Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan Escherichia coli pada Peralatan Makan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011
HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2011
SKRIPSI
Oleh :
DEVIA PEBRIYENTI NIM. 071000023
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(2)
HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichia coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
DEVIA PEBRIYENTI NIM. 071000023
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(3)
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan Judul
HIGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN Escherichi coli PADA PERALATAN MAKAN DI INSTALASI GIZI
RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2011
Oleh :
DEVIA PEBRIYENTI NIM. 071000023
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 16 Juni 2011
dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
Dr. Devi Nuraini Santi,MKes DR.Irnawati Marsaulina,MS NIP. 197002191998022001 NIP. 196501091994032002
Penguji II Penguji III
Ir. Evi Naria, MKes Ir.Indra Chahaya,MSi NIP. 196803201993032001 NIP. 196811011993032005
Medan, Juni 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara Dekan,
(4)
ABSTRAK
Higiene sanitasi pengelolaan makanan bertujuan mengupayakan agar manusia dapat hidup sehat sehingga terhindar dari gangguan kesehatan ataupun penyakit seperti diare, kolera, disentri basiller, demam tifus dan sebagainya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang higiene sanitasi pengelolaan makanan dan pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan di instalasi gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang menjelaskan keadaan higiene sanitasi dan analisa laboratorium untuk mengetahui ada/tidaknya bakteri Escherichia coli pada peralatan makan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa higiene sanitasi pengelolaan makanan secara keseluruhan di instalasi gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci telah memenuhi syarat kesehatan yaitu dengan nilai 770,5 sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 bahwa yang memenuhi syarat kesehatan apabila >700, walaupun ada beberapa objek pengamatan belum memenuhi syarat kesehatan. Begitu juga dengan pemeriksaan Escherichia coli, dari 3 sampel peralatan makan (piring stainless steel, gelas kaca dan sendok stainless steel) tidak mengandung Escherichia coli (Negatif).
Berdasarkan hasil tersebut diharapkan kepada pihak RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten kerinci untuk lebih meningkatkan fasilitas sanitasi yang menunjang higiene sanitasi pengelolaan makanan, dan memperhatikan kesehatan penjamah makanan agar sangat kecil kemungkinan terjadinya kontaminasi pada makanan maupun peralatan makan.
Kata Kunci : Higiene Sanitasi, Pengelolaan Makanan, Escherichia coli, Peralatan Makan
(5)
ABSTRACT
Hygiene sanitation aims to seek food for humans to live healthy, so avoid the health problems or illnesses such as diarrhea, cholera, dysentery basiler, typhoid fever and etc.
The objective of this research is to know about food hygiene sanitation and inspection of Escherichia coli in cutlery the installation of nutrition in Mayjen H.A.Thalib hospitals of Kerinci regency.
The research is using descriptive which explains the state of hygiene and sanitation and laboratory analysis to determine the existence of bacterium Escherichia coli in the cutlery.
The results showed that the management of food hygiene and sanitation as a whole in the installation of nutrient Mayjen H.A.Thalib hospitals of Kerinci regency has met the health standart with a value of 770.5 in accordance with Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003 that a qualified health if> 700, although there are some objects are not yet qualified health observation. So is the examination of Escherichia coli, from 3 samples of cutlery (plates stainless steel, glass and stainless steel spoon) does not contain Escherichia coli (Negative).
Based on the expected outcome to Mayjen H.A.Thalib hospital of kerinci regency to further improve sanitation facilities that support the management of food hygiene and sanitation is health food handlers to be very little possibility of contamination of food or cutlery.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Devia Pebriyenti
Tempat/ Tanggal Lahir : Muara Semerah Semurup, 15 Februari 1990
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 1 dari 2 Bersaudara
Alamat Rumah : Muara Semerah Semurup RT.VI No.6 Kec. Air Hangat Kab. Kerinci
Riwayat Pendidikan :
2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
2004-2007 : Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Air Hangat Kabupaten Kerinci
2001-2004 : Sekolah Menengah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Muara Bungo Kabupaten Bungo
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang mana atas Berkat dan
Rahmat-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul
“Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan Escherichia coli pada
Peralatan Makan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011” ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di
Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Sumatera Utara (USU).
Tersusunnya skripsi ini,tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Devi Nuraini Santi,M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
3. DR.Irnawati Marsaulina,MS selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan hingga selesainya skripsi ini.
4. Ibu Ir. Evi Naria,MKes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan dan
Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan kritikan dan saran untuk
kesempurnaan skripsi ini.
5. Ibu Ir. Indra Chahaya,MSi selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah memberikan
(8)
6. Ibu Asfriyati,SKM,M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik.
7. Direktur RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci beserta staf yang telah
memberikan izin penelitian.
8. Para Dosen dan Pegawai di lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
9. Teristimewa kepada orang tua tercinta Ayahanda Syaiful,S.Pd dan Ibunda Yusnizar
yang telah mendo’akan dan memenuhi segala kebutuhan penulis selama ini, kepada
adikku tersayang Reri Seprina Anggraini serta seluruh keluarga besar atas semua
motivasi,semangat dan kritikan yang diberikan.
10.Bapak Rabu Dahsad,SKM selaku Kepala Laboratorium Kesehatan Daerah
Kabupaten Kerinci.
11.Bapak Romi Pauzal Adwar,SKM selaku pembimbing selama penelitian di
Laboratorium Mikrobiologi.
12.Yang tersayang dr. Emil Salim yang selalu mendukung dan membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
13.Sahabatku: Eska, Dina, Tini, Rida, Ilyana Ridha, Novia, Kholila, Ulfa, Ria, Cintia,
serta teman-teman FKM Stambuk 2007
Penulis menyadari masih terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun agar kedepannya bisa menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Medan, Juni 2011
Penulis
(9)
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat Hidup Penulis ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Tabel ... x
Daftar Lampiran ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Peneltian ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit ... 7
2.1.1. Definisi Rumah Sakit ... 7
2.1.2. Upaya Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit ... 7
2.2. Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan ... 7
2.2.1. Higiene ... 8
2.2.2. Sanitasi Makanan ... 8
2.3. Makanan ... 9
2.4. Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit ... 10
2.5. Penyehatan Makanan ... 10
2.6. Penyakit Bawaan Makanan ... 11
2.7. Higiene Sanitasi Makanan ... 12
2.7.1 Pemilihan Bahan Makanan ... 12
2.7.2. Penyimpanan Bahan Makanan ... 13
2.7.3. Pengolahan Bahan Makanan ... 14
2.7.4. Penyimpanan Makanan Jadi ... 15
2.7.5. Pengangkutan Makanan ... 17
2.7.6. Penyajian Makanan ... 17
2.8. Peralatan Makan ... 18
2.8.1. Perlindungan Peralatan Makan ... 19
2.8.2. Persyaratan Peralatan Makan ... 19
2.9. Sistem Dan Teknik Pencucian Alat Makan dan Minum ... 20
2.9.1. Sistem Pencucian ... 20
2.9.2. Teknik Pencucian ... 21
2.10.Instalasi Gizi Rumah Sakit ... 22
2.10.1.Pengertian Instalasi Gizi Rumah Sakit ... 22
(10)
2.11.Escherichia Coli ... 32
2.11.1.Sifat-sifat E.coli ... 32
2.11.2.Klasifikasi E.coli ... 33
2.12.Kualitas Bakteriologis Air ... 34
2.13.Kerangka Konsep Penelitian ... 36
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 37
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 37
3.2.2. Waktu Penelitian ... 37
3.3. Objek Penelitian ... 37
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 38
3.4.1. Data Primer ... 38
3.4.2. Data Sekunder ... 38
3.5. Pelaksanaan Penelitian ... 38
3.5.1. Peralatan dan Bahan ... 38
3.5.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 39
3.5.3. Cara Kerja Pemeriksaan E.coli ... 40
3.6. Definisi Operasional ... 42
3.7. Aspek Pengukuran ... 45
3.8. Pengolahan dan Analisis Data ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Profil RSU Mayjen H.A. Thalib Kerinci ... 47
4.2. Hasil Penelitian ... 48
4.2.1. Karakteristik Penjamah Makanan ... 48
4.2.2. Higiene Sanitasi Instalasi Gizi ... 49
4.2.2.1. Lokasi dan Bangunan ... 49
4.2.2.2. Fasilitas Sanitasi ... 51
4.2.2.3. Dapur,Ruang Makan dan Gudang Bahan Makanan 54
4.2.2.4. Pemilihan Bahan Makanan ... 55
4.2.2.5. Penyimpanan Bahan Makanan ... 56
4.2.2.6. Pengolahan Bahan Makanan ... 57
4.2.2.7. Penyimpanan Makanan Jadi ... 58
4.2.2.8. Pengangkutan dan Penyajian Makanan Jadi ... 58
4.2.2.9. Peralatan ... 59
4.2.2.10. Penjamah Makanan ... 60
4.2.3. Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Peralatan Makan 62 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib ... 63
(11)
BAB VI KESIMPULAN
6.1. Kesimpulan ... 75 6.2. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Lama Penyimpanan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan ... 14 4.1 Distribusi Penjamah Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
di Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011... 48 4.2 Distribusi Penjamah Makanan Berdasarkan Pendidikan di Instalasi Gizi RSU
Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011 ... 49 4.3 Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Lokasi dan Bangunan di Instalasi
Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 201 ... 50 4.4 Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Fasilitas Sanitasi di Instalasi Gizi
RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011 ... 52 4.5 Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Dapur,Ruang Makan dan Gudang
Bahan Makanan di Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011 ... 54 4.6 Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Pemilihan Bahan Makanan di
Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011 ... 55 4.7 Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Penyimpanan Bahan Makanan
di Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011... 56 4.8 Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Pengolahan Bahan Makanan di
Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011 ... 57 4.9 Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Penyimpanan Makanan Jadi di
Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011 ... 58 4.10 Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Pengangkutan dan Penyajian
Makanan Jadi di Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten
Kerinci Tahun 2011 ... 59 4.11 Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Peralatan di Instalasi Gizi RSU
Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011 ... 60 4.12 Distribusi Hasil Observasi Berdasarkan Penjamah Makanan di Instalasi
Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011 ... 61 4.13 Hasil Pemeriksaan Bakteri Escherichia coli pada Peralatan Makan ... 62
(13)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan Escherichia coli pada Peralatan Makan di Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011.
Lampiran 2. Lembar Observasi Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan Escherichia coli pada Peralatan Makan di Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011.
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian di RSU Mayjen H.A.Thalib dan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Kerinci.
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci.
Lampiran 5. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Kerinci.
(14)
ABSTRAK
Higiene sanitasi pengelolaan makanan bertujuan mengupayakan agar manusia dapat hidup sehat sehingga terhindar dari gangguan kesehatan ataupun penyakit seperti diare, kolera, disentri basiller, demam tifus dan sebagainya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang higiene sanitasi pengelolaan makanan dan pemeriksaan bakteri Escherichia coli pada peralatan makan di instalasi gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang menjelaskan keadaan higiene sanitasi dan analisa laboratorium untuk mengetahui ada/tidaknya bakteri Escherichia coli pada peralatan makan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa higiene sanitasi pengelolaan makanan secara keseluruhan di instalasi gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci telah memenuhi syarat kesehatan yaitu dengan nilai 770,5 sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 bahwa yang memenuhi syarat kesehatan apabila >700, walaupun ada beberapa objek pengamatan belum memenuhi syarat kesehatan. Begitu juga dengan pemeriksaan Escherichia coli, dari 3 sampel peralatan makan (piring stainless steel, gelas kaca dan sendok stainless steel) tidak mengandung Escherichia coli (Negatif).
Berdasarkan hasil tersebut diharapkan kepada pihak RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten kerinci untuk lebih meningkatkan fasilitas sanitasi yang menunjang higiene sanitasi pengelolaan makanan, dan memperhatikan kesehatan penjamah makanan agar sangat kecil kemungkinan terjadinya kontaminasi pada makanan maupun peralatan makan.
Kata Kunci : Higiene Sanitasi, Pengelolaan Makanan, Escherichia coli, Peralatan Makan
(15)
ABSTRACT
Hygiene sanitation aims to seek food for humans to live healthy, so avoid the health problems or illnesses such as diarrhea, cholera, dysentery basiler, typhoid fever and etc.
The objective of this research is to know about food hygiene sanitation and inspection of Escherichia coli in cutlery the installation of nutrition in Mayjen H.A.Thalib hospitals of Kerinci regency.
The research is using descriptive which explains the state of hygiene and sanitation and laboratory analysis to determine the existence of bacterium Escherichia coli in the cutlery.
The results showed that the management of food hygiene and sanitation as a whole in the installation of nutrient Mayjen H.A.Thalib hospitals of Kerinci regency has met the health standart with a value of 770.5 in accordance with Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003 that a qualified health if> 700, although there are some objects are not yet qualified health observation. So is the examination of Escherichia coli, from 3 samples of cutlery (plates stainless steel, glass and stainless steel spoon) does not contain Escherichia coli (Negative).
Based on the expected outcome to Mayjen H.A.Thalib hospital of kerinci regency to further improve sanitation facilities that support the management of food hygiene and sanitation is health food handlers to be very little possibility of contamination of food or cutlery.
(16)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan merupakan suatu hal yang sangat penting didalam kehidupan manusia,
dimana makanan berfungsi memberikan tenaga atau energi panas pada tubuh,
membangun jaringan-jaringan tubuh yang baru, pengatur dan pelindung tubuh terhadap
penyakit serta sebagai sumber bahan pengganti sel-sel tua yang usang dimakan usia.
Makanan yang menarik, nikmat,dan tinggi gizinya, tidak akan berarti sama sekali jika
tidak aman untuk dikonsumsi (Anwar,1990).
Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan,
maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene dan sanitasi makanan dan minuman
utamanya adalah usaha yang diperuntukkan untuk umum seperti rumah sakit,
restoran,rumah makan,atau pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan
minuman merupakan media yang potensial dalam penyebaran penyakit (Depkes
RI,2004).
Agar masyarakat terhindar dari makanan dan minuman yang dapat
membahayakan kesehatan, pemerintah telah menetapkan standar dan persyaratan agar
makanan dan minuman layak dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat dalam hal
ini dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan pasal
21 ayat 1: “ Pengamanan makanan dan minuman diselenggarakan untuk melindungi
masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi syarat kesehatan”
(17)
Salah satu bagian pembangunan kesehatan misalkan Rumah sakit yang
merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan, dan
gawat darurat (Permenkes RI No.147/ Menkes/Per/I/2010) .
Ada beberapa pembidangan usaha higiene sanitasi rumah sakit. Salah satunya
menitikberatkan kegiatan pada pengawasan makanan dan minuman yang disajikan di
rumah sakit. Tempat pengolahan bahan makanan menjadi makanan terolah atau
makanan jadi disebut instalasi gizi. Instalasi gizi sebagai unsur pelayanan gizi rumah
sakit dalam penyediaan, pengolahan dan penyaluran makanan perlu mendapat
perhatian.
Berdasarkan penelitian Afriyenti (2002), bahwa ditemukannya kandungan
E.coli dari 8 (delapan) sampel makanan ada 2 ( dua) sampel yang mengandung E.coli yaitu acar (2/g) di RSJ Pekanbaru dan sayur bayam (2/g) di RSI Ibnu Sina Pekanbaru.
Akan tetapi di Instalasi Gizi yang menyediakan berbagai macam makanan dan
minuman tidak menjamin kualitas makanan itu baik. Kontaminasi dapat terjadi setiap
saat, dari higiene sanitasi makanan tidak memenuhi syarat kesehatan, dari peralatan
makanan yang digunakan tidak memenuhi syarat kesehatan. Pemerintah telah
membuat sebuah peraturan dalam bentuk Kepmenkes No.1098/Menkes/SK/VII /2003,
bahwa untuk persyaratan peralatan makanan tidak boleh bakteri lebih dari 100
koloni/cm² permukaan alat dan tidak mengandung E.coli (Depkes RI,2003).
Berdasarkan penelitian Pohan, D ( 2009), bahwa kandungan E.coli pada
peralatan makan yaitu piring, gelas dan sendok tidak mengandung E.coli (negatif) yang
(18)
Menurut Depkes RI (2003) “Setiap peralatan makan (piring,gelas,sendok)
haruslah selalu dijaga kebersihannya setiap saat digunakan. Alat makan
(piring,gelas,sendok) belum terjamin kebersihannya karena pada alat makan
(piring,gelas,sendok) telah tercemar bakteri E.coli yang menyebabkan alat makan
(piring,gelas,sendok) tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk itu, diperlukan
pencucian peralatan makan sangat penting diketahui secara mendasar,dengan
pencucian secara baik akan menghasilkan peralatan yang bersih dan sehat pula.
Dengan menjaga kebersihan peralatan makan ( piring,gelas,sendok) berarti telah
membantu mencegah pencemaran atau kontaminasi makanan yang dikonsumsi”.
Dalam persyaratan mikrobiologi E.coli dipilih sebagai indikator tercemarnya air
atau makanan, karena keberadaan E.coli dalam sumber air atau makanan merupakan
indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia (Chandra,2006). E.coli yang
terdapat pada makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat
menyebabkan penyakit seperti kolera, disentri, gastroenteritis,diare,dan berbagai
penyakit saluran pencernaan yang lain (Nurwantoro dkk,1997).
Dengan adanya perhatian terhadap higiene sanitasi instalasi gizi rumah sakit
diharapkan dapat mengurangi, memperkecil atau menghilangkan dampak negatif yang
mungkin timbul dari kegiatan pengadaan makanan dan minuman dalam rangka
penyembuhan dan pemulihan penderita di rumah sakit.
Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kerinci adalah rumah sakit kelas C
ternyata belum pernah dilakukan penelitian tentang higiene sanitasi instalasi gizinya.
Dari hasil survei awal yang telah penulis lakukan di instalasi gizi masih banyak di
(19)
makanan, pencucian peralatan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, penyimpanan
bahan makanan, sarana sanitasi yang kurang memadai, higiene dari penjamah makanan
kurang memenuhi syarat seperti tidak memakai celemek pada saat mengolah
makanan,tidak memakai sarung tangan dan lain sebagainya, maka dari itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan
Pemeriksaan E.coli Pada Peralatan Makan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum
Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci.
1.2. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum
diketahui bagaimana Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan E.coli
Pada Peralatan Makan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
Kabupaten Kerinci.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum
keadaan Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan E.coli Pada Peralatan
(20)
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik penjamah makanan yaitu umur, jenis kelamin,
dan pendidikan.
2. Untuk mengetahui lokasi dan bangunan instalasi gizi Rumah Sakit Umum
Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci.
3. Untuk mengetahui fasilitas sanitasi instalasi gizi Rumah Sakit Umum Mayjen
H.A.Thalib Kabupaten Kerinci.
4. Untuk mengetahui dapur dan gudang bahan makanan instalasi gizi Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci.
5. Untuk mengetahui pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan,
pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan dan
penyajian makanan jadi berdasarkan Kepmenkes No.1098 /Menkes /SK /VII
/2003.
6. Untuk mengetahui peralatan di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Mayjen
H.A.Thalib Kabupaten Kerinci.
7. Untuk mengetahui tenaga kerja di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Mayjen
H.A.Thalib Kabupaten Kerinci.
8. Untuk mengetahui pemeriksaan E.coli pada peralatan makan di instalasi gizi
(21)
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberi masukan bagi Pimpinan Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
Kerinci tentang Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan E.coli
Pada Peralatan Makan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Mayjen H.A
Thalib Kabupaten Kerinci.
2. Memberi masukan pada penjamah makanan tentang higiene sanitasi pengelolaan
makanan.
3. Mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dan menambah pengetahuan bagi
penulis.
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Rumah Sakit
2.1.1. Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah sebuah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap,rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes RI
No.147/ Menkes/Per/I/2010) .
2.1.2. Upaya Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
a. Penyehatan bangunan dan ruangan, termasuk pencahayaan, pengawasan serta
kebisingan.
b. Penyehatan makanan dan minuman.
c. Penyehatan air termasuk kualitasnya.
d. Penanganan sampah dan limbah.
e. Penyehatan tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen.
f. Pengendalian serangga dan tikus.
g. Sterilisasi/desinfeksi.
h. Perlindungan radiasi.
i. Penyuluhan kesehatan lingkungan.
2.2. Pengertian Higiene dan Sanitasi Makanan
Ditinjau dari ilmu kesehatan lingkungan kedua istilah higiene dan sanitasi
mempunyai arti yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama. Yaitu mengupayakan
(23)
penyakit. Dalam penerapannya, usaha sanitasi lebih menitikbertakan pada faktor-faktor
lingkungan hidup manusia, sedangkan higiene menitikberatkan usahanya kepada
kebersihan individu ( Azwar, 1996).
2.2.1. Higiene
Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan individu subjeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan
tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan
yang rusak untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan ( Depkes,2003).
Menurut Azrul azwar (1996), higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang
mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya
mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut serta
membuat lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan,
termasuk usaha melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan manusia.
Sehingga berbagai faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tidak sampai
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan.
2.2.2. Sanitasi Makanan
Untuk memberi pengertian sanitasi Instalasi Gizi Rumah Sakit, tidak terlepas
dari pengertian sanitasi rumah sakit itu sendiri dan pengertian sanitasi pada umumnya.
Sanitasi sering juga disebut sanitasi lingkungan dan kesehatan yang
didefenisikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikutip oleh Anwar.H (1990) adalah
:”Usaha pengawasan terhadap semua faktor lingkungan yang memberi pengaruh
(24)
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia (Azwar, 1996).
Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan
keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada
manusia. Adapun tujuan yang sebenarnya dari upaya higiene sanitasi makanan
(Chandra, 2006):
1. Menjamin keamanan dan kebersihan makanan
2. Mencegah penularan wabah penyakit
3. Mencegah beredarnya produk makanan yang merugikan masyarakat
4. Mengurangi tingkat kerusakan atau pembusukan pada makanan
2.3. Makanan
Menurut WHO, makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan oleh tubuh
tidak termasuk air,obat-obatan,dan substansi-substansi lain yang digunakan untuk
pengobatan. Air tidak termasuk dalam makanan karena merupakan elemen yang vital
bagi kehidupan manusia ( Chandra,2006).
Makanan memiliki empat fungsi pokok bagi kehidupan manusia antara lain (
Azwar,1996) :
1. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/perkembangan serta mengganti
jaringan tubuh yang rusak.
2. Memperoleh energi guna melakukan aktivitas sehari-hari.
3. Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral dan
(25)
4. Berperan didalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.
2.4. Peranan Makanan Sebagai Media Penularan Penyakit
Menurut Anwar (1997), dalam hubungannya dengan penyakit/keracunan
makanan dapat berperan sebagai berikut :
1. Agent
Makanan dapat berperan sebagai agent penyakit, contohnya: jamur,ikan dan
tumbuhan lain yang secara alamiah memang mengandung zat beracun.
2. Vehicle
Makanan juga dapat sebagai pembawa (vehicle) penyebab penyakit, seperti:
bahan kimia atau parasit yang ikut termakan bersama makanan dan juga
beberapa mikroorgganisme yang pathogen, serta bahan radioaktif. Makanan
tersebut dicemari oleh zat-zat diatas atau zat-zat yang membahayakan
kehidupan.
3. Media
Kontaminan yang jumlahnya kecil, jika dibiarkan berada dalam makanan dengan
suhu dan waktu yang cukup, maka bisa menyebabkan wabah yang serius.
2.5. Penyehatan Makanan
Penyehatan makanan adalah upaya mengendalikan faktor
makanan,orang,tempat,dan perlengkapan yang dapat atau menimbulkan penyakit atau
gangguan kesehatan lainnya (Depkes RI,2003).
Didalam upaya penyehatan makanan, terdapat beberapa tahapan yang harus
diperhatikan (Chandra,2006) :
(26)
2. Kebersihan individu dalam pengolahan produk makanan
3. Keamanan terhadap penyediaan air
4. Pengelolaan pembuangan air limbah dan kotoran
5. Perlindungan makanan terhadap kontaminasi selama proses pengolahan
penyajian dan penyimpanan
6. Pencucian dan pembersihan alat perlengkapan
2.6. Penyakit Bawaan Makanan
Yang dimaksud penyakit bawaan makanan menurut Depkes RI (2000), adalah
penyakit yang pada umumnya menunjukkan gangguan pada saluran pencernaan yang
ditandai dengan gejala mual, perut mulas,diare,kadang-kadang muntah yang
disebabkan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung bakteri ganas dalam
jumlah yang cukup banyak, racun bakteri atau bahan kimia berbahaya.
Penyakit akibat makanan dapat digolongkan menjadi 2(dua), yaitu
(Purnawijayanti,2001) :
1. Infeksi terjadi apabila setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang
mengandung mikroorganisme pathogen hidup, kemudian timbul gejala-gejala
penyakit, demam tifus dan paratifus,kolera,disentri basiller.
2. Peracun terjadi apabila di dalam makanan terdapat racun, baik racun kimia
(27)
2.7. Higiene Sanitasi Makanan
Faktor-faktor dalam higiene dan sanitasi makanan adalah tempat, peralatan,
personal (orang) dan makanan. Dalam upaya untuk mengendalikan faktor tempat,
peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin menimbulkan gangguan
kesehatan atau keracunan makanan, maka perlu dilakukan analisis terhadap rangkaian
dari faktor-faktor tersebut secara rinci. Adapun ke enam higiene sanitasi makanan
tersebut adalah :
1. Pemilihan Bahan Makanan
2. Penyimpanan Bahan Makanan
3. Pengolahan Makanan
4. Penyimpanan Makanan Jadi
5. Pengangkutan Makanan
6. Penyajian Makanan
2.7.1. Pemilihan Bahan Makanan
Pemilihan bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak
termasuk bahan tambahan makanan dan bahan penolong ( Kepmenkes RI
No.1908/Menkes/SK/VII/2003). Bahan tambahan disebut aman bila memenuhi 4
(empat ) kriteria, yaitu :
1. Tingkat kematangan sesuai dengan yang diinginkan
2. Bebas dari pencemaran pada tahapan proses berikutnya
3. Bebas dari adanya perubahan secara fisik/kimia akibat faktor-faktor luar
(28)
2.7.2. Penyimpanan Bahan Makanan
Bahan makanan sangat penting dalam penyimpanan terutama dari yang mudah
membusuk. Syarat-syarat penyimpanan bahan makanan menurut Kepmenkes RI No.
1098/Menkes/SK/VII/2003 adalah :
1. Tempat penyimpanan bahan makanan selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih
2. Penempatannya terpisah dengan makanan jadi
3. Penyimpanan bahan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan makanan
yaitu:
a. Dalam suhu yang sesuai
b. Ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm
c. Kelembaban penyimpanan alam ruangan 80-90%
4. Bila bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanannya tidak menempel
pada langit-langit, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jarak makanan dengan lantai 15 cm
b. Jarak makanan dengan dinding 5 cm
c. Jarak makanan dengan langit-langit 60 cm
5. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak
sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan makanan. Bahan
makanan yang disimpan lebih dahulu digunakan dahulu (antri), sedangkan bahan
makanan yang masuk belakangan terakhir dikeluarkan. Pengambilan dengan
(29)
Menurut Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 penyimpanan bahan
makanan mentah dilakukan dalam suhu sebagai berikut :
Tabel 2.1. Lama Penyimpanan Berdasarkan Jenis Bahan Makanan
Jenis Bahan Makanan
Digunakan untuk 3 hari atau
kurang
1 minggu atau kurang
1 minggu atau lebih
Ikan, udang dan olahannya -5ºC sampai 0ºC -10ºC sampai -5ºC Kurang dari -10ºC Telur,susu dan olahannya 5ºC sampai 7ºC -5ºC sampai 0ºC Kurang dari -5ºC
Sayur,buah dan minuman 10ºC 10ºC 10ºC
Tepung dan biji 25ºC 25ºC 25ºC
Depkes RI Kepmenkes No. 1098/Menkes/SK/VII/2003
2.7.3. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
mengikuti kaidah dari prinsip-prinsip higiene dan sanitasi. Dalam istilah asing dikenal
dengan sebutan Good Manufacturing Practice (GMP) atau Cara Produksi Makanan
yang Baik (CPMB) (Depkes,2001).
Menurut Anwar,dkk (1997), penjamah makanan adalah seorang tenaga yang
menjamah makanan mulai dari mempersiapkan, mengolah, menyimpan,mengangkut
maupun dalam penyajian makanan. Pengetahuan,sikap,dan perilaku seorang penjamah
makanan mempengaruhi kualitas makanan yang dihasilkan. Penjamah juga dapat
berperan sebagai penyebar penyakit, hal ini bisa terjadi melalui kontak antara penjamah
makanan yang menderita penyakit menular dengan konsumen yang sehat, kontaminasi
terhadap makanan oleh penjamah makanan yang sakit, serta pengolahan makanan oleh
(30)
Persyaratan pengolahan makanan menurut Kepmenkes R No. 1098/ Menkes/
SK/VII/2003 adalah:
1. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung
dari kontak langsung antara penjamah dengan makanan.
2. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan :
a. Sarung tangan plastik
b. Penjepit makanan
c. Sendok,garpu dan sejenisnya
3. Setiap tenaga pengolah makanan pada saat bekerja harus memakai:
a. Celemek
b. Tutup rambut
c. Sepatu dapur
d. Tidak merokok
e. Tidak makan/mengunyah
f. Tidak memakai perhiasan kecuali cincin kawin yang tidak berhias/polos
g. Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan sesudah keluar dari kamar kecil
h. Selalu memakai pakaian kerja yang bersih
4. Tenaga pengolah makanan harus memiliki sertifikat kesehatan.
2.7.4. Penyimpanan Makanan Masak
Penyimpanan makanan dimaksudkan untuk mengusahakan makanan agar dapat
awet lebih lama. Kualitas makanan yang telah diolah sangat dipengaruhi oleh suhu,
dimana terdapat titik rawan untuk perkembangbiakan bakteri pathogen dan pembusuk
(31)
Tujuan dari penyimpanan makanan adalah :
1. Mencegah pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri pathogen
2. Mengawetkan makanan dan mengurangi pembusukan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan makanan adalah :
1. Makanan yang disimpan diberi tutup.
2. Lantai atau meja yang digunakan untuk menyimpan makanan harus dibersihkan
terlebih dahulu.
3. Makanan yang tidak boleh disimpan dekat dengan saluran air limbah (selokan).
4. Makanan yang disajikan sebelum diolah (timun,tomat,dan sebagainya ) harus
dicuci dengan air hangat.
5. Makanan yang dipak dengan karton jangan disimpan dekat air atau tempat yang
basah.
Menurut Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003, penyimpanan makanan
jadi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga, tikus dan hewan
lainnya.
2. Disimpan dalam ruangan tertutup.
3. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,5°C atau lebih, atau
disimpan dalam suhu dingin 4°C atau kurang.
4. Makanan cepat busuk untuk penggunaan dalam waktu yang lama ( lebih dari 6
jam)disimpan dalam suhu -5°C sampai dengan 1°C.
5. Tidak tercampur antara makanan yang siap untuk dimakan dengan bahan
(32)
2.7.5. Pengangkutan Makanan
Makanan yang telah diolah dan disimpan dengan cara higienis akan menjadi
tercemar kalau cara pengangkutannya tidak baik. Makanan perlu diperhatikan dalam
cara pengangkutannya, yaitu sebagai berikut :
1. Makanan jadi tidak diangkut bersama dengan bahan makanan mentah
2. Makanan diangkut dalam wadah tertutup sendiri-sendiri
3. Pengisisan wadah tidak sampai penuh agar tersedia udara untuk ruang gerak
4. Penempatan wadah dalam kendaraan harus tidak saling mencemari atau
menumpahi
5. Alat pengangkut yang tertutup khusus dan permukaan dalamnya mudah
dibersihkan ( Depkes RI,2000).
2.7.6. Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.
Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap. Makanan yang siap santap
harus laik santap ( Depkes,2001).
Penyajian makanan yang menarik akan memberikan nilai tambah dalam menarik
pelanggan. Teknis penyajian makanan untuk konsumen memiliki berbagai cara, salah
satunya adalah dengan menggunakan wadah boks plastik yang digunakan hanya sekali
pakai, serta dilengkapi dengan sendok dan tissue yang dibungkus plastik bersih dan
tertutup rapat.
Menurut Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003, persyaratan penyajian
makanan adalah sebagai berikut :
(33)
2. Peralatan untuk penyajian harus terjaga kebersihannya.
3. Harus diwadahi dan dijamah dengan peralatan yang bersih.
4. Penyajian dilakukan dengan perilaku yang sehat dan pakaian yang bersih.
5. Penyajian makanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Ditempat yang bersih
b. Meja ditutup dengan kain putih atau plastik
c. Asbak tempat abu rokok setiap saat dibersihkan
d. Peralatan makan dan minum yang telah dipakai paling lambat 5 menit sudah
dicuci.
Dalam penyajian makanan kepada konsumen, tenaga penyaji haruslah
memperhatikan persyaratan umum penjamah makanan, sebagai berikut :
1. Menjaga kesopanan.
2. Penampilan dan temperamen yang baik.
3. Cara menghidangkan, teknis dan pengaturan diatas meja harus ditata dengan
sebaik-baiknya.
2.8. Peralatan Makan
Peralatan makan adalah peralatan yang digunakan untuk menyediakan,
menyajikan, dan memakan makanan (Wikipedia, 2010). Jenis peralatan makanan
berupa piring, gelas, terbuat plastik,melamine, kaca, stainless steel maupun keramik.
Sedangkan sendok dan garpu terbuat dari plastik, stainless steel ( Malora,2009).
2.8.1. Perlindungan Peralatan Makan
Perlindungan peralatan makan dimulai dari keadaan bahan. Bahan yang baik
(34)
digunakan. Peralatan utuh,aman,dan kuat, peralatan yang sudah retak, atau pecah selain
dapat menimbulkan kecelakaan juga menjadi sumber pengumpulan kotoran karena
tidak akan dapat tercuci sempurna.
Berdasarkan petunjuk pelaksanaan dalam pengumpulan data alat usap makanan
oleh Kepmenkes Nomor.1098/Menkes/SK/VII/2003 yang disajikan dalam persyaratan
peralatan makanan bahwa tidak boleh bakteri lebih dari 100 koloni/cm² permukaan alat
dan tidak mengandung E.coli.
2.8.2. Persyaratan Peralatan Makan
1. Peralatan tidak rusak,retak dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap
makanan.
2. Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus tidak ada sudut mati,
rata halus dan mudah dibersihkan.
3. Peralatan harus dalam keadaan bersih sebelum digunakan.
4. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak boleh
mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas, dan tidak boleh
mengandung E.coli
5. Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun atau deterjen, air dingin,air
panas sampai bersih.
b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas 80°C
(35)
6. Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat sampai
kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau buatan dan tidak boleh dilap
dengan kain.
7. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam keadaan
kering dan bersih, ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari
sumber pengotoran/kontaminasi binatang perusak (Depkes RI,2003).
2.9. Sistem dan Teknik Pencucian Alat Makan dan Minuman 2.9.1. Sistem Pencucian
Menurut Anwar (1990), Three Comporment Sink yaitu suatu alat pencuci yang
terdiri atas 3 bilik atau 3 bak, masing-masing bak mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Bak I : Disebut bak pencuci ( wash)
2. Bak II : Disebut bak pembilas ( rinse)
3. Bak III : Disebut bak pembilas terakhir ( final rinse atau desinfektan)
Lengkapnya maka Three Comporment Sink terdiri atas bagian-bagiannya sebagai
berikut :
1. 1.Prepartion Table ( meja persiapan untuk mengumpulkan piring yang kotor dan
yang akan dicuci.
2. Three Comporment Sink ( alat pencuci tiga bak) 3. Drip board
Yaitu meja penuntas. Disini alat-alat makan dituntaskan dan dikeringkan dengan
udara ( air dried), dilarang dikeringkan dengan lap.
(36)
Setelah alat-alat makan tersebut kering barulah dibersihkan dengan lap bersih dan
disimpan (Anwar,1990).
2.9.2. Teknik Pencucian
Menurut Depkes RI,2006 teknik pencucian yang benar akan memberikan hasil
pencucian yang sehat dan aman. Tahapan-tahapan pencucian yang perlu diikuti agar
hasil pencucian sehat dan aman sebagai berikut :
1. Scraping (membuang sisa kotoran), yaitu memisahkan kotoran dan sisa-sisa makanan yang terdapat pada peralatan yang akan dicuci, seperti sisa makanan
diatas piring,gelas,sendok,garpu dan lain-lain.Kotoran tersebut dikumpulkan di
tempat sampah (kantong plastik) selanjutnya diikat dan dibuang di tempat yang
kedap air.
2. Flusing (merendam dalam air ), yaitu mengguyur air ke peralatan yang akan dicuci sehingga terendam seluruh permukaan peralatan.
3. Washing ( mencuci dengan deterjen ), yaitu mencuci peralatan dengan cara menggosok dan melarutkan sisa makanan dengan zat pencuci atau deterjen.
Deterjen yang baik yaitu terdiri dari deterjen cair atau bubuk, karena deterjen
sangat mudah larut dalam air, sehingga sedikit kemungkinan membekas pada alat
yang dicuci.
4. Rinsing ( membilas dengan air bersih ), yaitu mencuci peralatan yang telah digosok deterjen sampai bersih dengan cara dibilas dengan air bersih. Setiap peralatan yang
dibersihkan dibilas dengan cara menggosok-gosok dengan tangan sampai terasa
(37)
5. Sanitizing/Desinfection ( membebashamakan ), yaitu membebashamakan peralatan setelah proses pencucian. Peralatan yang selesai dicuci perlu dijamin aman dari
mikroba dengan cara desinfeksi.
6. Towelling (Mengeringkan), yaitu mengusap kain lap bersih atau mengeringkan dengan menggunakan kain atau handuk dengan maksud untuk menghilangkan
sisa-sisa kotoran yang mungkin masih menempel sebagai akibat proses pencucian
seperti noda deterjen, noda klor dan sebagainya. Towelling ini dapat dilakukan
dengan syarat bahwa lap yang digunakan harus steril serta sering diganti.
Penggunaan lap yang baik adalah yang sekali pakai.
2.10. Instalasi Gizi Rumah Sakit
2.10.1.Pengertian Instalasi Gizi Rumah Sakit
Instalasi gizi adalah unit yang mengelola pelayanan gizi bagi pasien rawat
inap,rawat jalan maupun keluarga pasien,dengan kegiatan :
1. Pengadaan/penyajian makanan
2. Pelayanan gizi ruang rawat inap
3. Penyuluhan, konsultasi dan rujukan gizi
4. Penelitian dan pengembangan gizi terapan
Dalam pengadaan/penyediaan makanan mulai dari perencanaan hingga bahan
makanan dan berlanjut pada proses pengolahan dan distribusi diawasi oleh Ahli Gizi
(Permenkes RI No.647/Menkes/Per/V/2010).
2.10.2.Persyaratan Higiene Sanitasi Instalasi Gizi Rumah Sakit
Menurut Kepmenkes RI No. 1098/Menkeks/SK/VII/2003, persyaratan higiene
(38)
1. Lokasi
Terletak pada lokasi yang terhindar dari pencemaran yang diakibatkan antara
lain oleh debu,asap, serangga dan tikus.
2. Bangunan dan Fasilitas a. Umum
1) Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
2) Terpisah dengan tempat tinggal
b. Tata ruang
1) Pembagian ruang minimal terdiri dari dapur, gudang,ruang makan,
toilet,ruang karyawan dan ruang administrasi.
2) Setiap ruangan mempunyai batas dinding serta ruangan satu dan lainnya
dihubungkan dengan pintu.
3) Ruangan harus ditata sesuai dengan fungsinya, sehingga memudahkan arus
tamu, arus karyawan, arus bahan makanan dan makanan jadi serta
barang-barang lainnya yang dapat mencemari terhadap makanan.
c. Lantai
1) Lantai dibuat kedap air, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan.
2) Pertemuan lantai dengan dinding harus conus atau tidak boleh membuat
sudut mati.
d. Dinding
1) Permukaan dinding sebelah dalam halus, kering/tidak menyerap air dn
(39)
2) Konstruksi dinding tidak boleh dibuat rangkap.
3) Bila permukaan dinding kena percika air, maka setinggi 2 (dua) meter dari
lantai dilapisi bahan kedap air yang permukaannya halus, tidak menahan
debu dan berwarna terang.
e. Langit-langit
1) Permukaan rata, berwarna terang, serta mudha dibersihkan.
2) Tidak terdapat lubang-lubang.
3) Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,4 meter.
f. Pintu dan Jendela
1) Pintu dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan.
2) Jendela, pintu dan lubang ventilasi dimana makanan diolah harus dilengkapi
dengan kawat kasa yang dapat dibuka dan dipasang.
3) Pintu dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar.
4) Setiap bagian bawah pintu sebaiknya dilapisi logam setinggi 36cm, untuk
mencegah masuknya tikus.
5) Jarak antara pintu dan lantai tidak lebih dari 1 (satu) cm.
g. Pencahayaan
1) Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan
pekerjaan pengolahan makanan secara efektif dan kegiatan pembersihan
ruang.
2) Disetiap ruangan kerja seperti gudang, dapur, tempat cuci peralatan dan
(40)
3) Pencahayaan/penerangan harus tidak menyilaukan dan tersebar merata
sehingga sedapat mungkin tidak menimbulkan bayangan yang nyata.
h. Ventilasi/penghawaan
1) Ventilasi alam harus memenuhi syarat,seperti cukup menjamin peredaran
udara dengan baik dan dapat menghilangkan uap,gas,asap,bau, dan debu
dalam ruangan.
2) Ventilasi buatan diperlukan bila ventilasi alam tidak dapat memenuhi
persyaratan.
i. Atap
Tidak bocor,cukup landai dan tidak menjadi sarang tikus dan serangga lainnya
j. Ruangan Pengolahan Makanan
1) Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari luas
banguan.
2) Permukaan lantai dibuat cukup landai ke arah saluran pembuangan air
limbah.
3) Permukaan langit-langit harus menutup seluruh atap ruang dapur,permukaan
rata, berwarna terang dan mudah dibersihkan.
4) Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun
bau-bauan yang dipasang setinggi 2(dua) meter dari lantai dan kapasitasnya
disesuaikan dengan luas dapur.
5) Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap, alat perangkap asap,
cerobong asap, saringan dan saluran serta pengumpul lemak.
(41)
7) Pintu yang berhubungan dengan halaman luar dibuat rangkap, dengan pintu
bagian luar membuka ke arah luar.
8) Daun pintu bagian dalam dilengkapi dengan alat pencegah masuknya
serangga yang dapat menutup sendiri.
9) Ruang dapur terdiri dari :
a. Tempat pencucian peralatan
b. Tempat penyimpanan bahan makanan
c. Tempat pengolahan
d. Tempat persiapan
e. Tempat administrasi
10)Intensitas pencahayaan alam maupun buatan minimal 10 foot candle.
11)Pertukaran udara sekurang-kurangnya 15 kali per jam untuk menjamin
kenyamanan kerja didapur, menghilangkan assap dan debu.
12)Ruang dapur harus bebas dari serangga, tikus dan hewan lainnya.
13)Tersedia sedikitnya peja peracikan,peralatan,lemari/fasilitas penyimpanan
dingin, rak-rak peralatan, bak-bak pencucian yang berfungsi dan terpelihara
dengan baik.
14)Harus dipasang tulisan “Cucilah tangan anda sebelum menjamah makanan
dan peralatan” ditempat yang mudah dilihat.
15)Tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban/WC,peturasan, kamar
mandi dan tempat tinggal.
k. Gudang Bahan Makanan
(42)
2) Gudang bahan makanan tidak boleh untuk menyimpan bahan lain selain
makanan.
3) Gudang dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpaanan makanan.
4) Gudang dilengkapi dengan ventilasi yang menjamin sirkulasi udara.
5) Gudang harus dilengkapi dengan pelindung serangga dan tikus.
l. Tempat Cuci Tangan
1) Jumlah tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun/sabun cair dan alat
pengering.
2) Apabila tidak tersedia fasilitas tersebut dapat disediakan :
a. Sapu tangan kertas ( tissue)
b. Lap basah
c. Air hangat
3) Tersedia tempat cuci tangan khusus untuk karyawan dengan kelengkapan
seperti tempat cuci tangan yang jumlahnya disesuaikan dengan banyaknya
karyawan sebagai berikut :
1 sampai 10 orang,1 buah; dengan penambahan 1 (satu ) buah untuk setiap
penambahan 10 orang atau kurang.
4) Fasilitas cuci tangan ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai
oleh tamu atau karyawan.
5) Fasilitas cuci tangan dilengkapi dengan air yang mengalir, pak penampungan
yang permukaannya halus, mudah dibersihkan dan limbahnya dialirkan ke
(43)
m.Tempat mencuci Peralatan
1) Terbuat dari bahan yang kuat,aman,tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
2) Air untuk keperluan pencucian dilengkapi dengan air panas dan air dingin.
3) Tempat pencucian peralatan dihubungkan dengan saluran pembuangan air
limbah.
4) Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3(tiga) bilik/bak pencuci yaitu untuk
mengguyur,menyabun dan membilas.
n. Tempat Pencuci Bahan Makanan
1) Terbuat dari bahan yang kuat,aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan.
2) Bahan makanan dicuci dengan air mengalir atau air yang mengandung
larutan kalium Permanganat 0,02%.
3) Tempat pencucian dihubungankan dengan saluran pembuangan air limbah.
o. Air bersih
1) Kualitas air bersih harus memenuhi syarat sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia yang berlaku.
2) Jumlahnya cukup memadai untuk seluruh kegiatan dan tersedia pada setiap
tempat kegiatan.
p. Air Limbah
1) Sistem pembuatan air limbah harus baik, saluran terbuat dari bahan kedap
air, tidak merupakan sumber pencemaran, misalnya memakai saluran
tertutup, septic tank dan riol.
2) Sistem perpipaan pada bangunan bertingkat harus memenuhi persyaratan
(44)
3) Saluran air limbah dari dapur harus dilengkap perangkap lemak ( grease
trap).
q. Toilet
1) Letak tidak berhubungan langsung dengan dapur, ruang persiapan makanan,
ruang tamu dan gudang makanan.
2) Didalam toilet harus tersedia jamban,peturasan dan baik air.
3) Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria.
4) Toilet untuk tenaga kerja terpisah dengan toilet untuk pengunjung.
5) Toilet dibersihkan dengan deterjen dan alat pengering.
6) Tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok serta sabun.
7) Luas lantai cukup untuk memelihara kebersihan.
8) Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan
kelandaiannya/kemiringannya cukup.
9) Ventilasi dan penerangan baik.
10)Air limbah dibuang ke septik tank,riol atau lubang peresapan yang tidak
mencemari air tanah.
11)Saluran pembuangan terbuat dari bahan kedap air.
12)Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan bak penampung dan
saluran pembuangan.
13)Di dalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam keadaan
cukup.
(45)
15)Jamban harus dibuat dengan tipe leher angsa dan dilengkapi dengan air
penggelontoran yang cukup serta sapu tangan kertas ( tissue).
16)Diberi tanda/tulisan pemberitahuan bahawa setiap pemakai harus mencuci
tangan dengan sabun sesudah menggunakan toilet.
17)Jumlah jamban harus mencukupi sebagai berikut :
Jumlah karyawan : 1 - 10 orang : 1 buah
11 - 25 orang : 2 buah
26 – 50 orang : 3 buah
Dengan penambahan 1 (satu) buah setiap penambahan 25 orang.
r. Tempat Sampah
1) Tempat sampah dibuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat.
Mempunyai tutup dan memakai kantong plastic khusus untuk sisa-sisa bahan
makanan dan makanan jadi yang cepat membusuk.
2) Jumlah dan volume tempat sampah disesuaikan dengan produk sampah yang
dihasilkan pada setiap tempat kegiatan.
3) Tersedia pada setiap tempat/ruang yang memproduksi sampah.
4) Sampah harus dibuang dalam waktu 24 jam.
5) Disediakan tempat pengumpul sementara yang terlindung dari serangga,tikus
atau hewan lain dan terletak di tempat yang mudah dijangkau oleh kendaraan
pengangkut sampah.
s. Persyaratan Peralatan
1) Peralatan tidak rusak,gompel,retak dan tidak menimbulkan pencemaran
(46)
2) Permukaan yang kontak langsung dengan makanan harus conus atau tidak
ada sudut mati, rata,halus dan mudah dibersihkan.
3) Peralatan harus dalam keaadaan bersih sebelum digunakan,seperti
piring,gelas,sendok,garpu,panci dan sebagainya..
4) Peralatan yang kontak langsung dengan makanan yang siap disajikan tidak
boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas dan tidak
boleh mengandung E.coli /cm² permukaan alat.
5) Cara pencucian peralatan harus memenuhi ketentuan:
a. Pencucian peralatan harus menggunakan sabun/deterjen,air dingin,air
panas sampai bersih.
b. Dibebas hamakan sedikitnya dengan larutan kaporit 50 ppm, air panas ,
dilap dengan kain.
6) Pengeringan peralatan harus memenuhi ketentuan :
Peralatan yang sudah didesinfeksi harus ditiriskan pada rak-rak anti karat
sampai kering sendiri dengan bantuan sinar matahari atau sinar buatan/mesin
dan tidak boleh dilap dengan kain.
7) Penyimpanan peralatan harus memenuhi ketentuan :
a. Semua peralatan yang kontak dengan makanan harus disimpan dalam
keadaan kering dan bersih.
b. Cangkir,mangkok gelas dan sejenisnya cara penyimpanannya harus
dibalik.
c. Rak-rak penyimpanan peralatan dibuat anti karat, rata dan tidak rusak.
(47)
e. Ruang penyimpanan peralatan tidak lembab, terlindung dari sumber
pengotoran/kontaminasi dan binatang perusak.
2.11. Escherichia coli
Escherichia coli ,atau biasa disingkat E.coli adalah salah satu spesies utama bakteri gram negatif umumnya merupakan flora normal saluran pencernaan manusia
dan hewan (Supardi,1999). Pada umumnya, bakteri yang ditemukan Theodor Escherich
ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti diare,muntaber
dan massalah pencernaan lainnya (Wikipedia,2010)
2.11.1.Sifat-sifat E.coli
Merupakan flora normal yang paling banyak pada usus manusia dan hewan.
Dapat berubah menjadi oportunis pathogen bila hidup di luar usus yaitu lokasi normal
tempatnya berada dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih,saluran
empedu,infeksi luka dan mastitis pada sapi ( Supardi,1999).
Salah satu jenis dari organisme koliform yang paling umum digunakan sebagai
indikator adanya pencemaran yang berasal dari kotoran manusia atau hewan dan
menunjukkan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan,susu dan
produk-produk susu ( Supardi,1999).
E.coli tumbuh pada suhu antara 10°-40°C,dengan suhu optimum 37°C. pH optimum untuk pertumbuhannya adalah pada 7,0-7,5, pH minimum pada 4,0 dan
maksimum pada 9,0. Bakteri ini relatif sangat sensitif terhadap panas dan dapat
diinaktifkan pada suhu pasteurisasi makanan atau selama pemasakan makanan.
Sehingga untuk mencegah pertumbuhan bakteri pada makanan, sebaiknya disimpan
(48)
2.11.2.Klasifikasi E.coli
1. Entero pathogenic Escherichia coli ( EPEC)
Adalah penyebab penting diare pada bayi, khususnya di negara berkembang dan
tidak membahayakan pada sebahagian orang dewasa. Mungkin ditularkan melalui air
yang digunakan untuk mencuci botol, karenanya, botol susu bayi sebaiknya direbus
setelah dicuci untuk mencegah diare. EPEC melekat pada sel mukosa usus kecil.
Akibat dari infeksi EPEC adalah diare cair, yang biasanya sendiri tetapi dapat juga
menjadi kronik. Gejala yang dapat ditimbulkan apabila terinfeksi E.coli jenis antara
lain : panas dingin, sakit kepala,kram usus,diare berair.
2. Entero invasive Escherichia coli ( EIEC)
Menyebabkan penyakit yang mirip dengan shigelosis. Hanya menyerang
manusia. Cukup membahayakan karena dapat menyebabkan penyakit disentri.
Biasanya ditandai dengan tinja yang mengandung darah.
3. Entero toksigenic Escherichia coli ( ETEC)
Merupakan salah satu bakteri penyebab diare (dengan penyakit) terdapat pada
manusia, babi,biri-biri, kambing, anjing, dan kuda. ETEC menghasilkan 2 enterotoksin
yaitu LT enterotoksin dan ST enterotoksin. Faktor-faktor permukaan untuk perlekatan
sel bakteri pada mukosa usus penting di dalam pathogenesis diare, karena sel bakteri
melekat terlebih dahulu pada sel epitel mukosa usus sebelum bakteri mengeluarkan
toksin.
4. Entero hemoragic Escherichia coli (EHEC)
Bakteri ini hidup dalam daging mentah. Bentuk diare sangat berat dan dengan
(49)
mikriangiopatik, dan trombositopenia. Banyak kasus colitis hemoragik dan
komplikasinya dapat dicegah dengan memasak daging sapi sampai matang.
5. Entero aggregative Escherichia coli ( EAEC)
Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat sedang berkembang.
Bakteri ini ditandai dengan pola khas pelekatannya pada mukosa intestinal dan
menghasilkan enterotoksin dan sitotoksin. Akibatnya adalah kerusakan mukosa,
pengeluaran sejumlah besar mucus dan terjadinya diare.
2.12.Kualitas Bakteriologis Air
Sarana air di alam pada umumnya mengandung kuman, baik air hujan, air
tanah,air danau maupun air sungai. Jumlah dan jenis bakteri bervariasi dan berbeda
sesuai tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Idealnya air bersih tidak
mengandung organisme pathogen, harus juga bebas dari bakteri yang menunjukkan
indikasi pengotoran tinja. Bakteri E.coli pada umumnya mempunyai jumlah yang besar
dalam tinja, jadi pendeteksiannya perlu dilakukan setelah beberapa kali tingkat
pengenceran. Terdapatnya organisme coli tinja, terutama E.coli lebih meyakinkan
adanya tanda-tanda pengotoran tinja (Sunarjo,1994).
Adapun alasan memilih organisme ini menjadi indikator adalah sebagai berikut
(( Sunarjo,1994) :
1. Lebih tahan dibanding bakteri usus pathogen, karena lebih tahan dibandingkan
dengan bakteri usus patogen lainnya, maka dapat dipastikan bakteri patogen usus
sudah tidak ada apabila bakteri E.coli tidak ditemukan dalam pemeriksaan air.
2. Banyak terdapat dalam tinja, karena didalam tinja terdapat dalam jumlah yang
(50)
3. Mudah dianalisa, dengan melihat reaksi pada media selektif tertentu dapat
dipastikan keberadaannya.
(51)
2.13. Kerangka Konsep Penelitian
Karakteristik penjamah makanan 1. Umur
2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan
Higiene Sanitasi Instalasi Gizi
- Lokasi dan bangunan - Fasilitas Sanitasi
- Dapur, ruang makan dan gudang bahan makanan
- Pemilihan bahan makanan - Penyimpanan bahan makanan - Pengolahan bahan makanan - Penyimpanan makanan jadi - Pengangkutan & Penyajian
makanan - Peralatan - Tenaga kerja
Pemeriksaan E.coli pada peralatan makan di instalasi gizi 1. Piring stainless steel 2. Gelas kaca
3. Sendok stainless steel
Memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/ VII/2003
Pemeriksaan Laboratorium di Labkesda Kerinci
Tidak memenuhi syarat Kepmenkes RI No. 1098/ Menkes/SK/VII /2003
(52)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan melihat
gambaran Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Pemeriksaan Escherichia coli
Pada Peralatan Makan Di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib
Kabupaten Kerinci.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Mayjen H.A.
Thalib Kerinci. Adapun alasan pemilihan lokasi ini karena :
1. Lokasi penelitian merupakan tempat pengolahan makanan untuk pasien rawat
inap, dengan mengolah makanan dengan baik dapat berpengaruh bagi
kesembuhan pasien.
2. Belum pernah dilakukan penelitian tentang Higiene Sanitasi Pengelolaan
Makanan dan Pemeriksaan Escherichia coli Pada Peralatan Makan Di Instalasi
Gizi Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010-Januari 2011.
3.3. Objek Penelitian
Objek penelitian disini adalah observasi higiene sanitasi pengelolaan makanan di
instasalsi gizi berupa lokasi dan bangunan, fasilitias sanitasi, dapur, ruang makan,
(53)
pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan jadi, pengangkutan makanan jadi,
penyajian makanan jadi, peralatan makan yang digunakan terdiri dari piring stainless
steel, gelas kaca, dan sendok sendok stainless steel untuk pemeriksaan E.coli dan
tenaga kerja/penjamah makanan.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara pada penjamah
makanan, hasil dari pengamatan langsung terhadap higiene sanitasi pengelolaan
makanan dan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap usapan peralatan makan.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Kerinci yang dapat mendukung dalam pengamatan higiene sanitasi pengelolaan
makanan.
3.5. Pelaksanaan Penelitian 3.5.1. Peralatan dan Bahan
a. Alat-alat yang diperlukan
1. Box, pembawa sampel
2. Buku tulis
3. Kapas Lidi Steril
4. Lampu spritus
5. Sarung tangan steril
6. Spidol
(54)
1. Aqua
2. Endo Agar
3. PCA
4. TSB
3.5.2. Teknik Pengambilan Sampel
1. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk mengambil sampel
2. Alat makan yang akan diperiksa masing-masing diambil dari tempat
penyimpanan sebelum disajikan untuk konsumen atau setelah proses
pencucian.
3. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian diambil dan dicelupkan ke dalam
botol berisi PCA yang steril kedalamnya.
4. Lidi kapas steril dalam botol di tekan ke dinding botol untuk membuang
airnya, baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat-alat yang akan diusap.
5. Permukaan tempat alat makan yang diusap yaitu :
a. Piring stainless steel, permukaan dalam tempat makanan diletakkan.
b. Gelas kaca, permukaan luar dari bagian bibir setinggi 6 mm dan seluruh
permukaan dalam.
c. Sendok stainless steel, permukaan bagian dalam sendok.
6. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 (tiga) kali berturut-turut,
dan satu lidi kapas digunakan untuk satu alat makan yang diperiksa.
7. Setelah semua kelompok alat makan diusap, kapas lidi dimasukkan ke
dalam botol, lidinya dipatahkan, dan bibir botol dipanaskan dengan api
(55)
8. Sampel diberi label dan etiket ( tanggal,nomor,dan nama alat makan) dan
segera dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
3.5.3. Cara Kerja Pemeriksaan E.coli
a. Bahan
1. Aquades
2. Endo Agar
3. Larutan Bouillon
4. Nutrient Agar
5. PCA
b. Alat
1. Autoklaf
2. Gelas ukur
3. Inkubator
4. Lampu Bunsen
5. Ose Cincin
6. Petridish
7. Pipet
8. Rak Tabung
9. Tabung glass
10. Timbangan Analis
c. Cara Kerja
1. Penimbangan PCA dan endo agar dengan ukuran 1 plat sampel 15 ml,
(56)
aquades sebanyak 15 ml, lalu dilarutkan masing-masing secara terpisah
hingga homogen.
2. Setelah homogen larutkan PCA dan larutan endo agar di pindahkan ke dalam
tabung glass dan ditutup rapat dengan kapas, kemudian dimasukkan ke
dalam autoklaf selama 2 jam setelah itu diangkat dan dibiarkan hangat kuku.
3. Diambil 1 ml dari sampel dengan menggunakan pipet dan dituangkan ke
petridish yang sudah steril. Kemudian ditambahkan PCA yang steril
sebanyak masing-masing 15 ml ( dilakukan dengan cara yang sama untuk
sampel berikutnya), lalu petridish digoyangkan sampai merata dan petridish
dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37°C selama 2x24 jam.
4. Sebaliknya dengan media endo agar dituangkan ke dalam petridish lalu
dimasukkan ke dalam lemari pendingin.
5. Di ambil ose cincin lalu dibakar diatas api bunsen tunggu sampai dingin,
kemudian diambil 2 atau 3 koloni pada nutrient agar lalu dimasukkan ke
dalam inkubator 37°C selama 15 menit.
6. Setelah 15 menit diambil kembali ose cincin lalu dibakar diatas api Bunsen
sehingga dingin, kemudian dicelupkan ke dalam larutan Bouillon ( laktosa)
lalu ose cincin digoreskan diatas media endo agar yang steril secara zigzag.
Kemudian endo agar dimasukkan ke dalam incubator 37°C selama 24-28
jam.
7. Pertumbuhan koloni diamati. Bila kolini berwarna merah metalik dan bentuk
(57)
terlihat terang dan tidak berwarna serta di sekitar koloni berwarna merah
muda berarti negatif.
3.6. Definisi Operasional
1. Umur adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan dari sejak lahir.
2. Jenis kelamin adalah karakteristik biologis dan fisiologis yang menentukan
laki-laki dan perempuan.
3. Pendidikan adalah kegiatan akademik formal tertinggi yang pernah diikuti
responden berdasarkan ijazah terakhir.
4. Instalasi Gizi adalah unit yang mengelola pelayanan gizi bagi pasien rawat
inap,rawat jalan maupun keluarga pasien,dengan kegiatan
pengadaan/penyajian makanan, pelayanan gizi ruang rawat inap, penyuluhan,
konsultasi dan rujukan gizi
5. Lokasi dan bangunan adalah letak dan bentuk dari suatu banguan
6. Fasilitas sanitasi instalasi gizi adalah sarana fisik bangunan dan perlengkapan
yang digunakan untuk memelihara kebersihan sarana dan prasarana dapur
termasuk lingkungannya yang dapat merugikan kesehatan manusia anatara
lain air bersih,jamban,peturasan,saluran limbah,tempat sampah,tempat cuci
tangan, kamar mandi dan peralatan kebersihan
7. Dapur adalah tempat untuk melakukan aktivitas mengolah bahan makanan
dan menyediakan makanan, .
8. Gudang bahan makanan adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan
(58)
9. Pemilihan bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak
termasuk bahan tambahan makanan dan bahan penolong.
10.Penyimpanan bahan makanan adalah meletakkan bahan makanan menurut
jenisnya dengan aturan FIFO (First In First Out), persyaratan sanitasi tempat
penyimpanan makanan, suhu penyimpanan serta lamanya penyimpanan di rak
makanan.
11.Pengolahan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam pengolahan
bahan makanan dengan memperhatikan factor tempat pengolahan, peralatan
memasak dan cara penjamah dalam mengolah makanan.
12.Penyimpanan makanan jadi adalah menyimpan dan menempatkan makanan
yang telah jadi dengan memperhatikan prinsip penyimpanan sementara waktu
pada ruang penyimpanan makanan jadi dengan memperhatikan kebersihan
tempat maupun wadah penyimpanan..
13.Pengangkutan makanan adalah memindahkan makanan dari tempat
penyimpanan ke tempat penyajian makanan dengan memperhatikan
penggunaan alat angkut dan kebersihannya.
14.Penyajian makanan adalah penyajian makanan jadi ke konsumen dengan
menggunakan wadah yang bersih, waktu penyajian < 6 jam sejaka makanan
selesai dimasak.
15.Peralatan adalah alat yang digunakan pada saat mengolah bahan makanan
maupun untuk penyajian makanan.
16.Tenaga kerja adalah orang yang mampu bekerja dan dapat menghasilkan
(59)
17.Piring makan stainless steel adalah alat atau wadah untuk meletakkan
makanan yang anti karat.
18.Gelas kaca adalah alat yang digunakan untuk minum yang transparan.
19.Sendok stainless steel adalah alat yang digunakan untuk makan yang anti
karat.
20.Pemeriksaan Laboratorium adalah suatu kegiatan mengenai pemeriksaan
sampel E.coli yang dilakukan di laboratorium dengan mengambil peralatan
makan yang diambil ditempat penyimpanan selanjutnya sampel dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan dengan metode usap.
21.Memenuhi /tidak memenuhi syarat kesehatan bila hasil pemeriksaan
sesuai/tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003.
3.7. Aspek Pengukuran
Aspek pengukuran adalah mengukur higiene sanitasi pengelolaan makanan di
instalasi gizi Rumah Sakit Umum Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci yang diukur
melalui Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 yaitu :
1. Menggunakan kuesioner dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”, kuesioner
ditujukan kepada penjamah makanan di instalasi gizi untuk membantu dalam
pembahasan.
2. Untuk observasi higiene sanitasi pengelolaan makanan di instalasi gizi yaitu :
a)Variabel (Kolom 2)
Setiap bagian atau kegiatan dari variabel yang akan dinilai.
b)Bobot (Kolom 3)
(60)
c)Komponen yang akan dinilai (Kolom 4)
Komponen yang akan diobservasi dan dinilai sesuai dengan kenyataan yang
ada.
d)Nilai (Kolom 5)
Apabila kenyataan yang ada tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
tercantum pada komponen yang dinilai, maka nilainya adalah 0 (nol),
sebaliknya apabila memenuhi persyaratan maka nilainya adalah sebesar nilai
yang tercatum pada kolom nilai
e)Skor (Kolom 6)
Skor adalah perkalian antara bobot dengan nilai yang diperoleh. Misalnya :
Variabel yang akan dinilai adalah variabel lokasi (Kolom 2). Jumlah bobot dari
variabel lokasi adalah 2 (kolom 3). Nilai pada variabel lokasi adalah 6 (kolom
5). Komponen yang dinilai apabila sesuai dengan persyaratan bernilai 6, maka
skor yang diperoleh dari variabel lokasi adalah bobot x nilai yaitu 2 x 6 = 12.
Apabila tidak sesuai dengan persyaratan bernilai 0. Adapun batas laik higiene
sanitasi pengelolaan makanan di instalasi gizi rumah sakit adalah bila jumlah
skor seluruh variabel >700 (form terlampir).
3. Pemeriksaan dari jumlah E.coli peralatan makan (piring,gelas,sendok) sesuai
dengan Kepmenkes Nomor 1098 Menkes/SK/VII/2003, peralatan makan yang
(61)
3.8. Pengolahan dan Analisis Data
Data diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan, di analisa secara
deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi kemudian dinarasikan dan data
(62)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Profil RSU Mayjen H.A. Thalib Kerinci
RSU Mayjen H.A. Thalib merupakan satu-satunya Rumah Sakit Umum (RSU)
milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kerinci yang pada awalnya bernama Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) yang didirikan pada tahun 1953. Rumah sakit ini terletak di
jalan Jendral Basuki Rahmat. Status Rumah Sakit ini pada tahun 1972 RSUD
Kabupaten Kerinci mengalami perkembangan yang cukup baik pada masa itu sehingga
diresmikan RSUD dengan Klasifikasi/tipe D. Seiring perkembangan zaman dan dalam
usaha memenuhi tuntutan masyarakat terhadap layanan Rumah Sakit, maka pada tahun
1999 dinaikkan klasifikasi/tipe C dengan fasilitas tempat tidur sebanyak 70 buah dan
dibangun diatas tanah seluas 70x80x41 Ha.
Pada tanggal 11 November 2005, RSUD Kabupaten Kerinci berubah nama
menjadi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci dengan fasilitas tempat tidur 102
buah. RSU Mayjen H.A.Thalib melayani rujukan bagi 18 puskesmas, beberapa klinik
dan rumah sakit swasta yang ada di Kabupaten Kerinci dan rumah sakit kabupaten
tetangga.
Visi RSU Mayjen H.A.Thalib adalah suatu instansi yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat, berusaha selalu mengembangkan dan meningkatkan
mutu pelayanan yang diberikan, dan menetapkan satu arah yang dijabarkan dalam
sebuah Visi yakni”Menjadi Pusat Layanan Kesehatan yang Prima dan Paripurna”.
(63)
a. Memberikan layanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan.
b. Mewujudkan pelayanan yang kompleks dan berkualitas bagi semua lapisan
masyarakat.
c. Mewujudkan profesionaliusme SM Rumah Sakit yang sejahtera.
d. Mengembangkan peralatan Rumah Sakit yang ideal dan canggih.
e. Menciptakan suasana kerja yang harmonis dalam kebersamaan.
f. Berperan aktif mendukung upaya pemerintah daerah dalam mewujudkan Kerinci
sejahtera berbasisi ekonomi kerakyatan.
Selain itu, juga memiliki Motto yaitu memberikan pelayanan dengan semangat,
kepercayaan diri, keceriaan dan kelembutan. Sedangkan fungsi RSU Mayjen
H.A.Thalib Kabupaten Kerinci adalah menyelenggarakan Pelayanan Medis, Pelayanan
Keperawatan, Pelayanan, Pelayanan Penunjang Medis, Pelayanan Administrasi dan
Manajemen, Pendidikan / Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Karakteristik Penjamah Makanan
Karakteristik penjamah makanan di instalasi gizi RSU Mayjen H.A.Thalib
Kabupaten Kerinci meliputi jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut
: Tabel 4.1
Distribusi Penjamah Makanan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011
No Jenis Kelamin
Umur Jumlah Persentase
(%) 21-30 31-40 41-50 51-60
1. Laki-laki 0 0 0 0 0 0
(64)
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa jenis kelamin semua penjamah
makanan adalah perempuan (100%) di instalasi gizi RSU Mayjen H.A.Thalib
Kabupaten Kerinci. Penjamah makanan dengan golongan umur 21-30 tahun berjumlah
4 orang (40%), golongan umur 31-40 tahun berjumlah 5 orang (50%) dan golongan
umur 51-60 tahun berjumlah 1 orang (10%).
Karakteristik penjamah makanan berdasarkan pendidikan di RSU Mayjen
H.A.Thalib Kabupaten Kerinci dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Penjamah Makanan Berdasarkan Pendidikan di Instalasi Gizi RSU Mayjen H.A.Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2011
No Pendidikan Jumlah Persentase
(%)
1. SMA 3 30
2. SMKK (Tata Boga) 6 60
3. S1 1 10
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa pendidikan dari penjamah
makanan dengan pendidikan terendah SMA berjumlah 3 orang (30%), yang
berpendidikan SMKK (Tata Boga) yang paling banyak dengan jumlah 6 orang (60%)
dan penjamah makanan yang pendidikan S1 berjumlah 1 orang (10%).
4.2.2. Higiene Sanitasi Pengelolaan Makanan di Instalasi Gizi 4.2.2.1. Lokasi dan Bangunan
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di instalasi gizi RSU Mayjen
H.A.Thalib Kabupaten Kerinci dari lokasi dan bangunan dapat dilihat dalam tabel 4.3
(1)
a. Air limbah mengalir dengan lancar b. Terdapat grease trap
c. Saluran kedap air d. Saluran tertutup
2
3 3 2 2
Jumlah 10
13. Toilet : a. Bersih
b. Letaknya tidak berhubungan langsung dengan dapur atau ruang makan.
c. Tersedia air bersih yang cukup d. Tersedia sabun dan alat pengering e. Toilet untuk pria terpisah dengan
wanita.
1
2 3 2 2 1
Jumlah 10
14. Tempat sampah :
a. Sampah diangkut tiap 24 jam b. Disetiap ruang penghasil sampah
tersedia tempat sampah
c. Dibuat dari bahan kedap air dan mempunyai tutup
d. Kapasitas tempat terangkat oleh seorang petugas sampah.
2
4 3 2 1
Jumlah 10
15. Tempat cuci tangan :
a. Tersedia air cuci tangan yang mencukupi
b. Tersedia sabun, deterjen, dan alat pengering/lap
c. Jumlahnya cukup untuk pengunjung/karyawan
2
5 3 2
Jumlah 10
16. Tempat mencuci peralatan:
a. Tersedia air dingin yang cukup memadai
b. Tersedia air panas yang cukup memadai
c. Terbuat dari bahan yang kuat, aman dan halus
d. Terdiri dari tiga bak pencuci
1
2 2 2 4
Jumlah 10
17. Tempat mencuci bahan makanan:
(2)
dan halus
c. Air pencuci yang dipakai mengandung larutan hama
2
Jumlah 10
18. Loker karyawan :
a. Tersedia loker karyawan dari bahan yang kuat,mudah dibersihkan dan mempunyai tutup yang rapat b. Jumlah cukup
c. Letak loker diruang tersendiri d. Loker untuk karyawan pria terpisah
dengan loker untuk wanita
1
2
3 3 2
Jumlah 10
19. Peralatan untuk pencegah masuknya serangga dan tikus :
a. Setiap lubang ventilasi dipasang kawat kasa serangga.
b. Setiap lubang ventilasi dipasang terali tikus
c. Persilangan pipa dan dinding btertutup rapat.
d. Tempat tendon air mempunyai tutup dan bebas jentik nyamuk
2
3 2 2 3
Jumlah 10
DAPUR,RUANG MAKAN DAN GUDANG BAHAN MAKANAN 20. Dapur:
a. Bersih
b. Ada fasilitas penyimpanan makanan dingin (kulkas, freezer)
c. Tersedia fasilitas penyimpanan makanan panas ( termos panas,kompor panas)
d. Ukuran dapur cukup memadai e. Ada sungkup dan cerobong asap f. Terpasang tulisan pesan-pesan
higiene bagi penjamah/ karyawan
7
3 2 2
1 1 1
(3)
21. Gudang bahan makanan :
a. Tidak terdapat bahan lain selaian bahan makanan
b. Tersedia rak-rak penempatan bahan makanan sesuai dengan ketentuan c. Kapasitas gudang cukup memadai d. Rapat serangga dan tikus
3
4 2 2 2
Jumlah 10
22. Ruang makan bagi penjamah:
a. Perlengkapan ruang makan selalu bersih
b. Ukuran ruang makanan minimal 0,85 m² per kursi.
c. Pintu masuk buka tutup secara otomatis
d. Tersedia fasilitas cuci tangan e. Tempat peragaa makanan jadi
tertutup
5
3 2 2 2 1
Jumlah 10
PEMILIHAN BAHAN MAKANAN 23. Bahan makanan;
a. Kondisi fisik bahan makanan dalam keadaan baik
b. Bahan makanan kemasan terdaftar pada Departemen Kesehatan
c. Angka kuman dan bahan kimia pada bahan makanan memenuhi
persyaratan
d. Bahan makanan berasal dari sumber resmi
5
3 2 3
2
Jumlah 10
24. Makanan jadi:
a. Kondisi fisik makanan jadi dalam keadaan baik
b. Angka kuman dan bahan kimia makanan jadi memenuhi persyaratan yang ditentukan
c. Makanan jadi kemasan tidak ada tanda-tanda kerusakan dan terdaftar pada Depkes RI
6
4 3
3
(4)
25. Penyimpanan :
a. Suhu dan kelembaban penyimpanan sesuai dengan persyaratan jenis makanan.
b. Ketebalan penyimpanan sesuai dengan persyaratan penyimpanan jenis makanan
c. Penempatannya terpisah dengan makanan jadi
d. Tempatnya bersih dan terpelihara e. Disimpan dalam aturan sejenis dan
disusun dalam rak-rak
4
3 2
2 2 1
Jumlah 10
PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN 26. Pengolahan makanan :
a. Tenaga pengolah memakai pakaian kerja dengan benar dan cara kerja yang bersih
b. Pengambilan makanan menggunakan alat khusus (sarung tangan, alat penjepit makanan,dll)
c. Menggunakan peralatan dengan benar
5
5
3
2
Jumlah 10
PENYIMPANAN MAKANAN JADI 27. Penyimpanan makanan jadi :
a. Suhu dan kelembaban sesuai dengan persyaratan jenis makanan
b. Cara penyimpanan tertutup
5
6 4
Jumlah 10
PENGANGKUTAN & PENYAJIAN MAKANAN
28. Cara penyajian :
a. Makanan saat disajikan dalam keadaan hangat
b. Pewadahan dan penjamah makanan jadi menggunakan alat yang bersih. c. Cara membawa dan menyajikan
makanan dengan tutup
d. Penyajian makanan harus ada tempat yang bersih.
5
3 3 2 2
(5)
PERALATAN 29. Ketentuan peralatan;
a. Cara pencucian, pengeringan dan penyimpanan peralatan memenuhi persyaratan agar selalu dalam keadaan bersih sebelum digunakan b. Peralatan dalam keadaan baik dan
utuh
c. Permukaan alat yang kontak
langsung dengan makanan tidak ada sudut mati dan halus.
d. Peralatan makan tidak boleh mengandung angka kuman yang melebihi ambang batas
e. Peralatan yang kontak langsung dengan makanan tidak mengandung zat racun
15
4
2 1
2
1
Jumlah 10
TENAGA KERJA
30. Pengetahuan/sertifikat hygiene sanitasi makanan:
a. Kepala instalasi gizi pernah mengikuti kursus
b. Supervisor pernah mengikuti kursus c. Semua penjamah makanan pernah
mengikuti kursus
d. Salah seorang penjamah makanan pernah mengikuti kursus
4
2 2 4 2
Jumlah 10
31. Pakaian kerja : a. Bersih
b. Tersedia pakaian kerja seragam 2 stel atau lebih
c. Penggunaan khusus waktu kerja saja. d. Lengkap dan rapi
2
3 2 2 3
Jumlah 10
32. Pemeriksaan Kesehatan :
a. Karyawan/penjamah 6 bulan sekali check up kesehatan
b. Pernah divaksinasi thypoid c. Check up penyakit khusus
d. Bila sakit tidak bekerja dan berobat
2
3 2 1
(6)
e. Memiliki buku kesehatan karyawan/penjamah
2 2
Jumlah 10
33. Personal higiene:
a. Setiap karyawan/penjamah
berprilaku bersih dan berpakaian rapi b. Setiap mau kerja cuci tangan
c. Menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk atau bersin
d. Menggunakan alat yang sesuai dan bersih
7
3 3 2 2