PEMBINAAN PEMUDA MAJELIS, PEMUDA DAN PEMBINAAN PEMUDA

9 menolong mereka untuk semakin bertumbuh dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Bentuk perhatian untuk memenuhi tujuan Allah bagi pemuda yang menjadi jemaat yaitu melalui persekutuan. 23 Dalam realitas kehidupan pemuda, secara terus menerus banyak mengalami pembaharuan. Pembaharuan yang dimaksud ialah adanya proses pertumbuhan kerohanian para pemuda ditengah-tengah gereja ataupun masyarakat. Kaum muda sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari segala segi yang ada pada dirinya, sehingga untuk menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dengan pertumbuhan tersebut kaum muda mempunyai mekanisme sendiri dalam menghadapinya. Mereka menganggap bahwa mereka akan mendapatkan bantuan dari keluarga, sekolah, lembaga-lembagaorganisasi dan masyarakat sekitar untuk mengarahkan mereka dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Namun proses pertumbuhan akan dapat lebih terarah dalam mengatasi masalah, apabila bagi mereka tersedia pelayanan pendampingan yang memadai dari segi tujuan materi program, bentuk, metode-metode dan tekniknya. Didalam pertumbuhan dan perkembangannya, pemuda dapat ditinjau dari beberapa perkembangan yang ia alami dalam kehidupannya, baik dari segi perkembangan kognitif, perkembangan moral, perkembangan mental dan perkembangan Imannya. Pemuda yang memahami dirinya adalah pemuda yang dapat berharap akan kehidupan yang bahagia, 24 inilah sebabnya gereja harus dapat membahagiakan pemudanya agar pemuda dapat memahami dirinya sebagai pemuda Kristen.

2.3 PEMBINAAN PEMUDA

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pe mbinaan adalah “Suatu usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik”. 25 Menurut G. Riemer dalam bukunya Ajarlah Mereka, mengatakan: ” Katekhein Kathcein adalah asal muasal kata katekese, kateketik dan katekisasi. Istilah ini mempunyai beberapa makna dalam Alkitab. Makna utama memberi tekanan kepada otoritas wewenang, kekuasaan yang sah dalam hal pendidikan, karena katekhein berarti mengajar dari atas ke bawah”. 26 Dari kutipan ini berarti dapat dikatakan bahwa mengajar itu mempunyai otoritas yang penting dalam hal mendidik seseorang dan kata engkau disini menunjukkan kepada 23 Doug Fields, Purpose Driven Youth Ministry, Jawa Timur: Gandum Mas, 200, 64 24 Agus Sujanto. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru, 1980, 185 25 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1984, 117 26 G. Riemer. Ajarlah Mereka. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih OMF, 1998, 21 10 kordinator pemuda agar mereka terbina dengan baik. Jika pembinaan telah dilakukan dengan baik, maka pemuda akan bertumbuh dalam kerohanian, sebab pembinaan yang dilakukan berdasarkan Firman Allah atau dari Tuhan. Pembinaan dapat dicapai melalui proses belajar mengajar untuk membawa pemuda kepada tingkat pengertian yang benar akan Firman Tuhan, sikap dan perbuatan yang sudah diperbaharui akan menggambarkan kedewasaan kerohanian di dalam persekutuan Kristus. Maka setiap orang percaya yang sudah lahir baru dan menjadi anggota keluarga Allah wajib mengikuti pembinaan tanpa ada batas, supaya setiap orang percaya tidak diombang- ambingkan dalam pengajaran-pengajaran yang menyesatkan Efesus 4:11, sehingga menghambat pertumbuhan kerohanian pemuda untuk melakukan pelayanan kelak. Wendell smith sebagai seorang gembala pemuda di Portland Oregon, mengungkapkan 7 cara membina pemuda berdasarkan karakteristik Alkitab; 27 1. Memperhatikan para pemuda. Seorang pembina harus mengekspresikan kasihnya kepada para pemuda seperti yang terdapat dalam Yesaya 40: 11 yang mengatakan bahwa Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya, dipangku-Nya dan dituntun-Nya dengan hati-hati. 2. Mendukung dan membantu pertumbuhan spiritual para pemuda. Mazmur 23:2, Ia membaringkan aku dipadang yang berumput hijau 3. Memberi perlindungan kepada para pemuda. Yesaya 40:11, Akulah gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombaNya. 4. Memimpin para pemuda. Para pemuda membutuhkan pahlawan dan teladan yang dapat mereka contoh, oleh karena itu para pembina pemuda harus memotivasi para pemuda untuk dapat memiliki gaya hidup Kristen seperti mereka. Mazmur 23:2b, Ia membibingku ke air yang tenang. 5. Mengoreksi dan menegur pada saat pemuda melakukan kesalahan. Pemimpin harus menerapkan hal tersebut atas dasar kasih. Mazmur 23:4, gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. 6. Melakukan kunjungan. Para pembina pemuda yang ingin mengetahui kebutuhan para pemuda dalam komunitasnya, harus memberikan perhatian yang khusus dengan 27 Benny Novian Bessie, “Rendahnya Partisipasi Pemuda Dalam Mengikuti Ibadah Pemuda di GMIT Jemaat Imanuel Soe. Fakultas Teologi., Universitas Kristen Satya Wacana, 2011, 31 11 melakukan perkunjungan baik itu di sekolah, dirumah atau ditempat lainnya. Yohanes 10: 14, Aku mengenal domba-dombaKu. 7. Mengadakan konseling bagi pemuda. Para pemuda memerlukan konseling dalam kehidupan mereka. Para pembina pemuda harus peka dalam hal ini dengan kasih dan pengajaran melalui Firman Tuhan. Yoh 10:3, untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing- masing menurut namanya dan menuntunnya keluar. Melalui 7 tahapanlangkah ini pembina pemuda pasti akan lebih mengerti bagaimana cara dalam mengatasi ketidakaktifan pemuda didalam kegiatan-kegiatan pemuda. Majelis dalam membina para pemuda memang sudah seharusnya mengenali para pemuda secara personal, agar majelis juga mengetahui bagaimana perkembangan pemuda tersebut dan apa yang dihadapi serta dibutuhkan oleh para pemudanya. Sehingga melalui pembinaan yang dilakukan Majelis dapat membantu pemuda yang tidakaktif menjadi aktif dengan berbagai alasan dan halangan ketidakaktifannya. Selain itu, dalam bukunya Jemaat Vital Menarik: Membangun Jemaat dengan Menggunakan Metode Lima Faktor Jan Hendricks mengatakan ada 5 faktor dalam jemaat yang dapat digunakan untuk mewujudkan pembangunaan jemaat, yaitu; 28 Pertama , keterlibatan umat sangat dipengaruhi oleh iklim gereja. Iklim dalam gereja ialah pengakuan, dan perlakuan terhadap setiap anggota jemaat sebagai subyek dalam hidup dan karya Gereja. Kedua , penghargaan umat sebagai subyek gereja, berkaitan erat dengan gaya dan pola kepemimpinan didalam gereja. Kepemimpinan yang dimaksud adalah gaya dan sifat kepemimpinan yang dipraktikkan oleh pejabat gereja dan para pelayan gereja lainnya dalam menjalankan tugas mereka. Ketiga , penghargaan umat sebagai subyek gereja, juga dipengaruhi oleh keterlibatan umat dalam merumuskan tujuan dan tugas gereja. Tujuan adalah segala sesuatu yang ingin diraih oleh gereja, sedangkan yang dimaksud dengan tugas adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meraih tujuan gereja. Keempat , keterlibatan umat sebagai subyek gereja juga ditentukan oleh struktur gereja yang memberi tempat. Struktur gereja adalah keseluruhan relasi timbal balik yang diatur dan ditata sedemikian rupa antara anggota jemaat secara individual maupun bersama-sama dengan para pejabat gereja dan pelayan gereja lainnya, dimana relasi tersebut formal maupun informal. Kelima , keterlibatan umat akan diwarnai oleh perasaan senang kalau gereja menolong setiap 28 Jan Hendriks, Jemaat Vital Menarik: Membangun Jemaat dengan Menggunakan Metode Lima Faktor . Yogyakarta : Kanisius, 2002, 48-87 12 umat menemukan identitas dirinya sebagai orang beriman dan sebagai gereja. Dari uraian di atas yang dimaksud dengan identitas adalah pemahaman yang dihayati oleh setiap anggota jemaat tentang siapa dan apa tugas mereka sebagai orang beriman maupun siapa dan apa tugas mereka secara bersama-sama sebagai gereja yang hidup. GBKP dalam tata gereja juga sudah mengaturkan pembinaan terhadap warga gereja, termasuk kepada PERMATA. Menurut GBKP Pembinaan Warga Gereja PWG adalah upaya yang terencana dalam berkesinambungan untuk memperlengkapi warga gereja dan pelayan khusus dengan nilai-nilai, sikap dan keterampilan dalam dunia yang terus menerus mengalami dinamika perubahan. 29 Hal ini menunjukkan bahwa secara pemahaman, GBKP memahami adanya pembinaan terhadap warga gereja termasuk PERMATA untuk memperlengkapi pemuda gereja menghadapi dunia.

III. Hasil Penelitian dan Analisa