kartono dalam bukunya “Patologi Sosial dalam menanggulangi masalah perjudian” yaitu:

1. Mengadakan perbaikan ekonomi nasional secara menyeluruh 2. Menyediakan tempat-tempat hiburan dan rekreasi yang sehat

3. Larangan Praktek judi, disertai tindakan-tindakan preventif dan Funitif (hukuman dan sanksi)

4. Adanya keseimbangan antara budget dipusat dan didaerah-daerah propinsi.

5. mengurangi jumlah judi buntut, dengan jalan menurunkan nilai hadiah tertinggi dari macam-macam lotre yang resmi


(23)

xxiii

6. menambah jumlah hadiah-hadiah hiburan dan lainnya yang lebih banyak.6

D. Pengertian Perjudian dan Bentuk-bentuknya 1. Pengertian Perjudian

Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produksi dari kemajuan teknologi, mekanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Dengan demikian, adaptasi / penyesuaian diri terhadap masyarakat modern yang hiper kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengatakan adaptasi menyebabkan kebingungan, kecemasan dan konflik-konflik, baik yang terbuka yang eksternal sifatnya, maupun yang tersembunyi dan internal dalam batin tersendiri sehingga banyak orang yang mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umur dengan jalan berbuat semau sendiri demi keuntungan dan kepentingan pribadi. Kemudian mengganggu dan merugikan pihak lain.

Menurut bahasa patologi berasal dari kata phatos dan logos. Phatos ialah penderitaaan / penyakit, sedangkan logos adalah ilmu. Jadi patologi adalah ilmu tentang penyakit, dan patologi sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala sosial yang dianggap “sakit” disebabkan oleh faktor-faktor sosial.7

Jadi patologi sasial adalah ilmu tentang “penyakit masyarakat”. Maka, penyakit masyarakat atau sosial itu adalah segenap tingkah laku manusia yang

6

Kartini kartono, Potologi Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1988), h. 84-85

7


(24)

dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum dan adat istiadat atau tidak terintegrasi dengan tingkah laku umum.8

Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, para sosiolog mendefinisikan patologi sosial sebagai: semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal.

Sedangkan menurut Dr. Saparinah Sadli, pelaku penyimpangan yaitu tingkah laku yang dinilai sebagai menyimpang dari aturan-aturan normatif9.

Perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa-peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak / belum tentu pasti hasilnya.

Menurut Undang-undang Hukum Pidana Pasal 303 ayat 3, perjudian adalah main judi berarti tiap-tiap permainan yang kemungkinannya akan menang pada umumnya, tergantung pada untung-untungan saja, juga kalau kemungkinan bertambah besar karena pemain lebih pandai atau lebih cakap. Main judi juga mengandung segala pertaruhan tentang suatu perlombaan atau permainan lain

8Ibid

, h. 5

9

Saparinah Sadli, Persepsi social mengenai Perilaku Menyimpang, ( Jakarta: Bulan bintang, 1976), h. 16


(25)

xxv

yang tidak diadakan oleh mereka yang turut berlomba atau main itu, demikian juga segala peraturan lainnya.10

Doli mutiara dalam tafsir KUHP perjudian Adalah permainan judi ini harus diartikan dengan arti yang luas juga termasuk segala pertaruhan tentang kalah menangnya suatu pacuan kuda atau lain-lain pertandingan, antara segala pertaruhan dalam perlombaan-perlombaan ajang diadakan antara 2 orang yang tidak ikut sendiri dalam perlombaan-perlombaan itu, misalnya totalisator dan lain-lain.11

Dalam Al-Qur’an, selain Al-Maisir (judi yang mencakup makna umum), Allah juga menyebutkan al-Ahzam. Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitab tafsir al-Qur’an dan al-Ahzam adalah anak panah yang tidak mempunyai bulu. Biasanya orang arab jahiliyah menggunakannya untuk menetukan apakah mereka mau melakukan sesuatu atau tidak. Dengan cara mengambil tiga anak panah yang masing-masing ditulis “lakukanlah”, “jangan melakukan”, dan dan anak panah ketiga tidak ditulis apa-apa. Ketiga aanak panah itu diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam ka’bah. Jika hendak melakukan sesuatu, mereka meminta kepada penjaga ka’bah untuk mengambilnya salah satu anak panah tersebut. Selanjutnya tindakan mereka sesuai dengan apa yang tertulis di

10

Buku Kitab Undang-undang Pidana Untuk Indonesia, h. 1433

11


(26)

anak panah, “melakukan atau tidak”, jika yang diambilnya ternyata yang tidak bertuliskan apa-apa, maka mereka mengulanginya sekali lagi.12

Menurut Bahrun Abu Bakar dalam bukunya yang berjudul “Khutbah Jum’at Masjidil Haram”. Permainan meisir atau judi adalah semua jenis permainan yang melibatkan dua orang atau lebih, hingga pada akhirnya salah seorang diantara mereka mengalami kerugian harta, karena menderita kekalahan dari partner bisnisnya, baik permainan dadu, catur, kartu, adu jago, dan lain sebagainya yang memakai taruhan.13

Menurut Prof. H. Bustami A. Gani, dalam bukunya “al-Qur’an dan Tafsir dan judi” adalah semua permainan yang mengadakan pertaruhan, yang kalah harus membayar kepada yang menang baik berupa uang, barang-barang dan lain-lainnya.14

Dari berbagai defenisi yang telah dikemukakan, akhirnya penulis berkesimpulan bahwa pengertian perjudian adalah segala dan semua bentuk permainan yang dilakukan dua orang atau lebih yang mengandung unsur taruhan bersifat spekulatif atau untung-untungan serta salah satu dari mereka dirugikan baik harta, uang, barang-barang, maupun yang lainnya.

2. Bentuk-Bentuk Perjudian

12

Hepi Andi, “Majalah Sabili”, No 26. th VIII 20 Juni 2001 / 28 Rabiul Awal 1422, h 21- 22

13

Syaikh Abdullah Ibnu Muhammad al-Khulaify, Khutbah Jum’at Majelis Haram, (Jeddah: Penerbit Darul Ishfahan, 1991), h. 147-148

14

Bustanmi A Gani, et.al., Aalq dan Tafsirnya Depag RI, (Jakarta: CV. Darma Pala, 1997/1998), Jilid I, Juz: 1-2-3, h. 389


(27)

xxvii

Permainan judi (maisir) adalah jenis permainan yang sangat terkenal di zaman jahiliyah sebelum Islam datang memberantasnya dan beribu-ribu tahun yang lalu. Sejak dikenalnya sejarah manusia. Pertama-tama seperti permainan lama-lama mengandung unsur perjudian secara kecil-kecilan. Misalnya permainan kelereng barang siapa yang menang mendapatkan hadiah segempal gundu. Dan permainan lainnya akan mendapat hadiah berupa digendong oleh temannya melintasi halaman. Orang bertaruh uang pada permainan kartu. Bermacam-macam bentuk permainan anak-anak yang mengandung unsur perjudian secara kecil-kecilan. Karena di dalamnya ada unsur pertaruhan. Orang dewasa pun memiliki bermacam-macam permainan dari mulai permainan dadu, kartu, sampai sport, game dan lain sebagainya.

Dalam bentuk yang paling sederhana, spekulasi ini berupa perbuatan membeli atau menjual barang dagangan, benda-benda jaminan, dan hak-hak tertentu, dengan pengharapan mendapatkan laba sebesar-besarnya atas dasar untung-untungan yang membuta, disertai pengharapan bursa pasaran bisa berubah menguntungkan dirinya.

Macam-macam lotre (nalo, lotto, lotre, buntut dan lain-lain). Casino-casino, petak sembilan di Jakarta, sariempat di Bandung, Toto(totalisator) greyhound di Jakarta, undian harapan yang sudah berubah menjadi undian social berhadiah di Solo, sampul danau toba di Medan, sampul sumber harapan di Jakarta.

Tekpo ialah permainan dengan kartu domino, barang siapa mendapatkan angka terbesar, dialah pemenangnya. Obei biasanya dilakukan di pasar, atau


(28)

tempat ramai, permainan nger dilakukan dengan kartu domino, yaitu diambil nomor-nomor kembar saja, yaitu 0-0, 1-1, 3-3, 6-6 dan lain-lain. Obat adalah permainan dengan kartu dengan kartu domino pula. Pengikutnya ada banyak, setiap orang manya mendapat dua helai kartu. Yang mendapat jumlah angka terbesar, dialah yang menang.

Dadu-gledug biasanya dimainkan ditepi pasar dimainkan, atau dekat dengan tempat suatu perayaan, gledug = jatuh terlentang sebabnya ialah bila permainan kalah, mungkin dia bisa ngglebag jatuh pingsan/klenger, terlentang tidak ingat diri. Dokding adalah permainan dengan dadu yang mukanya diberi gambar-gambar binatang. Misalnya gambar-gambar kucing, babi, ular, katak, kera, dan lain-lain. Dadu tersebut bermuka 6 atau 8. rang memasang pada kolom gambar binatang dari kertas atau karton, yang digelar diatas tanah. Dadunya kemudian dikopyok, atau dilempar ke udara, permainan kletekan dan silitan dan atau pantatan.

Perjudian juga digolongkan dalam aktifitas 5-M yaitu: 1. Minum-minuman keras dan mabuk-mabukan 2. Madon, bermain dengan wanita pelacur 3. Maling, mencuri

4. Madat, minum candu, bahan narkotika, ganja, dan lain-lain 5. main judi berbotohan berjudi dan bertaruh.

Sedang kentuk perjudian yang ada di desa Bambu Apus pamulang adalah domino atau gaple, remi, togel, naga emas, cekih. Didalam permainan domino atau gaple ada yang namanya murni, empat dobel dan lain sebagainya. Di


(29)

xxix

dalam remi ada namanya sanggong, capsah dan lain-lain. Di dalam rolet ada nomor-nomor lalu diputar siapa yang memasang pada nomor yang di tuju maka ia menang, contohnya ia memasang 5 dan rolet tersebut berhenti pada nomor 5 maka ia menang, cekih bentuk permainannya kalong, bebek, burung dan lain-lain. Di dalam togel dan naga emas untuk memecahkan perjudian tersebut maka ia berpedoman pada tafsir 1001 mimpi yang gunanya untuk memecahkan mimpi kita. Kalau kita memasang togel 4 angka 1000.00 maka kalau kena akan mendapat 2.000.000.00 sedangkan kalau naga emas 2 angka 1000.00 maka kalau kena akan menjadi 25.000.00.


(30)

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) BAMBU APUS PAMULANG

A. Latar Belakang Majelis Ulama Indonesia dan Struktur Oragnisasi MUI Desa Bambu Apus Pamulang.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) desa Bambu Apus Pamulang Tangerang berdiri pada tanggal 27 Agustus 2003, yang dirintis oleh MUI, Kecamatan Pamulang yang terdiri dari Bapak KH. Saidih, S.Ag, Drs. HM. Idris Elby, MH dan H. Dadang Syarif.

Latar belakang didirikannya Majelis Ulama Indonesia (MUI) baik kecamatan ataupun di desa pada hakikatnya melaksanakan Amar Ma’ruf Nahyi Munkar. Majelis Ulama Indonesia (MUI) baik yang ada didesa, kecamatan maupun pusat harus menyadari dirinya sebagai pewaris tugas-tugas para nabi (warasatul Anbiya) hubungan timbal balik yang saling memerlukan antara Islam dan Negara Indonesia, umat Islam harus mempunyai peran dan tanggung jawab terhadap kemajuan dan kejayaan Indonesia dan mewujudkan masyarakat Indonesia baru, yang tidak lain adalah masyarakat madani (khair al-ummah), sebagai penasehat tertinggi di bidang keagamaan, sebagai sarana komunikasi antara umat Islam, sebagai wadah silaturrahmi dan pertemuan antara para ulama, zuama dan cendikiawan muslim dalam membicarakan permasalahan umat.


(31)

xxxi

Menurut Din Syamsuddin dalam bukunya “Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI)” harus mempunyai peran utama diantaranya:

6. Sebagai Pewaris Tugas Para Nabi (Warasatul Anbiya)

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi, yaitu menyebarkan agama Islam serta memperjuangkan terwujudnya suatu kehidupan sehari-hari dengan arif dan bijaksana yang berdasarkan Islam serta memperjuangkan perubahan kehidupan agar berjalan sesuai dengan ajaran Islam walau menerima kritikan, tekanan dan ancaman.

7. Sebagai Pemberi Fatwa.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pemberi fatwa bagi umat Islam baik diminta maupun tidak diminta. Contohnya memberi fatwa seperti aliran paham, pemikiran serta organisasi keagamaannya.

8. Sebagai Pembimbing dan Pelayanan Umat (Ri’ayat Wa Khadim al-Ummah) Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pelayanan umat (Khadim al-Ummah), yaitu melayani umat Islam dan masyarakat luas dalam memenuhi harapan, aspirasi, dan tuntutan, Majelis Ulama Indonesia harus senantiasa berikhtiar memenuhi permintaan umat Islam baik secara langsung maupun tidak langsung. Serta MUI harus selalu berusaha tampil dalam membela dan memperjuangkan aspirasi umat Islam dan masyarakat luas.


(32)

9. Sebagai Gerakan Islam Wal-Tajdid

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai pelopor Islam yaitu gerakan pembaharuan pemikiran Islam, maka MUI harus menempuh dangan jalan tajdid yaitu gerakan pembaharuan Islam, jalan taufiq (kompromi) dan tarjih (mencari hukum yang lebih kuat)

10.Sebagai Penegak Amar Ma’ruf dan Nahyi Munkar

Majelis Ulama Indonesia (MUI) berperan sebagai wahana penegakan amar ma’ruf nahyi munkar, yaitu dengan menegaskan kebenaran. Sebagai kebenaran dan kebaikan kebenaran dan kebatilan. Sebagai kebatilan denganpenuh hikmah dan istiqomah. Oleh sebab itu MUI dalam menjalankan fungsinya harus tampil dibarisan terdepan sebagai kekuatan moral (Moral force)

Struktur organisasi Majelis Ulama Indonesia (MUI) bambu Apus Pamulang Tangerang terdiri dari penasehat yaitu bapak Syamsuddin Noor S.Pd.I, Drs. Ahmad Ikhsan, Pimpinan Ketua Bapak Drs. Rohmani Rasyid, Sekretaris Ridwan, Bendahara Drs. Abdul Jabbar, dan anggota-anggotanya terdiri dari bapak, H. Abdul karim Sobari, Ir. H. Siswayudo, Drs. Abdul Malik, H. Na’ali Ilyas, H. Djundi Kaif dan H.M. Tarwa.15

B. Program, Visi dan Misi MUI desa Bambu Apus Pamulang

15

Dokumentais Majelis Ulama Indonesia (MUI) desa Bambu apus Pamulang


(33)

xxxiii

Program Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bambu Apus Pamulang meliputi: 1. Mengadakan Tarling ke masjid-masjid yang ada di desa Bambu Apus 2. Halal-bihalal Idul Fitri

3. Menjalin kerjasama dengan ta’mir masjid menghadapi hari-hari besar Islam 4. Mengadakan kunjungan silaturahmi bulanan ke masjid-masjid

5. Pelatihan Khotib sedesa Bambu Apus 6. Menghimbau Agar tidak Bertakbir keliling

7. Kunjungan silaturahmi ke moshola-mushola yang ada di tingkat RW Bambu Apus Pamulang

Visi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bambu Apus Pamulang Meliputi:

a. Terciptanya kondisi kehidupan Masyarakat, kebangsaan dan kenegaraaan yang baik.

b. Terciptanya kejayaan Islam dan Umat Islam

c. Mewujudkan Islam yang penuh Rahmat (Rahmatan Lil ‘alamin) Misi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bambu Apus Pamulang Meliputi: 1. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan Islam secara Efektif 2. Membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah 3. Menjalankan Syariah Islamiyah


(34)

4. Menjadikan ulama sebagai panutan dalam mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyarakat yang khair al-ummah.16

C. Gambaran Umum Masyarakat Bambu Apus Pamulang

Masyarakat adalah satu kesatuan yang utuh, terdiri dari beberapa individu yang hidup disuatu wilayah atau daerah tertentu. Masyarakat dikelola dan diperintah oleh pemerintahan suatu Negara, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat tersebut merupakan bagian dari pada suatu Negara. Sebab sesuatu dapat disebut Negara apabila didalamnya memiliki suatu wilayah. Pemerintah dari masyarakat (rakyat). Dengan kata lain masyarakat merupakan sub sistem Negara, dimana antara system yang satu dengan yang lain selalu berhubungan, mempengaruhi dan selalu melengkapi dalam usaha mencapai tujuannya.

Batas wilayah desa Bambu Apus Pamulang terdiri dari sebelah utara Sarua Indah, sebelah selatan pamulang Barat, sebelah barat benda baru dan sebelah timur Kedaung.

Jumlah keseluruhan penduduk desa Bambu Apus Pamulang adalah 11.972 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 6.254 jiwa, dan perempuannya 5.718 jiwa.

Masyarakat desa masih sangat patuh terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya, masih adanya animisme dan dinamisme, diantaranya masih ada ancak dan sesajen ketika mengadakan resepsi seperti perkawinan, sunatan dan lain-lain.

16

Ridwan, Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pamulang, Wawancara Pribadi, Jakarta: 5 Juni 2004


(35)

xxxv

Ada pula yang masih percaya dengan benda-benda ghaib seperti pohon-pohon yang mengandung keramat contohnya yang terjadi di desa Bambu Apus.Pamulang. ada pohon asem berbentuk babi. Melihat hal tersebut lalu pengurus majelis Ulama Indonesia, aparat pemerintahan dan tokoh masyarakat mengantisipasi dan menghimbau kepada masyarakat agar tidak meminta-minta kepada pohon tersebut, karena perbuatan itu mengakibatkan kita musyrik kepada Allah SWT. Kalau hanya dijadikan tontonan tidak jadi masalah tetapi kalau hal tersebut dijadikan sebagai tuntunan mereka maka sangat berbahaya bagi umat Islam khususnya.

Masyarakat desa sebagian besar hidup dengan mata pencaharian bakulan (dagang kecil-kecilan), industri kecil, bekerja di pabrik-pabrik, ada yang merantau keluar kota untuk mengubah nasib dan meningkatkan ststus social dan status ekonomi, wiraswasta, swasta, petani.

Masyarakat pedesaan sangat cepat laju perkembangan di bidang pendidikan. Hal ini ditandai banyaknya warga masyarakat membanjiri dilembaga-lembaga pendidikan, terutama disekolah-sekolah dasar atau SD, SMP, SM dan perguruan tinggi bahkan ada yang sarjana.

Dibidang kesehatan masyarakat bukan hanya tergantung pada perdukunan saja (Magic) saja akan tetapi pemanfaatan rumah sakit, puskesmas dan sebagainya.

Kesenian dipedesaan nampaknya ada perkembangan. Artinya masyarakat sudah memiliki niat dan kebutuhan akan seni seperti halnya masyarakat kota,


(36)

seperti televise, video tape recorder, film, taman bunga dangdut, wayang golek, wayang kulit, dan sebagainya.

Masalah kebudayaannya tidak lagi menggantungkan dengan hsil ciptaannya saja, melainkan memanfaatkan hasil ciptaan bangsa lain misalnya diesel air, diesel listrik masuk desa kehidupan seni dan budaya makin bertambah maju.

Adat istiadat yang masih ada didesa Bambu Apus Pamulang yaitu masih adanya pendupaan dan kemenyan, adanya pengajian kubur atau makam, adanya 7 hari, 40 hari dan 100 hari yang dikhususkan kepada orang yang meninggal dunia.17

17


(37)

xxxvii

BAB IV

PERANAN MAJELIS ULAMA INDONESI (MUI) DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN

C. Dakwah MUI terhadap Perjudian

1. Sejarah berdirinya Majelis Ulama Indonesia di desa Bambu Apus Pamulang

Majelis Ulama Indonesia adalah suatu organisasi keagamaan dari segi ilmu dan amal yang disampaikan oleh orang yang dijadikan contoh dan panutan dalam bidang agama.

Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus pamulang berdiri pada hari Rabu, tanggal 27 Agustus 2003. Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus ini merupakan rintisan dari Majelis Ulama Indonesia kecamatan Pamulang yang di motori oleh K.H. Saidih S.Ag, Drs. H.M Idris Elby, MH, dan H. Dadang Syarif.

Adapun latar belakang didirikannya Majelis Ulama desa Bambu Apus ini Adalah:

a. Wadah penasehat tertinggi di bidang keagamaan yang memiliki peran strategis

b. Lembaga yang mewakili umat Islam Indonesia di desa Bambu Apus

c. Membantu pemerintah dalam memberikan pertimbangan-pertimbangan keagamaan dalam pelaksanaan pembangunan, sekaligus sebagai sarana komunikasi antara pemimpin dan umat Islam.


(38)

d. Wadah pertemuan dan silaturrahim para ulama dalam mewujudkan ukhuwah Islamiyah.

e. Wadah musyawarah bagi para ulama, pemimpin (zu’ama) dan cendikiawan muslim dalam membicarakan permasalahan umat.

Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus Pamulang mempunyai visi sebagai berikut:

a. Terciptanya kondisi kehidupan masyarakat dalam berbangsa dan bernegara yang baik

b. Terciptanya kejayaan Islam dan umatnya

c. Mewujudkan Islam yang penuh rahmat bagi seluruh alam.

Sedangkan yang menjadi misi Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus Pamulang adalah:

a. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan Islam secara efiktif b. Membina umat Islam dalam Menanamkan dan memupuk aqidah

Islamiyah

c. Menjadikan ulama sebagai panutan dalam mengembangkan akhlakul karimah agar terwujud masyarakat yang terbaik.

Dalam menjalankan visi dan misinya Majelis Ulama Indonesia mencanangkan beberapa program yang harus dijalankan, sebagai berikut: a. Mengadakan tabliq kemasjid-masjid yang terletak di desa Bambu Apus

Pamulang


(39)

xxxix

c. Menjamin kerjasama dengan pengurus (ta’mir) masjid dalam merayakan hari-hari besar Islam.

d. Mengadakan kunjungan silaturahmi bulanan kemasjid-masjid yang terletak di desa Bambu Apus Pamulang

e. Mengadakan pelantikan khotib sedesa Bambu Apus Pamulang f. Memberikan himbauan agar tidak bertakbir keliling pada 1 Syawal g. Mengadakan kunjungan silaturahmi ke mushola-mushola yang ada di

tingkat RW / RT yang ada di desa Bambu Apus Pamulang

h. Mengadakan majelis ta’lim bagi kaum bapak dan para remaja untuk menanggulangi perjudian dan minum-minuman keras

i. Mendirikan sarana olahraga, seperti bulu tangkis, sepakbola, volly dan lainnya.

Dalam keorganisasian Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus memiliki struktur sebagai berikut:

a. Penasehat : Syamsuddin Noor, S.PdI dan Drs. Ahmad Ikhsan b. Ketua : Drs. H. Rohmani Rasyid

c. Sekretaris : Ridwan

d. Bendahara : Drs. Abdul Jabbar

e. Anggota : H. Abdul Karim Sabari, Ir. Siswayudo, Drs. Abdul Malik, H. Naaly Ilyas, H. Djundi Khaif dan H. M. Tarwa


(40)

Khusus mengenai program penanggulangan perjudian dan minuman keras, Majelis ulama Indonesia desa Bambu Apus memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mengadakan komunikasi, pendekatan dan bimbingan kepada pihak RT, RW dan tokoh masyarakat

b. Memberikan seruan untuk meninggalkan perjudian.

Adapun metode yang digunakan dengan bil lisan (ucapan) dan bil hal (perbuatan), sedangkan meteri-materi yang diberikan antara lain Qur’an, al-hadist, dan fiqh sunnah.

Agar lebih efektifnya dakwah majelis Ulama Indonesia desa bambu Apus Pamulang bekerja sama dengan masyarakat, aparat pemerintah, para remaja dan pihak pemerintahan.18

2. Pengertian dakwah

Dakwah merupakan konsekuensi dari pernyataan Allah Swt, bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh alam), kedudukan dan fungsi agama Islam sebagai rahmatan lil alamin hanya dapat diwujudkan jika ajaran dan nilai-nilai Islam dapat disebarluaskan kepada seluruh umat manusia diseluruh penjuru dunia.19 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama dakwah dan tanpa dakwah Islam tidak akan tersebar keseluruh dunia.

18

Drs H. Rahmani Rasyid, Ketua Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus Pamulang,

Wawancara Pribadi, Pamulang 5 Juni 2004

19

Irfan Hielmy, Dakwah Bil Hikmah, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), cet I, h.1


(41)

xli

Untuk memahami dakwah, secara lughat dan bahasa dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu fi’il madhi, da’a, yad’u, da’watan yang artinya menyeru, memanggil, mengajak menjamu.20 Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi atau istilah, para ulama mempunyai beberapa definisi, sebagaimana yang dikutip oleh Amrullah Ahmad, yaitu antara lain:

Menurut Syed Quth, pengertian dakwah adalah ”mengajak atau menyeru olang lain, masuk kedalam sabilillah (jalan Allah) bukan untuk mengikuti da’i atau bukan pula untuk mengikuti sekelompok orang”. Ghulusy menjelaskan bahwa dakwah ialah ”pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi manusia supaya mengikuti Islam”, sedangkan shaqar membagi dakwah menjadi dua tataran, pertama dakwah fardiyah yaitu dakwah yang disampaikan kepada seseorang atau sekelompok kecil orang yang berjalan tanpa perencanaan yang sistematis, dan kedua dakwah ’Ammah, yaitu dakwah yang diarahkan kepada massa dengan tujuan mempengaruhi mereka. Pandangan yang terakhir ini dipertegas oleh Abu Zahrah yakni, bahwa dakwah dibedakan menjadi dua hal, pertama pelaksanaan dakwah perorangan, kedua adanya organisasi (sistem) dakwah untuk menunaikan fardhu kifayah.21

Dalam buku yang berjudul “komunikasi dakwah” karangan Toto Tasmara, pengertian dakwah secara terminologis atau istilah adalah:

20

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Yayasan Penyelenggaraan Penterjemah Penafsiran Al-Qur’an, (Jakarta: 1973, h. 127

21

Amrullah Ahmad, Dakwah Islam Sebagai Ilmu, Jurnal Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol 1, No.2, (1999), h.1-2


(42)

Menurut H. Endang S. Ashari, “dakwah dalam arti terbatas ialah menyampaikan Islam kepada manusia secara Lisan maupun tulisan atau secara lukisan”. Dakwah dalam arti luas adalah: “penjabaran, penterjemahan dan pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan penghidupan manusia (termasuk didalamnya politik, ekonomi, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kesenian, kekeluargaaan dan sebagainya).22

Menurut Thaha Yahya Omar, MA, definisi dakwah secara umum ialah: “Suatu ilmu pengetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan dan bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu idiologi, pendapat pekerjaan tertentu”.23

Sedangkan definisi dakwah Islam, menurut Thoha Yahya, “mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar, sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.24

Adapun yang tertuang didalam buku yang ditulis oleh Irfan Hielmy, dengan judul: “Dakwah Bil Hikmah”, ada beberapa definisi yang telah ditulis mengenai dakwah, antara lain:

Syekh Ali Mahfudz, dalam kitabnya “Hidayatul Murstidin” mengartikan dakwah sebagai, “mendorong manusia agar berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di

22

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Media Grafindo, 2000), Cet.2 h.31

23Ibid.

h. 32

24Ibid.


(43)

xliii

akhirat. Adam Abdulah al-Alusy dalam kitabnya“Tarikh al-Dakwah al-Islamiyah” mengartikan dakwah sebagai, mengarahkan pikiran dan akal manusia kepada suatu pemikiran atau akidah dan mendorong mereka untuk menganutnya. Muhammad Natsir dalam bukunya ’fungsi dakwah Islam dalam rangka perjuangan’, menyatakan bahwa dakwah adalah: “usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada konsepsi Islam, tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini meliputi amar ma’ruf nahi munkar, dengan akhlak dan membimbing pengamalannyadalam perikehidupan perseorangan, perikehidupan bernegara”. Salahudin Sanusi, mantan rektor IAIN Sunan Gunung Jati Bandung dan pendidikan Tinggi Dakwah Islam (PTDI), bersama para perwira tinggi ketiga angkatan dan polri. Pada tahun 60-an akhir sampai tahun 70-an, menyatakan bahwa definisi dakwah ialah: “mengajak suatu situasi kepada situasi yang lebih baik”.25

Dengan demikian, jelaslah bahwa dakwah pada hakekatnya tidak hanya menyeru atau mengajak manusia, tetapi lebih dari itu adalah mengubah mengubah manusia baik sebagai individu maupun kelompok menuju ajaran dan nilai-nilai Islam. Dengan demikian maka konsep dakwah Islam memuat juga konsep perubahan individu dan tranformasi sosial.

Perubahan individu dan tranformasi sosial yang dimaksud adalah perubahan dan tranformasi dari kondisi yang kurang/tidak baik menuju kepada kondisi yang lebih baik dan tranformasi harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

25


(44)

Metode dakwah artinya cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah, yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.

Sumber metode dakwah yang terdapat di dalam al-Qur’an menunjukkan ragam yang banyak, seperti “hikmah, nasihat yang benar dan mujadalah atau diskusi atau berbantah dengan cara yang paling baik”. (QS. Al-Nahl:125), dengan kekuatan anggota tubuh (tangan), dengan mulut (lidah) dan bila tidak mampu, maka dengan hati (hadis riwayat Muslim). Dari sumber metode itu tumbuh metode-metode yang merupakan operasionalnya yaitu ceramah, seminar, simposiom, diskusi, khutbah, saresehan, brain storming dan lain-lain. Dakwah dengan tulisan berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamflet, lukisan-lukisan dan lain-lain. Dakwah bil-hal berupa perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran al-Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia, misalnya mendirikan lembaga pendidikan dan memelihara anak yatim piatu, mendirikan lembaga pendidikan, mendirikan pusat-pusat pencaharian nafkah seperti pabrik, pusat-pusat pembelajaran dan lain-lain meliputi berbagai sektor kehidupan. Seni meliputi seni lukis, seni tari, atau musik dan lain-lain.26

1. Metode Hikmah

26


(45)

xlv

Kata hikmah dalam pengertian yang sederhana, berarti adil dan bijaksana. Menurut Irfan Hielmy dalam buku yang berjudul “Dakwah Bil Hikmah ” hikmah bisa berarti sabar, cermat dan teliti. Itulah sebabnya orang berbuat sesuatu dengan penuh keadilan, kebijaksanaan, cermat teliti, mencegah kerusakan, sedangkan kata muhkamat, jika ditunjukkan kepada ayat-ayat al-Qur’an, berarti ayat-ayat yang mencegah dari kerusakan dan pergantian.27

Selain terminologis, kata hikmah diartikan secara berbeda tergantung dari perspektif tujuannya. Para ulama fiqh mengartikan hikmah sebagai Qur’an dan pemahaman terhadapnya, nasikh-mansukh, muhkam mutasybih, muqaddam muakhar, haram-halal, dan sebagainya. Sebagian mereka juga mengartikan hikmah dengan sikap wara’ dalam arti menjauhkan diri dari perbuatan maksiat, atau meletakkan sesuatu pada tempatnya. Sedangkan menurut para filosof, kata hikmah memiliki makna yang beragam. Quth Din Syirazi dalam kitabnya “Durar al-Taj” menggunakan kata hikmah sebagai konsep kunci dalam mengklasifikasikan ilmu. Menurutnya hikmah adalah bentuk pengetahuan yang tertinggi dan termulia yang dianut oleh segenap kaum muslim.28

Dalam klasifikasi ilmu menurut Quth al-Din al-Sirazi, hikmah diidentifikasikan dengan filosofi praktis yang terdiri dari etika, ekonomi, dan

27

Irfan Hielmy, Hikmah Bil Hikmah, (Yogyakarta: Mutiara Pustaka, 2002), Cet 1, h. 10

28Ibid.,


(46)

politik.29 Dalam pandangannya “Hikmah memiliki dua karakteristik yang berbeda dari yang bukan hikmah, pertama berkenaan dengan sifat universal hikmah dan ketidak-terikatan tetap dan sama untuk setiap masa dan budaya. Kedua, berkenaaan dengan esensialis hikmah. Karakteristik hikmah yang kedua ini, sesuai dengan pengetahuaan hikmah yang ia berikan, yaitu mengetahui hal-hal sebgaimana keadaan sebelumnya. Dan juga berarti bertindak secara benar dan lurus sesuai dengan kemampuan terbaik seseorang sedemikian rupa sehingga dalam merealisasikan pengetahuan dan tindakan tertentu ini jiwa manusia mencapai kesempurnaan.30

Menurut Imam Syaukani, yang ditulis oleh Amrullah Ahmad pada jurnal kajian dakwah dan kemasyarakatan “menyatakan hikmah adalah ucapan-ucapan yang tepat dan benar, atau argumen-argumen yang kuat.31

Dalam hal ini penulis menitik beratkan pada pengertian hikmah menurut Quth al-Din al-Syirazi dan Imam Syaukani yaitu hikmah yang berarti mengetahui hal-hal sebagaimana keadaan sebenarnya dan juga berarti bertindak secara benar dan lurus dengan kemampuan terbaik seseorang sedemikian rupa. Dan mengajak dengan ucapan-ucapan yang tepat dan benar atau membuktikan dengan argumen-argumen yang kuat dan meyakinkan.

2. Metode maw’izhah Hasanah

29

Ibid., h. 281

30Ibid.,

h. 281

31


(47)

xlvii

Cara dakwah dengan ma’izhah hasanah telah diteladani oleh Muhammad SAW, sebagai nabi dan rasul. Keteladanannya adalah sebagai satu-satunya contoh yang paling pas agar mad’u (audien) dapat mengimitasi nasihat, perilaku dan lain sebagainya dari keteladanan Muhammad SAW, yang mana beliau dapat pengakuan yang telah terkenal yaitu dengan gelar al-Amin (yang terpercaya) dan Allah menerangkan dalam al-Qur’an bahwa di dalam diri Rasul terdapat teladan yang baik QS. Al-Ahzab: 21 yang berbunyi:

4E

l8

VIa%E

>

m U W

nT

UG-

bZ (o 3

3! _

l8

p

HqV

&

rV

s)

,

@.#3

l8Et ,

(d

ul8

vPR

Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21).

Apabila kita lihat dari pengertian Maw’izhah hasanah menurut yang ditulis oleh studi Rizal Elka, dalam tulisan “dakwah bil qolamdan dasar-dasar penyajiannya”, yaitu bahwa maw’izah hasanah adalah ucapan yang berisi nasehat-nasehat yang baik, yang dapat bermanfaat bagi orang-orang yang mendengar atau argumen-argumen yang memuaskan sehingga pihak yang mendengarkan (membaca) dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh pembawa argumen tersebut,32 maka para da’i (narasumber) akan lebih mudah dalam penyampaian

32

Studi Rizal Elka, Dakwah Bil Qolam berdasarkan penyajian-panyajiannya, Jurnal Dakwah dan Kemasyarakatan Dakwah, Vl 11. No 1 (Juli, 2000), h. 6


(48)

pesan sebagai misi dari apa yang disampaikan oleh para narasumber (da’i) kepada Mad’u (audiens)

3. Mujadalah bi-al-lati hiya ahsan

Kata wajadilhum bi-al-lati hiya ahsan adalah bagian kalimat dari ayat al-Qur’an surat an-Nahl: 125 yang artinya “Bertukar pikirannya dengan cara yang lebih baik”, melalui ayat tersebut al-Qur’an juga menaruh perhatian besar pada gaya percakapan dan diskusi.33 Dari fenomena ini tidaklah menjadi mengherankan, karena diskusi merupakan cara terbaik untuk meyakinkan dan memberikan kepuasan hati objek dakwah. Rasa puas itulah yang menjadi fondasi iman seseorang, karena iman tidak dapat dipaksakan,34ia timbul dari lubuk hati manusia itu sendiri.

Diskusi merupakan upaya tukar pendapat yang di lakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.35 Menururt Imam Syaukani, sebagaimana yang ditulis oleh Studi Rizal Elka dalam, “jurnal kajian dakwah dan kemasyarakatan” fakultas dakwah, mujadalah bi al-ati hiya ahsan adalah “berdiskusi (berpolemik) dengan

33

AQl-Qur’an menyuguhkan percakapan dan diskusi, yaitu ada percakapan antara Allah SWT dengan para malaikat tentang penciptaan Adam as (al Baqarah: 30-32) antara Allah dengan Musa as, tatkala Musa as, memohon kepada-Nya agar di izinkan untuk memandang wajah Allah SWT (al-A’raf: 143), Kisah Isa as, Tatkala di Tanya Allah SWT. Apakah ia menyuruh kaumnya untuk menjadikan diri dan ibunya sebgai Tuhan selain Alllah SWT (al-Maidah: 116), diskusi dalam kisah pemilik dua kebun (al-Kahdi: 18), diskusi dalam kisah pemilik dua kebun (al-Kahfi: 18) diskusi as tatkala hendak menyembelih anaknya (al-Shafat: 102)

34

Wamy, Etika Diskusi, (Kair:Word Assembly of Moeslem: Youth, 2001), Cet.2, h.25

35Ibid


(49)

xlix

yang paling baik dari berbagai cara berdiskusi.36 Dalam konteks ini, Sayyid Quth menjelaskan tiga faktor yang perlu diperhatikan untuk dakwah dengan cara mujadalah bi al-lati hiya ahsan: pertama tidak merendahkan pihak lawan, apalagi menjelek-jelekkan dan lain sebagainya, sehingga ia merasa yakin bahwa tujuan diskusi (polemik) ini bukanlah mencari kemenangan melainkan menundukkan agar ia sampai kepada kebenaran sesuai dengan ajaran Allah SWT, bukan yang lain. Ketiga, tetap menghormati pihak lawan. Sebab jiwa manusia tetap memiliki harga diri dan merasa ingin dihargai dan dihormati.37

Melihat hal tersebut diatas maka mujadalah bi al-lati hiya ahsan adalah upaya diskusi untuk menyampaikan kebenaran sesuai dengan sinergis dan tukar pendapat dua pihak yang dilakukan secara sinergis dengan tetap menghormati lawan agar timbul kesadaran melalui lubuk hati manusia itu sendiri.

Materi dakwah yang persuasif menurut al-Qur’an38

No Mad’u Materi Ciri-ciri Catat

1 Orang munafik dan kafir

Perkatann yang membekas dihati

Tajam dan pedas benar dari segi bahasa

Kesalahan akan kata dilecehkan.Kesalahan paradigma diplesetkan

36

Lihat studi elka, Op.Cit., h.7

37Ibid.,

h.7

38


(50)

2

3

Penguasa tiran

Kelompok tertindas atau rakyat. Orang yang dituakan tetapi sudah ketinggalan zaman. Orang yang teraniaya.

6

7

8

Perkataan yang sejuk dan lembut

6

&

Perkataan yang ringan

6

م :

paradigmanya sama mad’u benar substansial

Sentuhan halus tidak mengusik perasaan

Ringan, mudah diterima, pas, tidak berliku-liku, tidak bersayap, sederhana, mudah, contoh pemahaman sederhana. Lebih kesalahan substansi diolok-olok lemah lembut dipandang sebagai kelemahan . Kehalusan kata membuat tidak bisa menolak dakwah. Kekasaran kata-kata akan menghilangkan peluang dakwah, karena penguasa tiran itu langsung menolak berkomunikasi. Da’i yang lantang kepada penguasa-penguasa tiran biasanya dianggap musuh politik sehingga mudah dijebloskan kepanjara

Kelompok ini peka terhadap nasehat panjang, penjelasan tentang peraturan-peraturan, dan juga peka terhadap rencana pembangunan.


(51)

li 4

5

Masyarakat kumuh di tengah

kemakmuran kota.

Manusia lanjut ujian atau purnawirawan

Mad'u secara umum

Perkataan yang mulia

6

ك

م

Perkataan yang benar

6

:د د

pemahaman sederhana. Lebih merupakan fakta daripada kata-kata. Sedikit bicara banyak bekerja. Tanpa dalil efek terasa. Dakwah bil-hal.

Mudah, lembut, tidak menggurui, tidak perlu retorika yang meledak-ledak Mengenai sasaran. Benar secara logika berpijak pada taqwa

Manusia lanjut usia sudah tidak tertarik oleh retorika. Pensiunan sudah merasa banyak pengalamannya. Dakwah yang tidak berpijak pada moral da'i tidak mempunyai daya panggil


(52)

4. Dakwah bil lisan. Dakwah ini dilakukan dengan menggunakan lisan antara lain: 1. Qaulan ma'rufu, yaitu dengan berbicara dalam pergaulannya sehari-hari yang

disertai dengan misi agama yaitu agama Allah, agama islam seperti penyebarluasan salam, mengawali pekerjaan dengan basmalah, mengakhiri pekerjaan dengan membaca hamdalah, dan sebagainya.

2. Mudzakarah, yaitu mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik dalam ibadah maupun dalam perbuatan.

3. Nashihatuddin, yaitu memberi nasihat kepada orang yang tengah dilanda problem kehidupan agar mampu melaksanakan agamanya dengan baik seperti bimbingan serta penyuluhan agama dan sebagainya.

4. Majelis ta'lim, seperti pembahasan terhadap bab-bab dengan menggunakan buku atau kitab dan berakhir dengan dialog.

5. Pengajian umum, yaitu menyajikan materi dakwah di depan umum. Isi dari materi dakwah tidak terlalu banyak, tetapi dapat menarik perhatian pengunjung. 6. Mujadalah, yaitu berdebat dengan menggunakan argumentasi serta alasan dan

diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik suatu kesimpulan

5. Dakwah bil-hal, yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan karya subjek dakwah serta ekonomi sebagai materi dakwah. Adapun cara melaksanakan dakwah bil-hal adalah sebagai berikut:

a. Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produktif b. Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif


(53)

liii c. Bersilaturrahmi ke tempat-tempat:

a) Yayasan yatim piatu b) Yayasan anak cacat c) Yayasan tuna wisma d) Yayasan panti jompo e) Yayasan tuna karya f) Tempat lokalisasi

g) Lembaga pemasyarakatan dan lain-lain 7. Pengabdian kepada masyarakat, seperti:

a) Pembuatan jalan dan jembatan

b) Perbuatan sumur umum dan WC umum c) Praktek home industry

d) kebersihan lingkungan rumah dan tempat ibadah dan lain-lain.39

Bentuk dakwah MUI desa Bambu Apus Pamulang yaitu dengan dakwah bil-lisan dan bil-hal.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) desa Bambu Apus Pamulang dalam melaksanakan dakwahnya dengan bil-lisan yaitu menyampaikan ceramah agama yang intinya mengingatkan kepada kaum muslimin bahwa perjudian itu hukumnya haram sesuai dengan firman Allah surat Al-Maidah ayat 90-91.

39

Rai’udin dan Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), Cet ke-2, h. 48-50


(54)

Sedangkan dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan bil-hal yaitu, untuk menanggulangi perjudian maka diadakan pelatihan khotib baik para remaja maupun bapak-bapaknya, mengajak para remaja dan bapak-bapaknya aktif ke majlis ta’lim, menghimbau kepada para penjudinya agar melakukan tindakan-tindakan yang kreatif, ulet, tekun dan sabar terutama dalam mencari nafkah bukannya bermain judi kita jadikan mata pencaharian. Judi tidak akan membuat orang kaya miskin bisa, serta memperingatkan kepada umat Islam agar tidak terpengaruh kepada pohon asem yang berbentuk babi dengan kata lain menyalah gunakan pohon tersebut yang dapat mengakibatkan perbuatan musyrik.

D. Efektifitas dakwah dalam menanggulangi perjudian

Sebagai agen pembentuk dan perubah masyarakat, agar lebih baik, maka dakwah jelas mempunyai peranan dan pengaruh yang sangat luas dalam kehidupan masyarakat. Antara masyarakat dan dakwah akan selalu terlibat dalam hubungan yang pengaruh mempengaruhi seperti halnya dengan pendidikan, maka dakwah akan membentuk masyarakat yang bertanggung jawab, bahkan lebih dari itu dakwah akan membentuk masyarakat yang baik, yang berakhlak mulia, yang bertaqwa kapada Allah SWT, berbakti kepada-Nya dan mengetahui fungsinya sebagai manusia. Dakwah tidak hanya sebagai sarana komunikasi massa, yang hanya akan memberikan apa adanya saja, buruk maupun baik, akan tetapi dakwah akan berkomunikasi dengan masyarakat dengan ketegasan pandangan, bahwa yang baik harus dimenangkan dan yang tidak baik akan dikalahkan. Dakwah tentu tidak akan melarang ”hiburan” asal hiburan itu


(55)

lv

sehat untuk masyarakat, tidak merugikan orang lain atau kemanusiaan dan tertib alam semesta, sebab fitrah Allah harus terus dijaga oleh ajaran dakwah.

Demi untuk kemajuan missi dakwah dalam masyarakat, agar lebih berkembang dan memasyarakat, maka dakwah sebagai pembentuk manusia, perlu selalu mawas diri melalui penelitian terus-menerus akan kekurangan-kekurangan dirinya, mencari jalan yang lebih efektifuntuk masa depan, pengalaman yang lalu untuk perbaikan masa yang akan datang, kemudian mengembangkan cara-cara baru, dan secara berkala dan tetap mengadakan kaderisasi, penataran, latihan dan sebagainya, agar pendukung dakwah yakni para da’i lebih terampil dalam menunaikan tugasnya.

Karena seorang dai perlu terus-menerus bekerja kearah pemecahan yang praktis terhadap setiap masalah kemasyarakatan, maka pengembangan pengetahuan untuk itu perlu dari masa kemasa terus diperhatikan. Penguasaan ilmu pengetahuan pokok “keIslaman” dan pengetahuan penunjang “pengetahuan umum, pengetahuan kemasyarakatan dan teknologi”, selalu mengadakan konsultasi dengan para da’i yang lebih ahli dan yang lebih berpengalaman, makin memperdalam kecakapan dalam bidangnya, penguasaan literatur yang lebih banyak, selalu mengadakan pengecekan pekerjaannya dengan pekerjaan yang sejenis.

Pada kelompok kegiatan kemasyarakatan lain, dalam menggunakan fasilitas-fasilitas yang tersedia, selalu cermat dan tepat guna, perlu selalu menambah informasi yang bisa mendukung usaha dakwah, tidak perlu mengadakan tindakan operasional yang terlalu tergesa-gesa, pengembangan sifat-sifat objektif dalam penyampaian missi


(56)

kepada orang lain sesuai dengan pedoman agama, selalu mengembangkan pola pemikiran terutama yang bisa menunjang cara-cara “strategis dan taktik” baru dalam dakwah, senantiasa mengadakan mawas diri, mengadakan review dan perbaikan idea-idea dalam penyebaran dakwah baik dalam perbaikan metoda dan semua faktor yang menunjang dakwah, mengembangkan cara-cara baru yang dipandang lebih efektif dan yang lebih efisien dengan barometer masyarakat sendiri, menghindarkan diri dari berkembangnya cara pemberian informasi yang keliru, sebab hal ini akan berakibat fatal bagi keberhasilan dakwah sendiri, dan selalu mengembangkan sifat percaya kepada diri sendiri yang diperkembangkan oleh kebenaran dakwah Islamiyah.langkah-langkah pengembangan da’i itu pada hakekatnya berkisar intern pendukung dakwah sendiri, yakni para pelaksananya, dalam langkahnya memproses masyarakat luas. Apabila dengan dakwah mereka berkemauan keras untuk mengadakan perubahan dan pembentukan masyarakat yang sesuai dengan nafas dakwah Islamiyah, maka dengan sendirinya para da’i sendiri harus mau dan mampu selalu memperbaiki dirinya, baik dalam mutu maupun dalam keluasan kemampuan pribadinya.40

Hasil wawancara dengan Bapak Drs. H. Rohmani Rasyid pada tanggal 5 Juni 2004 adalah sebagai berikut:

Tentang latar belakang beliau menyatakan “ Latar belakang didirikannya Majelis Ulama Indonesia yang pertama yaitu sebagai penasehat tertinggi di bidang keagamaan yang memiliki peran setrategis, yang kedua sebagai lembaga atau alamat yang mewakili umat Islam Indonesia, yang ketiga untuk membantu pemerintah dalam

40


(57)

lvii

memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam pelaksanaan, pembangunan serta sebagai sarana komunikasi antara umara dan umat Islam, yang ke empat, sebagai wadah pertemuan dan silaturahim para ulama dalam mewujudkan ukhuwah islamiyah, yang kelima sebagai wadah musyawarah bagi para ulama, zu’ama dan cendikiawan muslim dalam membicarakan permasalahan umat.”

Adapun tentang Visi dan misinya adalah sebagai berikut:

Visi:

1. Terciptanya kondisi kehidupan masyarakat, kebangsaan dan kenegaraan yang baik.

2. Terciptanya kejayaan Islam dan umat Islam

3. Mewujudkan Islam yang penuh rahmat (Rahma lil ’alamin)

Misi:

1. Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan Islam secara efektif 2. Membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk akidah islamiyah 3. Menjalankan syariah Islamiyah

4. Menjadikan ulama sebagai panutan dalam mengembangkan akhlak karimahagar terwujud masyarakat yang khair al-ummah

Adapun program yang dijalankan oleh MUI adalah sebagai berikut: mengadakan tarling kemasjid-masjid yang ada di bambu apus, halal bihalal idhul fitri, menjalin kerjasama dengan ta’mir masjid dalam merayakan hari-hari besar Islam, mengadakan kunjungan silaturahmi bulanan kemasjid-masjid. Latihan khatib sedesa bambu apus, menghimbau agar tidak bertakbir keliling, kunjungan


(58)

silaturahmi mushola-mushola yang ada di tingkat-tingkat RW bambu Apus Pamulang, menanggulangi perjudian dan minuman keras dengan cara mengajak bapak dan para remajanya ke majelis ta’lim serta mendirikan sarana olah raga seperti bulutangkis, sepakbola dan bola voli.

Langkah-langkah MUI dalam penanggulangan perjudian antara lain: mengadakan komunikasi, pendekatan dan bimbingan kepada pihak RT dan RW serta tokoh masyarakat, seruan untuk meninggalkan perjudian tersebut.

Metode yang disampaikan MUI dalam penanggulangan perjudian antara lain adalah dengan dakwah bil-lisan dan bil-hal. Dan materi yang disampaikan dalam hal ini adalah al-Qur’an, al-Hadist, dan fiqih sunnah.

Dan untuk melengkapi penelitian ini maka penulis menyebarkan kuesioner sebagai berikut:


(59)

lix

ANGKET PENELITIAN JUDUL

Peranan MUI Bambu Apus Dalam Penanggulangan Perjudian di Dusun Empat Desa Bambu Apus Pamulang

PETUNJUK : Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda anggap sesuai dengan keadaan dan pendapat atas pertanyaan di bawah ini.

Identitas :

Jenis Kelamin :

Usia :

Pendidikan :

Tempat tinggal :

Pekerjaan :

PERTANYAAN-PERTANYAAN

1. Apakah anda mengetahui hukuman perjudian?

a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

2. Apakah anda mengetahui bentuk-bentuk perjudian yang ada di Bambu Apus Pamulang?

a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui 3. Menurut anda, apakah togel dan pakong termasuk perjudian?

a, Termasuk b. Tidak termasuk c. Tidak tahu 4. Apakah anda pernah bermain remi, kartu domino, lotre dan koprok?

a, Pernah b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 5. Apa alasan anda bermain judi?

a. Hobi b. Hiburan c. Ikut-ikutan 6. Apakah anda tahu menanggulangi perjudian?


(60)

a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui

7. Apakah anda pernah membaca buku tentang larangan perjudian? a, Pernah b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

8. Apakah anda mengetahui di desa Bambu Apus Pamulang ada Majelis Ulama Indonesia?

a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui 9. Apakah dengan adanya Majelis Ulama di desa bambuapus pamulang dapat

menambah pengetahuan agama anda?

a, sangat menambah b. kurang menambah c. Tidak menambah

10.Apakah dengan adanya Majelis Ulama Indonesia berpengaruh pada peningkatan ibadah, aqidah dan dakwah anda?

a, berpengaruh b. Kurang berpengaruh c. Tidak berpengaruh

11.Pedulikah anda pada majelis ulama Indonesia dalam menanggulangi perjudian di desa Bambu Apus?

a, Peduli b. Kurang peduli c. Tidak peduli 12.Apakah anda berminat untuk meninggalkan perjudian?

a, berminat b. Kurang berminat c. Tidak berminat

13.apakah anda mengetahui tindakan yang dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia dalam menanggulangi perjudian?

a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui 14.apakah anda mengetahui metode-metode yang digunakan oleh Majelis Ulama

Indonesia dalam menanggulangi perjudian?

a, Mengetahui b. Kurang mengetahui c. Tidak mengetahui 15.menurut anda, metode apa yang paling cocok untuk menanggulangi perjudian?

a, ceranah agama b. pendirian karang taruna c. pembangunan sarana olah raga

16.Pernahkah anda mengikuti pengajian yang dilaksanakan oleh Majelis Ulama Indonesia?


(61)

lxi

a, sering b. kadang-kadang c. Tidak pernah

17.Menurut anda , apakah dengan adanya pengajian Majelis ulama Indonesia dapat menghapus perjudian?

A, sangat menghapus b. menghapus c. Tidak menghapus

18.Saat ini apakah anda menyadari bahwa perjudian mempunyai dampak negatif bagi masyarakat?

a, sangat menyadari b. menyadari c. Tidak menyadari

19.Dengan adanya Majelis Ulama Indonesia apakah ada pengaruhnya pada perilaku social warga masyarakat?

a, sangat berpengaruh b. berpengaruh c. Tidak berpengaruh

20.Apakah dengan adanya Majelis Ulama Indonesia perjudian dapat tertanggulangi?

a, Ya b. kadang-kadang c. Tidak

Sebagai croos check dari efektifitas dakwah dalam penanggulangan perjudian, bersama ini penulis paparkan hasil angket yang penulis berikan kepada sejumlah responden. Hasil angket ini dapat dilihat dari tabel 1 sampai tabel 23.

Berikut ini adalah tabel-tabel tentang latar belakang pendidikan, pekerjaan dan jenjang usia responden.

No Pendidikan Jumlah Prosentase (%)

1 SD 17 28.33

2 SLTP 16 26.67

3 SMU 20 33.33

4 S1 7 11.67

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel diatas mengenai pendidikan responden terdiri dari 33.33% berpendidikan SMU, 28.33% berpendidikan SD, 26.67% berpendidikan SLTP, dan 11.67% berpendidikan S1.


(62)

No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)

1 Wiraswasta 23 28.33

2 Pedagang 4 26.67

3 PLN 1 33.33

4 Buruh 21 35.00

5 Guru 1 1.67

6 Karyawan 4 6.66

7 Pegawai pembantu pencatat nikah 1 1.67

8 PNS 1 1.67

9 PN 1 1.67

10 Pensiun 2 3.33

11 Satpam 1 1.67

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel diatas latar belakang pekerjaan responden 38.33% adalah wiraswasta, 35.00% adalah buruh dan sisanya terdiri dari; pedagang, PNS, karyawan, pensiunan dan lain-lain.

No Usia (tahun) Jumlah Prosentase (%)

1 19 2 3.33

2 20 2 3.33

3 22 1 1.67

4 23 2 3.33

5 24 3 5.00

6 25 2 3.33

7 26 3 5.00

8 27 3 5.00

9 28 2 3.33

10 29 4 6.66

11 30 3 5.00

12 31 2 3.33

13 34 3 5.00

14 35 3 5.00

15 38 4 6.66

16 40 1 1.67

17 41 1 1.67

18 42 1 1.67

19 43 1 1.67

20 44 1 1.67

21 45 1 1.67

22 46 2 3.33


(63)

lxiii

24 49 1 1.67

25 52 1 1.67

26 54 2 3.33

27 57 1 1.67

28 59 1 1.67

29 61 1 1.67

30 63 3 5.00

31 64 1 1.67

32 70 1 1.67

Jumlah 60 100%

Tabel 4 Hukum Perjudian

No Item F (%)

1 Mengetahui 8 13.34

2 Kurang mengetahui 50 83.33 3 Tidak mengetahui 2 3.33

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 83.33% kurang mengetahui adanya hukum perjudian, 13.34% responden menunjukkan mengetahui dan sisanya 3.33% tidak mengetahui sama sekali.

Berdasarkan keterangan diatas mayoritas responden kurang mengetahui yaitu 83.33% hukum perjudian.

Tabel 5

Bentuk Perjudian di Desa Bambu Apus Pamulang

No Item F (%)

1 Mengetahui 55 91.67 2 Kurang mengetahui 1 1.67 3 Tidak mengetahui 4 6.66 Jumlah 60 100%


(64)

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 91.67% responden menjawab mengetahui bentuk perjudian, 6.66% responden tidak mengetahui, dan 1.67% responden kurang mengetahui.

Berdasarkan keterangan diatas bentuk perjudian di desa Bambu Apus Pamulang 91.67% responden mengetahui adanya bentuk perjudian.

Tabel 6

Togel dan Pakong Termasuk Perjudian

No Item F (%)

1 Termasuk 59 98.33

2 Tidak termasuk 1 1.67

3 Tidak tahu - -

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan 98.33% responden menyatakan togel dan dan pakong termasuk dalam bentuk perjudian dan sisanya 1.67% tidak menyatakan tidak termasuk.

Tabel 7

Perjudian Bermain remi, kartu domino, lotre dan koprok

No Item F (%)

1 Pernah 46 76.67

2 Kadang-kadang 12 20.00 3 Tidak pernah 2 3.33


(65)

lxv

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 76.67% responden pernah melakukan salah satu diantara remi, domino, lotre dan koprok, 20.00% responden menyatakan kadang-kadang melakukannya, sedangkan 3.33% responden tidak pernah melakukannya

Berdasarkan keterangan diatas 76.67% responden pernah melakukan salah satu permainan remi, domino, lotre dan koprok.

Tabel 8 Alasan berjudi

No Item F (%)

1 Hobi 10 16.67

2 Hiburan 21 35.00

3 Ikut-ikutan teman 29 48.33 Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 48.33% responden hanya ikut-ikutan bermain judi, 35.00% responden menyatakan sebagai hiburan, dan 16.67% responden menyatakan sebagai hobi.

Berdasarkan keterangan diatas mayoritas responden hanya ikut-ikutan bermain judi yaitu 48.33% dan yang lainnya hanya sebagai hobi dan hiburan.

Tabel 9


(66)

No Item F (%) 1 Mengetahui 25 41.67 2 Kurang Mengetahui 11 18.33 3 Tidak mengetahui 24 40.60 Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan 41.67% responden menyatakan mengetahui cara penanggulangan, 40.60% responden tidak mengetahui dan 18.33% kurang mengetahui cara penanggulangan perjudian.

Berdasarkan tabel 9, responden yang mengetahui tentang cara penanggulangan perjudian sebanyak 41.67%, yang tidak mengetahui sebanyak 40.60% dan selebihnya adalah 18.33% tidak mengetahui.

Tabel 10

Pernah membaca buku / referensi tentang larangan perjudian

No Item F (%)

1 Pernah 37 61.66

2 Kadang-kadang 22 36.67 3 Tidak pernah 1 1.67

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan responden yang pernah membaca buku/referensi tentang larangan perjudian ada 61.66% kadang-kadang membaca buku/referensi sebanyak 36.67% dan 1.67% tidak mengetahui.


(1)

melakukan silaturrahmi secara intensif sehingga tercipta dialog pelbagai persoalan ummat secara objektif.

Terkait dengan program pemberantasan perjudian, masyarakat mengharapkan agar MUI berusaha dengan tekun, sabar dan memberikan bimbingan, sekaligus mencarikan kegiatan lain agar tidak terjebak lagi dalam praktik perjudian. MUI juga perlu memberikan pengertian kepada para orang tua untuk tetap menjaga putra-putrinya agar tidak terjerumus pada praktik judi, dan perbuatan maksiat lainnya.


(2)

lxxv

BAB V

PENUTUP

A.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat penulis berikan sebagai berikut:

1. Majelis Ulama Indonesia des Bambu Apus Pamulang dalam menanggulangi masalah perjudian menggunakan metode bil-lisan dan bil hal dengan materi al-Qur’an, al-Hadist, dan fiqh sunnah. Agar efektifnya dakwah Majelis Ulama Indonesia desa Bambu Apus Pamulang bekerja sama dengan masyarakat, aparat pemerintah, para remaja dan pihak pemerintah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menanggulangi perjudian didesa Bambu Apus Pamulang yaitu mengadakan komunikasi, pendekatan dan bimbingan kepada pihak RT, RW dan masyarakat dan memberikan seruan untuk meninggalkan perjudian.

2. Dengan adanya Majelis Ulama Indonesia Pamulang masyarakat Bambu Apus telah tersadarkan dari berbagai bentuk perjudian seperti togel, pakong, koprok, domino, remi dan lotre, sehingga kegiatan tersebut mulai berkurang.

3. Dari dampak negatif pengaruh perjudian serta kaitannya dalam segi ekonomi, perilaku sosial dan peningkatan sikap keagamaan, rata-rata melakukan perjudian menyatakan adanya pengaruh terhadap ekonomi, perilaku sosial dan peningkatan sikap keagamaan perjudian rara-rata telah terlihat adanya perkembangan positif terhadap bidang atau segi tersebut diatas.


(3)

1. Kepada Pengurus MUI Bmbu Apus Pamulang

Agar lebih berperan aktif, tetap semangat dan mencari metode yang lebih tepat lagi untuk menanggulangi perjudian, misalnya memberikan penyuluhan rutin pada setiap bulannya.

2. kepada aparat pemerintah

agar bertindak tegas lagi terhadap warga yang terlibat perjudian dan bekerjasama dengan aparat kepolisian untuk menindak oknum-oknum yang berjudi agar diberi hukuman. Peranan tokoh masyarakat sangatlah mendukung untuk memberikan pendekatan pada masyarakat secara persuasif.

3. kepada masyarakat desa Bambu Apus Pamulang.

Ingatlah bahwa perjudian sangat berakibat buruk bagi masyarakat dan tidak ada orang kaya karena judi.


(4)

lxxvii

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Amrullah, Dakwah Islam sebagai Ilmu, Jurnal Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Syariaf Hidayatullah Jakarta, Vol. No. 2 1999

Andi, Hepi, “Majalah Sabili”, No. 26 th VIII 20 Juni 2001 / 28 Rabiul awal 1422 Bachtiar, Wardi, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997

Bahreisy, Salim, Terjemah Riyadhs Shalihin, Bandung: PT Al-Ma’arif, 1997, Cet ke-2, Jilid I

Depag RI, Al-Qur’an dan tarjamahnya, Jakarta: CV Samara Mandiri,1999

Elka, Studi Rizal, Dakwah Bil Qolam Berdasarkan Penyajian-penyajiannyam Jurnal Dakwah dan kemasyarakatan Dakwah, Vol 1.No 1 Juli 2000

Gani,Bustami A, et.al, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Depag RI, Jakarta: CV. Darma Pala, 1997/1998, Jilid I, Juz: 1-2-3

Habib, M. Syafaat, Buku Pedoman Dakwah, Jakarta: PT. Bumi Restu, 1982, Cet ke-1 Hielmy, Irfan, Hikmah Bil al-Hikmah, Yogyakarta: Mutiara Pusaka, 2002, cet.1 Kartono, kartini, Potologi Sosial, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999, Cet 1

Al-Khulaifi, Syaikh Abdullah Ibnu Muhammad, Khutbah Jum’at Masjidil Haram, Jedah: Penerbit Daul Ishfahan, 1991

Mubarok, achmad, Psikologi Dakwah, Jakarata: Bintang Indonesia, 1962

Rafiudin dan Maman abdul Djaliel, Prinsip dan StrategiDakwah, Bandung: CV. Pustaka Stia,2001, cet ke-2


(5)

Sadli, Saparinah, Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang, Jakarta: Bulan Bintang, 1976

Syamsudin, Din, et.al, Pedoman Penyelenggaraan Organisasi Majelis Ulama Indonesia, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2001 No. Keputusan-085/MUI/III Muhammad, Zainudin, DakwahMenjelang Tahun 2001, KODI DKI Jakarta, 1992, Cet. Ke-2 Tamara, Toto, Komunikasi Dakwah, Jakarta: Media Grafindo, 2000, Cet. 2

Wamy, Etika Diskusi, Kair: Word Assembly of Moeslim Youth, 2001, Cet 2

Yunus, Mahmud, Kamus Arab–Indoneisa, Yayasan Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur’an, Jakarta, 1973


(6)