kematian, dan tidak adanya peningkatan kualitas kepemimpinan seiring meningkatnya pengaruh sang kyai dari tingkat lokal sampai regional, atau bahkan
nasional. Meski demikian, bukan berarti gaya kepemimpinan kharismatik harus
dihilangkan,mengingat kelebihan yang ditimbulkannya juga cukup dominan. Dalam konteks ini, diktum al-
muhafazhatu ‘ala al-qadim al-sholih wa al-akhdzu bi al-jadid al- ashlah patut untuk dikedepankan.
D. Kajian Terdahulu
Penelitian tentang manajemen pendidikan pondok pesantren telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu, di antaranya adalah:
Implementasi Manajemen Pimpinan Dayah Darussaadah Cot Bada Bireun,
diteliti oleh Sulaiman NIM 08 PEDI 1921, program studi pendidikan Islam konsentrasi manajemen pendidikan Islam pasca sarjana Institut Agama
Islam Negeri Sumatera Utara tahun 2010. Adapun temuan dari penelitian ini adalah:
Dayah Darussaadah Cot Bada merupakan lembaga pendidikan non formal yang menggabungkan antara sistem tradisional dengan sistem modern. Pemikiran
tentang pentingnya manajemen pendidikan di dayah dipandang sebagai suatu kebutuhan agar dapat tetap bertahan di tengah-tengah persaingan dan globalisasi,
serta sebagai landasan untuk perkembangan di masa yang akan datang. Manajemen pimpinan dayah memiliki peran penting agar pondok pesantren dapat
berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dayah Darussaadah Cot Bada sudah
mengimplementasikan manajemen pimpinan dayah, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia, pengarahan, dan pengawasan, tetapi
masih belum optimal. Dalam implementasi manajemen pimpinan dayah tersebut ada faktor-faktor yang mendukung dan menghambat. Faktor-faktor yang
mendukung implementasi pimpinan dayah adalah adanya dukungan dari seluruh warga dayah, tersedianya fasilitas yang memadai, adanya kerjasama dengan
instansi terkait, adanya kesamaan visi dan loyalitas warga dayah, pengembangan
SDM, serta laporan dari masing-masing bidang dan teguran langsung sebagai tindakan preventif. Sedangkan faktor-faktor yang menghambat meliputi
perbedaan persepsi, perbedaan latar belakang warga dayah, keterbatasan personil kerja, tidak ada kaderisasi dan pengawasan yang belum optimal.
73
Penelitian selanjutnya berjudul “
Dinamika Sistem Pendidikan Islam Di Dayah”, yang dilakukan oleh Mashuri. Kesimpulan dari penelitiannya adalah
lembaga pendidikan Islam di dayah dewasa ini telah mengalami dinamika perubahan yang sangat signifikan, yang mengambil bentuk kekinian di samping
mempertahankan sistem lama yang masih relevan, terutama dalam konteks perubahan bentuk fisik maupun non-fisik. Dalam bentuk fisik, meliputi bentuk
bangunan dayah yang sudah modern, adanya gedung perkantoran dan juga tersedianya fasiltas-fasilitas umum lainya. Adapun perubahan dalam bentuk non-
fisik, seperti telah digunakannya kurikulum baru yang selama ini tidak pernah digunakan, menggunakan manajemen modern dalam mengelola dayah seperti
dalam mengatur bidang akademik dan keuangan. Perubahan selanjutnya adalah menyelenggarakan sekolah-sekolah umum, dan mengadakan peningkatan soft
skill bagi para alumni.
74
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Almuhajir berjudul
“Manajemen Dayah: Realita, Problematika dan Cita-Cita”. Hasil
penelitiannya adalah: untuk menunjang dan menyelesaikan berbagai macam kendala dalam manajemen dayah, perlu kiranya elemen-elemen baik pemerintah,
masyarakat, pakar pendidikan maupun tokoh-tokoh dari berbagai disiplin ilmu lain yang berpengaruh di Aceh untuk saling bahu-membahu membantu dan
memberikan dukungan baik moril maupun spirituil untuk pembenahan manajemen dayah, terutama pihak pengelola dayah harus siap membuka diri
menerima berbagai kritikan dan saran yang membangun untuk dayah kedepan. Jika perlu pihak pemerintah atau para sponsor pendidikan untuk melaksanakan
pelatihan-pelatihan manajemen terhadap para pengelola dayah, dengan harapan
73
Sulaiman, Implementasi Manajemen Pimpinan Dayah Darussaadah Cot Bada Bireun, Medan: IAIN Press, 2010, h. 1
74
Mashuri
, “
Dinamika Sistem Pendidikan Islam Di
Dayah ”, dalam Didaktika, vol.
XIII, no. 2, februari 2013, h. 269
pelatihan tersebut akan membuka cakrawala berpikir “dayah” ke depan. Sehingga
dengan adanya manajemen dayah yang baik, ke depan dayah diharapkan akan menjadi lembaga formal yang sederajat dengan sekolah-sekolah maupun
madrasah-madrasah bahkan sampai perguruan tinggi, sehingga di Aceh nantinya memiliki empat lembaga formal secara umum yakni Dayah, Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi.
75
75
Almuhajir, “Manajemen Dayah: Realita, Problematika dan Cita-Cita”, dalam Islam
Futura, Vol. XXIII, no. 2, Juli 2012, h. 70
57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian