TUGAS KELUARGA MANDIRI DAN SEJAHTERA

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat-Nya, kami yang masih dalam tahapan belajar ini dapat menyelesaikan makalah “Keluarga Mandiri dan Keluarga Sejahtera” ini dengan tepat waktu.

Dalam makalah ini kami memaparkan mengenai pengertian keluarga mandiri dan keluarga sejahtera, keluarga rentan, alat ukur kemandirian keluarga, alat ukur kesejahteraan keluarga,dan implikasi dalam asuhan keperawatan keluarga. Adapuan tujuan utama kami menulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah dari dosen pembimbing kami.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini untuk ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir.

Denpasar, 27 September 2016


(2)

DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I...1

PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan Penulisan...2

D. Manfaat Penulisan...2

BAB II...3

PEMBAHASAN...3

A. Pengertian Keluarga Mandiri dan Keluarga Sejahtera...3

B. Keluarga Rentan...4

C. Alat Ukur Kemandirian Keluarga...5

D. Alat Ukur Kesejahtraan Keluarga...6

E. Impikasi dalam Askep Kelurga...9

BAB III...11

PENUTUP...11


(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Keluarga pada hakekatnya merupakan satuan terkecil sebagai inti dari suatu sistem sosial yang ada dimasyarakat. Sebagai satuan terkecil, keluarga merupakan miniatur dan embrio berbagai unsur sistem sosial manusia. Suasana keluarga yang kondusif akan menghasilkan warga masyarakat yang baik karena dalam keluargalah seluruh anggota keluarga belajar berbagai dasar kehidupan masyarakat.

Keluarga adalah bagian masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga inilah pendidikan kepada individu dimulai dan dari keluarga akan tercipta tatanan masyarakat yang baik.

Kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri.

Kemandirian mengandung pengertian suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikannya. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Perkembangan peradaban dan kebudayaan, terutama sejak IPTEK berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif. kehidupan keluarga pun banyak mengalami perubahan dan berada jauh dari nilai-nilai keluarga yang sesungguhnya.

Dalam kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini berakar dari kondisi


(4)

kehidupan dalam keluarga (Setiawati, 2009). Dalam makalah ini kami selaku penulis akan membahas lebih lanjut mengenai keluarga mandiri dan sejahtera.

B. Rumusan Masalah

1) Apa Pengertian Keluarga Mandiri dan Keluarga Sejahtera ? 2) Apa Pengertian Keluarga Rentan ?

3) Apa Saja Alat Ukur Kemandirian Keluarga ? 4) Apa Saja Alat Ukur Kesejahtraan Keluarga ? 5) Bagaimana Implikasi Askep Keluarga ? C. Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui keluarga mandiri dan keluarga sejahtera. Tujuan Khusus

Menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga. D. Manfaat Penulisan

Dengan pembuatan makalah ini diharapkan pembaca maupun mahasiswa dapat memahami tentang keluarga mandiri dan keluarga sejahtera.


(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Keluarga Mandiri dan Keluarga Sejahtera 1. Pengertian Keluarga Mandiri

Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan ketahanan keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga, berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.

Kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri.

Secara singkat kemandirian mengandung pengertian suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikannya Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab terhadap apa yang di lakukannya. Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan sehingga individu pada akhirnya akan mampu berpikir dan bertindak sendiri. Dengan kemandirian seseorang dapat berkembang dengan lebih mantap. Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan, dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya. Agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Peran keluarga serta lingkungan di sekitar dapat memperkuat untuk setiap perilaku yang di lakukan. Hal ini dinyatakan pula oleh Robert havighurst bahwa : “Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain”. Dengan otonomi tersebut seorang anak diharapkan akan lebih bertanggung-jawab terhadap dirinya sendiri.


(6)

“Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”. (Depdiknas, 2001:1011).

“Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5)

Keluarga sejahtera adalah dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan yang maha esa, memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang antara anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.

Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.

Dalam rencana pembangunan nasional memberikan petunjuk bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada terwujudnya keluarga sebagai wahana peresmian nilai-nilai luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga serta membina ketahanan keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan.

UU No.10/1992 pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan pada pembangunan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirin, ketahanan keluarga dan kemandirian keluarga.

B. Keluarga Rentan

Keluarga rentan adalah keluarga yang berisiko mengalami masalah, baik dari diri maupun dari lingkungan sehingga tidak dapat mengembangkan potensinya. (Kepmensos RI No. 49/HUK/2004).

Keluarga sebagai satu entitas selalu menghadapi ancaman kerapuhan/kerentanan (family vulnerability) yang berasal dari kekuatan dari luar keluarga, yang dapat menimbulkan kerusakan (potensial damage). Gangguan/ancaman dari berbagai aspek tersebut baik sosial, ekonomi maupun lingkungan alam yang dapat menimbulkan kerapuhan keluarga pada berbagai aspek, seperti aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Dampak dari semua gangguan ini tergantung dari seberapa besar


(7)

ancaman yang ada. Adapun jenis-jenis ancaman/kerapuhan (vulnerability)(UNDP 2000) adalah :

1. Kerapuhan aspek ekonomi (Economic Vulnerability) yang merupakan tekanan makro termasuk tekanan ekonomi keluarga terhadap produksi, distribusi dan konsumsi ekonomi keluarga.

2. Kerapuhan aspek lingkungan (Environmental Vulnerability) yang merupakan tekanan dari luar yang berasal dari sistem ekologi sumber daya alam (natural eco-systems).

3. Kerapuhan aspek sosial (Social Vulnerability) yang merupakan tekanan dari luar yang berhubungan dengan stabilitas sosial dan masalah sosial masyarakat.

4. Contoh berbagai Ancaman (Vulnerability):

a. Sulitnya mencari pekerjaan, karena tekanan pengangguran yang tinggi. b. Tingginya angka kemiskinan.

c. Marginalisasi kehidupan kemanusiaan di perkotaan. d. Marginalisasi ekonomi pedesaan.

e. Rawan bencana alam (gempa, banjir, gunung berapi, dll). f. Inflasi ekonomi yang tinggi.

g. Tingginya biaya hidup pada berbagai aspek kehidupan termasuk biaya kehidupan.

h. Keamanan pangan yang tidak terjamin. C. Alat Ukur Kemandirian Keluarga

Indikor kemandirian keluarga dlihat dari tingkat kemandirian keluarga (Depkes, 2006).

Keluarga Mandiri Tingkat I

a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

Keluarga mandiri Tingkat II

a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar d. Melakuka perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan


(8)

Keluarga Mandiri Tingkat III

a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan e. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif

f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif Keluarga Mandiri Tingkat IV

a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif

f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif g. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif D. Alat Ukur Kesejahtraan Keluarga

Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.

Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs). Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan, sandang dan kesehatan.


(9)

2. Keluarga Sejahtera Tahap I

Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu:

a. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga. b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih. c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian.

d. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

e. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa kesarana/petugas kesehatan.

3. Keluarga Sejahtera tahap II

Yaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psykologis 6 sampai 14 yaitu : a. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

b. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.

c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.

d. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah. e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.

f. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.

g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.

h. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini. 4. Keluarga Sejahtera Tahap III

Yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :

a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

b. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu

dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. e. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan. f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.

g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.


(10)

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu :

a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.

b. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

6. Keluarga Miskin

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.

b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.

c. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni. 7. Keluarga miskin sekali

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. b. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah

dan bepergian.

c. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah. E. Impikasi dalam Askep Kelurga

Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

a. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.

b. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.


(11)

c. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.

d. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.

e. Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.

f. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.

g. Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. (Sudiharto dan Sri Setyowati, 2007 : 29 dan 43)


(12)

BAB III PENUTUP A. Simpulan

Kemandirian mengandung pengertian suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikannya Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5).

Keluarga rentan adalah keluarga yang berisiko mengalami masalah, baik dari diri maupun dari lingkungan sehingga tidak dapat mengembangkan potensinya. (Kepmensos RI No. 49/HUK/2004).

Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional.

B. Saran

Setelah mempelajari materi di atas diharapkan mahasiswa memahami tentang materi yang disampaikan sehingga mampu memberikan tanggapan yang bersifat membangun mengenai kekurangan dari penyajian makalah ini.


(13)

DAFTAR PUSTAKA

Ailon, S.G. dan Maglaya, A.S.,. 1997. Family health Nursing: The Process. Philiphines: UP College on Nursing Diliman

Asr, Putra. 2011. Keluarga Sejahtera (http://putraasr.blogspot.com/2011/12/keluarga sejahtera.html) Diakses pada tanggal 19 September 2016 pukul 18.24 WITA

Betsy, Gloria. Konsep Keluarga Sejahtera ( http://gloriabetsy.blogspot.com/2012/12/konsep-keluarga-sejahterah.html) Diakses pada tanggal 18 September 2016 pukul 16.10 WITA BKKBN, Pendataan Keluarga Tahun 2000 (http://www.bkkbn.go.id/privince/yogya/MENU

04.htm). Diakses pada tanggal 18 September 2016 pukul 16.00 WITA

Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Widya Medika

Departemen Kesehatan RI. (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fifa, Alut. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

(http://alutfifa.blogspot.com/2012/07/konsep-dasar-keperawatan-keluarga.html) Diakses pada tanggal 19 September 2016 pukul 18.00 WITA

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Shirley, M. H. H. 1996. Family Health Care Nursing : Theory, Practice, and Research. Philadelphia : F. A Davis Company

Kemenkes RI. Keluarga Rentan. (https://www.kamusbesar.com/keluarga-rentan). Diakses pada tanggal 12 September 2016.


(1)

Keluarga Mandiri Tingkat III

a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang di anjurkan e. Memanfaatkan fasilitas yankes secara aktif

f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif Keluarga Mandiri Tingkat IV

a. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas

b. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana keperawatan

c. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar d. Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif

f. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif g. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif D. Alat Ukur Kesejahtraan Keluarga

Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional. Karena indikator yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi, maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan dilakukan oleh masyarakat di desa.

Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

1. Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya (basic needs). Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan


(2)

2. Keluarga Sejahtera Tahap I

Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal yaitu:

a. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga. b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih. c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,

bekerja/sekolah dan bepergian.

d. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

e. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa kesarana/petugas kesehatan.

3. Keluarga Sejahtera tahap II

Yaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I, harus pula memenuhi syarat sosial psykologis 6 sampai 14 yaitu : a. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.

b. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk pauk.

c. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.

d. Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah. e. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.

f. Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas mempunyai penghasilan tetap.

g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.

h. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini. 4. Keluarga Sejahtera Tahap III

Yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15 sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :

a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.

b. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu

dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.

d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. e. Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan. f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.

g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan kondisi daerah setempat.


(3)

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria 22 dan 23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu :

a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.

b. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

6. Keluarga Miskin

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.

b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru.

c. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk tiap penghuni. 7. Keluarga miskin sekali

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :

a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih. b. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah

dan bepergian.

c. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah. E. Impikasi dalam Askep Kelurga

Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.

a. Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif.

b. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah kesehatan.


(4)

c. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak.

d. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.

e. Sebagai fasilisator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.

f. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga.

g. Sebagai modifikasi lingkungan, perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. (Sudiharto dan Sri Setyowati, 2007 : 29 dan 43)


(5)

BAB III PENUTUP A. Simpulan

Kemandirian mengandung pengertian suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikannya Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”. (BKKBN,1994:5).

Keluarga rentan adalah keluarga yang berisiko mengalami masalah, baik dari diri maupun dari lingkungan sehingga tidak dapat mengembangkan potensinya. (Kepmensos RI No. 49/HUK/2004).

Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan operasional.

B. Saran

Setelah mempelajari materi di atas diharapkan mahasiswa memahami tentang materi yang disampaikan sehingga mampu memberikan tanggapan yang bersifat membangun mengenai kekurangan dari penyajian makalah ini.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ailon, S.G. dan Maglaya, A.S.,. 1997. Family health Nursing: The Process. Philiphines: UP College on Nursing Diliman

Asr, Putra. 2011. Keluarga Sejahtera (http://putraasr.blogspot.com/2011/12/keluarga sejahtera.html) Diakses pada tanggal 19 September 2016 pukul 18.24 WITA

Betsy, Gloria. Konsep Keluarga Sejahtera ( http://gloriabetsy.blogspot.com/2012/12/konsep-keluarga-sejahterah.html) Diakses pada tanggal 18 September 2016 pukul 16.10 WITA BKKBN, Pendataan Keluarga Tahun 2000 (http://www.bkkbn.go.id/privince/yogya/MENU

04.htm). Diakses pada tanggal 18 September 2016 pukul 16.00 WITA

Dainur. 1995. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta, Widya Medika

Departemen Kesehatan RI. (2004). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fifa, Alut. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

(http://alutfifa.blogspot.com/2012/07/konsep-dasar-keperawatan-keluarga.html) Diakses pada tanggal 19 September 2016 pukul 18.00 WITA

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Shirley, M. H. H. 1996. Family Health Care Nursing : Theory, Practice, and Research. Philadelphia : F. A Davis Company

Kemenkes RI. Keluarga Rentan. (https://www.kamusbesar.com/keluarga-rentan). Diakses pada tanggal 12 September 2016.