ini bahan non-hukum yang akan digunakan terutama ialah buku, laporan penelitian dan jurnal non-hukum yang mengandung aspek historis dan
relevan dengan permasalahn yang diteliti. Selain itu dapat berupa kamus dan ensiklopedia.
3. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah proses kreatif yang dinamis, kebutuhan akan data berkembang dilapangan. Ini mengisyaratkan kesediaan peneliti untuk
mendayagunakan segala kemampuannya untuk memburu data.
18
Namun, secara umum, dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui
beberapa tahapan, antara lain yakni identifikasi dan sistematisasi.
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif. Dalam penelitian ini, analisis data akan dimulai dengan mengkaji Rancangan Undang-Undang KUHP mengenai
pidana seumur hidup dalam sistem hukum pidana nasional. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan dengan cara deduktif yaitu cara berfikir dalam
menguraikan data yang diperoleh dengan menempatkan hasil-hasil analisis secara khusus, kemudian ditarik kesimpulan secara umum.
18
Myrna A Safitri, Menjadikan Penelitian Sosio-Legal Bermakna Bagi Advokasi Kebijakan Tenurial Kehutanan, Dalam Digest Epistema Volume 32013, Jakarta, Epistema Institute, hlm 29
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pidana Penjara dan Pidana Seumur Hidup
Pidana Penjara merupakan salah satu jenis pidana yang terdapat dalam sistem hukum pidana di Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Pasal 10 KUHP yang
menyebutkan bahwa pidana terdiri atas: Pidana pokok, yang meliputi pidana mati, pidana penjara, kurungan dan denda; dan pidana tambahan, yang meliputi:
pencabutan hak-hak
tertentu, perampasan
barang-barang tertentu
dan pengumuman keputusan hakim. Pada pelaksanaannya Pidana Penjara menurut
Pasal 12 ayat 1 dan 2 KUHP terdiri dari: pidana penjara seumur hidup, dan pidana penjara selama waktu tertentu.
Pidana penjara merupakan salah satu jenis sanksi pidana yang paling sering digunakan sebagai sarana untuk menanggulangi masalah kejahatan. Pengunaan
pidana penjara sebagai sarana untuk menghukum para pelaku tindak pidana baru dimulai pada akhir abad ke-18 yang bersumber pada paham individualisme dan
gerakan perikemanusiaan, maka pidana penjara ini semakin memegang peranan penting dan menggeser kedudukan pidana mati dan pidana badan yang dipandang
kejam.
19
19
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dengan Pidana Penjara, Badan Penerbit UNDIP, Semarang, 1996, hlm 42