BAB V PEMBAHASAN
5.1 Higiene Personal Pedagang
Hasil penelitian di Pasar Johar Kota Semarang terhadap 41 responden menunjukkan bahwa sebanyak 20 responden 48,8 memiliki higiene personal
pedagang yang baik, 15 responden 36,6 memiliki higiene personal pedagang yang kurang baik, dan 6 responden 14,6 memiliki higiene personal pedagang
yang buruk. Salah satu penyebab higiene personal pedagang buruk diantarannya tidak
memakai penutup rambut. Dari hasil penelitian dapat diketahui sebanyak 25 responden tidak memakai penutup rambut dan sebanyak 16 responden memakai
penutup rambut. Hal ini bisa terjadi kontaminasi silang apabila rambut dibiarkan dalam proses memasak. Salah satu faktor yang sangat penting adalah air untuk
mencuci tangan dalam keadaan mengalir. Namun banyak didapati air untuk mencuci tangan dengan menggunakan ember biasa dan mencuci tangan langsung
dimasukan ke ember tersebut. Dari hasil penelitian dapat diketahui sebanyak 26 responden tidak menggunakan air untuk mencuci tangan dalam keadaan mengalir
dan 15 responden menggunakan air untuk mencuci tangan dalam keadaan mengalir. Selain itu faktor distribusi air untuk memasak sangat memprihatinkan
karena distributor air di pasar johar mendistribusikan air kepada pedagang dengan menggunakan tempat yang berkarat dan kotor. Dari hasil penelitian dapat
diketahui sebanyak 23 responden memiliki keadaan kuku yang tidak bersih pada saat menjamah makanan hal ini yang menyebabkan perpindahan bakteri dari
58
tangan kemakanan langsung. Dari hasil penelitian 22 responden memakai cincin pada saat memasak tidak dilepas, hal ini mengakibatkan bakteri tumbuh subur dan
berkembangbiak pada kulit dibagian bawah perhiasaan. Peraturan BPOM 2002 menjelaskan bahwa semua pekerja yang
menjamah makanan diharuskan mencuci tangan dengan air bersih bersuhu 40
o
C- 49
o
C dengan sabun. Namun dari hasil penelitian 21 responden tidak mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih. Data responden menurut
tingkat pendidikan sebagian besar responden tidak memiliki pengetahuan dan sikap yang baik mengenai pengolahan makanan yang baik dan benar hal ini bisa
disimpulkan menurut Titin Agustina 2002 sumber kontaminasi makanan yang paling besar pengaruhnya adalah pekerja. Kesehatan dan pengolahan makanan
mempunyai pengaruh besar pada mutu produk yang disajikannya hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus. Dari pengetahuan dan sikap yang benar akan
tercipta mutu makanan yang berkualitas baik, sedangkan hasil penelitian menunjukan 17 responden menderita luka terbuka. Hal ini sesuai dengan
penelitian Purwanti 2001 yang mengemukakan bahwa 2,5 penyebaran penyakit melalui makanan disebabkan oleh pekerja yang menderita infeksi dan
higiene personal yang buruk.
5.2 Sanitasi Makanan