Teknik Penampungan Feses Uji Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Pakan Komplit Hasil Samping Ubi Kayu Klon Pada Domba Jantan Lokal Lepas Sapih

Tahapan Penelitian: a. Periode pendahuluan Pada periode ini ternak diberi pakan yang dicobakan sedikit demi sedikit untuk menggantikan pakan awal sampai domba mengkonsumsi pakan perlakuan seluruhnya. Adaptasi pakan dilakukan dengan cara memberikan pakan hijauan dan pakan perlakuan serta air minum secara ad libitum. Manfaat dari periode ini adalah membiasakan ternak untuk berada dalam kandang dan membiasakan pada pakan yang dicobakan. Periode adaptasi dilakukan selama 1 minggu, pada akhir periode adaptasi dilakukan penimbangan bobot badan ternak. Periode ini ternak diberi pakan perlakuan sampai konsumsinya konstan. Tahap penghomogenan ini bertujuan untuk menghilangkan pengaruh pakan perlakuan sebelumnya. Periode penghomogenan berlangsung selama 1 minggu.

b. Teknik Penampungan Feses

Kandang domba disempitkan terlebih dahulu, agar ternak tidak lasak kemudian feses di tampung dengan menggunakan jaring yang berukuran 1 x 0.5mplot. c. Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan pada minggu terakhir dari setiap periode. Pengumpulan total feses dilakukan setiap hari selama satu minggu dimana berat feses ditimbang setiap hari. Dengan cara sebagai berikut : 1. Diambil sampel feses dilakukan setiap pukul 15.00 WIB dengan cara mengoleksi total feses yang diekskresikan setiap hari 24 jam kemudian ditampung dalam tempat penampungan. 2. Ditampung feses didalam plastik, diikat, dan diberi label sesuai perlakuan. 3. Disimpan feses setiap perlakuan didalam freezer selama kolekting. 4. Ditimbang feses untuk mengetahui berat totalnya. 5. Dihomogenkan feses dengan cara diaduk hingga merata. 6. Dimasukkan feses kedalam oven dengan suhu 60 o C selama 24 jam. 7. Diambil 10 dari berat total feses dan digiling. 8. Dimasukkan sampel 10 feses setiap perlakuan kedalam oven dengan suhu 105 o C selama 24 jam untuk kecernaan bahan kering. 9. Dimasukkan sampel 10 feses setiap perlakuan kedalam tanur dengan suhu 500 o C selama 24 jam untuk mendapatkan kadar abu. 10. Dilakukan analisis proksimat pada feses di Laboratorium. Pengambilan data konsumsi pakan sebagai berikut: a. Ditimbang pakan yang diberikan pada domba pada pukul 08.00 WIB dan pukul 17.00 WIB. b. Ditimbang pakan sisa pada keesokan harinya pada pukul 07.30 WIB. c. Dilakukan setiap hari penimbangan pakan selama penelitian berlangsung. d. Dicatat data yang sudah didapat. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi bahan kering domba lokal jantan dihitung dari total konsumsi hijauan dan pakan komplit hasil samping ubi kayu klon berbentuk pellet yang diberikan dan dihitung berdasarkan kandungan bahan keringnya. Pengambilan data konsumsi bahan kering diambil selama 7 hari terakhir dari masa pemeliharaan domba lokal jantan. Data konsumsi bahan kering domba disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rataan konsumsi bahan kering pakan domba jantan lokal selama 7 hari gekorhari ULANGAN PERLAKUAN I II III IV Total Rataan P1 531.45 536.24 494.20 511.19 2073.08 518.27 A P2 292.95 332.62 320.84 318.42 1264.83 316.20 AB P3 235.64 255.56 264.64 264.69 1020.53 255.13 B Total 1060.04 1124.42 1079.68 1094.3 4358.44 Rataan 353.347 374.807 359.89 364.77 363.60 Keretangan : Notasi berbeda manunjukan hasil yang berbeda sangat nyata Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat rataan konsumsi bahan kering domba sebesar 363.60 gekorhari. Rataan konsumsi bahan kering pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 Hijauan 100 sebesar 518,27, sedangkan rataan konsumsi pakan terendah terdapat pada perlakuan P3Pakan komplit 100 sebesar 255,133 gekorhari. Hasil uji analisis keragaman konsumsi bahan kering domba jantan lepasa sapih selama 7 hari dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Analisa sidik ragam konsumsi bahan kering domba jantan lepas sapih gekorhari SK DB JK KT Fhit F. Tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 19,76 9,88

12,13 4,26

8,02 Galat 9 7,33 0,81 Total 11 27,09 Keterangan : menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata Secara pengamatan dapat diketahui bahwa pemberian pakan komplit hasil samping ubi kayu klon memberikan pengaruh berbeda sangat nyata P0,01 terhadap konsumsi bahan kering domba. hal ini dikarenakan kandungan nutrisi dari pakan perlakuan tidak sama, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hasil dari konsumsi pakan domba berbeda sangat nyata P0,01 antar perlakuan. Nilai kandungan nutrisi dan tingkat palatabilitas pakan mempengaruhi pakan yang dikonsumsi. Sesuai dengan pendapat Lubis 1992 yang menyatakan bahwa konsumsi bahan kering BK dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 1 Faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas dan 2 faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Parakkasi 1995 yang juga menyatakan bahwa palatabilitas pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah konsumsi pakan. Menurut Kartadisastra 1997 bahwa palatabilitas dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa, dan teksturnya. Kenampakan pakan komplit hasil samping ubi klon berbentuk pelet ini berwarna coklat, bau tidak terlalu manis, rasa asin. Pakan komplit hasil samping kayu berbentuk pelet tidak merubah kenampakan, bau rasa, dan tekstur dari pakan pelet lainnya. Menurut Kartadisastra 1997, keadaan fisik dan kimiawi pakan ditunjukkan oleh kenampakan, bau, rasa, dan tekstur menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Konsumsi bahan kering biasanya dipengaruhi terutama oleh ukuran tubuh, jumlah energi yang terkandung dalam pakan dan laju pencernaan Kearl,1982. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Kardisastra 1997, palatabilitas pakan, kadar protein kasar dan perlakuan pakan akan berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering ternak ruminansia. Konsumsi bahan organik Perhitungan konsumsi bahan organik pakan pada domba lokal jantan dihitung dari total konsumsi hijauan dan pakan komplit hasil samping ubi kayu klon berbentuk pelet yang diberikan dan dihitung berdasarkan kandungan bahan organiknya. Data konsumsi bahan organik selama 7 hari dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rataan konsumsi bahan organik pakan domba jantan lokal selama 7 hari gekorhari ULANGAN PERLAKUAN I II III IV Total Rataan P1 250 254 240 249 993.00 248.25± 5,91 A P2 244 267 234 251 996.00 249.00 P3 251 255.56 244.64 248.69 999.89 249.97 Total 745 776.56 718.64 748.69 2988.89 Rataan 248.33 258.85 239.547 249.563 249.074 Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat rataan konsumsi bahan organik pakan domba jantan lokal sebesar 249,074 gekorhari. Rataan konsumsi bahan organik pakan pada domba jantan lokal tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 sebesar 249,97 gekorhari dan konsumsi bahan organik terendah diperoleh pada perlakuan P1 sebesar 248,25 kgekorhari. Tabel 11. Analisa sidik ragam konsumsi bahan oranik domba jantan lepas sapi gekorhari SK DB JK KT Fhit F tabel 0,05 0,01 Perlakuan 2 26,79 13,40 9,02 4,26 8,02 Galat 9 13,36 1,48 Total 11 40,15 Secara pengamatan dapat diketahui bahwa pemberian pakan komplit hasil samping ubi kayu klon berbentuk pelet memberikan pengaruh berbeda sangat nyata P0,01 terhadap konsumsi bahan organik domba jantan lokal. Hal ini sejalan dengan hasil analisis keragaman konsumsi bahan kering pakan yang juga menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata P0,01. Pemberian pakan komplit hasil samping ubi kayu klon berbentuk pellet menghasilkan konsumsi bahan organik tertinggi terletak pada P3 hal ini dikarenakan konsumsi bahan kering yang tinggi menghasilkan konsumsi bahan organik yang tinggi, begitu juga sebaliknya. Kualitas pakan yang baik akan menghasilkan konsumsi pakan yang tinggi dan dapat meningkatkan kecernaan yang tinggi. Perbedaan yang sangat nyata dari konsumsi bahan organik ini disebabkan oleh konsumsi bahan kering yang berbeda sangat nyata pula. Jumlah konsumsi bahan kering akan berpengaruh terhadap konsumsi bahan organik, semakin meningkat konsumsi bahan kering maka konsumsi bahan organik juga meningkat dan sebaliknya Kamal, 1994. Konsumsi bahan organik berkorelasi positif dengan konsumsi bahan kering, hal ini disebabkan karena zat-zat yang terkandung dalam bahan organik terdapat pula pada bahan kering. Menurut Tillman et all., 1998, bahan kering terdiri dari bahan organik dan anorganik, di dalam bahan organik itu sendiri terkandung lemak kasar, protein kasar, serat kasar, dan BETN, sedangkan bahan organik terdiri dari abu. Kecernaan bahan kering Kecernaan merupakan bagian dari pakan yang tidak diekskresikan dalam feses Tillman et all., 1998. Kecernaan pakan dapat digunakan sabagai petunjuk tentang pemanfaatan pakan oleh ternak atau menentukan jumlah nutrisi dari bahan pakan yang diserap oleh saluran pencernaan Anggorodi, 1994. Kecernaan bahan kering pakan pada domba jantan lokal dihitung dari selisih konsumsi bahan kering pakan yang dikonsumsi dikurangi dengan feses domba dalam bahan kering yang dikeluarkan. Kecernaan bahan kering pada domba menunjukkan tingginya zat makanan yang dapat dicerna oleh mikroba dan enzim pencernaan pada rumen. Semakin tinggi persentase kecernaan bahan kering suatu bahan pakan, menunjukkan bahwa semakin tinggi pula kualitas bahan pakan tersebut. Hasil rata-rata perhitungan pengukuran kecernaan bahan kering selama penelitian dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kecernaan bahan kering selama penelitian . PERLAKUAN I II III IV Total Rataan P1 51.03 51.78 50.40 51.79 205.01 51.25 P2 51.39 52.56 52.23 52.37 208.56 52.14 P3 53.08 53.27 55.58 55.30 217.23 54.31 Total 155.51 157.61 158.21 159.46 630.79 Rataan 51.84 52.54 52.74 53.15 52.57 Keterangan : notasi yang berbeda menunjukan hasil yang berbeda sangat nyata P ≥0.01 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan kecernaan bahan kering KcBK masing- masing perlakuan adalah 51,25 ± 0,66 P1, 52,14 ± 0,51P2 , 54,31 ± 1,31 P3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecernaan bahan kering paling tinggi terdapat pada P3 54,31 ± 1,31 dan kecernaan bahan kering terendah pada P1 51,25 ± 0,66. Kecernaan yang mempunyai nilai tinggi mencerminkan besarnya sumbangan nutrien tertentu pada ternak. Sementara itu pakan yang mempunyai kecernaan rendah menunjukkan bahwa pakan tersebut kurang mampu menyuplai nutrien untuk hidup pokok maupun untuk tujuan produksi ternak Yusmadi et all., 2008. Nilai koefisien kecernaan bahan kering pakan pada penelitian ini bisa dikatakan sedang karena nilai koefisiennya diantara 51,25-54,31 dengan rataan 52,57. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harahap 2011, yang menyatakan bahwa tingkat kecernaan akan menentukan seberapa besar gizi yang terkandung dalam bahan pakan secara potensial dapat dimanfaatkan untuk produksi ternak. Kecernaan nutrisi tinggi bila nilainya 70 dan rendah bila nilainya lebih kecil dari 50. Efek pakan hijauan dan pakan komplit hasil samping ubi kayu klon terhadap kecernaan bahan kering domba jantan lokal dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman. Analisis keragaman kecernaan bahan kering domba jantan lokal dapat dilihat pada Tabel 13 . Tabel 13. Analisis keragaman kecernaan bahan kering domba jantan lokal lepas sapih SK DB JK KT Fhit F table 0.05 0.01 Perlakuan 2 19.76 9.88

12.13 4.26