commit to user
32
pemerataan dan keterjangkauan, serta kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan.
c. Fungsi Kesehatan
Peter dalam Wopler 2001: 567 kesehatan adalah suatu pendekatan untuk mengatur atau mengelola baik kualitas maupun biaya pelayanan medis.
Ada 2 dua elemen umum dari sistim layanan kesehatan yaitu tipe mekanisme otorisasi dan pembatasan pilihan dari anggota pemberian pelayanan. Pelayanan
kesehatan berada dalam suatu perkembangan yang cepat dan tunduk pada kekuatan ekonomi. Sasaran pelayanan kesehatan dengan melalui satu
penerapan manajemen yang cakap, untuk menyediakan kualitas yang tinggi dengan biaya yang pantas, sedangkan sasaran pembangunan kesehatan
diarahkan untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses, terutama penduduk miskin, terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan
gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan danatau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun
commit to user
33
secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Sebagai salah satu pilar penting dalam upaya untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas, pembangunan kesehatan tentunya
diarahkan untuk meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan, serta kualitas pelayanan kesehatan. Lebih-lebih lagi perhatian khusus diberikan pelayanan
bagi masyarakat miskin dan penduduk daerah tertinggal, perbatasan, dan daerah bencana.
d. Fungsi Ekonomi
Ekonomi diartikan sebagai aturan yang berlaku dalam rumah tangga rumah tangga produsen dan konsumen. Produsen dengan berbagai
kegiatannya mempunyai aturan tersendiri. Kemudain aturan tersebut berinteraksi membentuk rumah tangga yang relatif besar, maka terjalinlah
aturan-aturan yang lebih besar pula yang mengatur keterkaitan antara dua rumah tangga yang pada dasarnya saling membutuhkan dan saling memenuhi
kebutuhan masing-masing. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau
perekmbangan apabila tingkat kegiatan ekonomi suatu masyarakat tersebut lebih tinggi dari kegiatan ekonomi yang dicapai pada masa lalu, atau
sebelumnya. Secara lebih mendalam Sadono Sukirno 1985: 19 mengatakan bahwa perkembangan ekonomi baru akan tercipta apabila jumlah barang dan
commit to user
34
jasa, yang dihasilkan dalam perekonomian menjadi lebih bertambah besar pada tahun berikutnya. Sedangkan meurut Sumitro Djojohadikusumo 1994: 55
memberikan batasan tentang pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan tiga ciri pokok yaitu adanya laju pertumbuhan pendapatan perkapita dalam nyata
rill, persebaran distribusi angkatan kerja menurut sektor-sektor kegiatan produksi, yang menjasi sumber nafkahnya serta pola persebaran penduduk
dalam masyrakat. Komitmen pelayanan otonomi daerah dilandasi dengan terbitnya
Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang- undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah. Kedua dasar hukum tersebut pada dasarnya merupakan respon atas berbagai aspirasi daerah yang mengiginkan adanya
perubahan mendasar bagi daerah, akibat dari ketimpangan distribusi pembangunan yang tidak merata antara pusat dan daerah.
Berdasarkan Undang-undang tersebut, maka otonomi daerah akan dilaksanakan secara luas, nyata, dan bertanggung jawab. Hal ini mengandung
pengertian bahwa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia kepada daerah untuk menyelenggarakan kewenangan dalam mengatur
pembangunan yang diinginkan. Tujuan dari otonomi daerah tidak lain adalah lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat,
pengembangan kehidupan yang demokrasi, keadilan dalam hukum,
commit to user
35
pemerataan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antardaerah Machfud Sidik, 2003: 6.
Pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah dapat melaksanakan fungsinya secara efektif, maka pemerintah daerah harus didukung dengan
sumber-sumber pembiayaan yang memadai baik yang berasal dari Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Dana
Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus, Pendapatan Asli Daerah, Pinjaman Daerah maupun yang lain-lainya dari Penerimaan Daerah yang Sah
Pasal 157 UU No. 32 Tahun 2004. Sejalan dengan hal itu, tentunya pelaksanaan otonomi daerah hanya
ditinjau dari seberapa besar daerah akan memperoleh dana perimbangan. Akan tetapi lebih dari itu adalah hal-hal tersebut harus diimbangi dengan
sejauh mana instrumen atau kemampuan daerah untuk memberikan nuansa pengelolaan keuangan yang lebih adil, rasional, transparan, akuntabel,
partisipasi, dan sebagainya yang telah diamanatkan dalam Undang-undang Otonomi Daerah.
4. Analisis Pola Pemukiman