ANALISIS TEKS PANTUN HEMPANG PINTU PADA ACARA PERNIKAHAN MASYARAKAT MELAYU DESA UJUNG KUBU KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATUBARA: KAJIAN SEMIOTIK.

(1)

ANALISIS TEKS PANTUN HEMPANG PINTU PADA ACARA

PERNIKAHAN MASYARAKAT MELAYU DESA UJUNG

KUBU KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN

BATUBARA: KAJIAN SEMIOTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

MARIATUN

NIM 2122210005

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

ABSTRAK

Mariatun. NIM 2122210005. Analisis Teks Pantun Hempang Pintu pada Acara Pernikahan Masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Kajian Semiotik. Skripsi, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis teks pantun hempang pintu pada pernikahan masyarakat Melayu di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara dengan menggunakan teori semiotik yang membahas tentang makna denotasi, konotasi dan mitos (pesan). Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah penggunaan pantun dalam acara hempang pintu pada pernikahan masyarakat Melayu, makna denotasi dan konotasi yang terdapat pada teks pantun hempang pintu, dan mitos (pesan) yang terkadung teks hempang pintu.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Analisis yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menguraikan makna-makna yang terdapat pada teks pantun hempang pintu. Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara. Observasi langsung dilakukan di sebuah acara pernikahan yang dilaksanakan pada tanggal 16 april 2016. Narasumber dalam penelitian ini yaitu Bapak Muhammad Sofyan, Bapak Ali Banan, dan Ibu Zainab. Ketiga narasumber tersebut berprofesi sebagai pemantun pada acara-acara pernikahan.

Temuan akhir dalam penelitian ini adalah terdapat makna-makna denotasi dan konotasi pada setiap bait pantun. Dari makna konotasi tersebut, terdapat beberapa mitos (pesan) yang ditujukan kepada kedua pengantin, dan keluarga dari keduanya.


(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Skripsi dengan judul “Analisis Teks Pantun Hempang Pintu pada Acara Pernikahan Masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Kajian Semiotik”, selesai dilaksanakan dengan baik.

Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur yang tidak terkira pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan. (2) Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

(3) Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III, dan seluruh Staf dan Pegawai Tata Usaha Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.

(4) Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan selaku Dosen Pengarah I yang telah memberikan masukan kepada penulis.

(5) Dr. Wisman Hadi, M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia dan selaku Dosen Pengarah II yang banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.


(8)

iii

(6) Hendra K. Pulungan, S.sos, M.I.Kom. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis.

(7) Fitriani Lubis, S.Pd, M,Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

(8) Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmunya melalui perkuliahan dan Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

(9) Kedua orang tua yang turut membantu dalam pengumpulan data penelitian.

(10) Ketiga informan yang bersedia memberikan informasi berupa data yang bersangkutan dalam penelitian.

Medan, Juli 2016 Penulis,

Mariatun 2122210005


(9)

iv DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

AKATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoretis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 7

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN PERTANYAAN PENELITIAN 8 A. Kerangka Teoretis ... 8

1. Pantun ... 8

a. Struktur teks pantun ... 9

b. Kaidah teks pantun ... 11


(10)

v

d. Ciri-ciri, Klasifikasi dan Fungsi Pantun ... 12

2. Adat dalam Masyarakat Melayu ... 15

a. Upacara-upacara ... 18

b. Upacara adat pernikahan masyarkat Melayu Batubara ... 19

3. Semiotik ... 23

a. Definisi semiotik ... 23

b. Semiotik Roland Barthes ... 25

c. Denotasi dan konotasi ... 27

d. Mitos ... 29

e. Ciri-ciri mitos Roland Barthes ... 31

f. Membaca dan mendeteksi motis ... 32

4. Fungsi Sastra Lisan ... 35

B. Pertanyaan Penelitian ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Metodologi Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Sumber Data ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 40

1. Observasi ... 41

2. Wawancara ... 41


(11)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 44

1. Penggunaan Pantun Hempang Pintu pada Pernikahan Masyarakat Melayu ... 44

2. Makna Denotasi dan Konotasi yang Terdapat pada Pantun Hempang Pintu ... 48

3. Mitos (pesan) Pantun Hempang Pintu ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta tanda Roland Barthes ... 26 Gambar 2.2 Signifikansi dan Mitos ... 33


(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Observasi ... 71 Lampiran 2. Biodata Informan dan Hasil Wawancara ... 75 Lampiran 3. Dokumentasi Pernikahan Adat Melayu ... 87


(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suku Melayu kaya akan upacara-upacara tradisional. Adat kebiasaan yang tetap dilaksanakan oleh masyarakat Melayu sejak nenek moyang dahulu hingga sekarang walaupun tidak secara keseluruhan. Kehidupan masyarakat Melayu masih kental dengan adat-istiadat dan kesenian. Kesenian tersebut dapat dilihat dari tarian, syair-syair dan pantun-pantun Melayu. Sedangkan adat istiadat masyarakat Melayu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mulai dari adat perkawinan, kelahiran, khitanan, turun tanah bagi bayi yang baru dilahirkan, dan pemotongan rambut.

Adat tidaklah sempurna apabila tidak diiringi dengan kesenian yang akan membuat sebuah acara jadi lebih menarik terutama pada upacara pernikahan. Setiap upacara biasanya diiringi dengan syair, dan pantun yang berisi petuah-petuah orang terdahulu. Syair dan pantun-pantun yang digunakan pada upacara pernikahan mengandung pesan-pesan baik yang ditujukan kepada kedua pengantin.

Sejak tahun 1985 hingga 2016 adat berbalas pantun pada acara pernikahan masyarakat Melayu di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara tidak banyak lagi digunakan. Masuknya budaya


(15)

2

lain seperti kibot dan band di lingkungan masyarakat menyebabkan adat berbalas pantun semakin terkikis.

Beberapa tahap acara pernikahan adat Melayu yang menggunakan pantun sebagai sarana berkomunikasi yaitu:

(1)berbisik (2)merisik (3)meminang (4)hempang batang (5)hempang pintu (6)hempang kipas (7)tempung tawar

(8)makan nasi hadap-hadapan (9)mandi berhias

Upacara pernikahan adat Melayu tidak lepas dari pantun maupun bebalas pantun, seperti yang dikatakan bahwa :

Inilah jagat bahasa dan budi atau kata lain inilah dunia budaya Melayu, yang semuanya akan menjadi muatan nilai dalam pantun. Dengan pantun itulah orang Melayu merasa punya bahasa yang baik dan indah. Sebab dalam pandangan orang Melayu, bahasa itu bukanlah setakat alat komunikasi sahasa. Bahasa yang dipakai itu hendaknya juga wujud dalam bingkai yang indah serta punya muatan yang baik. (Hamidy, 2010:136)


(16)

3

Oleh karena itu, berpantun merupakan ciri khas masyarakat Melayu khususnya Melayu di Desa Ujung Kubu Kabupaten Batubara. Pantun yang diucapkan pada acara pernikahan dilakukan dengan cara berbalas-balasan antara pihak pengantin laki-laki dan pihak pengantin perempuan. Salah satunya yaitu pada acara hempang pintu.

Acara hempang pintu adalah acara yang dilaksanakan ketika pengantin laki-laki di arak menuju menuju rumah pengantin perempuan. Sebelum pengantin laki-laki sampai ke rumah pengantin perempuan, pihak pengantin perempuan harus menutup pintu rumah dengan sehelai kain panjang melintang. Kain tersebut dapat di buka setelah dilakukan acara berbalas pantun dan menyerahkan sejumlah uang yang digunakan sebagai syarat adat.

Contoh pantun yang diucapkan pada acara hempang pintu yaitu: Pihak mempelai laki-laki

Hari gelap cuaca mendung Hujan pun reda cuaca terang Kami yang datang menjadi bingung Kenapa dipintu kami di halang? Pihak mempelai wanita

Hempang pintu resam Melayu Kain panjang di pegang erat Begitulah resam dahulu

Pintu di hempang menurut adat

Pihak mempelai laki-laki

Kalau tuan ke Tanjung Balai

Sambil berdendang senandung Asahan Syarat dan rukun sudah selesai


(17)

4

Pengantin nak masuk mengapa ditahan? Pihak mempelai wanita

Pengawal pintu tegak berdiri Lengkap pula dengan senjata Jika nak masuk sediakan kunci Barulah pintu adat dibuka

Pantun di atas memiliki makna dan pesan yang terdapat pada acara hempang pintu. Secara umum makna yang terdapat pada acara hempang pintu ialah bentuk izin untuk memasuki rumah pengantin perempuan dan adab sopan santun pengantin laki-laki memasuki kehidupan pengantin perempuan. Pesan yang terdapat pada acara hempang pintu ialah proses mendapatkan seorang gadis untuk dijadikan istri tidaklah mudah, begitu juga kehidupan rumah tangga yang akan dijalani.

Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik meneliti makna yang terdapat dalam teks pantun hempang pintu yang digunakan pada upacara pernikahan masyarakat Melayu di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara dengan salah satu ilmu bahasa yaitu semiotik.

Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda dalam kehidupan manusia. Semua yang hadir dalam kehidupan manusia dilihat sebagai tanda yang bisa dimaknai. Tanda-tanda atau simbol yang terdapat dalam teks pantun pada acara pernikahan saling berkaitan, tidak terlepas dari makna. Makna yang terdapat pada pantun-pantun tersebut memiliki maksud dan fungsi yang ditujukan kepada masyarakat Melayu. berdasarkan uaraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Teks Pantun


(18)

5

Hempang Pintu pada Acara Pernikahan Masyarakat Melayu Desa Ujung

Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Kajian Semiotik”

Teori yang digunakan yaitu teori semiotik Roland Barthes yang mempelajari tentang makna denotasi, konotasi dan mitos (pesan) yang terdapat pada buku Petualangan Semiologi. Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitiannya yaitu dengan menggunakan metodologi deskriptif kualitatif.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat dua identifikasi masalah yaitu: (1)Masyarakat Melayu kurang memahami makna yang terkandung di

dalam teks pantun.

(2)Penggunaan pantun pada upacara pernikahan masyarakat Melayu sudah semakin berkurang.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih fokus pada satu kajian dan tidak terjadi kesimpangsiuran, maka penelitian ini dibatasi dengan “Analisis makna denotasi dan konotasi yang terpadat dalam teks pantun hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kabupaten Batubara”. Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk mengarahkan penulis pada masalah yang sebenarnya.


(19)

6

D. Rumusan Masalah

(1)Bagaimanakan penggunaan pantun dalam acara hempang pintu pada pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tiram Kabupaten Batubara?

(2)Makna denotasi dan konotasi apakah yang terdapat dalam teks pantun hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Barubara?

(3)Apakah mitos (pesan) yang terdapat dalam teks pantun hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Barubara?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

(1)mengetahui tentang penggunaan pantun hempang pintu yang

terdapat pada acara pernikahan masyarakat melayu

(2)mengetahui makna denotasi dan konotasi yang terdapat dalam teks pantun hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu (3)mengetahui mitos (pesan) yang terkadung dalam teks pantun

hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini meliputi manfaat praktis dan manfaat teoretis yaitu:


(20)

7

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat mengatahui tentang adat istiadat dalam upacara pernikahan masyarakat Melayu pada umumnya, dan dapat memahami isi pesan yang terkandung dalam acara pernikahan tersebut. Dengan tercapainya tujuan penelitian tersebut diharapkan hasil penelitian ini memiliki manfaat yaitu:

(a) memberikan wawasan luas dan ilmu pengetahuan tentang upacara pernikahan adat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara,

(b)sebagai bahan tambahan terhadap perkembangan sastra itu sendiri di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran tentang makna-makna serta pesan yang terdapat dalam teks pantun hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara.


(21)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Terdapat dua jenis ujaran yang digunakan pada acara hempang pintu. Ujaran pertama berbentuk syair dan kedua ujaran berbentuk pantun. Pada penelitian ini terdapat 3 ujaran berbentuk syair dan 8 ujaran berbentuk pantun, 4 pantun yang diucapkan oleh utusan pengantin laki-laki dan 4 pantun lainnya diucapkan oleh utusan pengantin perempuan. Syair digunakan sebagai pembuka kata dan pantun digunakan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan pengantin laki-laki ke rumah pengantin perempuan.

Pantun hempang pintu digunakan sebagai sarana berkomunikasi bagi utusan pengantin laki-laki dan utusan pengantin perempuan. Di dalam pantun tersebut terdapat makna-makna (denotasi dan konotasi) serta mitos (pesan) yang ditujukan kepada pengantin laki-laki dan pengantin perempuan.

Mitos (pesan) yang terdapat pada acara hempang pintu yaitu:

1. Utusan pengantin laki-laki meminta penjelasan kepada utusan pengantin perempuan mengenai ketidakterimaan utusan pengantin perempuan terhadap maksud baik pengantin laki-laki.

2. Utusan pengantin perempuan menjelaskan tentang adat budaya Melayu yang harus dipatuhi sebelum memasuki rumah keluarga perempuan.


(22)

67

3. Pihak pengantin perempuan mengharuskan pengantin laki-laki memahami adat istiadat yang telah dipatuhi oleh masyatakat Melayu sejak dahulu.

4. Pengantin laki-laki bermaksud untuk melanjutkan prosesi pernikahan yaitu pada acara bersanding.

5. Pengantin laki-laki datang menepati janji yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak. Utusan pengantin perempuan memastikan benarkah laki-laki yang dimaksud adalah suami dari penantin perempuan

6. Pengantin laki-laki sudah melakukan semua tahap sebelum

pelaksanaan pernikahan dan pengantin laki-laki ingin disandingkan. 7. Pihak laki-laki harus memuhi syarat yang diinginkan oleh pihak

perempuan dengan membayar sejumlah uang kepada hulubalang dari pihak pengantin perempuan.

8. Pihak pengantin perempuan telah merima dan memberi izin kepada

pihak pengantin laki-laki untuk memasuki rumah pengantin perempuan.

Secara keseluruhan, Mitos (pesan) yang terdapat pada pantun hempang pintu ialah proses mendapatkan seorang gadis untuk dijadikan istri tidaklah mudah begitu juga kehidupan dalam rumah tangga yang akan dijalani, pasti ada hambatan-hambatan yang datang menghamiri. Kedua mempelai harus selalu bersabar dan menjalaninya dengan seikhlas hati, sehingga kehidupan


(23)

68

rumah rangga akan bahagia. Mitos (pesan) tersebut dapat dilihat dari bagian acara mengarayak pengantin yaitu pada tahap hempang pintu.

B. Saran

Saran-saran yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian pantun dalam adat pernikahan masyarakat Melayu di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara dapat ditingkatkan kembali dengan bentuk, tujuan maupun jenis pantun yang lain dan lebih bervariasi

2. Aspek yang dikaji dalam menelitian tentang pantun hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat adat Melayu dapat dilanjutkan dengan kajian yang berbeda dan lebih mendalam agar hasil penelitian akan lebih berkembang.

3. Kepada masyarakat Melayu Batubara khususnya pemuka adat, setiap acara adat pernikahan dilaksanakan hendaknya makna-makna dan mitos (pesan) yang terkandung di dalamnya dijelaskan kepada kedua pengantin agar mereka dapat memahami.


(24)

69

DAFTAR PUSTAKA

Andri. 2011. Jurnal Analisis Puisi “Jika pada Akhirnya” Karya Husni

Djamaluddin dengan Pendekatan Semiotika. Balai Bahasa Ujung

Pandang. Makasar.

Arifin, Zainal. 2012. Kumpulan Pantun Melayu. Mitra Medan

Astika, Made dan Nyoman Yasa. 2014. Sastra Lisan Teori dan Penerapan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Asshiddiqie, Jimly. 2009. Peranan Adat Melayu dalam Membangun Identitas Budaya dan Dalam Upaya Pembinaan Karakter Bangsa. Universitas

Sumatera Utara.

Barthes, Roland. 2007. Petualangan Semiologi. Pustaka Pelajar. Yokyakarta.

Chaer. Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Rineka Cipta. Jakarta.

Damanik, Ramlan. 2002. Jurnal Fungsi dan Peranan Upacara Adat

Perkawainan Masyarakat Melayu Deli. Universitas Sumatera Utara.

Dja’far, Fadlin bin Muhammad. 2005. Jurnal Budaya Sumatera Utara dan

Enkulturasinya. Universitas Sumatera Utara.

Eldi, Uray Firmansyah. 2010. Jurnal Medan Makna Peralatan Prosesi Adat

Perkawinan Melayu Sambas. FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak.

Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Filklor: Konsep, Teori dan

Aplikasi. Media Pressindo. Yogyakarta.

Iswary, Ery. 2013. Jurnal Analisis Kultural Pantun Bahasa

Indonesia-Makasar: dari Bilingualisme ke Multikulturalisme. Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Hasanuddin.


(25)

70

Kaelan. 2012. Metode Kualitatif Interdisipliner. Paradigma. Yogyakarta.

Laitami, 1998. Kumpulan Pantun Pernikahan Adat Melayu Nibung Hangus. (Tidak diterbitkan).

Ganie, Tajuddin Noor. 2015. Buku Induk Bahasa Indonesia: Pantun, Puisi,

Syair, Peribahasa, Gurindam dan Majas. Araska. Yokyakarta.

Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Nusa indah.

Rusmana, Dadan. 2005. Tokoh dan Pemikiran Semiotik. Tazkiya Press.

Sembiring, Dermawan. 2013. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Unimed Press Medan.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Rosdakarya. Bandung.

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar teori dan

terapannya dalam penelitian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Taufik, Muhammad Ishak, dan Mohammad Mochsen. 2005. Jurnal

Pembacaan Kode Semiotika Roland Barthes Terhadap Bangunan Arsitektur Katedral Evry di Prancis Karya Mario Botta. Vol 2 No.1.

Rona Jurnal Arsitektur FT-Unhas

Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Ghalia Indonesia. Bogor.


(1)

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat mengatahui tentang adat istiadat dalam upacara pernikahan masyarakat Melayu pada umumnya, dan dapat memahami isi pesan yang terkandung dalam acara pernikahan tersebut. Dengan tercapainya tujuan penelitian tersebut diharapkan hasil penelitian ini memiliki manfaat yaitu:

(a) memberikan wawasan luas dan ilmu pengetahuan tentang upacara pernikahan adat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara,

(b)sebagai bahan tambahan terhadap perkembangan sastra itu sendiri di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran tentang makna-makna serta pesan yang terdapat dalam teks pantun hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat Melayu Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Terdapat dua jenis ujaran yang digunakan pada acara hempang pintu. Ujaran pertama berbentuk syair dan kedua ujaran berbentuk pantun. Pada penelitian ini terdapat 3 ujaran berbentuk syair dan 8 ujaran berbentuk pantun, 4 pantun yang diucapkan oleh utusan pengantin laki-laki dan 4 pantun lainnya diucapkan oleh utusan pengantin perempuan. Syair digunakan sebagai pembuka kata dan pantun digunakan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan pengantin laki-laki ke rumah pengantin perempuan.

Pantun hempang pintu digunakan sebagai sarana berkomunikasi bagi utusan pengantin laki-laki dan utusan pengantin perempuan. Di dalam pantun tersebut terdapat makna-makna (denotasi dan konotasi) serta mitos (pesan) yang ditujukan kepada pengantin laki-laki dan pengantin perempuan.

Mitos (pesan) yang terdapat pada acara hempang pintu yaitu:

1. Utusan pengantin laki-laki meminta penjelasan kepada utusan pengantin perempuan mengenai ketidakterimaan utusan pengantin perempuan terhadap maksud baik pengantin laki-laki.

2. Utusan pengantin perempuan menjelaskan tentang adat budaya Melayu yang harus dipatuhi sebelum memasuki rumah keluarga perempuan.


(3)

3. Pihak pengantin perempuan mengharuskan pengantin laki-laki memahami adat istiadat yang telah dipatuhi oleh masyatakat Melayu sejak dahulu.

4. Pengantin laki-laki bermaksud untuk melanjutkan prosesi pernikahan yaitu pada acara bersanding.

5. Pengantin laki-laki datang menepati janji yang telah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak. Utusan pengantin perempuan memastikan benarkah laki-laki yang dimaksud adalah suami dari penantin perempuan

6. Pengantin laki-laki sudah melakukan semua tahap sebelum pelaksanaan pernikahan dan pengantin laki-laki ingin disandingkan. 7. Pihak laki-laki harus memuhi syarat yang diinginkan oleh pihak

perempuan dengan membayar sejumlah uang kepada hulubalang dari pihak pengantin perempuan.

8. Pihak pengantin perempuan telah merima dan memberi izin kepada pihak pengantin laki-laki untuk memasuki rumah pengantin perempuan.

Secara keseluruhan, Mitos (pesan) yang terdapat pada pantun hempang pintu ialah proses mendapatkan seorang gadis untuk dijadikan istri tidaklah mudah begitu juga kehidupan dalam rumah tangga yang akan dijalani, pasti ada hambatan-hambatan yang datang menghamiri. Kedua mempelai harus selalu bersabar dan menjalaninya dengan seikhlas hati, sehingga kehidupan


(4)

rumah rangga akan bahagia. Mitos (pesan) tersebut dapat dilihat dari bagian acara mengarayak pengantin yaitu pada tahap hempang pintu.

B. Saran

Saran-saran yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian pantun dalam adat pernikahan masyarakat Melayu di Desa Ujung Kubu Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara dapat ditingkatkan kembali dengan bentuk, tujuan maupun jenis pantun yang lain dan lebih bervariasi

2. Aspek yang dikaji dalam menelitian tentang pantun hempang pintu pada acara pernikahan masyarakat adat Melayu dapat dilanjutkan dengan kajian yang berbeda dan lebih mendalam agar hasil penelitian akan lebih berkembang.

3. Kepada masyarakat Melayu Batubara khususnya pemuka adat, setiap acara adat pernikahan dilaksanakan hendaknya makna-makna dan mitos (pesan) yang terkandung di dalamnya dijelaskan kepada kedua pengantin agar mereka dapat memahami.


(5)

Andri. 2011. Jurnal Analisis Puisi “Jika pada Akhirnya” Karya Husni Djamaluddin dengan Pendekatan Semiotika. Balai Bahasa Ujung Pandang. Makasar.

Arifin, Zainal. 2012. Kumpulan Pantun Melayu. Mitra Medan

Astika, Made dan Nyoman Yasa. 2014. Sastra Lisan Teori dan Penerapan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Asshiddiqie, Jimly. 2009. Peranan Adat Melayu dalam Membangun Identitas Budaya dan Dalam Upaya Pembinaan Karakter Bangsa. Universitas Sumatera Utara.

Barthes, Roland. 2007. Petualangan Semiologi. Pustaka Pelajar. Yokyakarta. Chaer. Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Rineka Cipta.

Jakarta.

Damanik, Ramlan. 2002. Jurnal Fungsi dan Peranan Upacara Adat Perkawainan Masyarakat Melayu Deli. Universitas Sumatera Utara.

Dja’far, Fadlin bin Muhammad. 2005. Jurnal Budaya Sumatera Utara dan

Enkulturasinya. Universitas Sumatera Utara.

Eldi, Uray Firmansyah. 2010. Jurnal Medan Makna Peralatan Prosesi Adat Perkawinan Melayu Sambas. FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak. Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Filklor: Konsep, Teori dan

Aplikasi. Media Pressindo. Yogyakarta.

Iswary, Ery. 2013. Jurnal Analisis Kultural Pantun Bahasa Indonesia-Makasar: dari Bilingualisme ke Multikulturalisme. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.


(6)

Kaelan. 2012. Metode Kualitatif Interdisipliner. Paradigma. Yogyakarta. Laitami, 1998. Kumpulan Pantun Pernikahan Adat Melayu Nibung Hangus.

(Tidak diterbitkan).

Ganie, Tajuddin Noor. 2015. Buku Induk Bahasa Indonesia: Pantun, Puisi, Syair, Peribahasa, Gurindam dan Majas. Araska. Yokyakarta.

Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Nusa indah.

Rusmana, Dadan. 2005. Tokoh dan Pemikiran Semiotik. Tazkiya Press.

Sembiring, Dermawan. 2013. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Unimed Press Medan.

Sobur, Alex. 2009. Semiotika Komunikasi. Remaja Rosdakarya. Rosdakarya. Bandung.

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar teori dan terapannya dalam penelitian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Taufik, Muhammad Ishak, dan Mohammad Mochsen. 2005. Jurnal

Pembacaan Kode Semiotika Roland Barthes Terhadap Bangunan Arsitektur Katedral Evry di Prancis Karya Mario Botta. Vol 2 No.1. Rona Jurnal Arsitektur FT-Unhas

Vera, Nawiroh. 2014. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Ghalia Indonesia. Bogor.