1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, persaingan di dunia kerja pun semakin besar. Hal ini menuntut masyarakat untuk bisa lebih
aktif dan profesional dalam menghadapi persaingan kerja. Pekerjaan tidak hanya digeluti oleh pria, wanita juga bisa bekerja sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Saat menghadapi persaingan kerja, penampilan juga merupakan salah satu hal yang wajib diperhatikan terutama oleh kalangan wanita.
Beberapa perusahaan seperti swalayan atau pusat perbelanjaan mewajibkan para karyawan untuk selalu memperhatikan penampilannya saat bekerja, terutama
karyawan wanita yang berprofesi sebagai pramuniga. Pramuniaga adalah profesi yang bergerak di bidang pelayanan untuk membantu pelanggan menemukan
tujuan dalam hal beli barang di sebuah pusat perbelanjaan atau departemen store. Seorang pramuniaga dituntut untuk bisa tampil cantik dan menarik dalam
memberikan pelayanan kepada konsumen. Selain itu, pramuniaga juga diharuskan oleh perusahaan untuk memakai sepatu hak dalam menunjang penampilan mereka
dan selalu berdiri setiap bekerja untuk melayani para konsumen Purwanto, 2013. Sepatu hak yang dirancang untuk wanita terdiri dari beberapa jenis, meliputi
sepatu hak rendah low heels, sepatu hak sedang medium heels, dan sepatu hak tinggi high heels. Sepatu dengan ukuran hak tinggi merupakan jenis sepatu yang
lebih digemari oleh kaum wanita, bervariasi mulai dari tinggi hak 5 cm sampai
dengan 17 cm. Penggunaan sepatu hak sangat mempengaruhi postur tubuh saat berjalan. Para ahli mengkhawatirkan jika para wanita yang gemar menggunakan
sepatu hak akan lebih beresiko mengalami keluhan muskuloskeletal Suwarni, 2014.
Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa tinggi hak sepatu dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan muskuloskeletal, yaitu memicu timbulnya kasus
nyeri plantaris pada karyawan wanita, timbulnya masalah pada lutut karena berat tubuh bagian bawah bergeser ke depan sehingga meningkatkan tekanan pada
lutut, meningkatkan resiko terjadinya sprain ankle karena terlalu tingginya hak sepatu yang digunakan membuat tubuh kehilangan keseimbangan dan
meningkatkan insiden jatuh Herlina, 2012. Berbagai hasil studi mengenai hubungan penggunaan tinggi hak sepatu juga
menyebutkan bahwa tinggi hak sepatu dapat mempengaruhi lordosis lumbal. Namun, dari sisi biomekanik hasil penelitian yang dilakukan oleh Lee, dkk 2001
menunjukkan bahwa pada setiap peningkatan tinggi dari hak sepatu selalu diikuti dengan berkurangnya sudut fleksi lumbal. Selain itu, setiap peningkatan dari
tinggi hak sepatu tersebut juga meningkatkan aktivitas otot paravertebral khususnya otot erector spine, yaitu otot yang berperan untuk mempertahankan
posisi tegak tubuh yang tidak stabil yang diakibatkan oleh tinggi dari hak sepatu tersebut. Apabila hal ini terjadi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan memicu terjadinya kelelahan otot yang pada akhirnya akan menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah yang bersifat miogenik Winata,
2014.
Nyeri miogenik adalah nyeri yang bersifat tidak wajar serta tidak sesuai dengan distribusi saraf dan menimbulkan reaksi nyeri yang berlebih. Saat berdiri
lama otot cenderung dalam keadaan statis. Kerja otot statis ditandai oleh adanya kontraksi otot yang dipengaruhi oleh postur tubuh. Kerja otot statis ini yang dalam
waktu lama dapat memicu timbulnya keluhan nyeri Effendi, 2007. Nyeri punggung bawah miogenik adalah nyeri yang terjadi di daerah
punggung bawah yang disebabkan oleh adanya gangguan pada unsur muskuloskeletal. Nyeri punggung bawah miogenik dapat terjadi akibat dari
adanya kerusakan jaringan pada daerah dermis, pembuluh darah, fascia, otot, tendon, kartilago, tulang, ligamen, meniskus, dan bursa Paliyama, 2003.
Nyeri punggung bawah miogenik juga berhubungan dengan strain otot-otot punggung bawah, tendon, dan ligamen yang bisa timbul bila melakukan aktivitas
sehari-hari secara berlebihan. Nyeri yang ditimbulkan bersifat tumpul dan tidak menjalar ke tungkai Magee, 2013. Keluhan yang dapat timbul akibat nyeri
punggung bawah miogenik, yaitu nyeri tekan pada regio lumbal dan terdapat spasme pada otot-otot punggung bawah sehingga dapat memicu terjadinya
keterbatasan gerak Meliana dan Pinzon, 2004. Nyeri punggung bawah miogenik dapat menjadi masalah jika mengganggu
aktivitas sehari-hari. Nyeri yang dirasakan dapat menimbulkan rasa tidak nyaman terutama bagi para pramuniaga wanita yang bekerja menggunakan sepatu hak
dengan ukuran tinggi hak sepatu yang bervariasi, ditambah lagi dengan aktivitas pramuniaga yang selalu berdiri dalam melayani konsumen dengan waktu kerja
minimal 6-8 jam perhari Purwanto, 2013.
Hasil studi Laboratorium Pusat Studi Kesehatan dan Ergonomi di ITB pada tahun 2006-2007 diperoleh data bahwa sebanyak 40-80 pekerja wanita
melaporkan keluhan muskuloskeletal sesudah bekerja Yassierli, 2009. Bekerja memakai sepatu hak menimbulkan gelombang kejut dari tumit menuju tubuh
sehingga mempengaruhi postur tubuh terutama tulang belakang dan meningkatkan resiko nyeri punggung bawah miogenik pada wanita. Survei yang dilakukan di
Amerika Serikat menunjukkan data bahwa sekitar 59 wanita menggunakan sepatu hak kurang lebih satu sampai delapan jam perharinya Dawson dkk., 2002.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui tentang hubungan antara penggunaan tinggi hak sepatu terhadap kasus terjadinya keluhan
nyeri punggung bawah miogenik dan menjadikan pramuniaga wanita yang bekerja di Lippo Mall Badung Bali sebagai sampel penelitian. Hal ini bisa dilihat
bahwa para pramuniaga wanita di Lippo Mall Badung Bali bekerja menggunakan sepatu hak dengan tinggi hak sepatu yang bervariasi dan penulis memaparkannya
dalam bentuk skripsi dengan judul “Hubungan antara tinggi hak sepatu dengan
keluhan nyeri punggung bawah miogenik pada pramuniaga di Lippo Mall Badung Bal
i”.
1.2 Rumusan Masalah