KERAGAMAN JENIS TUMBUHAN OBAT DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA TONGKOH KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

(1)

ABSTRACT

MEDICINAL PLANTS SPECIES DIVERSITY ON EDUCATION FOREST OF UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA AT FOREST PARK

AREA IN TONGKOH REGENCY NORTH SUMATRA By

Eva Friska Br Sembiring

Tongkoh Grand forest park has an excellent site factor for various types of medicinal plants. The research about the medicinal plants spesies diversity at the Grand forest park of Tongkoh was needed because there was the lack of

information about the types of medicinal plants in the area. The purpose of the study was to determine the diversity of species and it’s abundance, in the area of utilization block Grand forest park of Tongkoh, Karo District, North Sumatra Province. This research was conducted on August 2014 in the area of utilization block Grand forest park of Tongkoh Karo, North Sumatra Province. Inventory method was employed using the terraced lines method that arranged

systematically and started with purposive sampling, based on the presence of medicinal plants that had known by local communities in Grand forest park of Tongkoh. The distance between the pioneer lines were 200 m and the distance between the plots and the path lines were 100 m. The results of the research show that there are 25 species of medicine plants which are divided into 19 orders and 21 families. The most dominant species was pegagan (Centella asiatica) with


(2)

density about 9.500 individual/hectare and frequency at 0,26 and tree species which have the highest relative density was pine (Pinus merkusii) with frequency was 0,2 and the density was 60 individual/hectare.

Keywords: medicinal plants, diversity


(3)

ABSTRAK

KERAGAMAN JENIS TUMBUHAN OBAT DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KAWASAN TAMAN HUTAN

RAYA TONGKOH KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA Oleh

Eva Friska Br Sembiring

Taman Hutan Raya Tongkoh memiliki kondisi tempat tumbuh yang sangat baik untuk berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat. Penelitian tentang keragaman jenis tumbuhan obat di Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh dibutuhkan karena minimnya informasi yang memadai tentang jenis-jenis tumbuhan obat yang ada di Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis- jenis dan kelimpahan dari masing-masing jenis tumbuhan obat yang ada di blok pemanfaatan kawasan Tahura Tongkoh, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini telah dilakukan di blok pemanfaatan kawasan Tahura Tongkoh Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara dengan metode inventarisasi menggunakan metode garis berpetak yang peletakannya disusun secara sistematik dengan awal purpossive sampling yaitu berdasarkan keberadaan tumbuhan obat yang sudah diketahui oleh masyarakat di sekitar Taman Hutan Raya Tongkoh. Jarak antargaris rintis 200 m dan jarak antarplot di dalam garis rintis adalah 100 m. Hasil penelitian di Taman Hutan Raya Tongkoh diperoleh 25 jenis tumbuhan obat yang terbagi atas 21 famili. Kerapatan dan


(4)

frekuensi tumbuhan obat yang tertinggi yaitu spesies pegagan (Centella asiatica) dengan kerapatan sebesar 9.500 individu/hektar dan frekuensi sebesar 0,26 sedangkan jenis pohon yang memiliki frekuensi dan kerapatan tertinggi adalah pinus (Pinus merkusii) dengan frekuensi sebesar 0,2 dan kerapatan 60

individu/hektar.


(5)

KERAGAMAN JENIS TUMBUHAN OBAT DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KAWASAN TAMAN HUTAN

RAYA TONGKOH KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA

Oleh

EVA FRISKA Br SEMBIRING

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe, Kabupaten Karo Sumatera Utara pada tanggal 21 September 1992, sebagai anak pertama dari Bpk S. Sembiring dan ibu M. Br Ginting S.pd. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak - kanak (TK) di TK Xaverius pada tahun 1997—1998.

Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD St. Xaverius 1 pada tahun 1998 -- 2004, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP St. Xaverius 1 Kabanjahe pada tahun 2004—2007, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kabanjahe Kabupaten Karo pada tahun 2007--2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penelusuran Akademik dan Bakat ( PKAB).

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis juga menjadi Anggota Utama dalam Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva). Kedudukan penulis dalam organisasi Himasylva adalah sebagai anggota Bidang 5 Pengembangan Kewirausahaan periode 2012-- 2013 serta Bendahara Himasylva periode 2013— 2014. Penulis menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Silvika, Fisiologi pohon, Ilmu Tanah Hutan, Penyuluhan, Ekologi Hutan, Dendrologi dan Sifat-Sifat Kayu.


(9)

Penulis melaksanakan praktik umum (PU) pada tahun 2013 di BKPH Cikeusik RPH Cikeusik Perum Perhutani Unit III Banten dan Jawa Barat dan Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Lampung Timur.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabanjahe, Kabupaten Karo Sumatera Utara pada tanggal 21 September 1992, sebagai anak pertama dari Bpk. S. Sembiring dan ibu M. Br Ginting S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak- kanak (TK) di TK Xaverius pada tahun 1997—1998.

Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD St. Xaverius 1 pada tahun 1998--2004, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP St. Xaverius 1 Kabanjahe pada tahun 2004—2007, dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kabanjahe Kabupaten Karo pada tahun 2007--2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penelusuran Akademik dan Bakat ( PKAB).

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis juga menjadi Anggota Utama dalam Himpunan Mahasiswa Kehutanan (Himasylva). Kedudukan penulis dalam organisasi Himasylva adalah sebagai anggota Bidang 5 Pengembangan Kewirausahaan periode 2012--2013 serta Bendahara Himasylva periode 2013— 2014. Penulis menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Silvika, Fisiologi pohon, Ilmu Tanah Hutan, Penyuluhan, dan Ekologi Hutan.


(11)

Penulis melaksanakan praktik umum (PU) pada tahun 2013 di BKPH Cikeusik RPH Cikeusik Perum Perhutani Unit III Banten dan Jawa Barat dan Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Lampung Timur.


(12)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya

saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan kupersembahkan skripsi ini kepada:

Bapak dan mamakku tercinta yang telah membesarkan dan merawatku serta mendidikku dengan penuh cinta dan kasih sayang, yang selalu memberikan dukungan dan

membiayai seluruh kehidupan saya selama ini.

Adikku Marsa Anandus Sembiring tersayang yang selalu memberiku semangat serta menanti keberhasilanku

dengan penuh kesabaran.

Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih untuk kakak dan abangku Destra Sembiring, Yudha Sinulingga dan

Yuni Fransiska br Sitepu, keluarga besar Kehutanan 2010(Sylvaten), keluarga besar Himasylva dan keluarga

besar IMKA RML yang selalu memberiku semangat dan motivasi.

Almamaterku tercinta Kehutanan Universitas Lampung Bandar Lampung.


(13)

SANWACANA

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi berjudul “ Keragaman jenis tumbuhan obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara kawasan Taman Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Saya menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif atau membangun dari semua pihak agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik, tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak sebagai berikut.

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan sekaligus penguji utama dan pembimbing akademik, atas arahan, saran serta kritik yang telah diberikan sampai selesainya penulisan skripsi ini.


(14)

3. Bapak Ir. Indriyanto, M.P., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan banyak masukan,arahan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan kepada saya dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 4. Bapak Duryat, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing ke-2 yang telah

memberikan bimbingan, dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak Ir. Erpi Hasibuan, M.Si., selaku Kepala UPTD Taman Hutan Raya

Tongkoh dan seluruh pegawai dan staf Taman Hutan Raya Tongkoh, yang telah memberikan banyak bantuan kepada saya selama penelitian.

6. Kedua orang tuaku tercinta bapak Sarial Sembiring dan ibu Mariati Br Ginting S.Pd juga adikku tersayang Marsa Anandus Sembiring yang tidak bosan-bosannya memberi doa dan dukungan dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu saya khususnya dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan mereka semua yang telah diberikan kepada saya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar Lampung,12 Maret 2015


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Jenis- Jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Hutan pendidikan

USU oleh Riwanda ……… 9 2. Jenis-jenis tumbuhan obat yang ditemukan di Taman Hutan Raya

Tongkoh ... 20 3. Keragaman famili tumbuhan obat yang ditemukan di Taman Hutan

Raya Tongkoh ... 21 4. Habitus tumbuhan dari jenis tumbuhan obat yang ditemukan di

Taman Hutan Raya Tongkoh ... 22 5. Kerapatan dan frekuensi jenis tumbuhan obat yang ada di Taman


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Peta lokasi penelitian ... 15 2. Bentuk dan letak petak ukur pengamatan tiap fase pertumbuhan

berdasarkan metode garis berpetak ... 15 3. Tata letak petak ukur dengan metode garis berpetak di peta ... 17 4. Histogram jumlah jenis tumbuhan tiap habitus ... 23


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kerangka Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tumbuhan Obat ... 7

B. Pemanfaatan Tumbuhan Obat ... 10

C. Taman Hutan Raya Tongkoh ... 11

III. METODE PENELITIAN ... 14

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

B. Alat dan Objek Penelitian ... 14

C. Batasan Penelitian ... 15

D. Pelaksanaan Penelitian ... 15


(18)

b. Tahap Pelaksanaan ... 18

c. Analisis Data ... 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

A. Hasil Penelitian ... 20

B. Pembahasan ... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

A. Kesimpulan ... 30

B. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31

LAMPIRAN ... 32


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Tanah Karo. Kawasan hutan ini merupakan hutan konservasi yang berupa hutan alam pengunungan yang ditetapkan sejak zaman Belanda yaitu Hutan Lindung Sibayak 1, Simancik 1, Sibayak II, Simancik II, Suaka Margasatwa Langkat Selatan dan Sinabung.

Taman Hutan Raya Tongkoh memiliki kondisi tempat tumbuh yang sangat baik untuk berbagai jenis tumbuhan berkhasiat obat. Kawasan ini memiliki iklim tipe B dengan curah hujan rata-rata per tahun 2.000 sampai dengan 2.500 mm dengan suhu minimum 130 C dan maksimum 250 C dengan kelembaban rata- rata berkisar antara 90-- 100 %. Tahura Tongkoh ini memiliki sumber daya alam hayati yang tinggi dan begitu melimpah, sehingga banyak memberikan manfaat, baik manfaat secara langsung maupun tidak langsung, beberapa manfaat tidak langsung seperti di bidang jasa lingkungan, ekonomi, sosial dan budaya. Salah satu produk nir kayu yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan sejak dahulu adalah tumbuhan obat.


(20)

2 Tumbuhan obat merupakan jenis tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit. Dalam kehidupan saat ini masyarakat memiliki kecenderungan untuk kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan tumbuhan obat untuk mengobati berbagai penyakit dibandingkan obat-obatan kimia. Namun masyarakat sekitar kawasan yang berminat untuk memanfaatkan tumbuhan obat sebagai obat alternatif untuk mengobati penyakit menghadapi masalah. Masalah yang dialami oleh masyarakat yaitu kurangnya pengetahuan, data atau informasi yang memadai tentang jenis-jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai ramuan obat-obatan tradisional (Arief, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian Riwanda (2012) di Taman Hutan Raya Tongkoh, diperoleh 38 jenis tanaman obat yang terbagi atas 23 ordo dan 24 famili. Tumbuhan obat yang ditemukan di Taman Hutan Raya Tongkoh ini banyak digunakan oleh masyarakat sekitar hutan sebagai pengobatan alternatif sehari-hari. Pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan obat masih kurang, sehingga

masyarakat mengalami kesulitan dalam membudidayakan beberapa tanaman obat di kebun dan pekarangan rumah mereka. Oleh karena itu, mereka mengalami kesulitan untuk memanfaatkan tanaman obat untuk mengobati beberapa jenis penyakit.

Banyak jenis tumbuhan obat yang belum diketahui keberadaan dan

penyebaraanya, sehingga masyarakat mengalami masalah untuk menggunakan tumbuhan obat tersebut. Saat ini data atau informasi tentang tumbuhan obat hanya tersebar dari mulut ke mulut, oleh karena itu diperlukan penelitian untuk


(21)

3 mengetahui data atau informasi tentang keanekaragaman tumbuhan obat yang ada di blok pemanfaatan kawasan Taman Hutan Raya Tongkoh.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui jenis- jenis tumbuhan obat yang ada di blok pemanfaatan kawasan Tahura Tongkoh Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

b. Untuk mengetahui kelimpahan dari masing-masing jenis tumbuhan berkhasiat obat di blok pemanfaatan kawasan Tahura Tongkoh Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.

C. Perumusan Masalah

Dewasa ini minat masyarakat untuk menggunakan tumbuhan obat sebagai obat alternatif untuk mengobati berbagai penyakit semakin meningkat bila

dibandingkan dengan penggunaan obat-obat kimia. Tumbuhan obat dipercaya tidak memiliki efek samping. Namun demikian terdapat masalah yang dialami oleh masyarakat sekitar kawasan untuk menggunakan tumbuhan obat tersebut, yaitu kurangnya pengetahuan, data dan informasi serta keanekaragaman dan kelimpahan yang ada di Taman Hutan Raya Tongkoh.

Pengetahuan mengenai jenis, dan kelimpahan tumbuhan obat yang ada di Taman Hutan Raya Tongkoh dirasakan kurang memadai oleh karena itu dilakukan kajian untuk mengetahui keanekaragaman dan kelimpahannya. Jika keanekaragaman dan


(22)

4 kelimpahan tumbuhan obat tergolong tinggi, maka masyarakat dapat

memanfaatkannya, dan sebaliknya, jika keanekaragaman dan kelimpahan rendah, maka perlu dilakukan upaya pengkayaan populasi agar tumbuhan obat tersebut tidak mengalami kepunahan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut.

a. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai keberadaan jenis tumbuhan berkhasiat obat yang masih dapat ditemukan di Taman Hutan Raya Tongkoh pada blok pemanfaatan sehingga dapat menunjang upaya konservasi

tumbuhan obat tersebut.

b. Sebagai masukan bagi instansi kehutanan dan masyarakat pengelola Taman Hutan Raya Tongkoh untuk mengembangkan tumbuhan obat yang ada di Tahura Tongkoh.

c. Dijadikan sebagai referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang keanekaragaman jenis tumbuhan berkhasiat obat.

E. Kerangka Pemikiran

Tumbuhan obat merupakan salah satu warisan nenek moyang kita yang telah terbukti dapat menyembuhkan berbagi penyakit dan sudah terbukti secara ilmiah. Tumbuhan obat yang terdapat di Taman Hutan Raya bisa menjadi salah satu aset yang penting yang sejak dahulu dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar Tahura untuk mengobati berbagai penyakit. Oleh karena itu, perlu dipelihara agar dapat


(23)

5 digunakan secara berkelanjutan. Dalam kehidupan saat ini masyarakat memiliki kecenderungan kembali ke alam dengan memanfaatkan tumbuhan obat untuk digunakan mengobati berbagai penyakit dibandingkan obat-obatan kimia. Tetapi yang menjadi masalahnya yaitu masyarakat kurang mengetahui informasi dan data tentang tumbuhan obat dan keberadaannya.

Pemanfaatan tumbuhan obat tanpa adanya upaya pelestarian sangat memengaruhi keberadaan tumbuhan obat yang ada di taman hutan raya sehingga keadaan ini dapat membuat tumbuhan obat yang ada di dalamnya menjadi punah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelestarian dan studi tentang keberadaan tumbuhan obat sehingga dapat mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat yang ada di Taman Hutan Raya Tongkoh.

Penelitian ini dilakukan dengan metode inventarisasi dengan menggunakan metode garis berpetak di blok pemanfaatan Taman Hutan Raya Tongkoh. Banyaknya petak contoh yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 50 petak dengan intensitas sampling yaitu sebesar 0,2% dari total keseluruhan luasan Taman Hutan Raya Tongkoh. Kemudian data yang diperoleh akan

diklasifikasikan sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya.

Penelitian ini menganalisis berbagai jenis tumbuhan obat dan persebarannya,serta menghitung tingkat kerapatan, dominansi, frekuensi tumbuhan obat yang

ditemukan di blok pemanfaatan Taman Hutan Raya Tongkoh. Dengan metode inventarisasi tersebut diharapkan akan diketahui jenis-jenis, keanekaragaman,


(24)

6 kelimpahan dan penyebaran tumbuhan obat yang ada di blok pemanfaatan Taman Hutan Raya Tongkoh.

Hasil yang didapat berupa informasi meliputi jenis dan kelimpahan jenis tumbuhan obat serta kegunaannya. Data atau informasi tersebut akan

dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan untuk melestarikan tumbuhan obat dan sebagai dasar pengelolaan tumbuhan obat oleh instansi terkait.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat merupakan sebagian tumbuhan atau bagian yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu baik secara tunggal maupun campuran yang dianggap dan dipercaya dapat menyembuhkan suatu penyakit atau dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan (Rahayu dkk., 2006).

Tumbuhan obat adalah jenis tumbuhan yang sebagian, seluruh tumbuhan dan tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan (Siswanto, 1997). Sedangkan Menurut Departemen Kesehatan RI, definisi tumbuhan obat Indonesia sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No.149/SK/Menkes/IV/1978 adalah sebagai berikut.

a. Tumbuhan atau bagian tumbuhanyang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu.

b. Tumbuhan atau bagian tumbuhanyang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku obat (prokursor).

c. Tumbuhan atau bagian tumbuhan yang diekstraksi dan ekstrak tumbuhan tersebut digunakan sebagai obat.


(26)

7 Zuhud dan Haryanto (1994) mengelompokan tumbuhan berkhasiat obat sebagai berikut.

a. Tumbuhan obat tradisional, merupakan jenis yang diketahui atau dipercaya masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

b. Tumbuhan obat modern, merupakan jenis tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat, dan penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan secara medis.

c. Tumbuhan obat potensial, merupakan jenis tumbuhan yang diduga

mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif obat, tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah-medis sebagai bahan obat dan penggunaannya secara tradisional belum diketahui.

Tumbuhan obat merupakan spesies tumbuhan yang sebagian atau seluruh bagian tubuhnya dapat digunakan sebagai ramuan obat-obatan. Tumbuhan obat dapat terdiri dari berbagai jenis yaitu (Tjitrosoepomo, 1994).

a. Pohon adalah tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki suatu batang yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan

b. Perdu adalah tumbuhan berkayu yang tidak seberapa besar dan bercabang dekat dengan permukaan, biasanya kurang dari 5--6 meter.

c. Herba adalah tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair. d. Liana adalah tumbuhan berkayu dengan batang menjulur/memanjat pada

tumbuhan lain.

e. Semak adalah tumbuhan tidak seberapa besar, batang berkayu, bercabang-cabang dekat permukaan tanah atau di dalam tanah.


(27)

8 Berdasarkan hasil penelitian (Riwanda, 2012) diperoleh 38 jenis tumbuhan obat yang terbagi atas 23 ordo dan 24 famili. Tumbuhan obat yang ditemukan di hutan pendidikan USU ini banyak digunakan oleh masyarakat sekitar hutan sebagai pengobatan alternatif sehari-hari. Pengetahuan masyarakat tentang tumbuhan obat sudah berkembang, sehingga masyarakat sudah membudidayakan beberapa tumbuhan obat di kebun dan pekarangan rumah mereka. Oleh karena itu, mereka dengan mudah dapat memanfaatkan tumbuhan obat untuk mengobati beberapa jenis penyakit dan dapat menunjang pembangunan kesehatan masyarakat di sekitar Taman Hutan Raya Tongkoh.

Tabel 1. Jenis-jenis Tumbuhan Obat yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU.

No Nama Lokal Nama Latin Ordo Famili Fungsi

1 Andaliman Zanthoxylum acanthopodium DC Sapindales Rutaceae Obat epilepsy

2 Arbei Rubus reflexus Ker Rosales Rosaceae Obat mata

3 Belo-belo Piper decumanum L. Piperales Piperaceae Luka, Bengkak 4 Besi-besi Justicia gandarusa Burm.F Lamiales Acanthaceae Untuk penyembahan 5 Bidara Artemisia vulgaris Linn Asterales Asteraceae Obat ambeyen

6 Bunga Kiung Obat gatal-gatal

7 Bunga Kacar Impatiens balsamina Linn. Ericales Balsaminaceae Sebagai penyegar

8 Bunga Sapa Obat bisul

9 Cekala Nicolaia speciosa Horan Zingiberales Zingiberaceae Obat batuk 10 Cingkam Bischofia javanica BI Euphorbiales Euphorbiaceae Obat maag 11 Gagatan Harimau Vitis gracilis BL Vitales Vitaceae Obat sakit perut

12 Kambing-kambing Obat sakit perut

13 Kayu Manis Cinnamomum burmanii Laurales Lauraceae Obat mencret

14 Kelsi Bidens sinensis Asterales Asteraceae Obat gatal-gatal

15 Kembang Sepatu Hibiscus rosasinensis Linn Malvales Malvaceae Obat demam 16 Kemenyan Styrax sumaterana Ebenales Styracaceae Obat gatal-gatal 17 Ketang/Rotan Calamus diepenhorstii Miq Arecales Arecaceae Obat sakit perut 18 Kulit Labang Castanopsis costata BL Fagales Fagaceae Obat amandel 19 Kumis Kucing Orthosiphon stamineus Benth Lamiales Lamiaceae Obat angin duduk 20 Lancing Solanum verbacifolium Solanales solanaceae Obat terkilir 21 Lenga-lenga Eupatorium odaratum L. Asterales Asteraceae Masuk

angin,pegal-pegal 22 Meniran Phyllanthus niruri L. Uphorbiales Uphorbiaceae Antibiotik 23 Pecah Pinggan Centipeda minima P. Asterales Asteraceae Menyegarkan tubuh


(28)

9 Tabel.1 (Lanjutan) Jenis-jenis Tumbuhan Obat yang ditemukan di Hutan

Pendidikan USU.

24 Pegaga Centella asiatica Urban Apiales Mackinlayaceae Menurunkan gula darah

25 Pia-pia Allium cepa Linn Liliales Liliaceae Menurunkan tensi

26 Pinus Pinus merkusii Pinales Pinaceae Obat sakit gula

27 Sabi Kabang Thitonia sp. Asterales Asteraceae Mengeringkan luka

sayatan

28 Salagundi Vitex trifolia L. Lamiales Lamiaceae Obat mata

29 Sayat-sayat Leersia hexandra Swartz Poales Poaceae Obat sakit gigi 30 Senduduk Melastoma candidum D.Don Myrtales Melastomataceae Obat amandel

31 Sibagori Sida rhombifolia L Malvales Malvaceae Obat sakit gigi

32 Sigaramata Clerodendron sp. Lamiales Verbenaceae Obat sariawan, Panas dalam

33 Singkut Curculigo sp.p Liliales Amaryllidaceae Obat mata

34 Surat-surat Dibata Macodes petola BI. Orchidales Orchidaceae Obat keracunan 35 Surindan Scrrulla ferruginea Zack Santalales Loranthaceae Obat kanker 36 Tenggiang Polystichum setiferum Polypodiales Dryopteridaceae Obat Luka

37 Terbangun Gara Coleus scutellarioides L. Solonales Lamiaceae Sakit mata dan masuk angin

38 Terbangun Ratah Coleus amboinicus Lour. Lamiales Lamiaceae Obat panas dalam

(Sumber: Riwanda, 2012).

B. Pemanfaatan Tumbuhan Obat

Organ tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat yaitu organ tumbuhan tersebut yang digunakan sebagai bahan aktif obat. Penilaian keunggulan terkait dengan ketersediaan organ tersebut secara terus menerus dan pengaruh organ tersebut terhadap kelangsungan hidup jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai tumbuhan obat. Organ yang dimaksud adalah buah, bunga, daun, ranting atau dahan, kulit batang, batang, dan akar. Jika suatu tumbuhan obat yang berfungsi sebagai bahan aktif obat adalah akar, maka nilai keunggulan tumbuhan obat tersebut rendah karena penggunaan akar akan memengaruhi kelangsungan hidup suatu jenis tumbuhan obat tersebut.


(29)

10 Namun demikian jika suatu tumbuhan obat mudah dibudidayakan, maka

penggunaan akar tidak mempengaruhi penyediaan bahan baku sehingga

pemanfaatannya berkelanjutan. Karena itu bobot kriteria tersebut hanya berada satu tingkat dari kriteria yang memiliki bobot terendah (Rijai, 2011).

Hutan tropika Indonesia mengandung sekitar 30.000 jenis tumbuhan berbunga dan diperkirakan sekitar 3.689 jenis di antaranya merupakan tumbuhan obat. Dari sejumlah tumbuhan obat tersebut menurut Ditjen POM, baru sebanyak 283 jenis tumbuhan obat yang sudah digunakan dalam industri obat tradisional (Djauhariya, 2004).

Pemanfaatan obat-obatan tradisional sejak dekade 1970-an mulai digantikan oleh obat-obatan modern hasil pabrikasi. Sampai saat ini untuk keperluan

pengobatan/kesehatan, masyarakat cenderung menggunakan dan bergantung pada obat-obat kimia. Jika tidak dilakukan upaya pendokumentasian pengetahuan dan kearifan masyarakat tradisional tersebut dikhawatirkan akan semakin banyak plasma nutfah Indonesia yang punah karena ketidaktahuan kita akan manfaat dan perannya terhadap kehidupan manusia. Pendekatan awal yang dapat digunakan guna mengantisipasi hal tersebut adalah dengan menginventarisir semua jenis yang masih dan pernah dimanfaatkan oleh masyarakat tradisional untuk kepentingan pengobatan (Utami dan Almaliyah, 2011).

C. Taman Hutan Raya Tongkoh

Taman Hutan Raya (Tahura) Tongkoh terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Tanah Karo. Kawasan hutan ini merupakan hutan


(30)

11 konservasi yang berupa hutan alam pengunungan yang ditetapkan sejak zaman Belanda yaitu Hutan Lindung, Sibayak 1, Simancik 1, Sibayak II, Simancik II, Suaka Margasatwa Langkat Selatan dan Sinabung (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2000).

Taman hutan raya Tongkoh berjarak sekitar 76 km dari ibukota provinsi atau sekitar 2 jam perjalanan. Secara geografis, kawasan Tahura terletak di bagian utara dari wilayah Kabupaten Karo, bagian selatan dan timur wilayah Dati II Langkat dan bagian barat dari wilayah kabupaten Dati II Simalugun. Komposisi wilayah Taman hutan raya Bukit Barisan dari keempat kabupaten tersebut adalah Kabupaten Langkat seluas 13.000 ha, Kabupaten Deli Serdang seluas 17.150 ha, Kabupaten Simalugun seluas 1.645 ha dan Kabupaten Tanah Karo seluas 19.805 ha (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2011).

1. Kondisi Topografi

Taman Hutan Raya Tongkoh terletak di desa Tongkoh, Kabupaten Karo Kecamatan Dolat Rayat dengan kawasan hutan Sibayak 1. Taman Hutan Raya Tongkoh memiliki luas wilayah 1.030 ha dengan no register 1. Berdasarkan ketinggian kawasan ini 500—1.000 m dpl sehingga suhu di daerah ini tergolong dingin dan memiliki kemiringan lereng 15--40% (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2011).

2. Kondisi Aksesibilitas

Desa Tongkoh dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan umum, baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Jalan menuju desa atau


(31)

12 kawasan ini sangat mudah karena terletak di jalan besar atau jalan lintas provinsi (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2011).

3. Kondisi Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Tongkoh pada tahun 2010 adalah berjumlah 8.573 jiwa. Pada umumnya penduduk desa ini memiliki hubungan kekerabatan satu sama lain, baik hubungan darah maupun hubungan dari pernikahan. Selain yang bermukim di desa, banyak pula penduduk yang merantau baik untuk melanjutkan pendidikan maupun bekerja, yang pada waktu tertentu dapat kembali ke kampung halaman. Suku bangsa penduduk desa tongkoh mayoritas suku Karo.

Penduduk desa ini mayoritas menganut agama Kristen Protestan dan Katolik dan hanya sebahagian kecil menganut agama Islam. Kerukunan antar umat beragama di desa ini dapat dilihat dari toleransi dan saling menghargai antar umat beragama (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2011).

4. Mata Pencaharian

Sebagian besar penduduk desa Tongkoh pada umumnya bekerja di sektor pertanian, sedangkan perikanan dan peternakan masih merupakan pekerjaan sampingan dengan intensitas kegiatan yang relatif kecil. Kegiatan pertanian yang ada sudah cukup maju, hal ini ditandai oleh penggunaan tenaga mekanik dalam pengelolaan lahan (Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, 2011).


(32)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan USU Tahura Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara pada bulan Agustus 2014.

B. Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kompas, lembar pengamatan, tali rafia, rol meter,buku kunci determinasi tumbuhan obat, GPS (global

positioning system), termometer, kamera digital canon dan pita ukur dengan ketelitian 0,1 mm, sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah tumbuhan obat yang berada di Hutan Pendidikan USU Tahura Desa Tongkoh Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.


(33)

14 C. Batasan Penelitian

a. Tumbuhan berkhasiat obat merupakan jenis tumbuhan yang telah diketahui dan dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar hutan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Riwanda (2012).

b. Hutan pendidikan yang berada di blok pemanfatan yang terletak di Desa Tongkoh yang dijadikan lokasi penelitian.

D. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan dalam penelitian ini terdiri atas 3 tahap, sebagai berikut. a. Tahap persiapan

Tahapan persiapan pada penelitian ini meliputi kegiatan persiapan pembuatan peta, untuk menentukan titik sampel yang akan dilakukan untuk pengambilan data. Untuk pengambilan data metode yang digunakan dalam mengambil data vegetasi adalah dengan analisis vegetasi menggunakan metode garis berpetak. Pada petak ukur persegi data yang diambil adalah tegakan pada tingkatan pohon dalam petak 20 m x 20 m, pada tingkat tiang dalam petak 10 m x10 m, pancang dalam petak 5 m x 5 m dan permudaan atau semai, perdu, liana ataupun semak dengan ukuran petak 2 m x 2 m.


(34)

15

Plot 2

Gambar 1. Peta lokasi penelitian (Tahura, 2011).

100 m 100 m

dst sampai plot ke- 50

200 m

Gambar 2. Bentuk dan letak petak ukur pengamatan tiap fase pertumbuhan berdasarkan metode garis berpetak (Indriyanto, 2006).

Keterangan : Petak A = berukuran 20 m x 20 m untuk pengamatan pohon. Petak B = berukuran 10 m x 10 m untuk pengamatan tiang.

Petak C = berukuran 5 m x 5 m untuk pengamatan pancang. Petak D = berukuran 2 m x 2 m untuk pengamatan semai.

Plot 1

Plot ke.. Plot ke..


(35)

16 Luas total Hutan Pendidikan USU Tahura Desa Tongkoh Kabupaten Karo

Kecamatan Dolat Rayat Provinsi Sumatera adalah 1.030 ha, petak pengamatan berukuran 20 m × 20 m dengan intensitas sampling 0,2 % dan akan diambil luas sampel 2,06 ha yang kemudian dibagi menjadi 50 petak. Dengan rumus luas keseluruhan wilayah dikali dengan intensitas sampling dan dibagi dengan luas petak contoh terbesar.

Penempatan petak contoh dilakukan dengan metode garis berpetak yang peletakannya disusun secara sistematik dengan awal purpossive sampling yaitu berdasarkan keberadaan tanaman obat yang sudah diketahui oleh masyarakat di Taman Hutan Raya Tongkoh. Jarak antargaris rintis 200 m dan jarak antarplot di dalam garis rintis adalah 100 m. Jarak antargaris rintis dan jarak antar petak ditentukan berdasarkan jarak antar peta kontur. Metode ini digunakan karena efektif untuk kondisi topografi, kemudahan teknis, dan keterwakilan tumbuhan obat di Taman Hutan Raya.


(36)

17

Gambar 3. Tata letak petak ukur dengan metode garis berpetak di peta. b. Tahap pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan pada penelitian ini meliputi kegiatan pengambilan data baik data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data yang diambil

langsung di lapangan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode inventarisasi berupa pohon, tumbuhan bawah, perdu, liana, dan semak yang berkhasiat obat yang ada di dalam petak contoh. Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan yaitu 20 m × 20 m fase pohon, 10 m × 10 m fase tiang, 5 m × 5 m fase pancang, dan 2 m × 2 m fase semai. Hal ini dilakukan untuk menghitung kerapatan, dan frekuensi.


(37)

18 Data Sekunder merupakan data yang sifatnya mendukung data primer yang diperoleh melalui studi literatur, keadaan umum lokasi penelitian, antara lain: letak, keadaan fisik lingkungan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bersumber dari data yang sudah ada di aparat desa maupun pemerintah setempat, serta data tentang khasiat berbagai jenis tumbuhan obat.

c. Analisis Data

Analisi data pada penelitian ini meliputi kegiatan pengolahan data, analisis data dan penyusunan skripsi. Pengolahan data dilakukan dengan mentabulasi data tersebut yang diperoleh langsung di lapangan. Analisis data pada penelitian ini yaitu dengan analisis vegetasi. Parameter analisis vegetasi yang diukur adalah sebagai berikut (Indriyanto, 2006).

1. Kerapatan

2. Frekuensi

Data hasil perhitungan tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan histogram. Data yang disajikan dalam bentuk tabel berupa data nama lokal, nama latin, famili serta kegunaan setiap jenis tumbuhan obat. Data dalam bentuk histogram berupa data jumlah jenis tumbuhan obat setiap habitus yang ditemukan di Taman Hutan Raya Tongkoh.


(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa. 1. Terdapat 25 jenis tumbuhan yang berkhasiat obat yang terbagi atas 19 ordo

dan 21 famili di Taman Hutan Raya Tongkoh. Terjadi penurunan jumlah tumbuhan obat dari tahun 2012—2014 yaitu sebanyak 13 jenis.

2. Spesies tumbuhan obat yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu pegagan (Centella asiatica) dengan kerapatan dan frekuensi yang paling tinggi, yaitu sebesar 9.500 individu/hektar dan frekuensi sebesar 0,26 dan pohon

tergolong rendah dilihat dari persentasinya.

B. Saran

Perlu dilakukan pembudidayaan terhadap tumbuahan obat yang sudah jarang ditemukan seperti kemenyan (Styrax sumaterana), kulit labang (Castanopsis costata), surindan (Scrrulla ferruginea), dan lain sebagainya, sehingga dapat meningkatkan keanekaragaman jenis dan jumlah tumbuhan obat di Taman Hutan Raya Tongkoh.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdiyani, S. 2008. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat di dataran tinggi dieng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Balai Penelitian Kehutanan Solo. Vol. V No. 1 : 79—92 p.

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Buku. Kanisius. Yogyakarta. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Desa Tongkoh Kabupaten Karo. Departemen Kehutanan USU.(Belum dipublikasikan). Medan.180 p. Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Buku. Salemba Medika. Jakarta.106 p. . 2011. Tanaman Obat Indonesia. Buku. Salemba Medika. Jakarta.118 p. . 2012. Tanaman Obat Indonesia. Buku. Salemba Medika. Jakarta.106 p. Damayanti.1999. Kajian tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit penting

pada berbagai etnis di Indonesia. Jurnal Budidaya. IPB Bogor. 6(1):28— 37 p.

Darwati, I. 2012. Budidaya dan pasca panen pegagan (Centella asiatica). Artikel majalah. Badan Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO). Jakarta. 25 p. Djauhariya. 2004. Gulma berkhasiat obat. Artikel majalah. Swadaya. Jakarta.

30 p.

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. 2011. Studi Jasa Lingkungan di Tahura Bukit Barisan. Buku. Cv Sumber Jaya Asri. Medan.42 p.

. 2000. Naskah Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan.Buku. Cv Sumber Jaya Asri. Medan.38 p. Elisah, S. 2012. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar cagar Alam

dolok tinggi Maraja. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. 68 p.

Fahrudin, H. 2010. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Herba yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat di Taman Hutan Raya R. Soerjo Kabupaten Malang. Diakses 27 Februari 2014 pada pukul 20.00 Wib .


(40)

Falah, F. 2013. Keragaman jenis dan pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat sekitar hutan lindung gunung beratus Kalimantan timur (diversity and utilization of medicinal plants by local community around gunung beratus protection forest, east Kalimantan). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Kalimantan Timur. 10(1):1—18 p. Fendi. 2004. Inventarisasi tumbuhan berkhasiat obat di desa Angsanah

Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan Madura. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi UMM. 65 p.

Hidayat, D. 2012. Studi keanekaragaman jenis tumbuhan obat di Kawasan IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Camp Tontang Kabupaten Sintang. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjung Pura. Pontianak. 55 p. Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Buku. Penebar Swadaya.

Jakarta. 74 p.

Hamzari. 2008. Identifikasi tanaman obat-obatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan tabo-tabo. Jurnal Hutan Dan Masyarakat. Tadulako. 3(2) 111-234 p.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. Bumi aksara. Jakarta. 210 p.

. 2012. Dendrologi. Buku. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 232 p.

Karmilasanti, S. 2011. Keanekaragaman jenis tumbuhan obat dan

pemanfaatannya di kawasan tane’ oleh desa setulang malinau, kalimantan

timur. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. Vol 5. No.1. Kalimantan Timur. Nugroho, I. A. 2010. Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia. Asia Pasific

Forest Genetic Resources Programme. Jakarta. 20 p.

Purba, H. 2005. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat di Tahura Wan Abdurrahman. Skripsi. Mahasiswa Kehutanan Universitas Lampung. Tidak Dipublikasikan. 49 p.

Rahayu,M., S. Sunarti., D. Sulistiarini dan S. Prawiroatmodjo. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau

Wawonii, Sulawesi Tenggara. Diakses pada tanggal 3 Maret 2014 pada pukul 20.00 Wib. http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0703/D070310.pdf. 78 p. Rijaii, L. 2011. Penentuan kriteria ilmiah potensi tumbuhan obat unggulan

Kelompok Bidang Ilmu Kimia Farmasi. Jurnal Kesehatan. Vol 1. No. 2. Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman. Samarinda.


(41)

Riwanda, S. 2012. Keanekaragaman vegetasi tanaman obat di Tahura Bukit Barisan Selatan Tongkoh Kabupaten Karo. Skripsi. Mahasiswa Kehutanan Universitas Sumatera Utara. 65 p.

Satyareni, D. 2011. Sistem pakar diagnosis penyakit infeksi tropis dengan menggunakan forward dan backward chaining. Jurnal Teknologi. Vol. 1 No. 2. Fakultas Teknik, Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum’. Jombang.

Setiawan, D. 2005. Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia jilid 2. Buku. Penerbit PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta. 190 p.

. 2007. Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia jilid 3. Buku. Penerbit Puspa Swara. 189 p.

Syukur, C. dan Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Buku. Penerbit Swadaya. Jakarta. 345 p.

Sinaga, T. 2012. Eksplorasi tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Samosir Utara. Skripsi . Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. 57 p.

Simon, H. 1977. Metoda Inventore Hutan. Buku.Penerbit Aditya Media.Yogyakarta. 586 p.

Siswanto, Y.W. 1997. Penanganan hasil panen tanaman obat komersial. Majalah Trubus Agriwidya. Ungaran. 28 p.

Tjitrosoepomo, G. 1994.Taksonomi Tumbuhan . Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 263 p.

Utami, S. dan Almaliyah. 2011. Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Di Kabupaten Lampung Barat Dan Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Balai Penelitian Kehutanan Palembang. 30 p.

Utomo, B. 2013. Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Sumatera Utara Kawasan Tahura Tongkoh. Buku. Universitas Sumatera Utara. Medan. 43 p. Zuhud, E. A. M. 2009. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika dengan Pengembangan Potensi Lokal Ethno-Forest-Pharmacy (Ethno-Wanafarma) pada Setiap Wilayah Sosial-Biologi Satu-satuan Masyarakat Kecil. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Seminar di Yogyakarta.

Zuhud, E. A. M. dan Haryanto. 1994 Potensi Hutan Tropika Indonesia sebagai Penyangga Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Buku. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 285 p.


(1)

17

Gambar 3. Tata letak petak ukur dengan metode garis berpetak di peta.

b. Tahap pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan pada penelitian ini meliputi kegiatan pengambilan data baik data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan data yang diambil

langsung di lapangan. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode inventarisasi berupa pohon, tumbuhan bawah, perdu, liana, dan semak yang berkhasiat obat yang ada di dalam petak contoh. Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan yaitu 20 m × 20 m fase pohon, 10 m × 10 m fase tiang, 5 m × 5 m fase pancang, dan 2 m × 2 m fase semai. Hal ini dilakukan untuk menghitung kerapatan, dan frekuensi.


(2)

18 Data Sekunder merupakan data yang sifatnya mendukung data primer yang diperoleh melalui studi literatur, keadaan umum lokasi penelitian, antara lain: letak, keadaan fisik lingkungan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bersumber dari data yang sudah ada di aparat desa maupun pemerintah setempat, serta data tentang khasiat berbagai jenis tumbuhan obat.

c. Analisis Data

Analisi data pada penelitian ini meliputi kegiatan pengolahan data, analisis data dan penyusunan skripsi. Pengolahan data dilakukan dengan mentabulasi data tersebut yang diperoleh langsung di lapangan. Analisis data pada penelitian ini yaitu dengan analisis vegetasi. Parameter analisis vegetasi yang diukur adalah sebagai berikut (Indriyanto, 2006).

1. Kerapatan

2. Frekuensi

Data hasil perhitungan tersebut disajikan dalam bentuk tabel dan histogram. Data yang disajikan dalam bentuk tabel berupa data nama lokal, nama latin, famili serta kegunaan setiap jenis tumbuhan obat. Data dalam bentuk histogram berupa data jumlah jenis tumbuhan obat setiap habitus yang ditemukan di Taman Hutan Raya Tongkoh.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa. 1. Terdapat 25 jenis tumbuhan yang berkhasiat obat yang terbagi atas 19 ordo

dan 21 famili di Taman Hutan Raya Tongkoh. Terjadi penurunan jumlah tumbuhan obat dari tahun 2012—2014 yaitu sebanyak 13 jenis.

2. Spesies tumbuhan obat yang memiliki kelimpahan tertinggi yaitu pegagan (Centella asiatica) dengan kerapatan dan frekuensi yang paling tinggi, yaitu sebesar 9.500 individu/hektar dan frekuensi sebesar 0,26 dan pohon

tergolong rendah dilihat dari persentasinya.

B. Saran

Perlu dilakukan pembudidayaan terhadap tumbuahan obat yang sudah jarang ditemukan seperti kemenyan (Styrax sumaterana), kulit labang (Castanopsis costata), surindan (Scrrulla ferruginea), dan lain sebagainya, sehingga dapat meningkatkan keanekaragaman jenis dan jumlah tumbuhan obat di Taman Hutan Raya Tongkoh.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdiyani, S. 2008. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat di dataran tinggi dieng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Balai Penelitian Kehutanan Solo. Vol. V No. 1 : 79—92 p.

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Buku. Kanisius. Yogyakarta. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Desa Tongkoh Kabupaten Karo. Departemen Kehutanan USU.(Belum dipublikasikan). Medan.180 p. Agoes, A. 2010. Tanaman Obat Indonesia. Buku. Salemba Medika. Jakarta.106 p. . 2011. Tanaman Obat Indonesia. Buku. Salemba Medika. Jakarta.118 p. . 2012. Tanaman Obat Indonesia. Buku. Salemba Medika. Jakarta.106 p. Damayanti.1999. Kajian tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit penting

pada berbagai etnis di Indonesia. Jurnal Budidaya. IPB Bogor. 6(1):28— 37 p.

Darwati, I. 2012. Budidaya dan pasca panen pegagan (Centella asiatica). Artikel majalah. Badan Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Balai

Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO). Jakarta. 25 p. Djauhariya. 2004. Gulma berkhasiat obat. Artikel majalah. Swadaya. Jakarta.

30 p.

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. 2011. Studi Jasa Lingkungan di Tahura Bukit Barisan. Buku. Cv Sumber Jaya Asri. Medan.42 p.

. 2000. Naskah Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan.Buku. Cv Sumber Jaya Asri. Medan.38 p. Elisah, S. 2012. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar cagar Alam

dolok tinggi Maraja. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. 68 p.

Fahrudin, H. 2010. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Herba yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat di Taman Hutan Raya R. Soerjo Kabupaten Malang. Diakses 27 Februari 2014 pada pukul 20.00 Wib .


(5)

Falah, F. 2013. Keragaman jenis dan pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh masyarakat sekitar hutan lindung gunung beratus Kalimantan timur (diversity and utilization of medicinal plants by local community around gunung beratus protection forest, east Kalimantan). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Kalimantan Timur. 10(1):1—18 p. Fendi. 2004. Inventarisasi tumbuhan berkhasiat obat di desa Angsanah

Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan Madura. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi UMM. 65 p.

Hidayat, D. 2012. Studi keanekaragaman jenis tumbuhan obat di Kawasan IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Camp Tontang Kabupaten Sintang. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Tanjung Pura. Pontianak. 55 p. Hariana, A. 2006. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Buku. Penebar Swadaya.

Jakarta. 74 p.

Hamzari. 2008. Identifikasi tanaman obat-obatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan tabo-tabo. Jurnal Hutan Dan Masyarakat. Tadulako. 3(2) 111-234 p.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Buku. Bumi aksara. Jakarta. 210 p.

. 2012. Dendrologi. Buku. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 232 p.

Karmilasanti, S. 2011. Keanekaragaman jenis tumbuhan obat dan

pemanfaatannya di kawasan tane’ oleh desa setulang malinau, kalimantan

timur. Jurnal Penelitian Dipterokarpa. Vol 5. No.1. Kalimantan Timur. Nugroho, I. A. 2010. Lokakarya Nasional Tanaman Obat Indonesia. Asia Pasific

Forest Genetic Resources Programme. Jakarta. 20 p.

Purba, H. 2005. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah berkhasiat obat di Tahura Wan Abdurrahman. Skripsi. Mahasiswa Kehutanan Universitas Lampung. Tidak Dipublikasikan. 49 p.

Rahayu,M., S. Sunarti., D. Sulistiarini dan S. Prawiroatmodjo. 2006. Pemanfaatan Tumbuhan Obat secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau

Wawonii, Sulawesi Tenggara. Diakses pada tanggal 3 Maret 2014 pada pukul 20.00 Wib. http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0703/D070310.pdf. 78 p. Rijaii, L. 2011. Penentuan kriteria ilmiah potensi tumbuhan obat unggulan

Kelompok Bidang Ilmu Kimia Farmasi. Jurnal Kesehatan. Vol 1. No. 2. Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman. Samarinda.


(6)

Riwanda, S. 2012. Keanekaragaman vegetasi tanaman obat di Tahura Bukit Barisan Selatan Tongkoh Kabupaten Karo. Skripsi. Mahasiswa Kehutanan Universitas Sumatera Utara. 65 p.

Satyareni, D. 2011. Sistem pakar diagnosis penyakit infeksi tropis dengan menggunakan forward dan backward chaining. Jurnal Teknologi. Vol. 1 No. 2. Fakultas Teknik, Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum’. Jombang.

Setiawan, D. 2005. Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia jilid 2. Buku. Penerbit PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara. Jakarta. 190 p.

. 2007. Atlas Tumbuhan Obat di Indonesia jilid 3. Buku. Penerbit Puspa Swara. 189 p.

Syukur, C. dan Hernani. 2002. Budidaya Tanaman Obat Komersil. Buku. Penerbit Swadaya. Jakarta. 345 p.

Sinaga, T. 2012. Eksplorasi tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat Samosir Utara. Skripsi . Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan. 57 p.

Simon, H. 1977. Metoda Inventore Hutan. Buku.Penerbit Aditya Media.Yogyakarta. 586 p.

Siswanto, Y.W. 1997. Penanganan hasil panen tanaman obat komersial. Majalah Trubus Agriwidya. Ungaran. 28 p.

Tjitrosoepomo, G. 1994.Taksonomi Tumbuhan . Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 263 p.

Utami, S. dan Almaliyah. 2011. Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Obat Di Kabupaten Lampung Barat Dan Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Balai Penelitian Kehutanan Palembang. 30 p.

Utomo, B. 2013. Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Sumatera Utara Kawasan Tahura Tongkoh. Buku. Universitas Sumatera Utara. Medan. 43 p. Zuhud, E. A. M. 2009. Kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat

Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika dengan Pengembangan Potensi Lokal Ethno-Forest-Pharmacy (Ethno-Wanafarma) pada Setiap Wilayah Sosial-Biologi Satu-satuan Masyarakat Kecil. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Seminar di Yogyakarta.

Zuhud, E. A. M. dan Haryanto. 1994 Potensi Hutan Tropika Indonesia sebagai Penyangga Bahan Obat Alam untuk Kesehatan Bangsa. Buku. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. 285 p.


Dokumen yang terkait

Inventarisasi Anggrek Terestial di Hutan Pendidikan Bagian Timur Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

3 53 80

Inventarisasi Anggrek Terestial di Hutan Pendidikan Bagian Timur Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

6 73 80

Inventarisasi Anggrek Terestial di Hutan Pendidikan Bagian Timur Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 16

Keragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Tanam Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Keragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Tanam Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 7

Keragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Tanam Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 11

Keragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Tanam Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 21

Keragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Tanam Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 7

Keragaman Vegetasi Tanaman Obat di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Tanam Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 11

Keragaman Vegetasi Tanaman Obat Di Hutan Pendidikan Universitas Sumatera Utara Kawasan Taman Hutan Raya Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera Utara

0 0 11