Penggunaan Pakan Berbasis Ubi Kayu Pengganti Jagung terhadap Karkas Ayam Broiler

LAMPIRAN
Lampiran 1. Proses Pembuatan Fermentasi Tepung Ubi Kayu

Ubi kayu yang telah dikupas kulitnya
Pencucian
Pencacahan/Pencincangan
Pengkukusan
Pendinginan

2 grRhizhopus oligosporus/ 1 kg ubi kayu

Inkubasi pada suhu ruang (5 - 30°C) selama 48 jam
Pemanenan fermentasi tepung ubi kayu
Pengeringan
Penggilingan menjadi tepung ubi kayu
Bahan pakan fermentasi tepung ubi kayu

49

Susunan ransum dasar yang digunakan pada fase starter
No


Bahan

1.

Ubi Kayu non
fermentasi
Ubi kayu
fermentasi
Tepung Jagung
Dedak Padi
Bungkil Kedelai
Tepung Ikan
Minyak Nabati
Mineral
Premix
Methionin
Lysin
TOTAL


2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.


PK (%)
EM (kkal/kg)
SK (%)
LK (%)
Methionin (%)
Lysin (%)
Tyrosin (%)
Arginin (%)

P0
0

P1
20

Perlakuan
P2
40

P3

0

P4
0

0

0

0

20

40

40
4
23,5
7,9
1,2

0,2
0,2
0,1
0,1
100

20
8,4
22,6
6,4
2
0,2
0,2
0,1
0,1
100

60
40
20

9
6
2
23
24
25,5
6,2
8
9,9
1,2
1,4
2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,1
0,1

0,1
0,1
0,1
0,1
100
100
100
Kandungan Nutrisi*
19,1
19,0
19,1
2965
2923
2912
2,9
3,0
3,0
6,1
5,6
5,3

0,5
0,5
0,5
1,5
1,5
1,5
0,6
0,6
0,5
1,0
1,1
1,2

19,1
3012
3,0
5,3
0,5
1,45
0,5

1,0

19,0
3020
2,9
6,7
0,5
1,5
0,5
1,0

Ket. * Berdasarkan Perhitungan

Susunan ransum dasar yang digunakan pada fase finisher
No

Bahan

1.


Ubi Kayu non
fermentasi
Ubi kayu
fermentasi
Tepung Jagung
Dedak Padi
Bungkil Kedelai
Tepung Ikan
Minyak Nabati
Mineral
Premix
Methionin
Lysin
TOTAL

2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.
10.
11.

1.

PK (%)

P0
0

P1
20

Perlakuan
P2
40

0

0

0

60
40
20
8,4
4
0,5
22,6
23,9
25,5
0,4
8,5
10
2
3
3,4
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
100
100
100
Kandungan Nutrisi*
19,0
19,0
19,0
50

P3
0

p4
0

20

40

40
6
24,4
7
2
0,2
0,2
0,1
0,1
100

20
8
20,0
9
2
0,2
0,2
0,1
0,4
100

19,0

18,7

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

EM (kkal/kg)
SK (%)
LK (%)
Methionin (%)
Lysin (%)
Tyrosin (%)
Arginin (%)

3020
2,9
6,7
0,5
1,5
0,6
1,0

3038
2,8
6,8
0,5
1,5
0,6
1,1

3011
2,9
6,3
0,5
1,5
0,5
1,2

3180
2,4
6,0
0,4
1,5
0,5
1,0

3323
3,6
5,5
0,5
1,7
0,5
1,0

Ket. * Berdasarkan Perhitungan

Anova: Bobot hidup
SK

JK

Between
Groups
Within
Groups

DB

3873.292

KT
4

75687.76

F Hitung

968.323

F tabel
0,01
0,05

0.19

3.06

4.89

15 5045.851

Total
79561.05
19
tn
Keterangan : tidak berbeda nyata
Anova: bobot karkas

SK

JK

Between
Groups
Within
Groups

DB

10446.4

KT
4

58974.18

F Hitung

2611.6

F tabel
0,01
0,05

0.66

3.06

4.89

15 3931.612

Total
69420.58
19
tn:
Keterangan tidak berbeda nyata

Anova: persentase karkas
SK
Between Groups
Within Groups

JK
30.241
48.24857

Total
78.48958
Keterangan tn: tidak berbeda nyata

DB

KT

4 7.56025
15 3.216572
19

51

F
Hitung
2.35

F tabel
0,01
0,05
3.06
4.89

Anova: Lemak Abdominal
SK

JK

Between Groups
Within Groups

31.812
50.85

DB
4
15

KT
7.953
3.39

Total
82.662
19
tn
Katerangan : tidak berbeda nyata

52

F Hitung
2.34

F tabel
0,01
0,05
3.06
4.89

DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung Budi, Bogor.
Anggorodi, 1995. Nutrisi Aneka Ternak unggas. Gramedia, Jakarta.
Anggorodi, H.R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas.Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Antari, Risa dan Umiyasih. 2000. Pemanfaatan Tanaman Ubi Kayu dan
Limbahnya secara Optimal Sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Wartoza
vol 19 no.4.
Blade dan Blackely. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Cheeke,P.R. and L.R.Shull. 1985. Natural Toxicant in Feed and Poisonous Plants.
AVI PublishingCompany, Inc. Wesport, Connecticut. pp. 173 – 180
Cyrilla, L. dan A. Ismail. 1988. Usaha Peternakan. Diktat Kuliah. Jurusan Sosial
Ekonomi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Direktorat Bina Produksi. 1997. Kumpulan SNI Ransum. Direktorat Jendral
Peternakan. Departemen Pertanian, Jakarta.
Departemen Pertanian. 2009. Basis Data Pertanian. http://
database.deptan.go.id/bdsp/hasil_kom_asp. (30 Maret 2009).
Deaton, J. W. and B. D. Lott. 1985. Age and dietary energy effect on broiler
abdominal fat deposition. Poultry Sci. 64: 2161-2164
Grey, T.C., D. Robinson andJ.M. Jones, 1982. Effect of age and sex on the
eviscerated yield. Muscle and edible offal of a commercial broiler strain.
British Poult. Sci23: 289-298.
Griffiths,L.S.Lesson andJ.D.Summers. 1977. Fat Deposition in Broiler. Influence
of System of Dietary Energy Evaluation and Level of Various Fat Sources
on Abdominal Fat Pad Size. Poult. Sci.56: 1018 – 1026.
Gomez,K.A.dan A.A.Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk PenelitianPertanian.
Edisi kedua. Universitas Indonesia Press, Jakarta. hlm.8-20.
Hartadi, H. S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. UGM Press. Yogyakarta

44

Hermanto, 1994 . Meningkatkan Kadar Protein Singkong dengan Candida
tropicalis. Warta pendidikan dan pengembangan pertanian departemen
pertanian RI, bogor 16(1) 1-2)
Ichwan, W. M. 2003. Membuat Pakan Ayam Ras Pedaging. Agromedia Pu
staka.
Irmansyah, B. 2005. Dari Limbah menjadi Pakan Ternak. http :
//www.geocities.com/persampahan/kompos.doc (Akses Agustus 2005
Kartadistra, H. R. 1994. Pengolahan Pakan Ayam. Kanisius, Yogyakarta.
Kasmir dan Jakfar, 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana Prenada Media Group,
Bandung.
Kompiang,I.P.J.Darma,T.puwadira dan Supriyati. 1992, 1993. Laporan Tahunan
Proyek P4N- Balitnak. No: PL.420.205.6413/ P4N. Balai Penelitian Ternak,
Bogor.
Kubena,L.F.J.W.Deaton,T.C.Chaen and F.N.Reece. 1974. Factors Influencing the
Quantity of Abdominal Fat in Broilers 1. Rearing Temperature, Sex Age
or Weight, and dietary Choline Chloride and Inositol Supplemen-tation.
Poult. Sci.53: 211 – 241
Lestari, 1992. Menentukan Bibit Broiler. Peternakan Indonesia.
Mandels, M. 1970. Cellulases. In: G.T. TSAO (Ed.) Annual Reports on
Fermentation Processes. Vol 5. Academic Press, New York.
Mariyono, dan N. H. Khrisna 2008. Pemanfaatan Limbah Pertanian untuk Pakan
Ruminansia Seminar Intern Puslitbang Peternakan, Bogor.)
Mc Donald, P., A. Edwards andJ. F. D. Green Haigh. 1994. Animal Nutrition
4thEd. Longman Scientific and TechnicalCopublishingin The USA with
John Wiley andSons. Inc. NewYork
Mirzah,1990. Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Udang yang Diolah dan
tanpa Diolah dalam Ransum terhadap Performans Ayam Pedaging. Tesis.
Program Pascasarjana, Universitas Padjajaran, Bandung.
______1997. Pengaruh Pengolahan Tepung Limbah Udang dengan Tekanan Uap
Panas terhadap Kualitas dan Pemanfaatannya dalam Ransum Ayam
Broiler. Disertasi Program Pascasarjana, Universitas Padjajaran, Bandung.
Neely, M.C.H and William, 1999, Chitin and Its Derivates in Industrial, Gums
Kelco Company California. 193 –212.
North andBell. 1990. Commercial Chicken Production Manual, New York
45

Palupi, NS, Zakaria,FR. dan Prangdimurti E. 2007. Pengaruh Pengolahan terhadap
Nilai Gizi Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fateta IPB.
Bogor.
Parakkasi, A. 1982. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Unggas. PT. Angkasa
Peternakan Universitas Andalas, Padang.
Parakkasi, A., 1999. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Unggas. UI-Press, Jakarta.
Rasyaf, M. 1993. Makanan Ayam Broiler. Cetakan I. Kanisius. Yogyakarta. Hal :
120- 212.
Pudjiastuti, A. 1985. Pengaruh Cara Pemotongan Sayap Terhadap Persentase
Potongan, Karkas, Persentase Potongan-Potongan Komersial Karkas,
Persentase Giblet, Persentase Lemak Abdomen dan Persentase Bagian
yang Terbuang Pada Ayam Broiler. Karya IlmiahFakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Rasyaf, M. 1999. Beternak Ayam Pedaging Cetakan ke-18. PT. Penebar Swadaya.
Jakarta
________. 1995. Pengelolaan Usaha Peternakan Ayam Pedaging. Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
________. 1997. Pengelolaan
Yogyakarta.

Peternakan

Unggas

Pedaging.

Kanisius.

________. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ritonga, H. 1992. Beberapa Cara Menghilangkan Mikroorganisme Patogen. Hal :
24-26.
Rizal, Y. 2006. Ilmu Nutrisi Unggas. Andalas University Press, Padang.
Scott, M. L., M. C. Nesheim and R. J. Young. 1982. Nutrition of the Chicken. 3rd
Ed. ML. Scott and ASS, Ithaca, New York.
Sembiring, P., 2006. Beternak Ayam Pedaging. USU. Medan.
Siregar, A.P. 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Media Group,
Jakarta.
Soekartawi, 2003. Dasar Penyusunan Evaluasi Proyek. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta
Sosrosoedirjo,R.S. 1992. Bercocok Tanam Ketela Pohon. Cetakan Keenam. CV
Yasa Guna, Jakarta.
Suharno, B dan Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta.

46

Sumardiono, 2013 Konversi Asam Sianida menjadi Protein dalam Tepung Ubi
Kayu dengan Fermentasi mengunakan Rhizopus Oligosporus. Undip.
Jurnal Teknologi Kimia dan Industry. Halaman 51-55.
Supriatno, E. A. Umiyati, dan K Ruhyat. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E. 2005.Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supriyati, 2003. Review onggok Terfermentasi dan Pemanfaatannya dalam
Ransun Ayam Ras Pedaging. Wartazoa 13: 146 – 150.
Sunarsih, (2006).Persentase Karkas, Lemak Abdominal dan Income Over Feed
and Chick Cost Ratio Broiler dengan Pemberian Probiotik(Lactobacillus
sp.)pada Level yangBerbeda.Skripsi Fakultas Peternakan,
UniversitasHasanuddin, Makassar
Tillman, A. D. H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo, S.
Lepdosoekojo. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan, UGMPress, Yogyakarta
Tjokroadikusumo,P.S. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu lainnya. PT.Gramedia,
Jakarta.

Tweyongyere , R and Katangole, 2002. Cyanogenic Potential of Cassava Peels
and Their Detoxification for Utilization as Livestock Feed.Vet Hum.
Toxicol. 44(6) : 366 – 369.
Volk, T.J.2004. Trichoderma viridae, the dark green parasitic mold and maker of
fungaligestedjeans.http://botit.botany.wisc.edu/toms_fungi/nov2004.html.
Wahju, j. 1992. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
.
Wahju, J. 1978.Ilmu Nutrisi Unggas.Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

_______. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas, edisi ke 3. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Wanasuria,
S.1990.
Singkong
Mengurangi
Jagung.PoultryIndonesia No.125/Th XI Mei.

47

Ketergantungan

Winarno,
F.G.,
Srikandi
Fardiaz
dan
TeknologiPangan. PT Gramedia.Jakarta.

D.Fardiaz.1980.

Pengantar

Wardoyo, 1992. Pengaruh PemberianFermentasi Tepung Singkongdalam Ransum
terhadapPenampilan Produksi Ayam Broiler.Fakultas Peternakan.
InstitutPertanian Bogor.
Yuningsih, 2009. Perlakuan Penurunan Kandungan Sianida Ubi Kayu untuk
Pakan Ternak. J. Penelitian Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan,
Bogor. hlm. 58 – 61

.

48

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Program Studi
Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini
berlangsung selama 35 haridimulai dari bulan Juni-Juli 2015.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan yaitu Day Old Chick (DOC) ayam broiler sebanyak
100 ekor, bahan penyusun ransum terdiri dari tepung jagung, tepung ubi kayu
fermentasi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak nabati, dan
mineral (top mix). Air minum untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh yang
diberikan secara ad libitum,rodalon sebagai desinfektan,vitamin dan bahan
fumigasi (formalin 70% dan KMnO4).
Alat
Alat yang digunakan yaitu kandang sebanyak 20 plot dengan ukuran
panjang 1 m x 1 m x 0,5 m,peralatan kandang terdiri dari tempat pakan dan tempat
minum, alat penerang berupa lampu pijar 40 watt, mesin giling untuk menggiling
bahan pakan, termometer untuk mengetahui suhu kandang, timbangan salter
dengan kapasitas 5 kg dengan kepekaan 0,01 g, alat pencatat data seperti buku
data, alat tulis, dan kalkulator, alat pembersih kandang berupa sapu, ember, sekop,
hand sprayer, alat lain berupa plastik, ember dan pisau, dan terpal untuk menutup
dinding kandang.

30

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 5 perlakuan dan 4 ulangan dimana setiap ulangan terdiri dari 5 ekor ayam
broiler. Pada ransum diberikan perlakuan sebagai berikut:
P0

= Pakan ransum dengan 0% tepung ubi kayu non fermentasi

P1

= Pakan ransum dengan 20% tepung ubi kayu non fermentasi

P2

= Pakan ransum dengan 40% tepung ubi kayu non fermentasi

P3

= Pakan ransum dengan 20% tepung ubi kayu fermentasi

P4

= Pakan ransum dengan 40% tepung ubi kayu fermentasi

Tabel 7. Susunan ransum dasar yang digunakan pada fase starter
No

Bahan

1.

Ubi Kayu non
fermentasi
Ubi kayu
fermentasi
Tepung Jagung
Dedak Padi
Bungkil Kedelai
Tepung Ikan
Minyak Nabati
Mineral
Premix
Methionin
Lysin
TOTAL

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

PK (%)
EM (kkal/kg)
SK (%)
LK (%)
Methionin (%)
Lysin (%)
Tyrosin (%)
Arginin (%)

PO
0

P1
20

Perlakuan
P2
40

P3
0

P4
0

0

0

0

20

40

40
4
23,5
7,9
1,2
0,2
0,2
0,1
0,1
100

20
8,4
22,6
6,4
2
0,2
0,2
0,1
0,1
100

60
40
20
9
6
2
23
24
25,5
6,2
8
9,9
1,2
1,4
2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
100
100
100
Kandungan Nutrisi*
19,1
19,0
19,1
2965
2923
2912
2,9
3,0
3,0
6,1
5,6
5,3
0,5
0,5
0,5
1,5
1,5
1,5
0,6
0,6
0,5
1,0
1,1
1,2

Ket. * Berdasarkan Perhitungan

31

19,1
3012
3,0
5,3
0,5
1,45
0,5
1,0

19,0
3020
2,9
6,7
0,5
1,5
0,5
1,0

Tabel 7. Susunan ransum dasar yang digunakan pada fase finisher
No

Bahan

1.

Ubi Kayu non
fermentasi
Ubi kayu
fermentasi
Tepung Jagung
Dedak Padi
Bungkil Kedelai
Tepung Ikan
Minyak Nabati
Mineral
Premix
Methionin
Lysin
TOTAL

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

PK (%)
EM (kkal/kg)
SK (%)
LK (%)
Methionin (%)
Lysin (%)
Tyrosin (%)
Arginin (%)

P0
0

P1
20

Perlakuan
P2
40

P3
0

0

0

0

20

40

40
6
24,4
7
2
0,2
0,2
0,1
0,1
100

20
8
20,0
9
2
0,2
0,2
0,1
0,4
100

60
40
20
8,4
4
0,5
22,6
23,9
25,5
0,4
8,5
10
2
3
3,4
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
0,1
100
100
100
Kandungan Nutrisi*
19,0
19,0
19,0
3020
3038
3011
2,9
2,8
2,9
6,7
6,8
6,3
0,5
0,5
0,5
1,5
1,5
1,5
0,6
0,6
0,5
1,0
1,1
1,2

19,0
3180
2,4
6,0
0,4
1,5
0,5
1,0

P4
0

18,7
3323
3,6
5,5
0,5
1,7
0,5
1,0

Ket. * Berdasarkan Perhitungan

Kombinasi unit perlakuan dalam ulangan sebagai berikut:
P0U1
P2U1
P4U1
P3U1
P1U1

P4U2
P1U2
P3U2
P3U2
P0U2

P3U3
P0U3
P4U3
P1U3
P2U3

P2U4
P1U4
P3U4
P0U4
P4U4

Menurut Hanafiah (2003), model linear untuk rancangan acak lengkap (RAL)
adalah :

32

Yij = µ + σi + εij
Dimana :
Yij
i
j
µ
σi
εij

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke j
= 1, 2, 3, 4, (ulangan)
= 1, 2, 3, 4, 5 (perlakuan)
= nilai tengah umum
= pengaruh perlakuan ke-i
= efek galat percobaan pada perlakuan ke-i, ulangan ke-j

Peubah Penelitian
1. Bobot potong
Bobot potong diperoleh dengan penimbangan bobot akhir setelah dipuasakan
selama 6 jam.
2. Bobot karkas
Bobot karkas diperoleh dengan penimbangan daging bersama tulang hasil
pemotongan setelah dipisahkan bulu dan darah, kepala sampai batas pangkal
leher, kaki sampai batas lutut, dan pengeluaran isi rongga perut.
3. Persentase karkas
Persentase karkas merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot
potong dikalikan 100 %.
Persentasi karkas = bobot karkasx 100%
bobot potong
4 . Lemak abdominal
Lemak abdominal didapat dari lemak yang terdapat pada sekeliling gizarddan
lapisan yang menempel antara otot abdominal serta usus (Kubena et al.,1974).

33

Pelaksanan Penelitian
Persiapan Kandang dan Peralatan
Sebelum penelitian dilakukan terlebih terlebih dahulukandang dan
peralatan kandang didesinfektan dengan rodalon dan .kandang yang berukuran 1m
x1 m x 0,5 m dibersihkan dan difumigasi selama satu minggu dengan tujuan
mensucihamakan kandang dari jamur, bakteri dan bibit mikroorganisme lainnya.
Random DOC
Sebelum Day Old Chick(DOC) dimasukkan kedalam kandang yang sudah
disediakan, terlebih dahulu dilakukan penimbangan agar bisa diketahui kisaran
bobot badan awal yang akan digunakan, kemudian dilakukan pemilihan secara
acak (random) yang gunanya menghindari bias (galat percobaan) lalu ditempatkan
pada masing-masing plot yang tersedia sebanyak 5 ekor.
Pengolahan Tepung Ubi Kayu Fermentasi denganRhizophus Oligosporus
Tepung ubi kayu fermentasi di buat dengan menggunakan Rhizopus
Oligosporus. Proses pembuatan dapat dilihat pada gambar di lampiran 1.
Pemeliharaan Ayam Broiler
Sesaat day old chick dikandangkan, langsung di beri air gula dan pada
pemberian air minum selanjutnya di berikan air minum yang di tambahkan dengan
vitachick atau sejenisnya. Pemanasan atau induk buatan sebagai penghangat DOC
di hidupkan 24 jam penuh sampai DOC berumur 1 minggu dan setelah ayam
berumur 2 minggu pemanas dihidupkan hanya pada malam hari saja tergantung
kondisi cuaca. Pemberian ransum pertama kali sesuai dengar perlakuan yang di
berikan dan setelah 48 jam semua ayam diberikan ransum ad libitum. Untuk

34

pemberian air minum dilakukan secara ad libitum yakni pada pagi hari dan sore
hari dimana tempat minum dicuci terlebih dahulu sebelum diberikan pada broiler.
Pemberian vaksin pertama kali pada umur 4 hari, yakni dengan vaksin ND
melalui tetes mata. Pada umur 14 hari vaksin yang digunakan adalah vaksin IBD
melalui air minum dan pada umur 18 hari vaksin yang di gunakan adalah ND
juga melalui air minum. Program ini tidak baku sesuai dengan tempat penelitian.
Obat obat yang di beikan sesuai dengan kebutuhan ayam. Obat yang seperti
Doxifet, Vitabro diberikan setelah terlihat adanya tanda tanda sekali disertai
dengan peyemprotan rodalon disekitar alas kandang untuk menghindari hinggapan
lalat yang membawa bibit penyakit .
Pengambilan Data
Data diambil setelah umur ayam mencapai umur pemotongan karkas umur
5 minggu.Pengambilan data dilakukan dengan menimbang dan mengukur
parameter yang telah di tentukan .
Persiapan yang dilakukan untuk memperoleh karkas dan organ dalam
adalah:
1. Pemuasaan, ayam dipuasakan selama 6 jam untuk mengosongkan isi tembolok
dan mengurangi isi pencernaan.
2. Pemotongan, ayam dipotong dibawah rahang termasuk vena jungularis pipa
tenggorokan dan kerongkongan.
3. Pengeluaran darah, setelah dipotong ayam digantung dengan posisi kepala
kebawah dan dibiarkan selama 2 menit.
4. Penyeduhan (scalding),ayam dicelupkan kedalam air panas dengan suhu
sekitar 60 derajat selama 1 menit untuk mempermudah pencabutan bulu.

35

5. Pencabutan bulu, bulu dicabut secara manual.
6. Pemisahan komponen non karkas, kepala hingga batas leher dipotong kaki
hingga batas lutut dipotong isi rongga perut ditarik keluar lalu dipisah.
7. Penimbanganlemak abdominal.
Analisis Data
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
(Annova). Apabila terdapat perbedaan yang nyata akan dilanjutkan dengan uji
Duncan (Steel dan Torrie, 1993).

36

HASIL DAN PEMBAHASAN
Bobot Potong
Bobot potong diperoleh dari penimbangan bobot ayam sebelum dilakukan
pemotongan setelah dipuasakan selama 6 jam.Rataan bobot potong ayam broiler
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Rataan bobot potong ayam broiler (g/ekor)
Pelakuan
P0
P1
P2
P3
P4

1
1463.2
1423.6
1393.2
1368.1
1378.4

Ulangan
2
3
1510.8
1350.5
1487.8
1317.8
1286.2
1415.8
1363.8
1340.4
1388.8
1296.2

4
1337.8
1331.4
1435.2
1479.7
1405.0

Rataantn±SD
1410.3 ±90,1
1390.1±80.2
1382.6±66.5
1387.9±62.3
1367.1±48.5

Keterangan : tn (tidak berbeda nyata)

Tabel 8terlihat bahwa rataan bobot potong tertinggi yaitu P0 sebesar
1410,3g/ekor, kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan P1sebesar 1390,1
g/ekor, perlakuanP3 sebesar 1387,9 g/ekor, perlakuan P2 sebesar 1382,6 g/ekor,
perlakuan P4sebesar 1361,1 g/ekor.
Hasil analisis keragaman (lampiran7) menunjukkan bahwa penggunaan
pakan berbasis ubi kayu dalam ransum tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap
bobot potong ayam broiler. Hal ini disebabkan komposisi nutrisi ubi kayu (ubi
kayu fermentasi dan non fermentasi ) sebanding dengan komposisi nutrisi jagung
yang berarti ubi kayu (fermentasi atau non fermentasi) dapat menggantikan
tepung jagung sebagai campuran ransum ayam broiler.
Kandungan antinutrisi HCN yang terdapat dalam ubi kayu fermentasi dan
nonfermentasi tidak memberikan pengaruh yang tidak nyatayang berarti HCN
dalam ubi kayu tidak berbahaya bagi ternak baik yang di fermentasi dan non

37

fermentasi tetapi harus melakukan bebagai pengolahan dalam mengurangi
kandungan HCN pada ubi kayu agar tidak berbahaya pada ayam broiler.
Kandungan HCN dapt dikurangi melalui proses fermentasi dan pengukusan pada
suhu 700C. Pengolahan yang di lakukan untuk mengurangi kadar HCN dalam ubi
kayu dapat di lakukan dengan fermentasi, ada pun pada penelitian ini ubi kayu
terlebih dahulu di kukus selama 15 menit dan dilakukan pengeringan. Pakan ubi
kayu difermentasi selama dua hari setelah dikukus. Penelitian lain yang dilakukan
oleh Yuningsih (2009) dengan menggunakan umbi dan kulit ubi kayu pahit
setelah perlakuan pencacahan dan pemanasan 37 – 40°C selama 7 jam telah
terjadi penurunan kandungan sianida di dalam umbi maupun kulit ubi kayu
masing-masing sebesar 33% (dari 234 menjadi 159 mg/kg) dan 23% (dari 777
menjadi 629 mg/kg).Menurut Tweyongyere dan Katangole

(2002)

proses

pencacahan dapat memperbesar peluang kontak antara linamarin dan linamerase
dan terjadi disintegrasi struktur sel umbi yang dapat mempercepat hidrolisis
(pelepasan sianida). Pencacahan juga dapat memperluas permukaan sehingga
memudahkan terjadinya penguapan (pelepasan sianida). Sedangkan, pemanasan
akan mempercepat proses penguapan (penurunan sianida), mempercepat dehidrasi
dan pemecahan struktur sel, sehingga terjadi degradasi glikosida linamarin dalam
ubi kayu oleh enzim linamerase yang menghasilkan glukosa dan aseton
sianohidrin untuk selanjutnya melepaskan hidrogen sianida. Kompiang(1993)
menambahkan bahwa kandungan HCN dalam suatu bahan pakan dapat dikurangi
atau dihilangkan dengan proses fermentasi.

38

Bobot Karkas
Bobot karkas adalah berat bagian tubuh unggas setelah dipotong dan
dibuang bulu, lemak abdomen, organ dalam, kaki, kepala, leher, dan darah,
kecuali paru-paru dan ginjal (Rizal, 2006).
Tabel 9.Rataan bobot karkas ayam broiler (g/ekor)
Pelakuan
P0
P1
P2
P3
P4

Ulangan
1
1095.4
1069.1
1037.2
953.2
1026.3

2
1153.25
1074.4
983.2
996.6
1002.2

3
964.75
976.2
1071.2
948.8
933.2

4
998.2
936.0
1037.8
1092.7
1000.2

Rataantn±SD
1052.9±86.86
1013.9±68.76
1032.3±36.40
997.8±66.85
990.3±39.85

Keterangan:tn (tidak berbeda nyata)

Tabel 9terlihat bahwa rataan bobot karkas tertinggi yaitu pada P0 sebesar
1052,9g/ekor, kemudian berturut-turut oleh perlakuan P2 sebesar 1032,3g/ekor,
perlakuan P1 sebesar 1032,3g/ekor, perlakuan P3 sebesar 997,8g/ekor dan
perlakuan terendah P4 sebesar 990,3g/ekor.
Berdasarkan analisis keragaman pada lampiran 8 diketahui bahwa
penggunaan pakan berbasis ubi kayu dalam ransum tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap bobot karkas ayam broiler.Salah satu faktor yang memberikan
pengaruh yang tidak nyata pada bobot karkas adalah kandungan nutrisi pada ubi
kayu dan jagung memiliki komposisi yang sama. Hal ini sesuai dengan peryataan
Lesson (2000) yang menyatakan bahwa komposisi pakan merupakan faktor
penting yang mempengaruhi komposisi karkas terutama proporsi kadar lemak.
Kandungan HCN pada ubi fermentasi dan nonfermentasi juga tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap bobot karkas baik fermentasi, sehingga ubi kayu dapat
mengantikan jagung dalam menyusun ransum ternak.

39

Persentase Karkas
Persentase karkas dihitung dengan membandingkan bobot karkas dengan
bobot potong. Hasil ini diperoleh dari proses pemotongan hingga pemisahan
masing-masing.
Tabel 10. Persentasi karkas ayam broiler (%)
Pelakuan
P0
P1
P2
P3
P4

Ulangan
1
74.78
75.51
74.60
69.82
74.21

2
76.32
72.44
76.82
73.08
72.04

3
72.54
74.11
76.09
70.78
71.96

4
74.64
70.30
72.51
73.67
71.23

Rataantn±SD
74.57±1.55
73.09±2.24
75.05±1.90
71.83±1.83
72.36±1.28

Keterangan:tn(tidakberbeda nyata)

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan persentase karkas tertinggi
yaitu

P2 sebesar 75,01% kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan

P0 sebesar 74,57%, perlakuan P1 sebesar 73,09%, perlakuan P4 sebesar 72,36%dan
perlakuan terendah adalah P3 sebesar 71,8375%.
Berdasarkan analisis keragaman pada lampiran 9 diketahui bahwa
penggunaan pakan berbasis ubi kayu dalam ransum tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap persentase karkas ayam broiler. Hal ini disebabkan
setiapperlakuanmengandung protein yang sama sehingga mampu merombak
semua

susunan

ransum

tercerna

menjadi

daging

sehingga

persentase

karkassamadalam setiap perlakuan.
Menurut Soeparno dan Davis (1987) nutrisi pakan dan berat hidup
mempunyai pengaruh yang relatif besar terhadap produksi daging.Hal ini
menunjukkan bahwa bobot badan dan bobot karkas yang sama setiap perlakuan.
Hal ini disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam ransum terutama penyusun
komposisinya utama yang mengandung protein. Komposisi protein yang terdiri
40

dari asam amino pada setiap perlakuan menyebabkan adanya efisiensi ransum
melalui persentase karkas.
Bobot Lemak Abdominal
Lemak abdominal merupakan lemak yang terdapat di sekitar perut juga
disekitar ovarium.Rataan presentase lemak abdominal ayam broiler dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 11.Rataan Lemak abdominal ayam broiler (g/ekor)
Pelakuan
P0
P1
P2
P3
P4

Ulangan
1

2
1.39
1.51
1.66
1.62
1.46

3
1.32
1.66
1.55
1.56
1.57

Rataantn±SD

4
1.57
1.59
1.74
1.59
1.68

1.55
1.45
1.97
1.56
1.57

1.46±0.12
1.55±0.09
1.73±0.17
1.58±0.02
1.57±0.08

Keterangan : tn (tidak berbeda nyata)

Dari Tabel 11 terlihat bahwa rataan bobot lemak abdominal tertinggi yaitu
P2 sebesar 1,73g kemudian disusul berturut-turut oleh perlakuan P3 sebesar 1.58g,
perlakuan P4 sebesar 1.57g, perlakuan P1 sebesar 1,55g dan perlakuan terendah
adalah P0sebesar 1,46g.
Berdasarkan analisis keragaman pada lampiran 10 diketahui bahwa
penggunaan pakan berbasis ubi kayu dalam ransum tidak berpengaruh nyata
(P>0,05) terhadap bobot lemak abdominal yang artinya ubi kayu fermentasi dan
non fermentasi memiliki potensi yang sama, sehingga ubi kayu dapat
menggantikan peran jagung. Dapat dilihat pada Tabel lemak abdominal ayam
broiler.
Menurut Becker et al .,(1979) menyatakan bahwa kisaran normal
persentase lemak abdominal pada ayam broiler sebesar 2,12g. Lemak abdominal

41

mempunyai hubungan korelasi dengan total lemak karkas, semakin tinggi
kandungan lemak abdominal maka semakin tinggi kandungan lemak karkas pada
ayam broiler (Leclerg dan Witehead, 1988).
Bobot lemak addominal mempengaruhi kandungan lemak tubuh adalah
komposisi ransum. Pembentukan lemak tubuh pada ayam terjadi karena adanya
kelebihan energi yang dikonsumsi. Energi yang digunakan tubuh umumnya
berasal dari karbohidrat dan cadangan lemak. Sumber karbohidrat dalam tubuh
mampu memproduksi lemak tubuh yang disimpan disekeliling jeroan dan dibawah
kulit (Kubena et al., 1974). Lemak abdominal yang tinggi korelasi positif terhadap
kandungan lemak karkas yang merupakan cermin penumpukan lemak yang
berlebihan pada ayam broiler (Chambers et al., 1978). Penimbunan lemak
abdominal pada ayam broiler dianggap sebagai hasil ikutan dan penghamburan
energy ransum juga menyebabkan menurunnya berat karkas yang dapat
dikonsumsi (Griffiths et al., 1978).

42

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penggunaan ubi kayu sebagai pengganti jagung tidak mempengaruhi
bobot potong, bobot karkas, persentase karkas dan lemak abdominal ayam broiler.
Ubi kayu dapat menggantikan penggunaan jagung sebanyak 66,6% pada ransum
ayam broiler.
Saran
Ubi kayu fermentasi dan tanpa fermentasi dapat digunakan sebagai
pengganti tepung jagung sebagai bahan pakan campuran dalam ransum ayam
broiler.

43

Ayam Broiler
Ayam pedaging merupakan jenis ayam yang sangat efisien dalam
menghasilkan daging ukuran badannya yang besar, padatdan berlemak, bergerak
lamban, tenang, cepat dewasa, dan kemampuan bertelurnya rendah. Ayam
pedaging adalah ayam ras seleksi dari rekayasa genetika yang diternakkan khusus
untuk menghasilkan daging (Wiryosunarto, 1995). Ayam pedaging mempunyai
sifat-sifat utama antara lain penambahan bobot badan yang cepat dalam waktu
yang singkat, bentuk dada yang lebar dan dengan timbunan yang baik pada umur
35 hari bobot badan berkisar 1,5-2kg (Siregar, 1982).
Ayam pedaging salah satu komoditi peternakan yang sangat banyak di
butuhkan masyarakat. Secara genetika ayam ras pedaging telah dibuat agar mampu
tumbuh cepat danmengkonversi pakan menjadi daging secara efisien. Faktor
penentukeberhasilan pemeliharaan ayam broiler adalah ransum ternak. Fase akhir
pada masa pemeliharaan ayam broiler merupakan masa ayam mengkonsumsi ransum
dalam jumlah yang banyak sehingga penghematan ransum pada fase ini nyata
memberikan keuntungan. Ayam broiler dapat digolongkan ke dalam kelompok
unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging.
Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh yang besar,
pertumbuhan badan yang tegap pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam
mengubah ransum manjadi daging (Rukminah, 2000).

Usaha ayam ras pedaging merupakan salah satu jenis usaha yang sangat
potensial dikembangkan karena masa produksi yang relatif pendek kurang lebih
32-35 hari, produktivitasnya tinggi, harga yang relatif murah, dan permintaan
yang semakin meningkat.

Faktor-faktor yang mendukung usaha budidaya ayam ras pedaging sebenarnya
masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan domestik
terhadap ayam ras pedaging masih sangat besar (Anggorodi, 1995).Zat makanan
ayam broiler pada fase pertumbuhan broiler tergantung pada pakan disamping tata
laksana dan pencegahan penyakit. Tujuan pemberian ransum pada ayam adalah
untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan berproduksi. Untuk produksi
maksimum dilakukan dengan jumlah cukup, baik kualitas maupun kuantitas.
Ransum broiler harus seimbang antara kandungan protein dengan energi dalam
ransum. Disamping itu kebutuhan vitamin dan mineral juga harus diperhatikan
(Kartadisastra, 1994).
Ubi kayu
Produksi ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat
dalam lima tahun terakhir ini dari sebesar 19.321.183 ton pada tahun 2005
menjadi 21.786.691 pada tahun 2009 atau mengalami peningkatan sebesar
11,32% (Departemen Pertanian, 2009).
Bahan pakan yang berasal dari limbah pascapanen tanaman ubi kayu
antara lain pucuk ubi kayu, batang ubi kayu, kulit ubi kayu, bonggol ubi kayu,
gaplek afkir, singkong afkir, dan gamblong atau onggok tergolong sebagai pakan
sumber karbohidrat mudah dicerna (Mariyono et al., 2008).
Ubi kayu mempunyai potensi sebagaisalah satu bahan yang dapat
digunakan untukmenyusun ransum ternak terutama ternakunggas. Kandungan
karbohidrat pada ubicukup tinggi sehingga dapat digunakansebagai sumber energi
bagi ternak unggas.Kandungan energi ubi kayu ± 2970 Kkal/kg, mengalahkan
energi dalam dedak, bungkil kedelai, dan bungkil kelapa.

Tabel 1. Komposisi kimia ubi kayu
Komponen

Komposisi
Ubi Kayu Segar
Tepung Ubi Kayu

Air
Abu
Lemak
Protein
Karbohidrat (by difference)
Pati
74,81
Serat kasar
11,05
Selulosa
Hemiselulosa
Lignin

57,00
2,46
85,86

8,65
2,55
6,54
1,81
80,45
62,54
2,69

0,36
1,88
0,02

Sumber : (a) Susmiati (2010), (b) Arnata (2009)

Meskipun kandungan protein ubi kayu relatifrendah, tetapi kandungan
asam amino ubi inicukup baik bagi masa pertumbuhan ternak.Kelemahan dari ubi
kayu adalah kandunganHCN yang tidak baik bagi ternak. Untuk ituperlu
dilakukan

pengolahan

jumlahnya.Penelitian

sehingga

kandungan

HCN

dapat

dikurangi

Palupi (2002)menyatakan bahwa umbi ubi kayu

yangdifermentasikan menggunakan 5 gram startertempe dengan waktu fermentasi
48 jamdapat menghasilkan 6,45% kadar air, 11,75%protein kasar, 7,35% serat
kasar dankandungan HCN mengalami penurunanhingga 28,08 gr/kg sehingga
amandigunakan sebagai bahan baku untuk pakan ternak.
Tabel 2.Perbandingan Kandungan Nutrisi Jagung dan Ubi Kayu
Uraian
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
Asam amino
-Metionin
-Lisin
-Treonin
Mineral
-Kalsium
-Posfor
Sumber: NRC(1994) dan Susmiati (2010)

Ubi kayu
2,50
4,0
0,5

Jagung
8,50
2,2
3,8

0,04
0.08
0,08

0,65
0,26
0,29

0,12
0,10

0,02
0,28

Kebutuhan Nutrisi Broiler
Untuk keperluan hidupnya dan untuk produksi, ayam membutuhkan
sejumlah nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang, dan
berkualitas, energi yang mengandun karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral
(Rasyaf, 1997). Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa jumlah ransum yang
diberikan sangat bergantung dari jenis ayam

yang dipelihara, sistem

pemeliharaan, dan tujuan produksi. Disamping itu juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang berkaitan dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara.
Kebutuhan protein hidup pokok secara praktis didefenisikan sebagai
jumlah protein endogen ditambah dengan protein cadangan (protein reserves)
untuk pembentukan antibodi, enzim, hormon serta untuk mempertahankan
jaringan bulu dan bobot badan tetap. Metode pengukurannya adalah dengan (1)
mengukur besarnya retensi nitrogen yang diperlukan untuk protein cadangan pada
keadaan tidak berproduksi dan rontok bulu atau (molting); (2) mengukur nitrogen
endogen. Keduanya diukur pada saat kebutuhan energi metabolis basal terpenuhi.
Tahap pertama memerlukan ransum yang diketahui tepat kandungan nitrogennya
dan tahap kedua ransumnya bebas protein (Amrullah, 2003).
Pada penyusunan formulasi ransum secara praktis, perhitungan kebutuhan
nutrien hanya didasarkan pada kebutuhan energi dan protein, sedangkan
kebutuhan nutrien yang lain hanya disesuaikan. Apabila ternak menunjukkan
gejala defisiensi maka perlu ditambahkan suplemen terutama vitamin dan mineral.
Tingkat kandungan energi ransum harus disesuaikan dengan kandungan
proteinnya, karena protein sangat penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan
produksi. Apabila energi terpenuhi namun proteinnya kurang maka laju
pertumbuhan dan produksi akan terganggu. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan

keseimbangan antara tingkat energi dan protein, sehingga penggunaan ransum
menjadi efisien (Suprijatna et al., 2005).
Perbedaan ransum yang diberikan tergantung pada kebutuhan broiler pada
fase pertumbuhannya. Kebutuhan zat makanan broiler pada fase yang berbeda
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Kebutuhan Nutrisi Broiler Fase Starter dan Finisher
Zat Nutrisi
Protein kasar (%)
Lemak kasar (%)
Serat kasar (%)
Kalsium (%)
Pospor (%)
EM (kkal/kg)

Starter
22
4–5
3–5
1
0,7
3050

Finisher
20
3–4
3–5
1
0,7
3050

Sumber : NRC (1994)

Pada penyusunan formulasi ransum secara praktis, perhitungan kebutuhan
nutrien hanya didasarkan pada kebutuhan energi dan protein, sedangkan
kebutuhan nutrien yang lain hanya disesuaikan. Apabila ternak menunjukkan
gejala defisiensi maka perlu ditambahkan suplemen terutama vitamin dan mineral.
Tingkat kandungan energi ransum harus disesuaikan dengan kandungan
proteinnya, karena protein sangat penting untuk pembentukan jaringan tubuh dan
produksi. Apabila energi terpenuhi namun proteinnya kurang maka laju
pertumbuhan dan produksi akan terganggu. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan
keseimbangan antara tingkat energi dan proteinsehingga penggunaan ransum
menjadi efisien (Suprijatna et al., 2005).
Keunggulan ayam pedaging didukung oleh sifat genetik, karena ayam
pedaging ini memiliki laju pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat,
sehingga produksi optimal hanya dapat diwujudkan apabila ayam tersebut
memperoleh makanan yang berkualitas baik dalam jumlah kebutuhan nutrisi yang
mencukupi. Rekayasa genetik, perkembangan teknologi pakan dan manajemen

perkandangan menyebabkan strain ayam broiler yang ada sekarang lebih peka
terhadap formula pakan yang diberikan (Wahju, 2004).
Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia dalam satu substrat
organik yang dapat berlangsung karena aksi katalisator biokimia yaitu enzim yang
dihasilkan oleh mikrobia tertentu. Fermentasi padat dengan substrat kulit ubi kayu
dilakukan untuk meningkatkan kandungan protein dan mengurangi masalah
limbah pertanian (Ichwan,2008).
Secara umum, semua bagian dari tanaman ubi kayu dapat dimanfaatkan
sebagai pakan. Bagian daun dapat dijadikan sebagai sumber protein,
pemberiannya dalam bentuk kering atau silase. Umbi dapat diubah bentuknya
menjadi pelet, sedangkan bagian kulit umbi dan onggok dapat di keringkan
terlebih dahulu sebelum digunakan atau dapat digunakan sebagai substrat untuk
produksi protein sel tunggal (Antari dan Umiyasih, 2009).
Rhizopus oligosporus
Jumlah Rhizopus oligosporus juga merupakan faktor yang mempengaruhi
kadar akhir sianida dalam tepung ubi kayu, jenis tepung ubi kayu (dalam bentuk
parutan dan chips)terjadi penurunan kadar sianida yang signifikan. Semakin besar
persen Rhizopus oligosporus, semakin kecil kadar sianida yang tertinggal.
Fenomena tersebut ditemukan pula pada tepung ubi kayu dalam bentuk parutan.
Hal tersebut dikarenakan semakin banyak persen berat Rhizopus oligosporus yang
digunakan, semakin banyak pula enzim yang dihasilkan di dalam fermentasi ini.
Kadarsianida yang kecil menunjukkan seberapa banyak sianida yang terlepas
dikonversi menjadi protein (Sumardino,2013).Hasil penelitian Hartadi et al,(1990)
menunjukkan bahwa kandungan nutrisi ubi kayu yang di fermentasi meningkat

bila dibandingkan dengan kandungan ubikayu dalam bentuk segar dan kering.
peningkatan ini karena aktifitas kapang dalam ragi tempe yang dapat
menghasilkan biomassa yang tumbuh dari proses fermentasi. Irmansyah (2005)
bahwa dengan cara merebus, mengupas, mengiris kecil-kecil, merendam dalam
air, menjemur hingga kemudian dimasak adalah proses untuk mengurangi Kadar
HCN. Proses pencucian dalam air mengalir dan pemanasan yang cukup,sangat
ampuh untuk mencegah terbentuknya HCN yang beracun. Hermanto (1995) dan
Sabrina (2001) melaporkan hasil fermentasi ubi kayu meningkatkan kadar protein.
Sebagaimana pernyataan Ichwan (2003) bahwa penggunaan ubi kayu dalam pakan
ternak perlu didahului dengan proses pemanasan, seperti di bawah terik matahari.
Ubi kayu yang akan dipanaskan harus dipotong-potong menjadi bagian yang
kecil, supaya proses pemanasan dan pengeringan lebih sempurna. Proses
pemanasan ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan racun HCN.
Bahan Pakan Penyusun Ransum
Adapun bahan baku makanan yang digunakan untuk menyusun ransum
ternak unggas adalah bahan baku yang mengandung zat-zat makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan ternak unggas yang mengkonsumsinya dari sifat bioligis,
kimiawi dan fisis.
Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan salah satu bahan baku sumber protein
hewani dan mineral yang dibutuhkan dalam komposisi makanan ternak.Tepung
ikan juga produk berkadar air rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan.
Kandungan proteinnya relatif tinggi tersusun oleh asam-asam amino esensial yang
kompleks (methionin dan lysin) dan mineral (Ca dan P serta vitamin
B12).Kandungan nutrisi tepung ikan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Kandungan nutrisi tepung ikan
Nutrisi
Protein Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Energi Metabolisme (kkal/kg)

Kandungan
52,6
2,2
4,8
6,65
3,59
2810

Sumber : Hartadi et al, (1997)

Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai merupakan sumber protein yang sangat bagus karena
keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan
tinggi. Menurut penelitian Boniran bungkil kedelai dibuat melalui beberapa
tahapan seperti pengambilan lemak, pemanasan, dan penggilingan.
Bungkil kedelai yang baik mengandung air tidak lebih dari 12 % (Hutagalung,
1990). Kandungan nutrisi bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Kandungan nutrisi bungkil kedelai
Nutrisi
Protein Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)

Kandungan
43,80
4,4
1,5
0,32
0,65

Sumber: Hartadi et al. (1997)

Tepung Jagung
Jagung atau Zea mays adalah bahan pakan utama ayam broiler yang
mempunyai nilai nutrisi tinggi. Protein pada jagung sendiri adalah zein dan
defisiensi lisin.Kandungan nutrisi tepung jagung dapat dilihat pada Tabel 6
berikut.

Tabel 6. Kandungan nutrisi tepung jagung
Nutrisi
Protein Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Lemak Kasar (%)
Kalsium (%)
Posfor (%)
Energi Metabolisme (kkal/kg)

Kandungan
8,3
2,2
3,9
0,03
0,28
3350

Sumber : NRC (1998)

Minyak
Minyak nabati mempunyai kandungan energi yang cukup tinggi seperti
minyak kelapa yang mempunyai EM 8600 kkal/kg dan lemak yang bisa melebihi
90%. Minyak digunakan dalam ransum hanya sebagai pelengkap dan penambah
untuk mencapai kebutuhan energi baik bagi ternak dan untuk meningkatkan
palatabilitas. Dengan demikian pemakaiannya hanya sedikit yaitu kurang dari 5%.
Mineral
Mineral merupakan salah satu zat nutrisi yang sangat esensial untuk
kehidupan unggas dan organisme akuatik lainnya. Berdasarkan jumlah kebutuhan
dan keberadaan dalam tubuh unggas, Mineral berperanan penyusun struktur
skeleton (tulang dan gigi) dan esoskeleton, pemeliharaan tekanan osmotik dan
mengatur perubahan air dan larutan dalam tubuh unggas. Mineral juga berperan
besar dalam menyusun struktur jaringan lunak unggas, transmisi impuls syaraf
dan kontraksi otot. Disisi lain berperan sangat vital di dalam keseimbangan asambasa tubuh dan mengatur pH darah serta cairan tubuh lainnya. Mineral juga
berperan serta sebagai komponen banyak enzim, vitamin, hormon, pigmen
pernafasan atau sebagai kofaktor dalam metabolisme, katalis, dan aktifator enzim.
Walaupun demikian, kebutuhan mineral dari ternak dipengaruhi beberapa faktor
yaitu jenis dan tingkat produksi, tingkat dan bentuk ikatan kimia dari elemen,

bangsa ternak, proses adaptasi, tingkat konsumsi, umur, dan hubungan dengan zat
makanan lain (Parakkasi,1985).
Karkas Ayam Broiler
Persentasi karkas
Persentase karkas tidak banyak berpengaruh terhadap kualitas karkas
namun penting pada penampilan ternak sebelum dipotong. Pembeli ternak akan
memperkirakan nilai karkas dari penampilan ternak sewaktu ternak tersebut masih
hidup. Bila pembeli menaksir persentase karkas terlalu tinggi misalnya 1% saja,
Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah konformasi tubuh dan
derajat kegemukan. Ternak yang gemuk, persentase karkasnya tinggi, dan
umumnya berbentuk tebal seperti balok (Kartasudjana, 2001).
Faktor lain yang mempengaruhi persentase karkas adalah jumlah pakan
dan air yang ada pada saluran pencernaan ternak. Bila jumlahnya cukup banyak
maka persentase karkasnya akan rendah,kulit yang besar, dan juga tebal juga akan
berpengaruh terhadap persentase karkas (Kartasudjana,2000).
Bobot Karkas
Menurut Eldawati (1997), karkas ayam terdiri dari daging dan tulang
sedangkan daging 50-70% dari bobot karkas atau kurang lebih 40% dari bobot
hidup. Bagian-bagian karkas yang banyak diperdagangkan adalah bagian daging
dada, paha atas dan paha bawah yaitu sekitar 32% dari bobot total karkas dan
mempunyai harga yang lebih tinggi, sedangkan bagian karkas yang banyak
mengandung tulang terdapat di daerah punggung, leher, dan sayap yaitu sekitar
30% dan jeroan (hati, jantung, dan ampela) sekitar 7% kemudian diimbangi oleh
bagian-bagian lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persentase bobot karkas meliputi jenis
kelamin, bobot badan dan umur. Persentase bobot karkas ayam broiler jantan
lebih tinggi dibandingkan dengan persentase bobot karkas ayam betina (Brake et
al. 1993). Grey et al. (1982), menambahkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi bobot karkas tidak hanya jenis kelamin, umur dan bobot badan
tetapi ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karkas diantaranya
strain, makanan, manajemen, dan lingkungan.
Bobot hidup
Rataan bobot akhir tertinggi diperoleh dari strain Hubbard sebesar 1976
gram, diikuti strain Cobb sebesar 1970 gram, dan terendah strain Hybrosebesar
1898 gram.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Terix (1984) dan Annis(2003) bahwa
strain Hubbard, bobot akhirnya lebih tinggi dibandingkan strain lain. North
(1984) berpendapat bahwa bobot hidup yang dicapai pada umur yang sama antara
berbagai strain akan berbeda dan hal ini disebabkan selain adanya perbedaan mutu
genetik juga disebabkan oleh faktor lingkungan yang mendukung potensi genetik
tersebut. Dari hasil analisis ragam, diketahuibahwa perlakuan berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot akhir
Haysedan Marion (1973) menyatakan bobot karkas yang dihasilkan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin, bobot potong, besar
dan komformasi tubuh, perlemakan, kualitas, dan kuantitas ransum serta strain
yang dipelihara.
Lemak abdominal
Banyaknya lemak dalam jaringan-jaringan merupakan kelebihan energi
pada ayam. Salah satu bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak

adalah bagian sekitar perut atau abdomen. North dan Bell (2002) menyatakan
bahwa persentase lemak abdomen ayam berkisar antara 2,64-3,3% dari bobot
hidup. Palo et al.(1995) menyatakan bahwa secara kuantitatif semakin pendek
umur pemeliharaan, jumlah lemak abdomen karkas semakin menurun tetapi tidak
memberikan efek yang nyata terhadap persentase bobot lemak abdominal.
Kelebihan lemak dapat disebabkan darikandungan energi dalam pakan yang
berlebih sehingga terjadi deposit lemak dalam tubuh ayam broiler(Furuse et al.,
1991). Deaton et al.(1981) lebih lanjut menyatakan bahwa peningkatan persentase
lemak abdominal dipengaruhi oleh umur dan level energi ransum, dimana dengan
meningkatnya umur dan level energi ransum maka semakin tinggi kandungan
lemak abdominal.

Latar Belakang
Usaha ayam ras pedaging merupakan salah satu jenis usaha yang sangat
potensial dikembangkan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai keunggulan yang
dimilikinya antara lain masa produksi yang relatif pendek kurang lebih 32-35 hari,
produktivitasnya tinggi, harga yang relatif murah dan permintaan yang semakin
meningkat. Beberapa faktor pendukung usaha budidaya ayam ras pedaging
sebenarnya masih dapat terus dikembangkan, antara lain karena permintaan
domestik terhadap ayam ras pedaging masih sangat besar.
Jagung merupakan sumber energi utama pakan, terutama untuk ternak
seperti ayam. Hal ini disebabkan kandungan energinya yang dinyatakan sebagai
energi termetabolis relatif tinggi dibandingkan dengan bahan pakan lainnya.
Dalam ransum ungas baik ayam broiler, jagung menyumbang lebih dari separuh
energi yang dibutuhkan ayam. Di samping itu, jagung mempunyai kandungan
serat kasar yang relatif rendah sehingga cocok untuk pakan ayam. Kadar protein
jagung (8,5%) jauh lebih rendah dibanding kebutuhan ayam broiler yang
mencapai ≥22% . Ayam memerlukan asam amino yang terdapat dalam protein.
Karena itu,untuk menilai kandungan gizi jagung perlu memperhatikan
kandunganasam aminonya. Kandungan lisin, metionin dan triptofan jagung relatif
rendah sehingga untuk membuat pakan ayam perlu ditambahkan sumberprotein
yang tinggi seperti bungkil kedelai.
Ubi kayu memiliki kandungan protein yang rendah tetapi memiliki
kandungan asam amino yang baik. Kandungan HCN yang terdapat pada ubi kayu
dapat menggangu pertumbuhan pada ayam broiler. Untuk itu perlu dilakukan
fermentasiuntuk mengurangi

kandungan HCN

yang dapat

mengganggu

pertumbuhan ayam broiler. Fermentasi menggunakan 5 gram Rhizopus

Oligosporusdengan waktu fermentasi 48 jamdapat menghasilkan 6,45% kadar
air,11,75% protein kasar, 7,35% serat kasar dankandungan HCN mengalami
penurunanhingga 28,08 g/kg sehingga amandigunakan sebagai bahan baku untuk
pakan ternak(Palupi, 2002).
Walaupun Jagung merupakan komponen pakan yang sangat penting dalam
menyusum ransum pada ayam broiler,penggunaan jagung yang banyak akan
menimbulkan biaya yang sangat banyak. Jagung dapat di kurangi penggunaannya
pada pakan hingga mencapai 40%. Ubi kayu dapat menggantikan peran sentral
jagung dalam harga jika dibandingkan dalam biaya. Biaya yamg di keluarkan
untuk membeli jagung sebesar Rp.5000,00 dan untuk membeli ubi kayu hanya
Rp. 3000,00, jadi ada perbedaan yang sangat besar antara harga jagung dan ubi
kayu biaya yang mencapai perbedaan Rp. 2000,00. Perbedaan tersebut dari harga
jagung dengan ubi kayu. Produksi ubi kayu di Indonesia sangatlah besar terkhusus
di Sumatera Utara dengan memanfaatkan hasil

pertanian tersebut maka

penggunaan bahan pakan yang bersumber dari jagung dapat dikurangi.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang penggunaan pakan berbasis ubi kayu dalam ransum ayam
broiler terhadap karkas ayam broiler.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan pakan
berbasis ubi kayu fermentasi terhadap bobot potong, bobot karkas, persentase
karkas, dan bobot lemak abdominal ayam broiler.
Hipotesis Penelitian
Penggunaanpakan berbasis ubi kayu dalam ransum dapat meningkatkan
produksi karkas ayam broiler dan dapat menggantikan penggunaan tepung jagung
dalam ransum ayam broiler.
Kegunaan Penelitian
Memberikan informasi bagi kalangan akademis, peneliti, dan masyarakat
tentang

teknologi

pengolahan

fermentasi

tepung

ubi

kayu

penggunaannyadalam ransum ayam broiler terhadap karkas ayam broiler.

TINJAUAN PUSTAKA

dan

ABSTRAK
HOT KLASMEN PURBA 2015. ’Penggunaan Pakan Berbasis Ubi Kayu
terhadap Kualitas Karkas Ayam Broiler’ Dibimbing oleh NEVY DIANA
HANAFI dan MA’RUF TAFSIN.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat penggunaan pakan
berbasis ubi kayu fermentasi terhadap kualitas karkas (bobot akhir, bobot karkas,
persentasi karkas, lemak abdominal ayam broiler).Penelitian ini dilaksanakan di
Laboratorium Biologi Ternak, Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilaksanakan selama 35 hari di mulai dari
Juni-Juli 2015. Rancangan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan setiap ulangan terdiri
dari 5 ekor broiler. Perlakuan ini terdiri atas P0 =Pakanransum dengan 0% tepung
ubi kayu non fermentasi. P1= Pakan ransum dengan 20% tepung ubi kayu non
fermentasi P2= Pakan ransum dengan 40% tepung ubi kayu non fermentasi.P3=
Pakan ransum dengan 20% tepung ubi kayu fermentasi.P4= Pakan ransum dengan
40% tepung ubi kayu fermentasi.
Hasil menunjukkan rataan bobot potong (g/ekor) rata-rata bobot potong PO.,
P1., P2., P3., P4 adalah1410,32, 1390,15, 1382,60, 1387,98, 1361,10.Bobot
karkas (g/ekor) 1052,9, 1032,3, 1032,3, 997,8, 990,3. Persentasi karkas (%)
adalah 74,57, 73,09, 75,0, 71,83, 72,36. Lemak abdominal (g/ekor) adalah 1,46,
1