kita hendaknya jangan difokuskan pada tingkatan-tingatannya semata, tapi juga pada proses kegiatan pendidikan yang memerdekakan peserta didik. Dalam
pengertian itu, pendidikan berarti memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya menjadi kemampuan
dan keahlian profesional wengaktus atau mewujud yang diemban dan dihayatinya dengan penuh tanggungjawab.
21
Oleh karena itu, praksis pendidikan harus “luas dan luwes”.Luas berarti memberikan kesempatan yang selebar-
lebarnya kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya seoptimal mungkin, sementara luwes berarti tidak kaku dalam pelaksanaan
metode dan strategi pendidikan.
4.6.3 Asas kebudayaan
Asas ini bersandar pada keyakinan kodrati bahwa manusia adalah makhluk berbudaya.Artinya, manusia mengalami dinamika evolutif dalam khasanah
pembentukan diri menjadi pribadi yang berbudi pekerti. Dalam konteks itu pula, pendidikan perlu dilaksanakan berdasarkan nilai-nilai budaya sebab kebudayaan
merupakan cirikhas manusia.
22
Bagi Ki Hajar, kemanusiaan bukanlah suatu pemikiran yang statis. Kemanusiaan merupakan suatu konsep yang dinamis,
evolutif, organis.Dalam kaitan ini, Ki Hajar Dewantara memahami kebudayaan selain sebagai buah budi manusia, juga sebagai kemenangan atau hasil perjuangan
21
Lihat Nursid Sumaatmadja, 2002, Pendidikan Pemanusiaan Manusia Manusiawi. Bandung: Alfabeta, hlm. 70
22
H.A.R. Tilaar ., op. cit., hlm. 44
hidup manusia.
23
Namun selaras dengan keyakinan atas manusia sebagai makhluk dinamis, kebudayaan juga demikian.Kebudayaan selalu berkembang seirama
dengan perkembangan dan kemajuan hidup manusia. Maka, menurut Ki Hajar Dewantara, kebudayaan itu tidak pernah mempunyai bentuk yang abadi, tetapi
terus-menerus berganti-ganti wujudnya; ini disebabkan karena berganti-gantinya alam dan zaman. Kebudayaan yang dalam zaman lampau menggampangkan dan
menguntungkan hidup, boleh jadi dalam zaman sekarang menyukarkan dan merugikan hidup kita. Itulah sebabnya kita harus senantiasa menyesuaikan
kebudayaan kita dengan tuntutan alam dan zaman baru.
24
Ditopang oleh pemikiran mengenai kebudayaan sebagai perkembangan kemanusiaan itu, maka
Ki Hajar Dewantara melihat secara jernih posisinya kebudayaan bangsa Indonesia di tengah-tengah kebudayaan bangsa-bangsa lain di dunia ini, yakni sebagai
penunjuk arah dan pedoman untuk mencapai keharmonisan sosial di Indonesia.
25
Pemikiran Ki Hajar mengenai kebudayaan ini kemudian secara konstitusional dimaktubkan dalam Pasal 32 UUD 1945.
26
Dalam konteks itu pula, asas ini menekankan perlunya memelihara nilai-nilai dan bentuk-bentuk
kebudayaan nasional.
27
23
A.M.W. Pranarka., op. cit., hlm. 15-16
24
Ibid. hlm. 16
25
Ibid. hlm. 17
26
Ibid. hlm. 19
27
H.A.R. Tilaar., op. cit., hlm. 132
4.6.4 Asas kebangsaan