kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.
2.2 Pemberian ASI Eksklusif
2.2.1 Frekuensi Pemberian ASI Eksklusif Umumnya bayi akan menyusu antara 8-12 kali sehari atau
setiap 1-3 jam karena volume perut yang sangat kecil. Susui bayi sesuai kehendaknya on demand. Untuk bayi yang termasuk kategori
bayi kuning biasanya memerlukan frekuensi menyusu yang sangat sering untuk menormalkan kembali kadar bilirubinnya. Roesli, 2004
2.2.2 Cara Menyusui Yang Benar Menurut Marmi 2012, cara menyusui yang benar adalah
sebagai berikut: a. Posisi madona atau menggendong
Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi diletakkan pada lengan bawah lateral payudara. Ibu
menggunakan tangan lainnya untuk memegang payudara jika diperlukan.
b. Posisi football atau mengepit Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan
samping dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia mungkin menggunakan tangan sebelahnya untuk
memegang payudara jika diperlukan.
c. Posisi berbaring miring Ibu dan bayi berbaring miring saling berhadapan. Posisi ini
merupakan posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari proses persalinan melalui pembedahan.
2.2.3 Tahap Tata Laksana Menyusui Yang Benar Menurut Marmi 2012, tahap dan tata laksana menyusui yang
benar adalah sebagai berikut: a. Posisi badan ibu dan badan bayi
1. Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai. 2. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar
kepala. 3. Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.
4. Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.
5. Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu. 6. Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu
garis dengan leher dan lengan bayi. 7. Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu bagian dalam. b. Posisi mulut bayi dan puting susu ibu
1. Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting dan areola. 2. Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf
C yaitu payudara dipegang dengan ibu jari di bagian atas dan
jari yang lain menopang di bawah atau dengan pegangan seperti gunting puting susu dan areola dijepit oleh jari
telunjuk dan jari tengah seperti gunting di belakang areola. 3. Sentuh pipi atau bibir bayi untuk merangsang rooting reflek
reflek menghisap. 4. Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan lidah menjulur ke
bawah. 5. Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan
menekan bahu belakang bayi bukan belakang kepala. 6. Posisikan puting susu di atas bibir atas bayi dan berhadapan
dengan hidung bayi. 7. Kemudian arahkan puting susu ke atas menyusuri langit-langit
mulut bayi. 8. Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras palatum durum dan langit-langit yang lunak
palatum molle. 9. Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan
gerakan memerah sehingga ASI akan keluar. 10. Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan
baik, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi. 11. Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan
hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi
bernafas. Hal ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu. 12. Dianjurkan tangan ibu yang bebas untuk mengelus-elus bayi.
2.3 Pengetahuan