antara teori dan hasil wawancara dengasn petugas dan hakim di Pengadilan Agama Semarang.
2 Membandingkan apa yang dilakukan orang didepan umum
dengan apa yang dilakukan secara pribadi; Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi dalam tehnik ini membandingkan antara informan satu dengan informan lainnya dengan menggunakan
pedoman wawancara yang sama. Tujuannya agar didapatkan hasil penelitian yang diharapkan sesuai dengan fokus penelitian.
3.8 Model Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti disarankan data Moleong, 2001: 103. Analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif, dimana pembahasan penelitian serta
hasilnya diuraikan melalui kata-kata berdasarkan data empiris yang diperoleh. Analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung secara interaktif, dimana
pada setiap tahapan kegiatan tidak berjalan sendiri-sendiri. Tahap penelitian dilakukan sesuai dengan kegiatan yang direncanakan. Untuk menganalisis data
dalam penelitian ini, digunakan langkah langkah Miles, 1992: 15-19 :
3.8.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan yang dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data
yang ada dilapangan kemudian data tersebut dicatat. Data diperoleh dari wawancara informan dan penelitian kepustakaan.
3.8.2 Reduksi Data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan data kasar yang muncul dari catatan-
catatan yang tertulis dilapangan Mattew, 1992: 17. Dalam penelitian ini, proses reduksi data dilakukan dengan mengumpulkan data dari
hasil wawancara,
dan dokumentasi
kemudian dipilih
dan dikelompokkan berdasarkan kemiripan data.
3.8.3 Penyajian Data
Penyajian data adalah pengumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan Mattew, 1992: 18. Dalam hal ini, data yang telah dikategorikan kemudian diorganisasikan sebagai bahan
penyajian data. Penyajian data merupakan analisis dalam bentuk matriks, networks, chart, atau grafis. Sehingga peneliti dapat
menguasai data. Adapun data tersebut disajikan secara deskriptif yang didasarkan
pada aspek yang teliti yaitu pelaksanaan itsbat nikah di Pengadilan Agama Semarang
3.8.4 Verifikasi Data atau Kesimpulan
Kesimpulan yaitu pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama penyimpulan, tinjauan ulang pada catatan-catatan
lapangan, meminta informasi kepada informan yang telah disaring datanya untuk membaca kesimpulan yang telah disimpulkan peneliti,
kekokohannya, kecocokannya. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dalam
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Dalam penarikan kesimpulan ini,
didasarkan pada “Reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian Mattew, 1992:
92. Tiga alur kegiatan analisis reduksi data, penyajian data,
penarikan kesimpulanverifikasi dan kegiatan pengumpulan data merupakan proses dan interaktif yang alur kegiatannya dapat dilihat
pada gambar dibawah ini:
Bagan 3.1 Komponen-komponen dan alur analisis data kualitatif
Pengumpulan Data Reduksi Data
Penyajian Data
Penarikan KesimpulanVerifikasi
51
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Profil Pengadilan Agama Semarang
4.1.1.1 Dasar Hukum Pengadilan Agama Semarang
Dasar Hukum pembentukan Pengadilan Agama berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor 24 tanggal 19 Januari
1882 yang dimuat dalam staadblad Nomor 152 Tahun 1882 tentang Pembentukan Pengadilan Agama di Jawa dan Madura. Terkhusus
mengenai aturan dasar hukum yang mengatur lebih lanjut antara lain : 1.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945; 2.
Penetapan Pemerintah Nomor 5SD tanggal 26 Maret 1946 tentang Penyerahan Mahkamah Islam Tinggi dari Kementrian Kehaiman
kepada Kementrian Agama; 3.
Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951 tentang Pelanjutan Peradilan Agama dan Peradilan Desa;
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok
Kekuasaan Kehakiman yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman;
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009.