KERAGAAN KERANG HIJAU (Parma vitrifies) PADA SISTEM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR BERSAMA IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer)

ABSTRACT

GROWTH PERFORMANCE OF GREEN MUSSEL (Perna viridis) WHICH
CULTURED IN MONOKULTURE SYSTEM AND POLYCULTURE
SYSTEM WITHIN SEABASS (Lates calcarifer)
By
Arum Dwi Astuti
Green mussel (Perna viridis) is oyster has high potential to be developed. A huge
market demand is an important factor to optimized green mussel cultivation, there
are to system that could be applied for cultivation green mussel is polyculture and
monoculture. The purposed of this study is to determined growth performance of
green mussel which culture in monoculture and polyculture system. Green mussel
is culture in floating cage bath of monoculture and polyculture system. In
polyculture system green mussel placed within seabass (Lates calcarifer). Growth
performance of green mussel determined by comparizing growth in wide and
body lenght using T-test to analyzed factor that assigned to growth performance
used principle component analysis (PCA) to environment factor such as Total
Amonia Nitrogen (TAN), Total Organic Matters (TOM), Total Suspended Solid
(TSS) and phytoplankton both in polycultured and monocultured system. The
result of this research was shown that growth in this significant shown from third
place where sample collected at 0-100 in depth The results showed that this

significant growth was shown from the third place where the samples were
collected at 0-100 in depth and the second place where the samples were collected
at 100-150 in depth. This is caused by availability of feed source such as TOM
and phytoplankton thy driven by sea current. The significant value shown by
growth in wide of mussel shell at 100-150 cm in depth.
Keyword : green mussels, seabass, monoculture, polyculture and PCA

ABSTRAK

KERAGAAN KERANG HIJAU (Parma vitrifies) PADA SISTEM
MONOKULTUR DAN POLIKULTUR BERSAMA IKAN KAKAP PUTIH
(Lates calcarifer)
Oleh
Arum Dwi Astuti

Kerang hijau (Pena viridis) salah satu kekerangan yang berpotensi cukup besar untuk
dikembangkan. Permintaan kerang hijau yang meningkat menjadi salah satu faktor
perlu meningkatkan optimalisasi budidaya, dengan cara monokultur dan polikultur.
Budidaya yang baik dapat memanfaatkan lahan secara optimal untuk meningkatkan
produksi secara kuantitas, kualitas dan kontinuitas secara cepat sehingga perlu

adanya penelitian tentang pertumbuhan kerang. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui keragaan kerang hijau (Perna viridis) pada sistem monokultur dan
polikultur bersama ikan kakap putih (Lates calcarifer). Penelitian terdapat perlakuan
monokultur (kerang hijau) dan polikultur (kerang hijau dan ikan kakap putih),
kemudian dilakukan perbandingan pertumbuhan kerang menggunakan uji T.
Pertumbuhan ikan kakap putih dan kualitas air beserta TAN, TOM, TSS, plankton
(Kelimpahan fitoplankton) sebagai data pendukung yang dianalisa menggunakan
PCA. Hasil pertumbuhan panjang cangkang yang tumbuh di tali pada kedalaman 0100 cm bambu ketiga, berbeda nyata antara monokultur dan polikultur, sedangkan di
tali pada kedalaman 100-150 cm bambu kedua, berbeda nyata. Pertumbuahan lebar
kerang hijau yang tumbuh di tali pada kedalaman 0-100 cm, tidak berbeda nyata
antara monokultur dan polikultur dan di tali pada kedalaman 100-150 cm, berbeda
nyata. Pertumbuhan ikan kakap putih bernilai allometrik negatif. Analisis komponen
utama (PCA) hasil korelasi positif yang mempengaruhi pertumbuhan panjang kerang
yaitu monokultur (suhu) dan polikultur (TAN, suhu, kecerahan, dan panjang ikan).
Kata kunci: Kerang hijau, monokultur, polikultur, ikan kakap putih dan PCA

KERAGAAN KERANG HIJAU (Perna viridis)
PADA SISTEM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR BERSAMA IKAN
KAKAP PUTIH (Lates calcarifer)


Oleh

ARUM DWI ASTUTI

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

KERAGAAN KERANG HIJAU (Perna viridis)
PADA SISTEM MONOKULTUR DAN POLIKULTUR BERSAMA IKAN
KAKAP PUTIH (Lates calcarifer)


(Skripsi)

Oleh
ARUM DWI ASTUTI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Struktur Kerangka Pikir .................................................................................


2.

Lokasi Penelitian di Perairan Pulau Pasaran..................................................

3.

Keramba Budidaya Monokultur (Kerang Hijau) (A) Bambu Paling
Luar Pertama, (B) Bambu Paling Luar Kedua, Bambu Paling luar
Ketiga dan (D) Bambu Paling luar Keempat .................................................

4.

Keramba Budidaya Polikultur (Kerang Hijau dan Kakap Putih) (A)
Bambu Paling Luar Pertama, (B) Bambu Paling Luar Kedua, Bambu
Paling luar Ketiga dan (D) Bambu Paling luar Keempat................................

5.

Metode Lokasi Pengukuran Kerang Hijau ........................................................


6.

Pengukuran Panjang dan Lebar Cangkang Kerang Hijau................................

7.

Panjang Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Atas
Kedalaman (0-50 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu
Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat.....................

8.

Panjang Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Tengah
Kedalaman (50-100 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu
Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat.....................

9.

Panjang Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Bawah
Kedalaman (100-150 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu

Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat.....................

10. Lebar Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Atas
Kedalaman (0-50 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu
Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat.....................

11. Lebar Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Tengah
i

Kedalaman (50-100 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu
Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat.....................

12. Lebar Cangkang Kerang Yang Tumbuh Pada Bagian Tali Bawah
Kedalaman (100-150 cm) (A) Pada Bambu Pertama, (B) Pada Bambu
Kedua, (C) Pada Bambu Ketiga dan (D) Pada Bambu Keempat.....................

13. Hubungan Panjang dan Berat Ikan Kakap Putih..............................................

14. Rotasi Plot Analisis Komponen Utama pada Monokultur...............................


15. Rotasi Plot Analisis Komponen Utama pada Polikultur.................................

ii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1.

Alat dan Bahan Penelitian................................................................................ 34

2.

Data Kualitas Air Suhu .................................................................................... 36

3.


Data total Amoniak Nitrogen (TAN) .............................................................. 36

4.

Data Kualitas Air Kecerahan ................................................................

36

5.

Data Kelimpahan Fitoplankton ................................................................

37

6.

Data TSS ................................................................................................

37


7.

Data Kualitas Air pH........................................................................................ 37

8.

Data Kualitas Air DO....................................................................................... 38

9.

Hubungan Panjang dan Berat (Ikan kakap putih) ................................

38

10. Rotasi Komponen Matrik (Monokultur) .......................................................... 38
11. Korelasi Matrik (Monokultur) ................................................................

39

12. Rotasi Komponen Matrik (Polikultur) ............................................................. 39

13. Korelasi Matrik (Polikutur)................................................................

40

i

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Uji T (Panjang Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh
Pada Bagian Tali Atas......................................................................................

2.

Uji T (Panjang Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh
Pada Bagian TaliTengah).................................................................................

3.

Uji T (Panjang Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh
Pada Bagian Tali Bawah).................................................................................

4.

Uji T(Lebar Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh
Pada Bagian Tali Atas) ....................................................................................

5.

Uji T (Lebar Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh
Pada Bagian Tali Tengah)................................................................................

6.

Uji T (Lebar Cangkang Kerang Hijau yang Tumbuh
Pada Bagian Tali Bawah) ...........................................................................

i

MOTO
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS.
Ar-Ra d:11)

Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar
(Q.S. Al-Baqarah :153)

Kamu tidak bisa kuat dalam hal besar dan penting, kalau kamu lemah
dalam hal kecil
-Ralph S. Marsteb, Jr.

Orang yang tidak pernah membuat kesalahan berarti tidak pernah
mencoba hal-hal baru
-Albert Einstein

Kalau saat mencoba pertama kali kamu nggak sukses, itu artinya
kamu normal
-M.H. Alderson

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Karang Anyar, pada tanggal 28
September 1993, sebagai anak kedua dari dua bersaudara,
dari Bapak Supartono dan Ibu Sripemmi.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Al-azhar 6 Jatimulyo
Lampung Selatan diselesaikan tahun 1999, Sekolah Dasar
(SD) diselesaikan di SDN 1 Plumbon, Cirebon pada tahun 2005, Sekolah
Menengah Pertama (SMP) di Yayasan Al-Huda Jati Agung, Lampung Selatan
pada tahun 2008 dan Mandrasah Aliyah (MA) di MAN 1 (Model) Bandarlampung
pada tahun 2011.

Tahun 2011, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan FP
Unila melalui jalur SBMPTN undangan. Selama menjadi mahasiswa penulis
pernah Aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Perairan (HIDRILA)
FP Unila sebagai anggota bidang kewirausahaan periode 2012-2013 dan periode
2013-2014.

Pada tahun 2014, Penulis melakukan Praktek Umum di Balai Besar Perikanan
Laut (BBPBL) Lampung dan penulis pernah menjadi asisten praktikum
pengembangan sumberdaya ikan lokal. Pada Tahun 2015 Penulis melakukan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Punjul Agung, Kecamatan Buay Bahuga,
Waykanan dan menyelesaikan tugas akhirnya dengan menulis skripsi yang
berjudul “Keragaan Kerang Hijau (Perna viridis) Pada Sistem Monokultur dan
Polikultur Bersama Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)”.

PERSEMBAHAN
Atas segala Rahmat dan karunia Allah SWT,
kupersembahkan karya ini untuk :

Almarhumah Ibunda tercinta dan Nenekku tercinta
yang telah berjuang dan memberikan kasih sayang dan
pengorbanannya yang tak terhingga dan tak ternilai.
Ayahanda, kakak dan adikku yang telah memberikan
sumber semangat setiap langkahku
Beserta
Keluarga besarku yang telah mendoakan dan
mendukungku untuk terus berjuang dalam menggapai
impian.

SANWACANA

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan Judul “Keragaan Kerang Hijau (Perna viridis) Pada Sistem
Monokultur Dan
adalah

salah

Polikultur Bersama

satu

syarat

untuk

Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)”
memperoleh

gelar

sarjana

budidaya

perairan/perikanan di Universitas Lampung

Dalam kesempatan ini penulis mengucapan terima kasih kepada :
1. Kepada Nenek, bapak, kakak, adik dan keluarga besar tercinta yang tidak
henti-hentinya memberikan do’a, kasih sayang, nasihat dan dukungan untuk
menyelesaikan Skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Eko Efendi, S.T., M.Si, selaku dosen Pembimbing Utama atas
kesediannya untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan penelitian, kritik
dan saran dalam penulisan skripsi sampai selesai
3. Ibu Ir. Siti Hudaidah, M.Sc., selaku ketua jurusan Budidaya Perairan atas izin
yang telah diberikan dan selaku dosen Pembimbing Kedua memberikan
bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Bapak Mahrus Ali, S.Pi., M.P., selaku dosen Penguji Utama untuk kritik dan
saran dari seminar proposal hingga ujian skripsi.
5. Ibu Nuning Mahmudah Noor, S.Pi., M.Si., selaku dosen polinela atas
kesediannya memberikan izin dan arahan dalam pelaksanaan penelitian, serta
kritik dan saran dalam penulisan proposal.
6. Tarsim, S.Pi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik (PA) penulis atas
izin yang telah diberikan.
7. Program Dinas (IbM DIKTI dan Ipteda LIPI) yang telah mendanai dan
memberikan dukungan dalam pelaksanakan penelitian.

8. Bapak Subur selaku RT Desa pulau pasaran yang telah memberikan izin dalam
pelaksanaan penelitian dan membantu kegiatan penelitian.
9. Bapak Warli dan para petani pulau pasaran yang kesediannya membantu
kegiatan penelitian.
10 Temanku Sulvina atas segala kebersamaan, perjuangan, motivasi, suka dan
duka selama dari proses penyusunan, pelaksanaan penelitian hingga selesai.
11 Rekan-rekan BDPi (poe, moly, utami, neneng, mbk marta dan mbk memey,
cicin, tina, ude, ristin, garin, restu, septi, acib, widi, elsa ) Terimakasih atas
kebersamaan dan dukungan moril selama ini.
12 Teman- teman perjuangan angkatan 2011 yang selalu memberikan kenangan
setiap hari selama kuliah baik di dalam maupun di luar kampus dan kakak
tingkat 2009 dan 2010 serta

adik-adik 2012 dan 2013 BDPi yang selalu

memberikan dukungan dan doanya selama penelitian dan penyusunan skripsi.
13 Sepupuku I made yudistira, Christian adicahyo dan elisa saputri yang turut
membantu proses penelitian hingga selesai dan levi nurul marisa , ni wayan
devhi lestari, putri istiqomah yang telah memberikan doa dan dukungan moril
selama ini.

Bandarlampung,, 13 November 2015
Penulis

Arum Dwi Astuti

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTA R ISI .....................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................ii
iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................v
I.

PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................................2
1.3 Manfaat ................................................................................................ 3
1.4 Hipotesis ................................................................................................ 3
1.5 Kerangka Pikir .........................................................................................3

II.

METODE PENELITIAN ...........................................................................6
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................6
2.2 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................6
2.3 Metode Penelitian ....................................................................................8
2.3.1 Tahapan Penelitian ........................................................................8
2.3.2 Parameter yang Diteliti ................................................................9
2.3.2.1 Pertumbuhan .............................................................................9
2.3.2.2 Kualitas Air .............................................................................
11
2.4 Analisis Data ............................................................................................
14

III. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................
15
3.1 Pertumbuhan. ...........................................................................................
15
3.1.1 Kerang Hijau ................................................................................
15
3.1.2 Hubungan Panjang dan Berat Ikan Kakap Putih .........................
24
3.2 Korelasi Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Kerang
Hijau Principal Component Analysis (PCA) ...........................................
25
30
IV. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................
30
30
4.2 Saran .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

i

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Budidaya kerang hijau sudah banyak dilakukkan terutama pada sistem
monokultur karena hanya dibutuhkan perlengkapan bambu, tali, pelampung,
jangkar dan benih kerang. Menurut Noor (2014) budidaya kerang hijau mudah
dilakukan karena tidak dibutuhkan banyak perlakuan dan perawatan terhadap
benih hingga kerang dewasa. Monokultur secara sistematis telah menghabiskan
kekayaan alam Indonesia, khususnya lahan yang digunakan secara berkelanjutan.
Penanggulangan untuk mencegah pemanfaatan lahan secara terus menerus dapat
dilakukan dengan cara polikutur.
Polikultur merupakan metode yang dilakukan untuk memelihara lebih dari
satu komoditas dalam satu lahan, sehingga dapat diperoleh manfaat yaitu produksi
lahan yang tinggi karena dapat memanen lebih dari satu komoditas dalam satu
siklus dan menambah penghasilan, mengoptimalkan hasil produksi perikanan
melalui pemanfaatan sistem budidaya seperti polikultur (Syahid et al., 2006).
Organisme yang dapat dibudidaya secara bersamaan yaitu perlu pelayanan
ekosistem oleh organisme trofik rendah (kerang dan rumput laut)

yang

disesuaikan sebagai mitigasi terhadap limbah dari organisme trofik tinggi (seperti
ikan) (White, 2007 dalam jianguang et al., 2009). Komoditi yang akan dipelihara
bersama harus diatur sehingga tidak terjadi persaingan dalam memperoleh pakan
dan dapat saling memanfaatkan sehingga terjadi sirkulasi dalam satu wadah
budidaya (Syahid et al., 2006).
Kerang hijau dapat tumbuh subur pada perairan teluk, estuari, perairan sekitar
area mangrove dan muara sungai, dengan kondisi lingkungan yang dasar
perairannya berlumpur campur pasir, dengan cahaya dan pergerakan air yang
cukup, serta kadar garam yang tidak terlalu tinggi (Yonvitner dan Sukimin, 2009).
Menurut Setiyanto et al., (2007) kerang hijau memiliki sifat (filter feeder) yaitu
mencari makan di perairan dengan cara menyaring makanan yang terlarut di
dalam air. Kelebihan sifat kerang hijau tersebut dapat dimanfaatkan untuk
1

menstabilkan kualitas air dari sisa-sisa pakan dan feses ikan dalam budidaya ikan.
Ikan yang dapat dibudidayakan dan dikembangkan yaitu jenis ikan kakap putih
(Lates calcarifer). Kakap putih cukup terkenal karena salah satu sumber protein
dari ikan laut yang dapat memenuhi produksi permintaan masyarakat dan
mempunyai sifat yang menguntungkan untuk dibudidayakan yaitu euryhaline,
tumbuh dan berkembang dengan baik dengan turbiditas tinggi (Widiastuti et al.,
1999).
Lokasi yang perlu dikembangkan dalam budidaya kerang hijau dan ikan
kakap putih dengan Keramba Jaring Apung di Propinsi Lampung yaitu Pulau
Pasaran yang terletak di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung.
Menurut penelitian sebelumnya Pulau pasaran merupakan lokasi yang memiliki
potensi yang cukup baik untuk budidaya kerang hijau namun ada persyaratan yang
harus di penuhi untuk mengoptimalkan budidaya kerang hijau yaitu aspek
ekonomi-sosial, aspek biologi dan aspek teknis budidaya. Ketiga aspek tersebut
harus saling mendukung guna keberhasilan budidaya perikanan (Noor, 2014).
Keberhasilan budidaya dapat meningkatkan produksi kerang hijau dan ikan kakap
putih sehingga perlu dilakukan penelitian selanjutnya yaitu dengan cara
mengetahui keragaan kerang hijau pada sistem monokultur dan polikultur bersama
ikan kakap putih, guna mencapai hasil panen yang berkualitas, kualitas dan
kontinuitas.

1.2 Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaan kerang hijau (Perna viridis)
dengan sistem monokultur dan polikultur bersama ikan kakap putih (Lates
calcarifer).

2

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
keragaan kerang hijau (Perna viridis) dengan sistem monokultur dan polikultur
bersama ikan kakap putih (Lates calcarifer).

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis I
H0:Perbedaan budidaya (monokultur dan polikultur) tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan kakap putih (Lates calcarifer).
H1:Perbedaan budidaya (monokultur dan polikultur) berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan ikan kakap putih (Lates calcarifer).
Hipotesis II
H0:Perbedaan budidaya (monokultur dan polikultur ) tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan kerang hijau (Perna viridis).
H1:Perbedaan budidaya (monokultur dan polikultur) berpengaruh terhadap
pertumbuhan kerang hijau (Perna viridis).

1.5 Kerangka Pikir

Keramba Jaring Apung (KJA) merupakan wadah yang sering digunakan
dalam teknologi budidaya guna meningkatkan produksi dengan ramah lingkungan
dan memperoleh keuntungan. Budidaya kerang hijau (Perna viridis) dapat
dilakukan secara monokultur dan polikultur. Monokultur merupakan budidaya
dengan satu komoditas dalam satu wadah. Komoditas kerang hijau di KJA secara
monokultur menggunakan bahan bambu dan tali sudah banyak dilakukan oleh
petani. Polikultur adalah budidaya dua atau lebih jenis ikan yang berbeda habitat
dan cara mendapat makanan dalam satu wadah. Komoditas kerang hijau dengan

3

sistem polikultur dapat dilakukan guna untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
di suatu wadah Keramba Jaring Apung (KJA) bersama ikan kakap putih.
Kakap putih merupakan komoditas yang akan menghasilkan bahan organik
dari sisa pakan yang diberikan, sisa feses yang menempel di jaring secara terus
menerus yang akan menyebabkan kualitas air menurun untuk budidaya. Kualitas
air yang menurun akan menyebabkan pencemaran di perairan sehingga untuk
menanggulanginya dapat digunakan kerang hijau untuk budidaya. Fungsi kerang
hijau yaitu dapat menstabilkan kualitas air dalam budidaya yang bersifat (filter
feeder) atau menyerap polutan pada sisa pakan dan sisa kotoran budidaya. Kerang
hijau akan tumbuh jika ketersediaan pakan atau kelimpahan fitoplankton yang ada
diperairan meningkat dan kualitas air yang sesuai. Kualitas air seperti (suhu, DO,
pH, kecerahan, TOM, TSS, TAN) pada lokasi perairan akan mempengaruhi
pertumbuhan kerang hijau dan ikan kakap putih.
Produksi kerang hijau yang harus dioptimalkan secara terus menerus untuk
memenuhi kebutuhan dan permintaan maka perlu dibudidayakan dengan sistem
monokultur dan polikultur. Optimalisasi dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan sekunder lalu mengakumulasikanya untuk menyimpulkan perbedaan
pertumbuhan kerang hijau sistem monokultur dan sistem polikultur bersama ikan
kakap putih. Penelitian sebelumnya mengenai analisis lokasi yang cukup baik
yaitu daerah pulau pasaran. Menurut Noor (2014) bahwa perairan pulau pasaran
cukup baik untuk dikembangkan budidaya kerang hijau yaitu bagian timur dan
selatan Pulau Pasaran, struktur kerangka pemikiran di sajikan pada (Gambar 1).

4

Gambar 1. Struktur Kerangka Pikir

5

BAB II. METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2015, di
perairan Desa Pulau Pasaran, Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar
Lampung. Pengamatan dilakukan di lapang dan laboratorium kualitas air di
Budidaya Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Lokasi penelitian
yaitu keramba monokultur dan polikultur disajikan pada (Gambar 2).

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Perairan Pulau Pasaran
2.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan (timbangan digital dan
penggaris). Kualitas air (Kertas pH, DO meter, thermometer, refraktometer, secchi
disk beserta tongkat skala, plankton net). Alat pendukung (kertas label, pipet tetes,
plastik/botol, tisu, ember, scoopnet/saringan, tali, alat tulis dan dokumentasi).
Keramba yang digunakan yaitu (Keramba Jaring Apung). Keramba monokultur
(kerang hijau) di sajikan pada (Gambar 3) berukuran 9 x 10 m3 dilengkapi bambu

6

berjumlah 35 batang, pelampung berjumlah 10 drum, tali berjenis serat alami
digunakan untuk menempelnya benih kerang berjumlah 35 tali untuk 1 bambu.
Keramba polikultur (kerang hijau dan kakap putih) yang diamati disajikan pada
(Gambar 4) berukuran 8 x 9 m3 dilengkapi bambu yang berjumlah 4 batang,
pelampung berjumlah 12 drum dan wadah menggunakan jaring nilon berdiameter
1 inchi berukuran 3 x 3 m3. Bahan yang digunakan adalah benih kerang hijau,
benih kakap putih (6-7 cm) sebanyak 600 ekor, pakan ikan kakap putih (pelet dan
ikan rucah), akuades untuk pengamatan kualitas air dan formalin 4%. Alat dan
bahan penelitian yang digunakan dapat dilihat di (Lampiran 1).

Gambar 3. Keramba Monokultur (Kerang Hijau) (A) Bambu Paling Luar Pertama,
(B) Bambu Paling Luar Kedua, (C) Bambu Paling luar Ketiga dan (D)
Bambu Paling luar Keempat.

Gambar 4. Keramba Polikultur (Kerang Hijau dan Ikan Kakap Putih) (A) Bambu
Paling Luar Pertama, (B) Bambu Paling Luar Kedua, (C) Bambu
Paling luar Ketiga dan (D) Bambu Paling luar Keempat.

7

2.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan yaitu secara eksploratif. Eksploratif yang
dicari membandingkan dua sistem budidaya yang berbeda yaitu monokultur dan
polikultur. Metode eksploratif yang digunakan saat penelitian bertujuan untuk
mencari tahu suatu kejadian tertentu atau hubungan antara dua atau lebih variabel
(Ridha dkk, 2013). Variabel yaitu pertumbuhan kerang hijau (monokultur) dan
pertumbuhan kerang hijau dan kakap putih (polikultur). Perlakuan berupa sistem
budidaya yaitu monokultur dan polikultur.

2.3.1 Tahapan Penelitian
A) Persiapan
1.

Menentukkan lokasi budidaya.

2.

Mempersiapkan alat dan bahan untuk pembuatan keramba.

3.

Mempersiapkan alat dan bahan untuk menunjang penelitian.

4.

Proses pembuatan keramba (monokultur dan polikultur) yang dilakukan oleh
petani pulau pasaran di pinggir laut (dekat daratan).

5.

Keramba yang sudah jadi dipindahkan ke lokasi budidaya.

6.

Pemasangan tali (spat) ke bambu serta diberi tanda (A-B-C-D) pada bambu
yang paling luar berjumlah 4 bambu, dan jaring ikan dipasang untuk tempat
penebaran ikan.

7.

Penebaran ikan ke jaring budidaya, sebelum ditebar dilakukkan treatment
dengan air tawar di BBPBL Budidaya Besar Perikanan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung.

B) Proses Penelitian
1. Pengambilan data pertumbuhan kerang hijau (monokultur dan polikultur)
pada minggu ketiga setelah pemasangan tali (serat alami). satu bambu
terdapat 15 tali untuk mengukur sampel kerang dan satu tali berukuran 1,5 m
terdapat 3 bagian yang diukur yaitu tali bagian atas pada kedalaman (0-50

8

cm), tali bagian tengah pada kedalaman (50-100 cm) dan tali bagian bawah
pada kedalaman (100-150 cm) disajikan pada (Gambar 6).
2.

Pertumbuhan kakap putih diambil sampel ikan 10 % dari populasi ikan pada
minggu ketiga setelah ikan beradaptasi.

3.

Pengambilan sampel kualitas air dengan 3 titik yaitu sesuai arah arus, titik 1
bagian paling depan keramba, titik 2 bagian tengah dan titik 3 bagian paling
luar belakang keramba.

4.

Pengamatan dilakukan 1 minggu sekali dan jaring pada kakap putih
dilakukkan treatment pembersihan 1-2 bulan sekali agar benih kerang hijau
tidak ada yang menempel di jaring budidaya ikan.

5.

Pemberian pakan pelet di pagi hari dan ikan rucah siang dan sore hari.

Gambar 5. Metode Lokasi Pengukuran Kerang Hijau.

2.3.2 Parameter yang Diteliti
2.3.3.1 Pertumbuhan

A. Kerang Hijau
Pertumbuhan kerang hijau merupakan suatu proses biologis yang kompleks
sehingga banyak faktor yang mempengaruhi penambahan panjang atau berat
kerang dalam suatu periode. Perhitungan pertumbuhan disajikan pada (Gambar 5)
yaitu diukur panjang total cangkang dengan menggunakan penggaris dari ujung

9

anterior sampai ujung posterior dan lebar cangkang diukur dari dorsal ke ventral
.pada cangkang kerang menggunakan penggaris.

Gambar 6. Pengukuran Panjang dan Lebar Cangkang Kerang Hijau (Perna
viridis) (Gosling, 2008).
B. Ikan Kakap Putih
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu
ukuran waktu, bagi populasi merupakan pertambahan jumlah (Effendie 1997).
Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan beberapa sampel dari padat tebar ikan
kakap putih. Pengamatan diamati dengan alat timbangan digital untuk mengukur
biomassa dan penggaris untuk mengukur panjang tubuh ikan. Pertumbuhan yang
diamati sekitar 10 % dari populasi yaitu :
1. Hubungan panjang dan berat
Dapat dihitung menggunakan rumus (Niswari, 2004)
W=aLb
Keterangan :
W

: Berat total ikan (gr)

L

: Panjang ikan (mm)

(a, b) : Konstanta
Teknik perhitungan panjang berat menurut Rousefell dan Everhart (1960)
dan lagler (1961) dalam Effendie (1979) secara langsung sebagai berikut : Buatlah
suatu daftar yang tersusun yaiu nilai L, log L, W, log W, log L x log W, dan (log
L)2 kemudian dihitung jumlah totalnya nilai log a dan b. Nilai a dapat dilihat
rumusnya.

10

Log a = Σ log W X Σ (log L)2-Σ log L X Σ log L X log W
N X Σ (log L)2 –(Σ (Log L)2
Setelah diketahui rumus log a, maka mencari nilai b yaitu :
b= Σ log W – (N X log a)
Σ log L
Nilai log a dan b yang diperoleh lalu dimasukan di logaritma persamaan yaitu :
log W = log a + b log L menunjukkan hubungan yang linier.

2.3.3.2 Kualitas Air
1.

Salinitas
Salinitas air diukur dengan menggunakan refraktometer. Pengukuran salinitas

dilakukan dengan cara in situ yaitu menggambil air secukupnya dari kedalam air
yang berbeda. Kalibrasi refraktometer dengan menggunakan akuades kemudian
keringkan dengan tisu lalu tanda tera diarahkan ke nol (pengkalibrasian),
kemudian bilas lagi dengan akuades. Air yang sudah diambil lalu diteteskan pada
bagian prisma dari refraktometer. Nilai salinitas akan terlihat pada skala
refraktometer dengan peneropongan dan menunjukkan banyaknya kandungan
garam dalam air (Fernando, 2015).

2.

Oksigen terlarut (DO)
DO diukur dengan menggunakan DO meter (oksimeter). Pengujian Elektroda

dari oksimeter sebelum dimasukkan ke dalam air setiap titik stasiun, sebaiknya
disterilkan dengan akuades. Alat DO meter steril dimasukkan ke air yang akan di
uji beberapa menit, setelah angka pada display stabil, kemudian dibaca. Nilai
konsentrasi oksigen terlarut dapat dibaca pada display (Fernando, 2015).

3.

pH air
pH di ukur dengan menggunakan kertas indikator. Pengukuran dengan kertas

indikator dilakukan dengan memasukkan kertas indikator kedalam air sampel

11

hingga berubah warna kemudian dicocokkan dengan tabel untuk mengetahui
tingkat pH air.

4.

Temperatur
Pengamatan suhu dilakukan pada bagian permukaan diukur menggunakkan

alat temometer batang dilakukan secara in situ di setiap titik stasiun. Termometer
dimasukkan ke dalam air sedalam ±10 cm dan dibiarkan selama 3 menit, lalu
diangkat dan dibaca (Fitra, 2008).

5.

Kecerahan
Kecerahan adalah ukuran kejernihan perairan dari partikel koloid

tersuspensi, jasad-jasad renik yang di amati secara visual dengan alat bantu secchi
disk (Sari, 2014). Secchi disk dimasukkan ke dalam air hingga bagian putih
menghilang kemudian catat kedalamannya. Tarik secchi disk secara perlahan
hinggga bagian putih terlihat lalu catat kedalaman, setelah itu hitung
menggunakan rumus menurut Barus (2004) yaitu :
Kecerahan =

6.

Jarak Hilang + Jarak Tampak
2

Fitoplankton
Pengambilan sampel fitoplankton menggunakan alat water sampler sebanyak

60 L dan disaring menggunakan Plankton net mesh size 20 μ m di setiap titik.
Sampel plankton yang terkumpul dituang ke dalam botol sampel berukuran 40 ml,
kemudian diberi Lugol konsentrasi 0,5% atau formalin 4% sampai berwarna
kuning kecoklatan. Pencacahan dilakukan dengan metode sub–sampel. Sampel
dalam botol diaduk perlahan, diambil sebanyak 1ml dengan pipet tetes, kemudian
diteteskan ke dalam Sedgewick-Raffter cell. Pencacahan dilakukan di bawah
mikroskop cahaya pada perbesaran 10x10, dengan alat hitung (counter).
Kelimpahan fitoplankton dinyatakan dalam individu/liter, dihitung dengan
menggunakan rumus Sachlan (1982) dalam Taofiqurohman (2007):

12

N = n x Vr x 1
Vo Vs
Keterangan :
N : Kelimpahan plankton (ind/L)
n : Jumlah plankton yang teridentifikasi
Vo : Volume plankton yang dihitung (ml)
Vs : Volume air yang disaring (L)
Vr : Volume plankton yang tersaring (ml)

7.

Total amonia nitrogen (TAN)
Konsentrasi total ammonia nitrogen dapat diketahui banyaknya dalam air

sampel, digunakan prinsip spektrofotomerik yang dilakukan di laboratorium.
Amonia dalam 10 ml air sampel yang telah disaring harus direaksikan terlebih
dahulu dengan 0.5 ml senyawa fenol dan 0.5 ml sodium nitroprusid kemudian
dihomogenkan, lalu di reaksikan kembali dengan oxidizing reagent sebanyak 1 ml
dan di homogenkan kembali. Tabung reaksi yang digunakan untuk melakukan
reaksi tersebut ditutup rapat dan didiamkan selama satu jam. Absorbansi warna
air contoh (biru) diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 640
nm.

Warna biru yang ditimbulkan merupakan akibat terbentuknya senyawa

indofenol. Kemudian absorbansi air contoh disesuaikan dengan absorbansi
akuades (blanko) dan konstanta perhitungan (Stirling et al., 1985).

8.

Total Bahan organik (TOM)
Pengambilan sampel air dilakukan pada saat air pasang menggunakan water

sampler kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel lalu disimpan di dalam
coolbox. Setelah di ambil sampel lalu di uji di laboratorium pengukuran Bahan
organik pada air Hariyadi, et al. (1992), menyatakan cara mengukur kandungan
total bahan organik atau TOM adalah dengan cara dimasukkan 50 ml air sampel
kedalam erlenmeyer lalu tambahkan 9,5 ml KMnO4 dari buret, 10,00 ml H2SO4
(1:4) kemudian panaskan dalam pemanas air sampai suhu mencapai 70°C – 80°C
kemudian diangkat, setelah itu tambahkan Na-Oxalate 0,01 N perlahan sampai

13

tidak berwarna pada suhu 60°C – 70°C. Mentitrasi dengan KMnO4, sampai
terbentuk warna (merah jambu). Catat sebagai ml titran (x ml), dilakukan prosedur
(1 - 6) dan mencatat titran yang digunakan sebagai (y dalam ml). Perhitungan :
TOM = (X-Y) x 31,6 x 0,01 X 1000
Ml air sampel

9.

Total Padatan Tersuspensi/ TSS
Menurut SNI 06-6989.3-2004 pengambilan data tersebut menggunakan alat

Vakum (Filter) dengan metode gravimetri. Kertas saring dipanaskan pada suhu
105oC selama 1 jam lalu dinginkan dalam desikator dan timbang hingga beratnya
konstan (B gram). Diambil 10 ml sampel lalu saring dan residu pada kertas saring
dipanaskan pada 105oC selama 1 jam lalu masukkan dalam desikator dan timbang
hingga berat konstan (A gram). Menurut Ansari (2014) Kadar zat TSS dapat
dihitung dengan persamaan 1 :
TSS (mg/l) = (A-B) X 1000
C
Keterangan:
A : Berat filter dan residu sesudah pemanasan105 oC (mg)
B : Berat filter kering sesudah pemanasan 105 oC (mg)
C : Volume sampel (ml)

2.4 Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan Uji T yaitu membandingkan
dua variable menggunakan Microsoft excel. Kualitas air dapat dilakukan analisis
data sesuai sebaran komunitas dianalisis dengan cluster analysis, dan hubungan
antara komunitas dengan faktor eksternal dianalisis dengan Principal Componen
Analysis (PCA) melalui perangkat lunak SPSS 16.0.

14

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :
1.

Keragaan kerang hijau monokultur dan polikultur mengalami kenaikan setiap
minggunya, tetapi monokultur lebih cepat tumbuh baik panjang dan lebar
dibandingkan polikultur.

2.

Pertumbuhan panjang cangkang kerang (monokultur dan polikultur) yang
menghasilkan hipotesis berbeda nyata yaitu bagian tali kedalaman (0-100 cm)
pada tempat pengukuran sampel bambu ketiga dan bagian tali bawah (100150 cm) tempat pengukuran sampel bambu kedua.

3.

Pertumbuhan lebar cangkang kerang (monokultur dan polikultur) yang
menghasilkan hipotesis berbeda nyata yaitu bagian tali bawah (100-150 cm)
tempat pengukuran sampel bambu kedua.

4.

Keragaan kerang hijau berdasarkan hasil analisis komponen utama (PCA)
korelasi matrik positif yang mempengaruhi pertumbuhan panjang kerang
secara langsung yaitu monokultur

(TAN dan suhu) dan polikultur (DO,

TOM, TSS, pH, salinitas dan plankton).

4.2 Saran
Diharapkan dapat dilakukkan penelitian mengenai kontribusi bahan organik
dan anargonik yang dibutuhkan dalam polikultur kerang hijau dan ikan kakap
putih.

0

DAFTAR PUSTAKA

Andara, D. R., Suryanto, A., & others. 2014. Kandungan Total Padatan
Tersuspensi, Biochemical Oxygen Demand Dan Chemical Oxygen
Demand Serta Indeks Pencemaran Sungai Klampisan Di Kawasan Industri
Candi, Semarang. Management of Aquatic Resources Journal, 3(3), 177–
187.
Ansari, W. R., Belladiana, U., & Pandia, S. 2014. Pengaruh Waktu Fermentasi
Terhadap Persentase Penyisihan Padatan Tersuspensi Total (Tss)
Campuran Limbah Cair Industri Tapioka Dengan Air. Jurnal Teknik
Kimia USU, 3(1).
Apriadi, D. 2005. Kandungan Logam Berat hg, pb dan cr pada air, Sedimen dan
Kerang Hijau (perna viridis l.) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta.
Bogor Agricultural University.
Barus, T. A. 2004. Pengantar limnologi studi tentang ekosistem air daratan. UniVersitas Sumatera Utara Press. Medan.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air, bagi pengelolaan sumber daya dan
lingkungan perairan. Kanisius.
Effendie, M. I. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta,
163.
Fitra, E. 2009. Analisis Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Keanekaragaman
Vegetasi Akuatik Di Perairan Parapat Danau Toba.
Fornando, H., & others. 2015. Analisis Kesesuaian Lahan Di Perairan Pulau
Pasaran Provinsi Lampung Untuk Budidaya Kerang Hijau (Perna
Viridis). Fakultas Pertanian.
Garno, Y. S. 2002. Beban Pencemaran Limbah Perikanan Budidaya dan
Yutrofikasi di Perarian waduk pada DAS Citarum. J Tek Ling P3TLBPPT, 3, 112–120.
Gazali, I., Rahadi, B., & Wirosoedarmo, R. 2013. Evaluasi Pencemaran Air
Akibat Dampak Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas terhadap
Kualitas Air di Sungai Klinter Kecamatan Kertosono Kabupaten Nganjuk
(In Press JKPTB Vol 1 No 2). Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis Dan
Biosistem, 1(2).

31

Gosling, E. 2008. Bivalve molluscs: biology, ecology and culture. John Wiley &
Sons.
Haryadi, S., Suryodiptro, I. N. N., & Widigdo, B. 1992. Limnologi; Penuntun
Praktikum dan Metoda Analisa Air. Bogor: Fakultas. Perikanan, Institut
Pertanian Bogor.
Jianguang. 2009. Development IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) in
sungo bay China. China: Yellow Sea Fisheries Institute.
Jubaedah, E. 2001. Studi Pertumbuhan dan Tingkat Kematangan Gonad Kerang
Hijau (Perna virinis L.) di Muara Kamal, Teluk Jakarta. IPB (Bogor
Agricultural University).
Kumalawati, A. S. 2004. Variabilitas parameter oseanografi dan sebaran klorofil-a
di Perairan Nangroe Aceh Darussalam pada bulan Oktober-November
2002.
Lovatelli, A. 1988. Site selection for mollusc culture. Retrieved from
http://agris.fao.org/agris-search/search.do?recordID=XF19890136328
Niswari, A. P. 2004. Studi Morfometrik Kerang Hijau (Perna viridis, L.) di
Perairan Cilincing, Jakarta Utara. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan.
FPIK. IPB. Bogor.
Noor, N. M. 2015. Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Kerang Hijau (Perna
viridis) Di Pulau Pasaran, Bandar Lampung. AQUASAINS, 3(2).
Nurdin, E. 2000. Potensi Pengembangan Perikanan di Situ Pondok Cina.
Indonesia University. Depok. Makara: Journal of Research Indonesia
University, 7, 1–10.
Margonof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan Di Danau Maninjau
Sumatera Barat. Disertasi. Institut Pertanian Bogor, 166 hal.
Prihadi, D. J. 2011. Pengaruh Jenis Dan Waktu Pemberian Pakan Terhadap
Tingkat Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Kerapu Macan
(Epinephelus Fuscoguttatus) Dalam Karamba Jaring Apung Di Balai
Budidaya Laut Lampung. Jurnal Akuatika, 2(1).
Ridha, U., Hartoko, A., & Muskanonfola, M. R. 2013. Analisa Sebaran
Tangkapan Ikan Lemuru (Sardinella Lemuru) Berdasarkan Data Sa℡It
Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-A Di Perairan Selat Bali. Management
of Aquatic Resources Journal, 2(4), 53–60.

32

Sari, S. H. J., & Harlyan, L. I. 2014. Kelayakan Kualitas Perairan Sekitar
Mangrove Center Tuban Untuk Aplikasi Alat Pengumpul Kerang Hijau
(Perna viridis L.). Research Journal of Life Science, 1(2), 137–145.
Setiyanto, D. D., Sumantadinata, K., Riani, E., Ernawati, Y., & others. 2012.
Akumulasi logam berat dan pengaruhnya terhadap spermatogenesis kerang
hijau (Perna viridis). Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan Dan Perikanan Indonesia,
15(1), 77.
Stirling, H. P. 1985. Chemical and Biological Methods of Water Analysis for
Aquaculturists (MC Beveridge, LG Ross, MJ Phillips, eds). Piscis Press,
Univer-sity of Stirling, Stirling, UK.
Syahid, M., Ali, S., & Rochim, A. 2006. Budidaya Udang Organik secara
Polikultur. Penebar Swadaya, Jakarta
Taofiqurohman, A., Nurruhwati, I., & Hasan, Z. 2007. Studi Kebiasaan. Laporan
Penelitian Penelitian Peneliti Muda (Litmud) . Universitas Padjadjaran
Wibowo, R. K. A. 2009. Analisis kualitas air pada sentral outlet tambak udang
sistem terpadu, tulang bawang, Lampung.
Widyastuti, E., Hartono, P., & Sudaryanto. 1999. Biologi Kakap Putih (Lates
carcarifer, Bloch). Lampung: Departemen Pertanian Direktorat Jendral
Perikanan Balai Budidaya Laut Lampung.
Yonvitner, Y. 2013. Laju Pertumbuhan Dan Penempelan Kerang Hijau (Perna
Viridis, Linn, 1789). Jurnal Biologi Edukasi, 1(2), 44–46.
Yuniasari, D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasi dan Denitrifikasi
serta Molase dengan C/N Rasio Berbeda terhadap Profil Kualitas Air,
Kelangsungan Hidup, dan Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus
vannamei.

33