Hasil penelitian Perbandingan Efektivitas Model Penemuan Terbimbing dan Model Problem Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP N 2 Piyungan.

64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 April 2017 sampai dengan 13 Mei 2017 di SMP N 2 Piyungan, Bantul. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP N 2 Piyungan. Sampelnya adalah kelas VII D sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas VII C sebagai kelas eksperimen 2 yang diambil secara acak. Kelas eksperimen 1 mendapatkan perlakuan pembelajaran matematika dengan model penemuan terbimbing dan kelas eksperimen 2 mendapatkan perlakuan pembelajaran matematika dengan model problem based learning. Proses pembelajaran pada kedua kelas dilakukan dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang telah dibuat dan disesuaikan dengan model pembelajaran masing-masing kelas. Penelitian diawali dengan pemberian pretest kemampuan pemecahan masalah matematika yang terdiri dari empat butir soal essay untuk mengetahui kemampuan awal dari masing-masing kelas dan di akhir penelitian siswa diberikan soal posttest untuk mengetahui efektivitas kedua model pada kedua kelas eksperimen. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh seorang observer yaitu mahasiswa jurusan pendidikan matematika menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Lembar observasi yang digunakan untuk melakukan observasi ini bertujuan untuk mengevaluasi setiap proses pembelajaran. Berikut adalah 65 deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2.

a. Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen 1

Kelas eksperimen 1 mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing. Secara umum pembelajaran dengan menggunakan model penemuan terbimbing berlangsung dengan baik sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebelumnya dengan rata-rata skor keterlaksanaan pembelajaran untuk kegiatan guru 98,55 dan untuk kegiatan siswa 97,1. Pembelajaran dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama diajarkan materi keliling serta luas persegi dan persegipanjang. Pembelajaran diawali dengan pembukaan, penyampaian motivasi, apersepsi, dan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran. Kemudian dibentuk kelompok dengan anggota 4-5 siswa. Selanjutnya, guru membagikan LKS kepada siswa. Siswa mengamati ilustrasi yang menimbulkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk menyelidiki atau menemukan. Setelah itu siswa menuliskan hasil amatannya dan pertanyaan terkait hal-hal yang ingin diketahui dari ilustrasi tersebut. Kemudian siswa mengidentifikasi masalah dengan menjawab pertanyaan pada LKS yang masih terkait dengan ilustrasi sebelumnya. Pertanyaan tersebut mengarahkan siswa pada kegiatan penemuan. Setiap kelompok mengumpulkan data dengan melakukan kegiatan pada LKS sesuai langkah-langkah yang tertera. Guna mengefektifkan waktu, maka pada setiap kelompok dibagi menjadi dua tim untuk mengumpulkan data. Masing- 66 masing tim melakukan kegiatan dengan sub bahasan yang berbeda. Guru memantau kegiatan setiap kelompok dan memberikan bimbingan apabila siswa merasa kesulitan. Kegiatan siswa saat mengumpulkan data dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Siswa Mengumpulkan Data Siswa mengolah data yang telah diperoleh dari kegiatan pengumpulan data dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membimbing siswa dalam menemukan konsep. Siswa masih dalam tim masing-masing saat melakukan kegiatan ini. Setelah mendapatkan temuan dari apa yang telah dilakukan pada kegiatan sebelumnya, siswa kembali berdiskusi secara berkelompok untuk saling berbagi hasil dari temuan masing-masing tim. Pada kegiatan verifikasi ini siswa juga melakukan pemeriksaan secara kelompok terlebih dahulu sebelum dipresentasikan. Kemudian beberapa perwakilan kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil temuannya di depan kelas. Siswa dan guru memberikan tanggapan terkait presentasi kelompok yang sedang maju di depan kelas. Guru juga mengklarifikasi apabila siswa melakukan kesalahan dalam menemukan konsep. 67 Kegiatan presentasi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Siswa Mempresentasikan Hasil Temuannya Setelah tahap verifikasi, siswa dibimbing guru untuk menarik kesimpulan dari hasil temuannya berupa konsep yang telah sesuai. Siswa menuliskan kesimpulannya pada LKS. Setelah itu, siswa mengerjakan latihan soal untuk menerapkan konsep yang telah diperolehnya. Pada pertemuan kedua, materi yang diajarkan adalah keliling dan luas belahketupat serta jajargenjang. Pada pertemuan ketiga, materi yang diajarkan adalah keliling dan luas layang-layang serta trapesium. Secara umum, pembelajaran pada pertemuan kedua dan ketiga berlangsung sesuai langkah penemuan terbimbing pada pertemuan pertama. Namun, karena keterbatasan waktu, pada pertemuan kedua tidak dilakukan verifikasi secara kelompok tetapi langsung dipresentasikan di depan kelas.

b. Pelaksanaan Pembelajaran pada Kelas Eksperimen 2

Kelas eksperimen 2 mendapatkan perlakuan pembelajaran dengan model problem based learning. Secara keseluruhan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning berlangsung dengan baik sesuai dengan RPP yang 68 telah dibuat dengan rata-rata skor keterlaksanaan pembelajaran untuk kegiatan guru 98,48 dan untuk kegiatan siswa 96,97. Pembelajaran diawali dengan berdoa, mengecek kehadiran dan kesiapan siswa, penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian apersepsi, dan motivasi kepada siswa. Pembelajaran dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Pada pertemuan pertama diajarkan materi keliling serta luas persegi dan persegipanjang. Pada tahap orientasi siswa pada masalah, siswa mengamati masalah yang tersaji dalam LKS seperti pada Gambar 4. Siswa melakukan kegiatan ini secara individu agar masing-masing siswa dapat memahami masalah tersebut sesuai kemampuannya sendiri. Gambar 4. Siswa Mengamati Masalah Setelah masing-masing siswa memahami masalah secara individu, guru mengelompokkan siswa ke dalam enam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa. Secara berkelompok, siswa menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dari masalah yang tersaji kemudian siswa menanya secara lisan. 69 Selanjutnya, masing-masing siswa mengumpulkan informasi dengan melihat keterkaitan pola pada LKS kemudian mencari pada buku untuk mengetahui cara atau rumus yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah. Setelah mendapatkan informasi atau rumus, siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menyelesaikan masalah tersebut dan memperoleh solusi yang tepat. Gambar 5. Guru Memantau Diskusi Kelompok Guru juga memantau jalannya diskusi kelompok dan memberikan bantuan secukupnya apabila siswa merasa kesulitan dalam memperoleh solusi dari masalah. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5. Berikutnya, siswa menyiapkan laporan dengan menuliskan apa yang telah diperolehnya dari kegiatan sebelumnya. Kemudian hasil tersebut dipresentasikan oleh beberapa perwakilan kelompok di depan kelas. Presentasi siswa terlihat pada Gambar 6. Gambar 6. Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi 70 Siswa dan guru membahas apa yang dipresentasikan kelompok yang maju ke depan kelas. Kemudian guru mempersilakan siswa lain untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan terkait apa yang dipresentasikannya. Selanjutnya guru mengklarifikasi terhadap kebenaran dari penyelesaian masalah dan memperkuat konsep yang dipelajari. Pada pertemuan kedua, materi yang diajarkan adalah keliling dan luas belahketupat serta jajargenjang. Pada pertemuan ketiga, materi yang diajarkan adalah keliling dan luas layang-layang serta trapesium. Secara umum, pembelajaran pada pertemuan kedua dan ketiga berlangsung sesuai langkah penemuan terbimbing pada pertemuan pertama. Apabila pada pertemuan pertama siswa belum terbiasa menanya, maka pada pertemuan kedua dan ketiga ini siswa sudah berani mengajukan pertanyaan.

2. Deskripsi Data

Deskripsi data bertujuan untuk memberikan gambaran tentang kondisi awal dan akhir dari variabel-variabel yang diteliti. Pada penelitian ini, data yang dideskripsikan adalah data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Data kemampuan pemecahan masalah matematika didapatkan dari nilai pretest dan posttest kedua kelas eksperimen.

a. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Siswa Data hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dideskripsikan terdiri dari dua macam data, yaitu data pretest dan posttest. Data pretest diambil sebelum kedua kelas eksperimen mendapat perlakuan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Selanjutnya, data posttest 71 diambil setelah kedua kelas eksperimen mendapat perlakuan. Posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah mendapat perlakuan. Data hasil pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematika dari kedua kelas eksperimen disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Deskripsi Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2 Pretest Posttest Pretest Posttest Jumlah siswa 27 26 27 26 Rata-rata 36,05 65,93 34,10 67,44 Maksimum 73,33 88,33 60,00 85,00 Minimum 10,00 40,00 8,33 43,33 Standar Deviasi 18,16 14,85 12,74 12,55 Varians 329,91 220,57 162,28 157,60 Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen pertama lebih tinggi daripada nilai pretest. Begitu juga dengan kelas eksperimen kedua, nilai posttestnya lebih tinggi daripada nilai pretest. Nilai posttest pada kelas eksperimen kedua lebih tinggi daripada nilai posttest kelas eksperimen pertama. Selanjutnya untuk mengetahui apakah kedua kelas secara signifikan memiliki rata-rata yang berbeda, perlu dilakukan uji statistik.

b. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Data mengenai pencapaian siswa dalam tiap aspek pemecahan masalah matematika yang terdiri dari proses memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah dan pengecekan kembali dapat dilihat melalui hasil pretest dan posttest pada Tabel 14. 72 Tabel 14. Data Rata-rata Tiap Aspek Pemecahan Masalah Matematika Memahami masalah Merencanakan penyelesaian masalah Menyelesai- kan masalah Mengecek kembali E 1 Pretest 9,78 7,07 3,48 1,29 Posttest 10,59 10,67 9,70 8,59 E 2 Pretest 8,12 4,69 4,58 3,08 Posttest 12,27 10 9,08 9,12 Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika mengalami peningkatan pada setiap aspeknya. Peningkatan paling signifikan terlihat pada aspek pengecekan kembali meskipun pada ketiga aspek lain juga mengalami peningkatan yang signifikan.

3. Analisis Data

a. Hasil Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua uji ini dilakukan untuk menentukan statistik uji yang akan digunakan yaitu statistik parametrik atau nonparametrik. Uji prasyarat ini dilakukan pada data pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematika. Jika kedua uji ini sudah dipenuhi, maka dapat dilakukan uji hipotesis penelitian. 1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data pretest dan posttest yang didapatkan dari kedua kelas eksperimen berdistribusi normal atau tidak. Uji ini dilakukan pada variabel kemampuan pemecahan masalah matematika. Hasil analisis uji normalitas disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Data Hasil Uji Normalitas Kelas Nilai Signifikansi Hasil Sebelum Sesudah Eksperimen 1 0,552 0,693 Normal Eksperimen 2 0,962 0,338 Normal 73 Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel kemampuan pemecahan masalah matematika sebelum dan sesudah perlakuan lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdistribusi normal. 2 Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelas mempunyai varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan terhadap variabel kemampuan pemecahan masalah matematika sebelum dan sesudah perlakuan. Untuk menguji kesamaan varians pada masing-masing variabel dependen digunakan uji Levene’s dengan bantuan IBM SPSS Statistics 21. Hasil uji homogenitas disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Data Hasil Uji Homogenitas Data Nilai Signifikansi Hasil Sebelum Sesudah Pemecahan masalah matematika 0,146 0,241 Homogen Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa nilai signifikansi dari variabel kemampuan pemecahan masalah matematika sebelum dan sesudah perlakuan adalah lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data kemampuan pemecahan masalah matematika pada kedua kelas mempunyai variansi yang sama.

b. Hasil Uji Beda Rata-rata Pretest

Data hasil pretest kemampuan pemecahan masalah matematika siswa telah memenuhi uji asumsi yang dilakukan. Selanjutnya uji beda rata-rata dilakukan dengan menerapkan statistik dengan hipotesis: 74 � : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pretest siswa antara kelas model penemuan terbimbing dan kelas model problem based learning ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika. � 1 : Terdapat perbedaan rata-rata skor pretest siswa antara kelas model penemuan terbimbing dan kelas model problem based learning ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika. Kriteria keputusannya adalah � ditolak jika nilai signifikansi kurang dari � = 0,05. Hasil uji beda rata-rata Pretest disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Uji Beda Rata-rata Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Variabel Kelas Rata-rata Pretest Sig. Pemecahan masalah matematika E 1 36,05 0,654 E 2 34,10 Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa nilai signifikansi untuk kemampuan awal pemecahan masalah matematika siswa adalah 0,654. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 sehingga H diterima. Dengan kata lain, tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen kedua. c. Pengujian Hipotesis Penelitian 1 Analisis Efektivitas Model Penemuan Terbimbing Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Analisis efektivitas model penemuan terbimbing ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika dilakukan menggunakan one sample t-test. Uji ini dilakukan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 21. Hasil analisis dengan one sample t-test untuk kemampuan pemecahan masalah matematika disajikan pada Tabel 18. 75 Tabel 18. Hasil Uji One Sample T-test Efektivitas Model Penemuan Terbimbing Variabel Kelas T df Sig Pemecahan masalah matematika Eksperimen 1 2,073 26 0,048 Tabel 18 menunjukkan bahwa nilai signifikansi hasil uji one sample t-test pada kelas eksperimen 1 untuk variabel pemecahan masalah matematika adalah sebesar 0,048. Nilai signifikansi ini kurang dari 0,05 yang berarti model penemuan terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 2 Analisis Efektivitas Model Problem Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Analisis efektivitas model problem based learning ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika dilakukan menggunakan one sample t-test. Uji ini dilakukan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 21. Hasil analisis menggunakan one sample t-test untuk kemampuan pemecahan masalah matematika disajikan pada Tabel 19. Tabel 19. Hasil Uji One Sample T-test Efektivitas Model Problem Based Learning Variabel Kelas T df Sig Pemecahan masalah matematika Eksperimen 2 3,020 25 0,006 Tabel 19 menunjukkan bahwa nilai signifikansi hasil uji one sample t-test pada kelas eksperimen 2 untuk variabel kemampuan pemecahan masalah matematika adalah sebesar 0,006. Nilai signifikansi ini kurang dari 0,05 yang berarti bahwa model problem based learning efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 76 3 Analisis Perbandingan Efektivitas Model Penemuan Terbimbing dan Model Problem Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Data hasil posttest kemampuan pemecahan masalah matematika siswa telah memenuhi uji asumsi yang dilakukan. Analisis perbandingan efektivitas model penemuan terbimbing dan model problem based learning ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika dilakukan menggunakan independent sample t-test. Uji ini dilakukan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 21. Hasil analisis disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Uji Beda Rata-rata Posttest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 Variabel Kelas Rata-rata Posttest Sig. Pemecahan masalah matematika E 1 65,93 0,667 E 2 67,44 Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa nilai signifikansinya adalah 0,667. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 sehingga H diterima yang artinya tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen kedua. Maka dapat dikatakan kedua model tersebut sama efektifnya ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika.

B. Pembahasan

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

6 42 56

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KARAKTERISTIK CARA BERPIKIR SISWA DALAM MODEL PROBLEM BASED LEARNING

14 61 344

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN MEDIA POWER POINT KELAS VII SMP.

0 3 16

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING: Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di salah satu SMP di Bandung Barat.

0 1 28

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PENDEKATAN PROBLEM POSING DAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMA KELAS X.

0 4 500

KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN CONTOH TERAPAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATHEMATICS WORD PROBLEM SISWA SMP.

0 5 354

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP.

1 1 339

PENGARUH MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII SMP DI KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA.

0 0 113

Penelitian Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Pelajaran Matematika

0 0 19

EKSPERIMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DITINJAU DARI SELF EFFICACY SISWA

2 3 7