2.3 ANGIN SEBAGAI PETUNJUK CUACA
Dari angin dapat dikenali bebagai fenomena cuaca. Misalnya, di daerah mengumpulnya angin di dekat permukaan bumi udara cenderung bergerak ke atas
sehingga menimbulkan banyak awan dan hujan. Sebaliknya di daerah angina menyebar udara cenderung bergerak ke bawah sehingga di atas daerah tersebut awan
sulit tumbuh. Bila ngin kencang terus-menerus bertiup di atas lautan dapat menimbulkan gelombang besar. Bila di suatu daerah arah angina sejajar tetapi kearah
samping kecepatannya banyak berbeda menimbulkan gesekan sehingga udara berputar; demikian pula dapat menimbulkan putaran bila arah angina di suatu sisi
berlawanan arah dengan angina di sisi sebelahan.
Sumber :
soerjadi wirjohamidjojo www.blogger.comprofil
2.4. KECEPATAN ANGIN DI INDONESIA
Rata-rata secara global kecepatan angin di darat adalah sekitar 30 - 40 kmjam. akan tetapi kecepatan rata2 angin di daratan sangat tergantung pada dimana kita
mengukur kecepatan angin tersebut dan kapan kita melakukan pengukuran. sebagai contoh wilayah Indonesia bagian Timur seperti NTT, NTB, Sulsel dan pantai selatan
Jawa mempunyai kecepatan angin rata-rata yang cukup tinggi yaitu 5 ms, sementara di indonesia bagian barat cenderung lebih rendah dari nilai tersebut.
Untuk pengukuran kecepatan angin yang lebih baik memang dilakukan pada ketinggian 10 m, dengan pertimbangan efek dari lapisan perbatas dan korelasi eddy
sudah tidak mempengaruhi kecepatan angin lagi. tapi rata2 stasiun cuaca, terutama di Indonesia melakukan pengukuran pada 0,5 m hingga 2 m. Sebagian besar stasiun
cuaca bahkan mengambil nilai tengahnya dengan menempatkan anemometer dalam sangkar cuaca yang berketinggian 1,2 m.
Sumber : Kumpulan Artikel - 103 - Energi Angin Wind Turbine Wind Mill
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Teori gerakan udara Gerakan udara terjadi akibat pemanasan lapisan udara yang berbeda- beda.
Bangunan tinggi peredaran udara pada bagian atas, sehingga dibelakang bangunan tinggi terjadi perputaran angin yang berlawaman, sehingga dapat menghasilkan
perputaran udara yang baik bagi bangunan rendah dibelakangnya.
Gambar 2.1. Pembalikan arah angin oleh bangunan tinggi Pada bangunan tertutup dan sejajar dibutuhkan jarak sekitar tujuh kali
tinggi bangunan untuk membuat kecepatan angin kembali ke permukaan.
Gambar 2.2. Gerakan udara antara deretan bangunan. Lippsmeier, Georg ; “Bangunan Tropis” ; hal 35
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.5 Transistor sebagai sensor kecepatan angin