Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Juvenil Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) Dipelihara pada Media Air Hijau, Wadah Gelap dan Transparan

KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN JUVENIL
IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DIPELIHARA PADA
MEDIA AIR HIJAU, WADAH GELAP DAN TRANSPARAN

YEYEN HARDAYANI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kelangsungan Hidup
dan Pertumbuhan Juvenil Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) Dipelihara pada
Media Air Hijau, Wadah Gelap dan Transparan” adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Yeyen Hardayani
NIM C14090027

ABSTRAK
YEYEN HARDAYANI. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan juvenil ikan
kakap putih (Lates calcarifer) dipelihara pada media air hijau, wadah gelap dan
transparan. Dibimbing oleh IRZAL EFFENDI dan MIA SETIAWATI.
Usaha budidaya ikan kakap putih masih terkendala dengan ketersediaan benih
yang belum mencukupi kebutuhan produksi budidaya. Benih ikan kakap putih ukuran
1-2 cm memiliki risiko kematian yang lebih besar. Sebagian besar kematian
disebabkan kanibalisme yang diduga karena kondisi media pemeliharaan. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan juvenil
ikan kakap putih, pada media air hijau, wadah gelap dan transparan. Ikan kakap
putih ukuran 1-2 cm dan bobot rata-rata 0,24±0,08 g dipelihara dengan padat
penebaran 1000 ekor/m3. Selama pemeliharaan ikan tersebut diberi pakan crumble
secara at satiation dengan frekuensi 3 kali/hari. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan media air hijau, wadah gelap dan transparan memiliki

kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan, dan jumlah
konsumsi pakan yang tidak berbeda nyata, tetapi memberi pengaruh nyata
terhadap pertumbuhan panjang mutlak. Perlakuan paling baik pada air hijau dan
wadah transparan. Kadar glukosa darah ikan kakap putih cenderung meningkat
pada 10 hari pertama dan tingkat konsumsi oksigen selama 30 hari pemeliharaan
terus menurun pada semua perlakuan.

Kata kunci: Kanibalisme ikan, kakap putih, air hijau, wadah gelap, transparan

ABSTRACT
YEYEN HARDAYANI. Survival and growth rate of the barramundi’s juvenile
(Lates calcarifer) in green water system, dark condition and transparent
containers cultivation. Supervised by IRZAL EFFENDI and MIA SETIAWATI.
Barramundi’s cultivation is still constrained by the insufficient of
barramundi’s fry for aquaculture production. Size 1-2 cm of barramundi’s fry has
a greater risk of mortality than the other size. Most of the deaths are caused by
cannibalism. The aims of this research were to examine the survival and growth
rate of barramundi’s juvenile as fry with green water system, dark condition and
transparent containers treatment. The size of the barramundi’s juveniles that used
in this research were 1-2 cm and the average of weight were about 0.24±0.08 g,

the density for each treatment was 1.000 fish/m3. The barramundi was feed by at
satiation method for 3 times/day with crumble feed. The results showed that the
green water system, dark condition and transparent containers treatment have
survival rate, growth rate, feed conversion ratio, and the amount of consume feed
did not differ significantly, but the absolute growth length was differ significantly
for each treatment. The best treatment in this reseach was the green water system
and transparent containers treatment. Glucose levels of barramundi’s blood tend
to increased in the first 10 days and oxygen consumption rate in the 30 days was
continues to decline in all treatments.
Keywords: Cannibalism fish, barramundi, green water, dark containers,
transparent

KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN JUVENIL
IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DIPELIHARA PADA
MEDIA AIR HIJAU, WADAH GELAP DAN TRANSPARAN

YEYEN HARDAYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

: Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Juvenil Ikan Kakap
Putih (Lates calcarifer) Dipelihara pada Media Air Hijau,
Wadah Gelap dan Transparan
Nama
: Yeyen Hardayani
NIM
: C14090027
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya


Disetujui oleh

Ir Irzal Effendi, MSi
Pembimbing I

Dr Ir Mia Setiawati, MSi
Pembimbing II

Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Juvenil Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer) Dipelihara pada Media Air Hijau, Wadah Gelap dan Transparan”.
Penelitian ini dilakukan pada April sampai dengan Juni 2013 di Balai Besar

Pengembangan Budidaya Laut Lampung.
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir Irzal Effendi, MSi, Ibu Dr Ir Mia Setiawati, MSi selaku Dosen
Pembimbing Skripsi dan Ibu Maya Meiyana, MSi selaku Pembimbing
Lapangan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut, Lampung yang
telah banyak memberikan bimbingan selama pengerjaan penelitian ini.
2. Bapak Prof Dr Daniel Djokosetiyanto selaku Dosen Pembimbing
Akademik dan Bapak Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc selaku Dosen Penguji
Tamu yang telah banyak memberikan masukan, semangat, dan motivatasi.
3. Bapak Ir Badrudin, MSi selaku Kepala Balai Besar Pengambangan
Budidaya Laut, Lampung yang telah mengizinkan penulis untuk
melakukan penelitian ini.
4. Bapak Sunaryat, Bapak Winarto Budi, Ibu Ana, Mas Wahyu, dan Mas Tri
yang telah banyak membantu penulis melakukan pengujian dan kegiatan
pendukung lainnya selama melakukan penelitian di Balai Besar
Pengambangan Budidaya Laut, Lampung.
5. Keluargaku tercinta terutama ayah, ibu dan kedua adik (Mahendra Raga
Kusuma dan Faris Doni Ramadhan) beserta keluarga besar yang telah
banyak memberikan motivasi dan semangat serta bantuan dana penelitian
kepada penulis.

6. Teman-teman terbaikku di BDP 46 (Renni, Aya, Soya, Ichan, Arlina,
Chandra, Nendi, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu)
yang telah banyak memberikan bantuan pada persiapan penelitian,
pengalaman dan kisah yang sangat berharga.
Penulis berharap hasil penelitian yang dituliskan dalam skripsi ini dapat
memberikan banyak manfaat sesuai dengan yang diharapkan.
Bogor, September 2013
Yeyen Hardayani

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang ...........................................................................................

1


Tujuan Penelitian .......................................................................................

2

BAHAN DAN METODE ...............................................................................

2

Rancangan Percobaan .................................................................................

2

Teknik Pemeliharaan ..................................................................................

3

Pengamatan dan Pengolahan Data ..............................................................

4


HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................

7

Hasil...........................................................................................................

7

Pembahasan ............................................................................................... 11
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 15
Kesimpulan ................................................................................................ 15
Saran .......................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 15
LAMPIRAN ................................................................................................... 18
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 22

DAFTAR TABEL
No
Hal

1 Alat dan metode pengukuran kualitas air .................................................... 7
2

Kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang
mutlak, dan rasio konversi pakan pada akhir pemeliharaan juvenil ikan
kakap putih (Lates calcarifer)..................................................................... 10

3

Kualitas air dan media pemeliharaan juvenil ikan kakap putih (Lates
calcarifer) .................................................................................................. 11

DAFTAR GAMBAR
No
Hal
1 Kelangsungan hidup juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer)yang
dipelihara selama 30 hari dalam air hijau, wadah gelap dan transparan ....... 7
2

Bobot rata-rata juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer)yang

dipelihara selama 30 hari dalam air hijau, wadah gelap dan transparan ....... 8

3

Panjang rata-rata juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer)yang
dipelihara selama 30 hari dalam air hijau, wadah gelap dan transparan ....... 9

4

Tingkat konsumsi oksigen juvenil ikan kakap putih (Lates
calcarifer)yang dipelihara selama 30 hari dalam air hijau, wadah gelap
dan transparan ............................................................................................ 9

5

Kadar glukosa darah juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer)yang
dipelihara selama 30 hari dalam air hijau, wadah gelap dan transparan ....... 10

6

Grafik kualitas air media pemeliharaan juvenil ikan kakap putih (Lates
calcarifer) selama 30 hari pada air hijau, wadah gelap dan transparan :
(a) amoniak, (b) nitrit ................................................................................. 11

DAFTAR LAMPIRAN
No

1

Hal
Data penelitian pendahuluan kepadatan plankton........................................ 18

2

Cara mengukur kepadatan Nannochloropsis sp. setiap 7 hari sekali
selama 30 hari pemeliharaan ..................................................................... 18

3

Data kelangsungan hidup juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer)
selama 30 hari pemeliharaan pada air hijau, wadah gelap, dan
transparan ................................................................................................. 18

4

Data pertumbuhan bobot juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer)
selama 30 hari pemeliharaan pada air hijau, wadah gelap, dan
transparan ................................................................................................. 18

5

Data pertumbuhan panjang juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer)
selama 30 hari pemeliharaan pada air hijau, wadah gelap, dan
transparan ................................................................................................. 19

6

Data tingkat konsumsi oksigen juvenil ikan kakap putih (Lates
calcarifer) selama 30 hari pemeliharaan pada air hijau, wadah gelap,
dan transparan ........................................................................................... 19

7

Data kadar glukosa juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer) selama
30 hari pemeliharaan pada air hijau, wadah gelap, dan transparan ............. 19

8

Analisis statistik dan uji homogenisitas kelangsungan hidup (SR), rasio
konversi pakan (FCR), laju pertumbuhan harian (LPH), pertumbuhan
panjang mutlak (PPM), kadar glukosa darah, tingkat konsumsi oksigen
(TKO), dan jumlah konsumsi pakan ........................................................... 19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan kakap putih (Lates calcarifer) merupakan salah satu jenis ikan air laut
yang banyak diminati masyarakat dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Permintaan ikan kakap putih terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pasar ikan kakap putih cukup luas, mulai dari pasar tradisional, rumah makan,
restoran, hotel, pasar swalayan, hingga ekspor. Jakarta setiap bulan membutuhkan
sekitar 70 ton ikan kakap (ikan kakap putih dan ikan kakap merah) dan Bali
membutuhkan sekitar 30 ton per bulan. Di luar negeri, Singapura membutuhkan
ikan kakap hidup dan segar sekitar 60 ribu ton/tahun, sedangkan Hongkong
membutuhkan sekitar 250 ribu ton/tahun. Ekspor ikan kakap Indonesia ke
Singapura baru mencapai 3000 ton/tahun ikan kakap segar dan 80 ton/tahun ikan
kakap hidup (KKP 2012). Usaha budidaya ikan kakap putih masih terkendala
dengan ketersediaan benih yang belum mencukupi kebutuhan produksi budidaya
ikan kakap putih (Tragistina 2011).
Perkembangan dan kelangsungan hidup benih ikan kakap putih sangat
tergantung pada parameter lingkungan pemeliharaan seperti intensitas cahaya, DO,
suhu, dan salinitas. Faktor intensitas cahaya dapat mempengaruhi kelangsungan
hidup dan pertumbuhan pada ikan. Menurut Mukai dan Lim (2012) ikan kakap
putih berumur 10 hari belum memiliki respons visual terhadap pakan, setelah 1326 hari ikan kakap putih sudah mulai mengandalkan penglihatannya untuk
mendapatkan makanan. Menurut Gardner dan Maguire (1998) cahaya dapat
memberikan pengaruh visual pada ikan untuk mendapatkan makanan, cahaya
yang gelap menyebabkan ikan mengalami kesulitan mendapatkan pakan yang
diberikan (pelet) sehingga lebih menyukai memangsa sejenisnya yang bergerak
atau kanibal. Hal ini diduga dapat menyebabkan rendahnya nilai kelangsungan
hidup dan laju pertumbuhan. Pada masa peralihan dari larva ke juvenil dan dari
juvenil ke benih, ikan kakap putih mempunyai sifat kanibalisme karena pada masa
peralihan ini ikan kakap putih mulai mencari makan secara visual (Mukai dan Lim
2012). Juvenil ikan kakap putih ukuran 1-2 cm memiliki risiko kematian yang
lebih besar (Putra 2006). Menurut Barlow et al. (1995) nilai kelangsungan hidup
juvenil kakap putih sebesar 66%, sebagian besar kematian disebabkan oleh
kanibalisme.
Ikan kakap putih merupakan salah satu ikan predator dan demersal yaitu
habitatnya di dasar perairan serta merupakan ikan yang bersifat diurnal yaitu aktif
pada siang hari (Davis 1985). Sehingga untuk menciptakan kondisi lingkungan
yang menyerupai habitat asli ikan kakap putih, maka dilakukan rekayasa
lingkungan. Salah satunya dengan pengaturan sudut pandang cahaya masuk dalam
media pemeliharaan, yaitu penggunaan sistem pemeliharaan air hijau, dinding
tertutup dan transparan. Keberadaan cahaya yang terlalu intensif dapat
menyebabkan beberapa jenis organisme akuatik mengalami stres dan mati (Boeuf
dan Bail 1999). Cahaya sangat berperan dalam aktifitas larva mencari makan.
Warna wadah dan media pemeliharaan dapat menghambat penetrasi cahaya ke
dalam air (Effendi 2003) sehingga dapat mempengaruhi respons stres pada ikan.
Menurut Barcellos et al. (2009) pada ikan jundia (Rhamdia quelen) dilakukan

2
penelitian dengan perlakuan wadah putih dan wadah biru. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pada wadah putih ikan jundia memiliki cortisol yang tetap
tinggi selama 24 jam setelah diberi stressor, sedangkan pada wadah biru cortisol
menurun selama 12 jam. Setiap jenis ikan diduga memiliki respons yang berbedabeda terhadap warna wadah dan kecerahan media.
Menurut Sugama et al. (2003) pemeliharaan benih kerapu dapat dilakukan
dengan menggunakan metode green water untuk cahaya redup. Alga yang
digunakan adalah Nannochloropsis sp. karena mikroalga ini sering dijumpai di
perairan laut dan mudah dalam penanganannya (Aliabbas 2002). Oleh karena itu
dilakukan penelitian pemeliharaan kakap putih dengan menggunakan teknik
pemeliharaan media air hijau, wadah gelap dan transparan terhadap kelangsungan
hidup dan pertumbuhan melalui pengamatan kadar glukosa darah sebagai
pendugaan tingkat stres ikan dan tingkat konsumsi oksigen ikan kakap putih
sebagai pendugaan laju metabolisme.
Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelangsungan hidup dan
pertumbuhan juvenil ikan kakap putih yang dipelihara pada media air hijau,
wadah gelap, dan wadah transparan. Sebagai data pendukung diukur pula kadar
glukosa darah dan tingkat konsumsi oksigen.

BAHAN DAN METODE
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang dilakukan menggunakan rancangan acak
lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan kondisi lingkungan media yang berbeda yaitu
media air hijau, wadah gelap dan transparan serta masing-masing 3 ulangan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan padat penebaran 1000 ekor/m3. Ikan
dipelihara dalam akuarium dengan volume 38 liter. Pemeliharaan dilakukan
selama 30 hari dengan dilakukan 3 kali sampling setiap 10 hari sekali. Ikan uji
yang digunakan berukuran 1-2 cm dengan bobot rata-rata 0,24±0,08 g.
Kondisi Air Hijau
Perlakuan media air hijau dilakukan dengan menggunakan penambahan
fitoplankton Nannochloropsis sp. sebanyak 15% dari total volume air laut yang
digunakan. Kepadatan fitoplankton yang digunakan mengacu pada hasil penelitian
pendahuluan (Lampiran 1) berkisar antara 400-700 sel/ml.
Kepadatan fitoplankton yang digunakan dipertahankan dengan cara
penambahan fitoplankton pada awal pemeliharaan sebanyak 20% dari volume air
laut yang digunakan kemudian seterusnya ditambahkan 15% dari volume air laut
yang digunakan setelah dilakukan pergantian air setiap pagi dan sore hari (Moria
et al. 1996). Setelah penggantian air dilakukan pengecekan kepadatan fitoplankton
menggunakan haemocytometer untuk menyamakan kepadatan fitoplankton
dengan kepadatan awal (Lampiran 2).

3
Kultur Nannochloropsis sp. secara masal menggunakan bak fiber
berbentuk bundar dengan kapasitas 1 m3. Setelah dikultur pada bak fiber,
dilanjutkan ke bak starter berbentuk persegi panjang dengan kapasitas 30 m3.
Setelah itu Nannochloropsis sp. dikultur masal pada bak beton yang berkapasitas
100 m3. Kultur dilakukan dengan sterilisasi wadah menggunakan kaporit 20-30
ppm. Dosis pupuk yang digunakan berupa urea 10 ppm, TSP 30 ppm, dan ZA 50
ppm. Inokulan yang digunakan sebanyak 1/10 bagian volume media kultur.
Pemanenan dilakukan secara parsial yaitu ½ dari volume kultur kemudian bak
ditambahkanair laut dan sisa fitoplankton digunakan sebagai inokulan. Pemanenan
dilakukan setiap 3-4 hari sekali.
Kondisi Wadah Gelap
Pemeliharaan wadah gelap dilakukan dengan menutup seluruh sisi wadah
menggunakan plastik hitam dengan tujuan untuk mengurangi cahaya yang masuk
pada media. Penutupan wadah dilakukan pada bagian sisi kanan, kiri, depan,
belakang, dan bagian bawah. Sedangkan bagian atas tidak diberi tutup. Menurut
Said et al. (2005) penutupan sisi akuarium dengan menggunakan plastik berwarna
hitam dapat menghasilkan cahaya sebanyak 180 lux.
Kondisi Wadah Transparan
Perlakuan dengan menggunakan dinding transparan dilakukan dengan
menggunakan akuarium yang semua sisinya tidak tertutup sehingga cahaya dapat
masuk pada media pemeliharaan dari segala arah. Menurut Said et al. (2005)
akuarium yang dibiarkan terbuka sehingga bebas mendapatkan cahaya
menghasilkan cahaya 300 lux.
Teknik Pemeliharaan
Persiapan wadah perlakuan air hijau, wadah gelap dan transparan diawali
melalui pembersihan wadah dengan air tawar lalu dibilas dengan air laut, dan
dilakukan pemasangan aerasi. Ikan diadaptasi pada akuarium selama 2 hari,
setelah itu ikan diberi perlakuan dengan lingkungan air hijau, wadah gelap dan
transparan.
Ikan diberi pakan berupa pakan komersial (crumble) dengan kandungan
protein 48%. Pemberian pakan dilakukan menggunakan sistem at satiation.
Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pagi (08.00), siang
(13.00), dan sore (16.00).
Pengolahan kualitas air di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung dilakukan dengan menggunakan filter fisik, kimia, dan biologi. Filter
fisik menggunakan pasir dan karang yang berfungsi menurunkan kandungan
bahan organik atau zat beracun dalam air. Filter biologi menggunakan lumut atau
tanaman air yang bertujuan untuk menjernihkan air. Filter kimia merupakan
proses penyaringan menggunakan bahan flokulan sebagai penyaring. Filter kimia
digunakan saat kondisi perairan di sekitar lokasi mempunyai tingkat kekeruhan
yang tinggi.
Sistem pemeliharaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu ganti air
sebanyak 70%, frekuensi sebanyak 2 kali sehari (pagi sebelum pemberian pakan
dan sore setelah pemberian pakan).

4
Pengamatan dan Pengelolaan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data tingkat kelangsungan
hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, jumlah konsumsi
pakan, rasio konversi pakan, tingkat konsumsi oksigen, kadar glukosa darah, dan
nilai kualitas air selama proses pemeliharaan seperti, oksigen terlarut (DO),
derajat keasaman (pH), salinitas, amoniak, nitrit, dan suhu.
Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup pada ikan merupakan perbandingan antara
jumlah individu yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan individu yang hidup
pada awal penebaran. Jumlah ikan yang mati selama pemeliharaan dicatat jumlah
dan bobotnya. Perhitungan sintasan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Effendie 1997) :

Keterangan : SR= Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan saat panen (ekor)
No= Jumlah ikan saat tebar (ekor)
Laju Pertumbuhan Harian (LPH)
Bobot ikan kakap putih diukur pada saat awal pemeliharaan dan saat
sampling. Sampling dilakukan pada pagi hari sebelum ikan diberi pakan. Ikan
diambil dari akuarium dengan menggunakan seser sebanyak 10 ekor/akuarium
kemudian ikan diukur menggunakan penggaris lalu ikan dipisahkan pada baskom
yang sudah diberi air dan diaerasi. Ikan yang sudah dukur dan dipisahkan pada
baskom ditimbang bobotnya menggunakan timbangan digital dengan cara
memasukkan ikan pada wadah di atas timbangan yang sudah ditera. Setelah itu
dengan formulasi sebagai berikut dapat dihitung laju pertumbuhan harian
(Huisman 1987), yaitu :

Keterangan : LPH= Laju pertumbuhan bobot harian (%)
Wt = Bobot rata-rata akhir (g hari ke-t)
Wo = Bobot rata-rata awal (g hari ke-t)
Jumlah Konsumsi Pakan
Jumlah konsumsi pakan dilakukan dengan menghitung jumlah pakan yang
habis selama pemeliharaan berlangsung. Pakan terlebih dahulu ditimbang
sebanyak 5 g untuk satu akuarium selama 1 hari. Setelah pemberian pakan sore,

5
pakan sisa ditimbang yang akan digunakan sebagai pengurang dari pakan awal
untuk mendapatkan jumlah pakan yang termakan. Jumlah konsumsi pakan
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut (Zonneveld et al. 1991) :
∑ pakan = Pa +Pt + .... +Pn
Keterangan : Pa = jumlah pakan yang termakan (g)
Pt = jumlah pakan yang diberikan pada hari ke-t (g)
Pn = jumlah pakan yang iberikan pada akhir pemeliharaan (g)
Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan merupakan jumlah pakan yang habis termakan oleh
ikan selama pemeliharaan. Rasio konversi pakan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Zonneveld et al. 1991) :
FCR=

Keterangan : Pa
Bi
Bo
Bm
FCR

��

��−�0+��

= Jumlah pakan yang diberikan (g)
= Biomassa ikan pada hari ke-i (g)
= Biomassa ikan pada hari ke-o (g)
= Biomassa ikan yang mati (g)
= Konversi pakan

Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak ikan kakap putih dilakukan pada saat awal
pemeliharaan dan saat sampling. Sampel ikan yang digunakan sebanyak 10
ekor/akuarium atau pengulangan. Pengukuran dilakukan dengan mengukur
panjang total ikan mulai dari pangkal mulut hingga ujung ekor yang dilakukan
dengan menggunakan penggaris kemudian dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Effendie 1997):
��−��

∆P =



Keterangan : ∆P = Pertumbuhan panjang (cm)
Pi = Pertumbuhan panjang pada hari ke-i (cm)
Po = Pertumbuhan panjang pada hari ke-o (cm)
t = periode pengamatan (hari)
Tingkat Konsumsi Oksigen
Tingkat konsumsi oksigen diukur secara tidak langsung dengan
menentukan oksigen yang digunakan dalam proses oksidasi untuk memperoleh
energi, termasuk energi untuk osmoregulasi dan pertumbuhan. Pengukuran

6
konsumsi oksigen dilakukan dengan sistem tertutup, ikan ditempatkan pada
wadah berisi air bervolume satu liter (Watanabe et al. 2008).
Air dalam wadah tersebut terlebih dahulu diaerasi hingga kandungan
oksigen pada air menjadi jenuh, kurang lebih selama 15 menit, selanjutnya
oksigen terlarut diukur dan ditetapkan sebagai oksigen awal. Ikan yang diuji
sebanyak 1 ekor/liter dimasukkan ke dalam wadah tersebut melalui lubang yang
sudah disediakan pada penutup yang menggunakan styrofoam dan ukurannya
disesuaikan diameter permukaan wadah. Kemudian seluruh bagian sisi permukaan
gelas ukur yang ditutup dengan styrofoam direkatkan dengan lakban untuk
menghindari wadah difusi dari udara luar. Setelah satu jam oksigen media diukur
kembali dan ditetapkan sebagai oksigen akhir. Setelah itu, ikan diambil kembali
dan bobot ikan ditimbang. Oksigen diukur dengan menggunakan alat DO meter
dengan cara memasukkan probe DO meter pada lubang yang sama saat
memasukkan ikan. Berikut ini merupakan rumus perhitungan jumlah oksigen
yang dikonsumsi ikan:
dO2/dt =

Keterangan:

dO2
DOg
DOy
V
g
t



= Laju konsumsi oksigen (mgO2/g jam)
= Kandungan oksigen terlarut pada awal percobaan (mg/L)
= Kandungan oksigen terlarut pada akhir percobaan (mg/L)
= Volume air (L)
= Bobot ikan (g)
= Lama pengamatan (jam)

Glukosa Darah
Glukosa darah merupakan suatu parameter yang dapat menggambarkan
respons fisiologis pada hewan pada saat mempertahankan homeostasis pada suatu
perubahan yang terjadi (Bratawijaya 2006). Parameter glukosa darah diuji dengan
menggunakan Blood Glucose Test Meter. Pengujian dilakukan dengan menutup
bagian kepala ikan menggunakan tisu basah dengan tujuan menghindari pengaruh
stres dari luar, kemudian ikan dipotong pada bagian pangkal ekor dengan
menggunakan gunting. Ikan yang digunakan sebanyak 1 ekor/uji. Setelah itu
darah ikan diambil sebanyak ± 4µl dimasukkan dalam kit/strip uji yang sudah
disetting berdasarkan aturan pemakaian alat (Eames et al. 2010). Setelah 11 detik
Blood Glucose Test Meter menunjukkan nilai kadar glukosa darah yang
terkandung dalam darah ikan kakap putih.
Parameter Kualitas Air
Alat dan metode yang digunakan dalam pengukuran kualitas air terdapat
pada Tabel 1. Pengukuran kualitas air dilakukan di Laboratorium Kualitas Air
Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Pengukuran pH, nitrit, dan
amoniak dilakukan setiap sampling yaitu pada 10 hari sekali. Sedangkan
pengukuran suhu dan salinitas dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.
Pengukuran pH, amonia, dan nitrit dilakukan dengan cara mengambil sampel
sebanyak 330 ml pada pagi hari sebelum dilakukan penggantian air. Setelah itu
sempel dibawa ke Laboratorium Kualitas Air. Sedangkan pengukuran suhu, DO,

7
dan salinitas dilakukan langsung pada wadah pemeliharaan. Pada pengukuran DO
dan suhu alat dimasukkan dalam media pemeliharaan sedangkan pada pengukuran
salinitas diambil 1 tetes air sampel untuk diukur menggunakan refraktometer.
Tabel 1 Alat dan Metode Pengukuran Kualitas Air
No
1
2
3
4
5
6

Parameter
pH
Amonia
Suhu
DO
Salinitas
Nitrit

Alat
pH Meter
Phenat
Termometer
DO Meter
Refraktometer
Larutan pewarna

Metode
Insitu
Spektrofotometri
Insitu
Insitu
Insitu
Spektofotometri

Analisis Data
Analisis data dilakukan menggunakan Microsoft Exel 2010 dan SPSS 17.0
(ANOVA dan uji lanjut Duncan) pada selang kepercayaan 95% untuk parameter
kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian (LPH), pertumbuhan panjang
mutlak (PPM), rasio konversi pakan (FCR), dan jumlah pakan. Analisis data
bobot rata-rata, panjang rata-rata, tingkat konsumsi oksigen, kadar glukosa darah,
dan kualitas air dilakukan dengan cara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup juvenil ikan kakap putih setelah dipelihara selama 30
hari pada perlakuan air hijau, wadah gelap, dan wadah transparan terus menurun
selama pemeliharaan (Lampiran 3). Juvenil ikan kakap putih banyak mengalami
kematian pada 10 hari pertama pada semua perlakuan (Gambar 1). Pada perlakuan
wadah gelap memiliki kelangsungan hidup paling rendah yaitu 76,32±6,96%
sedangkan pada air hijau memiliki kelangsungan hidup 85,96±5,48% dan wadah
transparan 85,96±8,04% (Tabel 2).

Kelangsungan Hidup (%)

100
90
80
70
0
Air Hijau

10
Hari keWadah Gelap

20

30

Wadah Transparan

Gambar 1 Kelangsungan hidup setiap 10 hari juvenil ikan kakap putih (Lates
calcarifer) yang dipelihara selama 30 hari pada air hijau, wadah gelap
dan transparan.

8

Bobot rata-rata (g/ekor)

Pertumbuhan Bobot
Pertumbuhan bobot rata-rata juvenil ikan kakap putih selama dipelihara 30
hari pada perlakuan air hijau, wadah gelap dan transparan terus mengalami
peningkatan (Lampiran 4). Pertumbuhan bobot rata-rata paling cepat terjadi pada
perlakuan air hijau yaitu meningkat 16,58 kali lipat dari bobot awal, sedangkan
pertumbuhan bobot rata-rata paling lambat terjadi pada wadah gelap yaitu hanya
meningkat 9,25 kali lipat dari bobot awal (Gambar 2).
4,5
4,0
3,5
3,0
2,5
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
0

10

20

30

Hari keAir Hijau

Wadah Gelap

Wadah Transparan

Gambar 2 Pertumbuhan bobot juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang
dipelihara selama 30 hari pada air hijau, wadah gelap dan transparan

Panjang Rata-Rata (cm/ekor)

Pertumbuhan Panjang
Panjang rata-rata juvenil ikan kakap putih selama dipelihara 30 hari pada
perlakuan air hijau, wadah gelap dan transparan terus meningkat pada masingmasing perlakuan (Lampiran 5). Pertumbuhan panjang paling cepat terlihat pada
perlakuan wadah transparan yaitu meningkat 2,86 kali lipat dari panjang awal,
sedangkan pertumbuhan panjang juvenil ikan kakap putih paling lambat terjadi
pada perlakuan wadah gelap yaitu hanya meningkat 2,26 kali lipat dari panjang
awal selama 30 hari pemeliharaan (Gambar 3).
7,0
6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
0
Air Hijau

10
Hari keWadah Gelap

20

30

Wadah Transparan

Gambar 3 Panjang rata-rata juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer) yang
dipelihara selama 30 hari pada air hijau, wadah gelap dan transparan

9

Tingkat Konsumsi Oksigen
(mg O2/g jam)

Tingkat Konsumsi Oksigen
Tingkat konsumsi oksigen juvenil ikan kakap putih selama dipelihara 30
hari pada perlakuan air hijau, wadah gelap dan transparan semakin hari semakin
menurun seiring dengan bertambahnya bobot ikan (Gambar 4). Pada perlakuan air
hijau tingkat konsumsi oksigen menurun 0,99 mg O2/g jam dan pada perlakuan
wadah gelap menurun 0,95 mg O2/g jam serta pada perlakuan dinding transparan
menurun 1,01 mg O2/g jam (Lampiran 6). Pada hari ke-10 konsumsi oksigen
juvenil ikan kakap putih paling tinggi pada perlakuan wadah gelap yaitu
1,15±0,42 mg O2/g jam dan terendah pada perlakuan wadah transparan yaitu
0,68±0,39 mg O2/g jam. Pada hari ke-20 tingkat konsumsi oksigen tertinggi pada
perlakuan air hijau yaitu 0,98±0,52 mg O2/g jam sedangkan tingkat oksigen
terendah pada perlakuan wadah transparan yaitu 0,65±0,39 mg O2/g jam. Pada
hari ke-30 tingkat konsumsi oksigen relatif sama antar perlakuan berkisar antara
0,31-0,37 mg O2/g jam.
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0
Air Hijau

10

20
30
Hari keWadah Gelap
Wadah Transparan

Gambar 4 Tingkat konsumsi oksigen juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer)
setelah dipelihara selama 30 hari pada air hijau, wadah gelap dan
transparan
Glukosa Darah
Kadar glukosa darah juvenil ikan kakap putih yang dipelihara pada
perlakuan air hijau dan wadah gelap pada 10 hari pertama mengalami peningkatan
yang tinggi yaitu 45,8% dan 65,97%, sedangkan pada perlakuan wadah transparan
kadar glukosa darah mulai naik pada hari ke-5, namun pada 10 hari pertama mulai
stabil yaitu pada hari ke-0 nilai kadar glukosa darah yaitu 48±20,07 mg/dl dan
pada hari ke 10 yaitu 48±16,09 mg/dl (Gambar 5). Setelah hari ke 30 kadar
glukosa darah memiliki nilai yang lebih stabil pada masing-masing perlakuan.
Pada hari ke-5 kadar glukosa darah tertinggi terjadi pada perlakuan wadah
transparan yaitu 84±20,07 mg/dl sedangkan kadar glukosa darah terendah terjadi
pada perlakuan wadah gelap yaitu 54±9,29 mg/dl. Pada hari ke-10 kadar glukosa
darah tertinggi terjadi pada perlakuan wadah gelap yaitu 80±15,50 mg/dl
sedangkan nilai terendah terjadi pada perlakuan wadah transparan yaitu 48±16,09
mg/dl. Pada saat akhir pemeliharaan di hari ke-30 kadar glukosa darah tertinggi
pada wadah transparan yaitu 66±21,03 dan kadar glukosa darah terendah pada
perlakuan wadah gelap yaitu 47±7,81 mg/dl (Lampiran 7).

10

Kadar Glukosa (mg/dl)

100
80
60
40
20
0
0
Air Hijau

5

10

15

Hari keWadah Gelap

20

25

30

Wadah Transparan

Gambar 5 Kadar glukosa darah juvenil ikan kakap putih (Lates calcarifer) setelah
dipelihara selama 30 hari pada air hijau, wadah gelap, dan wadah
transparan
Berdasarkan uji nonparametrik nilai kelangsungan hidup, laju pertumbuhan
harian, jumlah konsumsi pakan, rasio konversi pakan tersebar normal (Lampiran
8). Tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian (LPH), jumlah
konsumsi pakan, rasio konversi pakan (FCR) benih ikan kakap putih pada
perlakuan air hijau, wadah gelap dan transparan memiliki tingkat kelangsungan
hidup berkisar 76,32-85,96%, LPH berkisar antara 7,88-10,10%, jumlah konsumsi
pakan berkisar antara 30,92-42,82 g dan FCR berkisar antara 0,89-1,44, tidak
berbeda nyata pada perlakuan air hijau, wadah gelap dan transparan (Tabel 2).
Namun, pada parameter uji pertumbuhan panjang mutlak diketahui bahwa
perlakuan wadah gelap menunjukkan pertumbuhan panjang mutlak paling rendah
dibandingkan dengan perlakuan air hijau dan wadah transparan (p0,05).
Tabel 2 Kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian (LPH), pertumbuhan
panjang mutlak (PPM), jumlah konsumsi pakan, dan rasio konversi
pakan (FCR) pada akhir pemeliharaan juvenil ikan kakap putih (Lates
calcarifer)
Parameter Uji
Kelangsungan Hidup (%)
LPH (%)
PPM (cm)
FCR
Jumlah Pakan (g)

Air Hijau
85,96 ± 5,48a
10,10 ± 3,87a
1,24 ± 0,46a
0,89 ± 0,30a
36,64±13,48a

Perlakuan
Wadah Gelap
76,32 ± 6,96a
7,88 ± 1,50a
0,92 ± 0,20b
1,44 ± 0,22a
30,92±1,90a

Wadah Transparan
85,96 ± 8,04a
9,63 ± 1.12a
1,35 ± 0,33a
1,25 ± 0,52a
42,82±14,46a

Keterangan: Huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p0,05). Nilai

12
kelangsungan hidup pada penelitian ini diukur setelah dilakukan pemeliharaan
selama 30 hari. Banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi tingkat
kelangsungan hidup seperti kondisi lingkungan, kanibalisme, dan kualitas air.
Kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan karakteristik ikan dapat
menyebabkan ikan mengalami stres hingga menyebabkan kematian. Parameter
lingkungan perairan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan seperti
intensitas cahaya, DO, suhu, dan salinitas. Tingkat kematian ikan banyak terjadi
pada 10 hari pertama (Gambar 1) karena pada 10 hari pertama diduga ikan masih
dalam tahap adaptasi terhadap lingkungan. Juvenil ikan kakap putih diduga akan
mengalami stres saat mengalami perubahan sistem pemeliharaan. Hal tersebut
dapat dilihat pada Gambar 5. Kondisi stres pada juvenil ikan kakap putih
ditunjukkan dengan meningkatnya kadar glukosa darah pada 10 hari pertama. Hal
ini sesuai dengan Barcellos et al. (2010) yang menyatakan bahwa peningkatan
kadar glukosa darah dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan hormon cortisol
yang dapat mengakibatkan stres pada ikan. Berdasarkan uji statistik tingkat
kelangsungan hidup juvenil ikan kakap putih pada perlakuan air hijau, wadah
gelap dan transparan tidak berbeda nyata (p>0,05). Hal ini diduga bahwa kondisi
cahaya pada masing-masing perlakuan tidak mempengaruhi kelangsungan hidup
juvenil ikan kakap putih. Menurut Barlow et al. (1995) larva ikan kakap putih
tumbuh semakin cepat di bawah kondisi 8, 16, dan 24 jam cahaya setiap hari
dengan tingkat kelangsungan hidup tidak berbeda.
Laju pertumbuhan harian juvenil ikan kakap putih berkisar antara 7,8810,10% (p>0,05). Pertumbuhan panjang mutlak juvenil ikan kakap putih berkisar
antara 0,92-1,35cm (p