18
Inti tujuan feminisme adalah meningkatkan kedudukan dan derajat perempuan agar sama atau sejajar dengan kedudukan serta derajat laki-laki.
Perjuangan serta usaha feminisme untuk mencapai tujuan ini mencakup berbagai cara. Salah satu caranya adalah memperoleh hak dan peluang yang sama dengan
yang dimiliki laki-laki.
2.2.3 Aliran-aliran Feminisme
Menurut Tong 2008:1, feminisme terbagi dalam beberapa aliran, yaitu:
1. Feminisme Liberal
Feminisme liberal memandang tubuh sebagai wadah sedemikian rupa sehingga perbedaan yang nyata antara laki-laki dan perempuan terabaikan. Tong
2008:189 menjelaskan bahwa feminisme liberal mengklaim bahwa perubahan di dalam struktur politik, terutama dalam struktur hukum, akan menghapuskan atau
paling tidak menekankan ketidaksetaraan gender, dengan memastikan perempuan mempunyai kesempatan pendidikan dan pekerjaan yang sama seperti diberikan
kepada laki-laki. Lebih jauh lagi, feminis liberal, kecuali beberapa orang tertentu, bergerak
menjauh dari keyakinan tradisional bahwa setiap perempuan yang ingin membebaskan dirinya dapat melakukannya. Secara “individu” dengan
“melemparkan” yang mengkondisikannya dan secara “unilateral” menolak “feminitasnya”. Kini mereka percaya bahwa pencapaian tujuan yang sangat
sederhana seperti misalnya “menciptakan kesempatan kerja yang setara bagi perempuan” memerlukan usaha yang lebih banyak daripada usaha individu
seseorang perempuan; tujuan itu akan menuntut usaha dari seluruh masyarakat
19
yang berkomitmen untuk “memberikan pendidikan awal yang sama bagi anak- anak perempuan dan laki-laki, serta untuk mengakhiri prasangka, yang pada
gilirannya akan menuntut retribusi besar-besaran atas sumber daya dan perubahan kesadaran yang besar.
Feminisme liberal adalah pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran feminisme liberal muncul
sebagai kritik terhadap teori politik liberal. Sebuah politik yang menjunjung tinggi nilai otonomi, persamaan dan nilai moral serta kebebasan individu. Asumsi dasar
feminisme liberal berawal pada pandangan bahwa kebebasan freedom dan kesamaan equality berakar dari nasionalitas dan pemisahan antar dunia prifat
dan publik Fakih, 1999:81. Feminisme liberal memberikan penekanan pada terjadinya subordinasi kaum perempuan dan masyarakat yang disebabkan oleh
adanya hambatan hukum dan adat yang menghalangi perempuan untuk masuk ke dalam lingkungan publik.
Masyarakat menganggap bahwa perempuan memiliki fisik yang lemah dan kemampuan yang kurang dibandingkan dengan kaum pria. Kaum perempuan
dianggap tidak mau menjalankan peranannya di lingkungan publik. Perbedaan biologis kaum wanita dan pria dianggap sebagai sebab terjadinya subordinatif.
Anggapan yang berkembang di masyarakat menjadi perbedaan secara biologis ditentang oleh perspektif ini. Menurut mereka, manusia, perempuan, atau
laki-laki, diciptakan sama dengan mempunyai hak yang sama, dan harus pula mempunyai kesempatan yang sama untuk memajukan dirinya. Untuk itu, agar
perempuan dapat berkembang seperti laki-laki, perempuan harus berpendidikan
20
sama dengan laki-laki. Hal ini sependapat dengan Mill dan Taylor dalam Tong, 2008:23 yang menyatakan bahwa jika masyarakat ingin mencapai kesetaraan
seksual atau keadilan gender, maka masyarakat harus memberikan perempuan hak politik dan kesempatan, serta pendidikan yang sama yang dinikmati oleh laki-laki.
Feminisme liberal berdasarkan pemikirannya pada konsep liberal tentang hakikat rasionalitas manusia yang membedakannya dari binatang. Rasoinalitas ini
dipahami sebagai kemampuan membuat keputusan secara mandiri dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri.
Laki-laki dan perempuan dianggap mempunyai kesempatan dan hak yang sama Tong, 2008:17. Adapun jika ada sebuah realita kaum perempuan
terbelakang dan tertinggal adalah karena kesalahan mereka sendiri. Pandangan ini melahirkan sebuah usulan untuk menyiapkan kaum perempuan agar dapat
bersaing dalam dunia yang penuh kebebasan
2. Feminisme Radikal: Perspektif Libertarian dan Kultural