OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

(1)

commit to user

OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH

KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

(Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Oleh :

Mustofa Mahendra C 0106036

JURUSAN SASTRA DAERAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

ii

OBSESI GADIS DESA

DALAM NOVEL TRAH

KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

(Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

Disusun oleh Mustofa Mahendra

C 0106036

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I : Pembimbing II :

Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum. Dra. Sundari, M. Hum NIP. 19541016 198103 1003 NIP. 19561003 198103 2002

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutardjo, M.Hum NIP. 19600101 198703 1004


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iii

OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH

KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

(Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)

Disusun Oleh :

MUSTOFA MAHENDRA C0106036

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal 8 November 2010

Jabatan Nama TandaTangan

Ketua Drs. Imam Sutardjo, M.Hum ……….

NIP 19600101 198703 1004

Sekretaris Siti Muslifah SS. M. Hum ………. NIP 197311032005012001

Penguji I Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum ………. NIP 19541016 198103 1003

Penguji II Dra. Sundari, M. Hum ……….

NIP. 19561003 198103 2002

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A NIP 19530314 198506 1 001


(5)

commit to user


(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibu tercinta yang tidak henti-hentinya selalu memberikan kasih

sayang dan do’a dalam membimbing langkahku untuk menjadi orang yang

berguna serta sukses dalam menggapai cita-citaku.

2. Kakakku tercinta, terima kasih atas dukungan semangatnya serta keponakanku yang lucu yang membuat suasana hati menjadi riang.

3. Sahabatku tercinta Nuii yang selalu mendukungku dan memberikan semangat agar penulis tidak pantang menyerah dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

commit to user

v

MOTTO

1.

Jangan pernah menyesali suatu pilihan yang telah diambil karena seburuk-buruk pilihan tersebut pasti akan ada hikmah yang dapat dipetik

(Penulis)

2.

Sesungguhnya kamu lalai (dahulu memikirkan) hal ini, lalu kami bukakan tutup dari (mata) mu, maka penglihatanmu hari ini amat tajam.


(8)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Mustofa Mahendra NIM : C0106036

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul OBSESI GADIS DESA DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO adalah benar-benar karya sendiri dan bukan plagiat dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda atau kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta 4 Oktober 2010 Yang membuat pernyataan,


(9)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sastra.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat mengatasi kesulitan tersebut. Untuk itu atas segala bantuannya, penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Drs. Imam Sutardjo, M.Hum selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin dan dorongan kepada penulis.

3. Drs. Christiana D.W, M.Hum selaku pembimbing pertama yang telah memberikan kemudahan, bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 4. Dra. Sundari, M.Hum selaku pembimbing kedua yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Wakit Abdullah, M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan motivasi dan bimbingan pada masa perkuliahan.


(10)

commit to user

viii

6. Bapak dan Ibu dosen jurusan Sastra Daerah yang telah banyak memberikan bekal selama perkuliahan.

7. Spesial untuk ayah dan bunda yang tak pernah lelah mendo’akan dan memberikan semangat. Kakakku tersayang Natasa dan ponakanku tercinta Ige Fatahilah. Semoga Allah SWT selalu melindungi kalian. Amin.

8. Atas S. Danusubroto, selaku pengarang novel Trah yang telah membantu memberikan informasi sebagai bahan kajian dalam penulisan skripsi ini.

9. Staff perpustakaan pusat dan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta atas pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.

10.Spesial untuk sahabatku tercinta Nuii, terima kasih atas do’anya.

11.Rekan-rekan mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2006. Terima kasih atas kebersamaannya. Semoga do’a dan semangat yang telah mereka berikan pada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.

12.Semua pihak yang telah membantu hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pendidikan. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, 4 Oktober 2010


(11)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………. i

HALAMAN PERSETUJUAN……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN PERNYATAAN………... iv

HALAMAN MOTTO……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN……….... vi

KATA PENGANTAR………... vii

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR SINGKATAN……….... xiii

ABSTRAK……….. xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Perumusan Masalah………. 5

C. Tujuan Penelitian………. 6

D. Manfaat Penelitian………... 6

BAB II. LANDASAN TEORI A. Pendekatan Struktural……….. 7

1. Tema………... 8


(12)

commit to user

x

3. Setting……….... 10

4. Penokohan……….. 10

5. Amanat………... 12

B. Pendekatan Psikologi Sastra……… 13

1. Teori Psikologi Sastra……… 13

2. Jalur Kajian Psikologi Sastra………. 15

3. Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud……….. 16

4. Pendekatan Nilai Obsesi Pengarang Melalui Karyanya………. 18

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Penelitian……… 21

B. Sumber Data dan Data……… 21

1. Sumber Data………... 21

1.1. Sumber Data Primer……… 22

1.2. Sumber Data Sekunder……… 22

2. Data……… 22

2.1. Data Primer……….... 22

2.2. Data Sekunder……….... 23

C. Teknik Pengumpulan Data………. 23

1. Teknik Analisis Isi……… 23

2. Teknik Wawancara………... 24

D. Teknik Analisis Data………. 24


(13)

commit to user

xi BAB IV. PEMBAHASAN

A. Riwayat Hidup Pengarang dan Karya-Karyanya……… 27

1. Riwayat Hidup Pengarang………. 27

2. Karya-Karya Pengarang………. 28

B. Analisis Struktural.………... 30

1. Tema………... 30

2. Alur………. 33

a. Situation……… 33

b. Generating Circumtances………. 34

c. Rising Action……… 36

d. Climax………... 37

e. Denoument……… 38

3. Latar atau Setting………. 40

a. Latar Tempat………. 40

b. Latar Waktu………... 43

c. Latar Sosial……… 46

4. Penokohan……… 47

a. Tilarsih………... 48

b. Bagus………. 51

c. Mbah Mardiyah………. 53

d. Eyang Ronggo………... 55


(14)

commit to user

xii

f. Kacuk………. 58

g. Mbak Rita……….. 59

5. Amanat……….. 60

6. Keterkaitan antar Unsur Struktural……… 63

C. Potret Kejiwaan Tokoh-Tokoh dalam Novel Trah ……….. 66

1. Potret Kejiwaan Tilarsih……… 66

2. Potret Kejiwaan Bagus………. 69

3. Potret Kejiwaan Mbah Mardiyah……….. 72

4. Potret Kejiwaan Mbak Rita………... 74

5. Potret Kejiwaan Kacuk………. 75

D. Obsesi Pengarang Melalui Novel Trah……….. 86

E. Makna Nilai Novel Trah dalam Kehidupan Masyarakat Jawa……….. 89

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan……… 93

B. Saran………. 98

DAFTAR PUSTAKA………. . 99


(15)

commit to user

xiii

DAFTAR SINGKATAN

1. Cerbung : Cerita Bersambung 2. Cerkak : Cerita Cekak 3. S1 : Sarjana Strata 1


(16)

commit to user

xiv

ABSTRAK

Mustofa Mahendra. C 0106036. Obsesi Gadis Desa Dalam Novel Trah Karya Atas S. Danusubroto (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Latar belakang dari penelitian ini adalah : Novel Jawa yang mengungkap masalah kehidupan yang sering terjadi di sekitar kita. Dalam penelitian ini, penulis mengkaji novel Trah karya Atas S. Danusubroto dengan tinjauan Psikologi Sastra. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu masalah yang setiap orang pasti mengalaminya yaitu suatu obsesi dalam diri setiap manusia. Dalam penelitian terhadap Novel Trah, penulis menitikberatkan pada tokoh utama bernama Tilarsih yang terobsesi untuk mewujudkan keinginannya agar bisa hidup serba kecukupan, namun obsesinya tersebut kandas karena dijerumuskan oleh orang lain hingga akhirnya obsesinya tersebut disalurkan melalui jalan pintas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran dan cara pandang kita terhadap suatu obsesi dan bagaimana cara yang baik untuk menyikapinya.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian terhadap novel Trah yaitu (1) bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, latar, penokohan, dan amanat yang ada dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto? (2) Bagaimanakah potret kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto? (3) Bagaimanakah obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah? (4) Bagaimanakah makna nilai novel Trah bagi masyarakat khususnya Jawa?

Penelitian ini bertujuan (1) Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang membangun dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto yang meliputi tema, alur, latar, penokohan dan amanat (2) Mendeskripsikan potret kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto(3) Mendeskripsikan obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah. (4) Mendeskripsikan makna nilai novel Trah bagi masyarakat khususnya Jawa.

Manfaat yang dicapai secara teoritis, diharapkan hasil penelitian terhadap novel Trah dapat memperkaya wawasan dalam penelitian karya sastra berdasarkan pendekatan psikologi sastra. Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi bagi pembaca mengenai dinamika kehidupan manusia dengan berbagai permasalahannya dan cara pemecahannya masing-masing. Selain itu, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian psikologi sastra dan dapat dipakai sebagai model penelitian bagi peneliti berikutnya.

Bentuk penelitian ini adalah dekriptif kualitatif, yaitu data-data yang dikumpulkan berupa kata-kata dalam kalimat. Sumber data dari penelitian ini ada dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primernya adalah novel Trah karya Atas S. Danusubroto tahun 2008 yang terdiri dari 6 bab dan 268 lembar. Sumber data sekundernya adalah informan, yaitu pengarang novel Trah dan buku-buku referensi yang dapat mendukung penelitian. Data yang dipakai dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primernya yaitu


(17)

commit to user

xv

struktur teks novel Trah yang unsur-unsurnya terdiri dari unsur-unsur intrinsik, aspek psikologi sastra, kata, kalimat, dan ungkapan dalam setiap paragraf dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data atau keterangan dari buku-buku referensi yang menunjang penelitian, biografi dari pengarang, analisis dari internet yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.

Pendekatan yang dilakukan adalah struktural dan psikologi sastra. Pendekatan struktural diambil karena novel merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya mengandung unsur-unsur pembangun seperti tema, alur, setting, penokohan dan amanat. Pendekatan psikologi sastra digunakan untuk mengungkap adanya nilai-nilai penokohan yang ditampilkan oleh pengarang dalam novel Trah sebagai gambaran kompleks dalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita ambil pesan moralnya dan bagaimana sikap kita dalam memecahkan problematika yang terjadi.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) teknik content analysis yaitu analisis isi yang terdapat dalam novel Trah. (2) wawancara dengan nara sumbernya yaitu Bapak Atas S. Danusubroto sebagai pengarang novel Trah.

Analisis dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) unsur-unsur struktural seperti tema, alur, setting, penokohan dan amanat merupakan struktur pembangun karya sastra yang sangat penting dan terdapat jalinan utuh yang saling terkait didalamnya. (2) Pendekatan psikologi sastra terhadap potret kejiwaan tokoh utama dalam interaksinya dengan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah, dapat memberikan petunjuk bagi penulis maupun pembaca untuk lebih memahami tingkah laku manusia yang terjadi disekitar kita dan dapat memberikan pelajaran yang berharga melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan oleh pengarang dalam novel Trah tersebut. (3) Obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah yang pertama yaitu masalah mengenai keturunan. Masalah keturunan bukan menjadi faktor penentu perilaku manusia (Tilarsih), namun tergantung dari moral dan perilaku manusia. Kedua yaitu masalah mengenai prostitusi yang menjelaskan bahwa seorang pelacur itu bukan sampah masyarakat, maksudnya yaitu profesi pelacur disebabkan oleh berbagai permasalahan pribadi seperti kemiskinan, penipuan, kurangnya pendidikan, faktor lingkungan sehingga mereka terjerat dunia prostitusi. Pelacurpun ingin kembali ke jalan yang benar tetapi fakta yang terjadi yaitu masyarakat menghakiminya. Ketiga yaitu mengenai neurosis sosial pengarang yang menjelaskan bahwa karya sastra merupakan bagian dari proses kreatif. Faktor emosi dan kondisi mental pengarang sangat dominan dalam penciptaan karya sastra. (4) Makna nilai novel Trah menyiratkan perjuangan seorang gadis desa yang ingin mewujudkan obsesinya untuk memperbaiki nasib hingga akhirnya harus terjerumus ke dunia pelacuran. Gambaran cerita yang dikisahkan dalam novel Trah tersebut dapat dipetik hikmahnya bahwa setiap orang pasti ingin meraih obsesinya dengan merubah jalan hidupnya agar lebih baik meski ditempuh dengan jalan pintas sekalipun.


(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra diciptakan sebagai cermin sosial budaya masyarakat karena ia berada dan hidup ditengah masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional ataupun rasional tertentu. Bentuk karya sastra dapat berwujud sastra tulis maupun sastra lisan. Sastra tulis meliputi : novel, cerkak (cerita cekak), cerbung (cerita bersambung), puisi, drama, roman dan lain-lain. Sedangkan sastra lisan adalah bentuk karya sastra berupa cerita dari mulut ke mulut, disalurkan dari generasi ke generasi dan tidak ada pengarangnya, meliputi : cerita rakyat (folklor), dongeng dan lain-lain.

Fungsi karya sastra dibuat adalah untuk merefleksikan ide, gagasan, dan pesan-pesan sosial yang ingin disampaikan pengarang melalui karya sastra. Sejauh ini, karya sastra tulis telah banyak mempengaruhi pembaca, buktinya adalah semakin banyak bermunculnya produk-produk hasil karya sastra tulis berbentuk novel. Istilah novel baru dikenal bangsa Indonesia setelah orientasi satrawan kita banyak beralih kepada buku-buku berbahasa Inggris. Bertolak dari asumsi diatas maka akan dikaji novel berjudul Trah karya Atas S.Danusubroto dengan pertimbangan yang matang dan menurut penulis sudah memenuhi kriteria yang cukup untuk dijadikan sebagai bahan kajian untuk penulisan skripsi.

Novel Trah karya Atas S. Danusubroto diterbitkan dalam bentuk buku oleh penerbit Narasi pada tahun 2008 dengan tebal buku 268 halaman. Novel ini


(19)

commit to user

menyuguhkan kisah tentang pengalaman kehidupan manusia akan pentingnya memaknai hidup yang meliputi perjuangan manusia, penderitaan, kasih sayang, kebenaran, nafsu dan semua yang dialami manusia. Pengalaman kehidupan manusia terutama yang menyangkut masalah obsesi atau keinginan seseorang yang diwujudkan melalui jalan pintas yang sarat dengan resiko tinggi yang dituangkan oleh si pengarang secara kreatif ke dalam bentuk cerita.

Novel Trah bercerita tentang kehidupan seorang gadis keturunan kaum priyayi luhur di desanya bernama Tilarsih yang ingin memperbaiki kehidupannya karena telah terjerumus ke dalam jurang kenisthaan karena dijebak oleh orang yang baru saja dikenalnya, hingga akhirnya Tilarsih dipaksa untuk menjadi wanita penghibur di kota metropolitan. Tilarsih dapat dengan mudah dihasut oleh Atun karena obsesinya yang terlalu tergesa-gesa dalam memutuskan suatu masalah hingga akhirnya menuntunnya masuk ke dunia pelacuran. Keinginan yang kuat mendorong Tilarsih untuk memperbaiki hidupnya agar dapat diterima kembali sebagai anggota masyarakat, namun dalam proses tersebut Tilarsih mengalami berbagai cobaan sulit di desanya sendiri yang menuntut perjuangan hidup yang sangat berat. Misalnya saja, Tilarsih harus dikucilkan oleh warga desanya mengingat dirinya adalah mantan wanita penghibur, bahkan ada pula yang ingin mengajak Tilarsih berkencan. Namun akhirnya Tilarsih dapat keluar dari masalahnya berkat adanya bantuan dari orang yang dicintainya dan dorongan dari orang-orang terdekatnya.

Aspek-aspek psikologis dalam novel Trah yang cukup menarik untuk dikaji antara lain mengenai masalah tentang obsesi gadis desa yang ingin merubah


(20)

commit to user

nasib dengan jalan pintas, namun yang didapat malah menjerumuskan dirinya sendiri ke dunia pelacuran. Tokoh Tilarsih ini adalah seorang gadis desa trah keturunan bibit priyayi yang sangat disegani di desanya karena kekayaannya yang bernama Eyang Resodrono. Dalam novel ini dikisahkan tentang siklus perputaran kehidupan yang membuat anak keturunan Resodrono bernama Tilarsih yang semasa hidupnya penuh dengan kemiskinan yang akhirnya menuju pada satu pengalaman pahit hingga harus menjadi seorang pelacur. Kurangnya pendidikan dan sempitnya lapangan pekerjaan terhadap para wanita terutama masyarakat kelas bawah yang garis ekonominya lemah, sehingga dapat dengan mudah dijerumuskan oleh orang yang ingin mencari keuntungan dalam merekrut para anggota bibit baru yang akan dijadikan wanita penghibur. Aspek psikologis yang terakhir yaitu tentang fakta sosial mengenai kelas priyayi dalam kehidupan sekarang ini yang seharusnya dijadikan sebagai teladan yang baik bagi masyarakat namun pada kenyataannya itu semua tidak menjadi jaminan.

Pandangan penulis yaitu, masalah-masalah yang dialami oleh tokoh utama bernama Tilarsih dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto tersebut cukup aktual dan sangat berbobot untuk diteliti. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis tertarik untuk meneliti novel Trah dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra.


(21)

commit to user

Alasan yang menjadi dasar dipilihnya Novel Trah karya Atas S. Danusubroto sebagai objek penelitian yaitu :

1. Ditinjau dari segi struktur, tema yang diangkat sangat menarik dan menunjang dengan judul yang penulis ambil, yaitu pandangan tentang nilai obsesi yang ada dalam diri setiap manusia. Tokoh-tokoh yang ditampilkan pengarang menjadi kekuatan tersendiri dalam novel tersebut karena isi ceritanya merupakan suatu gambaran yang kompleks dalam dunia nyata, maka dari itu penelitian ini penulis kaji dengan melakukan pendekatan psikologi sastra agar didapatkan analisis yang tepat dalam menampilkan potret kejiwaan yang dialami oleh tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah.

2. Ditinjau dari segi psikologi sastra, perkembangan kejiwaan dari para tokoh dalam novel Trah ini menarik untuk dibahas karena ceritanya mengungkapkan tentang masalah kehidupan sosial.

3. Bobot karya sastra novel berjudul Trah karya Atas S. Danusubroto menurut penulis sangat kuat karena novel Trah ini pernah mendapatkan penghargaan sebagai tulisan terbaik di Rancage tahun 2009 dan mendapatkan piagam dan uang penghormatan senilai 5 juta rupiah. Penuturan dari pengarangnya, novel Trah ini juga mendapatkan bantuan dana produksi dari bapak Suparta Broto yang sudah tidak asing bagi para penggemar Novel Jawa.

4. Kepiawaian pengarang dalam menciptakan karya sastra sudah tidak dapat diragukan lagi dengan banyaknya penghargaan yang sudah diraihnya dan


(22)

commit to user

pergelutannya dalam ikut menjaga dan melestarikan sastra Jawa agar tidak kehilangan penggemarnya.

Penelitian terhadap novel Trah terlebih dahulu akan dibahas secara struktural meliputi tema, alur, setting, penokohan dan amanat yang terkandung dalam novel kemudian ditinjau dengan menggunakan tinjauan psikologi sastra melalui tokoh-tokoh yang ditampilkan oleh pengarangnya. Oleh karena itu penelitian ini berjudul Obsesi Gadis Desa Dalam Novel Trah Karya Atas S. Danusubroto (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra).

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah diperlukan agar sebuah penelitian menjadi lebih terfokus sehingga tidak meluas dari apa yang seharusnya dibahas. Permasalahan tersebut nantinya akan diteliti untuk mencari pemecahannya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah unsur-unsur struktural yang meliputi tema, alur, latar, penokohan dan amanat yang ada dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto tersebut?

2. Bagaimanakah potret kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto?

3. Bagaimanakah obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah?


(23)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian novel Trah karya Atas S. Danusubroto sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang membangun dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto yang meliputi tema, alur, latar, penokohan dan amanat.

2. Mendeskripsikan potret kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto.

3. Mendeskripsikan obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah. 4. Mendeskripsikan makna nilai novel Trah bagi masyarakat khususnya Jawa

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis

Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian terhadap novel Trah ini dapat memperkaya wawasan dalam penelitian karya sastra berdasarkan pendekatan psikologi sastra.

2. Secara praktis

Secara praktis, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi bagi pembaca mengenai dinamika kehidupan manusia dengan berbagai permasalahannya dan cara pemecahannya masing-masing. Selain itu, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian psikologi satra dan dapat dipakai sebagai model penelitian bagi peneliti berikutnya.


(24)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural juga dinamakan pendekatan obyektif, pendekatan formal atau pendekatan analitik, bertolak dari asumsi bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal yang berada diluar dirinya. Jika diteliti aspek yang membangun karya tersebut seperti tema, alur, latar, penokohan, amanat, gaya penulisan, gaya bahasa, serta hubungan harmonis antar aspek yang mampu membuatnya menjadi sebuah karya sastra (Atar Semi,1993: 67).

Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, dan sedetail mungkin serta sedalam mungkin keterkaitan dengan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Dalam analisis itu karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya, sehingga makna keseluruhan akan dapat dipahami (Hawkes dalam Rachmat Djoko Pradopo, 1995: 108).

Berdasarkan keterangan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan struktural merupakan suatu pendekatan yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur pembangun yang saling berkaitan satu dengan lainnya yang membentuk satu makna yang utuh. Jadi struktur karya sastra menekankan pada lima unsur pembangun karya sastra yang bersifat intrinsik meliputi :


(25)

commit to user 1. Tema

Tema merupakan ide pokok sebuah cerita dan merupakan hal yang terpenting dalam cerita sebagaimana tujuan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca lewat karyanya. Tema pada suatu karya sastra dapat ditentukan dengan beberapa langkah. Untuk menentukan tema dalam sebuah karya sastra ada tiga macam yang bisa ditempuh yakni : Melihat persoalan yang paling menonjol, secara kualitatif persoalan mana yang paling banyak menimbulkan konflik-konflik yang melahirkan peristiwa-peristiwa, menghitung waktu perceritaan, memahami karya sastra tersebut secara keseluruhan (Mursal Esten, 1984: 88).

Tema menurut pandangan penulis berhubungan dengan pengalaman kehidupan manusia. Pengarang memilih dan mengangkat berbagai permasalahan kehidupan itu menjadi gagasan dasar ke dalam karya fiksi sesuai dengan pengamatan interaksinya dengan lingkungan. Gagasan dasar ini dijadikan pengarang dalam mengembangkan isi cerita. Pengarang melalui karyanya berusaha mengungkapkan dimensi kehidupan berdasarkan pemikiran dan imajinasinya sendiri. Kandungan isi cerita pasti akan mengikuti gagasan dasar cerita sehingga berbagai peristiwa konflik dan pemilihan berbagai unsur-unsur intrinsik yang lain seperti alur, latar, penokohan dan amanat pasti akan mencerminkan gagasan dasar tersebut.

2. Alur

Alur atau plot merupakan rangkaian peristiwa yang saling berhubungan berdasarkan sebab akibat (Forster dalam Sangidu, 2004: 135). Peristiwa-peristiwa


(26)

commit to user

dalam suatu cerita tidak hanya berupa tindakan-tindakan fisik tetapi juga yang bersifat nonfisik. Tindakan fisik misalnya: ucapan, gerak-gerik. Sedangkan tindakan nonfisik, misalnya: sikap, kepribadian, dan cara berpikir. Alur suatu cerita sangat erat hubungannya dengan unsur-unsur yang lain seperti perwatakan, setting, suasana lingkungan begitu juga dengan waktu.

Tahapan alur dibagi menjadi lima bagian (Mochtar Lubis dalam Sugihastuti, 2002 : 37). Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut :

a. Tahap Situation: tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.

b. Tahap Generating Circumtances: tahap pemunculan konflik, (masalah-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan.

c. Tahap Rising Action: tahap, peningkatan konflik, konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.

d. Tahap Climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama.

e. Tahap Denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan.


(27)

commit to user

Alur cerita atau sering disebut plot menurut pandangan penulis adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung-menyambung dalam suatu cerita dan antara kejadian satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.

3. Setting atau Latar

Latar merupakan tempat terjadinya peristiwa-peristiwa atau waktu berlangsungnya tindakan (Pradopo dalam Sangidu, 2004: 139). Unsur latar dibagi menjadi tiga bagian yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat menunjuk pada tempat atau lokasi kejadian yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, dan yang terakhir yaitu latar sosial merujuk kepada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. (Burhan Nurgiyantoro 2007 : 227). Pembagian setting yang diciptakan oleh pengarang dalam suatu karya sastra menurut waktu, tempat, suasana peristiwa dimana kejadian tersebut berlangsung merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

4. Karakter/ Penokohan

Penokohan adalah penggambaran para tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya yang meliputi sifat, sikap, tingkah laku, pandangan hidup, keyakinan, adat-istiadat, dan lain-lainnya (Suharianto dalam Sangidu, 2004:132). Tokoh cerita biasanya mengemban suatu perwatakan tertentu yang diberi bentuk dan diisi oleh pengarang. Perwatakan dapat diperoleh dengan memberi gambaran


(28)

commit to user

mengenai tindak-tanduk, ucapan atau sejalan tidaknya antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan (Atar Semi, 1993 )

Karakter dapat dibagi menjadi tiga dimensi, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis (Harymawan, 1984: 25). Dimensi pertama yaitu fisiologis adalah ciri-ciri badani yang dimiliki oleh seorang tokoh. Contoh yang bisa diambil antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dan sebagainya. Dimensi kedua yaitu sosiologis adalah latar belakang kemasyarakatan dari cerita tersebut. Contoh dari dimensi sosiologis, antara lain status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi, pandangan hidup, kepercayaan, agama, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, hobi, bangsa,suku, dan keturunan. Dimensi ketiga adalah psikologis berarti latar belakang kejiwaan yang dimiliki oleh tokoh-tokohnya, seperti mentalitas, ukuran moral, perbedaan yang baik dengan yang tidak baik, temperamen, keinginan dan perasaan pribadi terhadap sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, dan keahlian khusus dalam bidang tertentu. Tiap tokoh memiliki karakter sendiri-sendiri yang menunjang dalam mendukung penokohan yang terjadi dalam cerita.

Pandangan penulis dari masalah penokohan dan perwatakan ini merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah cerita amat penting dan bahkan menentukan karena tidak akan mungkin ada cerita tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya membentuk alur cerita. Melalui tokoh-tokoh yang diceritakan, si pengarang dapat menyampaikan persolan yang ditampilkan dalam karyanya. Karakter yang ditampilkan oleh pengarang ini pastilah sangat bertumpu pada tema yang ingin diangkatnya. Dalam


(29)

commit to user

novel Trah si pengarang mengambil sosok karakter tokoh utama yaitu seorang gadis desa yang berobsesi ingin menjadi orang sukses namun akhirnya harus menjadi pelacur dan kebetulan tokoh tersebut masih keturunan kaum priyayi. Dari sosok pelacur ini kita dapat menggali sejauh mungkin mengenai realita kehidupan yang terjadi dan memberikan tanggapan atau respon terhadap kehidupan pelacur yang makin merebak ditengah-tengah masyarakat. Tokoh utama cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca.

5. Amanat

Amanat merupakan pesan atau sesuatu yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca (Burhan Nurgiyantoro,2007 : 322). Amanat dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan tentang nilai-nilai kebenaran. Amanat dalam cerita menurut (Kenny dalam Burhan Nurgiyantoro, 2007) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil dan ditafsirkan lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Ia merupakan petunjuk yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan misalnya sikap, tingkah laku, dan sopan-santun, pergaulan. Ia bersifat praktis sebab petunjuk itu dapat ditemukan dan ditampilkan dalam kehidupan nyata, sebagai mana model yang ditampilkan dalam cerita itu lewat sikap dan tingkah laku tokoh-tokohnya. Kesimpulannya yaitu amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca mengenai dinamika kehidupan yang terjadi dalam karya sastranya tersebut.


(30)

commit to user

B. Pendekatan Psikologi Sastra

1. Teori Psikologi Sastra

Psikologi dan sastra merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda, namun dalam penelitian karya sastra, kedua ilmu tersebut dapat digunakan secara bersamaan dan saling terkait karena mempunyai objek yang sama. Keduanya memfokuskan pada kehidupan manusia. Psikologi dalam karya sastra bukanlah sesuatu yang sama sekali baru karena tokoh-tokoh dalam karya sastra harus dihidupkan, diberi jiwa yang dapat dipertanggung jawabkan secara psikologi. Psikologi sastra merupakan pendekatan yang menekankan pada hakekat dan kodrat manusia. Melalui tinjauan psikologi akan tampak fungsi dan peranan sastra adalah untuk menyajikan citra manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk menjelaskan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan lingkungan manusia (Hardjana,1994: 66).

Psikologi sastra memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karsa dalam berkarya. Begitu pula dengan pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak lepas dari kejiwaan masing-masing. Psikologi sastra pun mengenal karya sastra sebagai pantulan kejiwaan. Pengarang akan menangkap gejala kejiwaannya. Proyeksi pengalaman sendiri imajiner ke dalam teks sastra (Suwardi Endraswara, 2003: 96). Tokoh-tokoh dalam drama atau novel dinilai apakah benar secara psikologi. Kadang-kadang ada teori psikologi tertentu yang dianut pengarang secara sadar atau samar-samar oleh pengarang dan teori ini cocok untuk menjelaskan tokoh dan situasi cerita (Rene Wellek dan Austin Warren, 1990).


(31)

commit to user

Definisi lain mengatakan bahwa psikologi merupakan suatu ilmu yang menyelidiki dan mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas manusia, tingkah laku serta aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi hidup kejiwaan (Walgito, 1997:9). Menurut (Kartono 1990:1) psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwani) manusia, perkataan tingkah laku atau perbuatan mempunyai pengertian yang luas, yaitu tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berlari, melihat, mendengar, mengingat, berpikir, fantasi pengenalan kembali penampilan emosi-emosi dalam bentuk tangis atau senyum dan seterusnya. Kegiatan berpikir dan berfantasi misalnya tampaknya seperti pasif belaka, namun, keduanya merupakan bentuk aktivitas, yaitu aktivitas psikis atau jiwani ( Kartono, 1990:1-3).

Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi, kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu memutuskan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap ditentukan untuk melakukan analisis ( Ratna, 2004:344). (Siswantoro 2004: 32) mengemukakan psikologi sastra mempelajari fenomena kejiwaan tertentu yang dialami oleh tokoh utama dalam karya sastra ketika merespon atau bersaksi terhadap diri dan lingkungannya, dengan demikian gejala kejiwaan dapat terungkap lewat tokoh dalam sebuah karya sastra. Tugas psikologi adalah menganalisis kesadaran kejiwaan manusia yang terdiri dari unsur-unsur struktural yang sangat erat hubungannya dengan proses-proses panca indera. Kaitannya dengan psikologi sastra, (Wellek 1990:41) mengemukakan bahwa karakter dalam


(32)

commit to user

cerita novel-novel, lingkungan serta plot yang terbentuk sesuai dengan kebenaran dalam psikologi sebab kadang-kadang ilmu jiwa dipakai oleh pengarang untuk melukiskan tokoh-tokoh serta lingkungannya.

Ilmu bantu psikologi diharapkan mampu memberi petunjuk bagi peneliti dan pembaca untuk lebih memahami tingkah laku manusia atau tokoh-tokohnya dalam karya sastra secara lebih mendalam dam memberikan beberapa alasan teoritis mengenai teori psikologi sastra sebagai salah satu teori pendekatan sastra dalam menganalisis novel Trah karya Atas S. Danusubroto.

2. Jalur Kajian Psikologi Sastra

Psikologi sastra dibedakan menjadi tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan ekspresif, yaitu kajian aspek psikologis penulis dalam proses kreativitas yang terproyeksi lewat karya sastra, (2) pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra, (3) pendekatan reseptif pragmatik yang mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya yang dinikmati serta proses kreatif yang ditempuh dalam menghayati teks (Aminudin, 1990:89).

Penulis dalam melakukan penelitian terhadap novel Trah karya Atas S. Danusubroto mengambil jalur kajian psikologi sastra dengan melakukan pendekatan tekstual yaitu berfokus pada teks sastra itu sendiri. Pendekatan psikologi sastra terhadap teks tidak dilangsungkan secara deskriptif belaka, tetapi mendekati suatu penafsiran, sering digunakan psikoanalisis ala Freud. Terdapat titik temu antara penelitian sastra dengan teori psikoanalisis, khususnya mengenai metodenya. Aliran psikoanalisa ini diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Pengarang


(33)

commit to user

baik sadar maupun tidak memasukkan jiwa manusia kedalam karyanya. Hal ini akan terlihat dalam diri tokoh cerita dan lingkungan cerita dimana cerita tersebut terjadi (Rene Wellek, 1990).

3. Pendekatan Psikoanalisis Sigmund Freud

Sigmund Freud lahir di kota Morrovia Republik Ceko, pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939 (Suryabrata, 1998: 122 ). Freud adalah psikolog yang menyelidiki aspek ketidaksadaran dalam jiwa manusia. Ketidaksadaran memainkan peranan yang besar, sebagian besar kehidupan psikis manusia tidak disadari dan hanya bagian kecil saja yang muncul dalam kesadaran. Dalam ketidaksadaran itu terus menerus beroperasi dorongan-dorongan dan tenaga-tenaga asal (Kartono, 1990:128).

Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem, yaitu: a. Das Es (the id), yaitu aspek biologis.

Aspek ini adalah aspek biologis dan merupakan sistem yang original dan kepribadian. Dari aspek ini dua aspek yang lain tumbuh. Das Es adalah realita psikis yang sebenar-benarnya, merupakan dunia batin atau subjektif manusia dan tidak memiliki hubungan langsung dengan dunia objektif. Das Es berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir. Fungsi Das Es yaitu untuk mengusahakan segera tersalurkannya kumpulan-kumpulan energi atau tegangan yang dicurahkan ke dalam jasad oleh rangsangan-rangsangan, baik dari dalam maupun dari luar. Ia terletak dalam ketidaksadaran dan berisi nafsu-nafsu, insting yang tidak disadari yang bersamanya menuntut kepuasan. Prinsip Das Es adalah prinsip kesenangan (Pleasure Principle) dan dilayani oleh proses primer (proses yang menimbulkan


(34)

commit to user

kesenangan dari suatu benda yang diperlukan untuk meredakan suatu ketegangan). Tujuan dari prinsip ini adalah untuk membebaskan seseorang dari ketegangan. Das Es adalah primer dari sumber energi psikis dan tempat berkumpul naluri-naluri. Das Es memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Apriori (menang sendiri), self-centered (egoistis), impulsif (tergesa-gesa ingin senang, irasional), dan asosial.

b. Das Ich (the ego),yaitu aspek psikologis.

Das Ich merupakan aspek psikologis dari kepribadian dan timbul oleh karena kebutuhan organisme untuk berhubungan baik dengan dunia luar. Das Ich dikuasai oleh prinsip kenyataan (reality principle), dan dilayani oleh proses sekunder (usaha menemukan atau menghasilkan kenyataan dengan rencana tindakan yng telah dikembangkan melalui pikiran dan akal/pengenalan). Fungsi Das Ich adalah menjaga keseimbangan diantara kedua system itu, sehingga tidak terlalu banyak dorongan dari Das Es yang dimunculkan kepada kesadaran. Das Ich tidak memiliki dorongan energi. Ia hanya menurut prinsip yaitu menyesuaikan dorongan-dorongan dengan kenyataan di dunia luar. Ciri-ciri Das Ich yang dominan adalah; asosiasi/logika, alternative/memutus, dan bertindak sesuai dengan keputusan.

c. Das Ueber Ich (super ego), yaitu aspek sosiologis.

Da Ueber Ich atau super ego adalah aspek sosiologis dari kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional, serta cita-cita masyarakat dan merupakan cabang moral atau cabang keadilan. Das Ueber Ich adalah kode moral dari seseorang dan adalah suatu sistem yang berkebalikan dengan Das Es. Sistem


(35)

commit to user

ini sepenuhnya dibentuk oleh kebudayaan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketiga aspek diatas memiliki fungsi, komponen, prinsip kerja, dan dinamika masing-masing, namun ketiganya berhubungan secara rapat sehingga sukar untuk memisahkan bahkan tidak mungkin. Dalam pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia merupakan hasil kerja dari aspek tersebut.

4. Pendekatan Nilai Obsesi Pengarang Melalui Karyanya.

Pada umumnya manusia memiliki obsesi, baik anak-anak maupun orang dewasa. Anak sekolah memiliki obsesi tentang mata pelajaran yang tidak disukainya. Mahasiswa memiliki obsesi tentang ujian yang akan dihadapinya. Pembunuh memiliki obsesi tentang kejahatan yang telah dilakukannya. Sastrawan memiliki obsesi tentang keadaan masyarakat, manusia, dan lingkungannya.

Obsesi merupakan masalah kejiwaan yang begitu luas, kompleks, mengandung banyak misteri, dan hal-hal menarik sehinga selalu saja menantang manusia untuk mengadakan studi intensif terhadapnya. Luas dan kompleksitasnya tidak hanya disebabkan oleh tidak atau belum mampunya orang menyikapi gejala-gejala obsesi, akan tetapi gejala-gejala-gejala-gejalanya juga bisa didekati dari bermacam-macam perspektif dan disiplin ilmu. Dokter, psikolog, pendidik, kritikus, politikus, dan lain-lain semuanya juga bisa menyajikan wawasan yang khas dan berbeda-beda mengenai obsesi.

Keberadaan dan kepentingan obsesi berbeda bagi tiap-tiap orang. Barangkali jika membicarakan obsesi orang biasa, tentu kurang terlihat kepentingannya karena obsesinya lebih banyak dipengaruhi oleh kehidupan pribadinya. Tetapi jika membicarakan obsesi seperti yang dimiliki sastrawan,


(36)

commit to user

politikus, pemimpin masyarakat tentulah sangat besar terlihat kepentingannya. Karena obsesinya lebih banyak dipengaruhi oleh kehidupan masyarakat, manusia, dan lingkungannya.

Gejala obsesi dapat dilihat dari sikap, tingkah laku, dan hasil karya seseorang. Perbedaan wadah gejala obsesi menyebabkan terjadinya perbedaan cara memahami dan menyelidikinya, baik secara langsung menyelidiki orangnya seperti melalui wawancara dan ada pula secara tidak langsung seperti melalui penyelidikan hasil-hasil karya yang berupa film, sandiwara, karya sastra, catatan, dan sebagainya.

Dipandang dari sudut pengajaran sastra, penyelidikan terhadap obsesi yang tercermin dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari, Atas S. Danusubroto sebagai sastrawan tidak terlihat kaitan dan kepentingannya. Tetapi jika ditujukan terhadap obsesinya yang tercermin dalam novel-novelnya perlu dilakukan. Karena keberadaan dan kepentingannya besar sekali, baik terhadap pengajaran sastra maupun terhadap bidang ilmu lainnya. Penyelidikan obsesi Atas S. Danusubroto melalui novelnya terlebih dahulu mempelajari data biografinya karena tujuannya yaitu melihat hubungan obsesi yang terdapat di dalam dunia objektif (dalam diri Atas S. Danusubroto) dengan yang terdapat di dalam dunia imajinatif dalam novel pengarang itu sendiri . Bila hal ini dilakukan, kecendrungannya tentulah ke arah studi proses kreatif pengarangnya. Tujuan pendekatan nilai obsesi terhadap pengarang yang dimaksud yaitu dalam penelitian ini penulis mempelajari obsesi Atas S. Danusubroto yang tercermin dalam novel Trah dengan memahami dan menyelidiki novel tersebut.


(37)

commit to user

Atas S. Danusubroto sebagai salah seorang sastrawan yang lebih peka dari masyarakat lingkungannya, sering dapat melihat problematika kejiwaan dari manusia lainnya. Dia menyaksikan tingkah laku masyarakat yang kurang beres dan menyajikannya dalam sebuah kesaksian yang bernama karya sastra agar masyarakat memahaminya dan mau mengubah atau memperbaiki ketidakberesan. Dalam hal ini, tugas pembaca adalah sebagai saksi zaman, sedangkan perbaikan dan perubahannya terserah kepada masyarakat itu sendiri. Sebagai manusia yang peka dan mampu melihat sesuatu di balik permukaan, pengarang lebih banyak bertugas sebagai radar bagi masyarakatnya. Barangkali pengarang dapat membuat perubahan sosial dengan karya-karyanya, tetapi bukan itulah tugas utamanya. Sebagai manusia yang peka dia mudah tergugah oleh ketidakberesan manusia sehingga mudah gelisah dan dicekam obsesi. Karena itu, si pengarang mesti mengungkapkannya sebagai bahan pelepas beban kegelisahannya. Sehubungan dengan hal tersebut , tentulah perlu dipikirkan apa obsesi pengarang dalam novelnya atau setidak-tidaknya memikirkan sesuatu yang menggunakan pendekatan dan metode yang relevan untuk tujuan tersebut.

Obsesi yang ditampilkan Atas S. Danusubroto dalam novelnya tentulah dimaksudkan untuk dibaca, dipahami dan diambil manfaatnya. Dengan kata lain, untuk mendapatkan perhatian bersama. Tidak dapat dipungkiri lagi perhatian itu pun sudah lama dicurahkan orang. Dalam hal ini penulis menitikberatakan pada unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, setting, penokohan dan amanat dengan menggunakan kajian psikologi sastra dengan mempelajari karakter tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah.


(38)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu data-data yang dikumpulkan berwujud kata-kata dalam kalimat. Istilah penelitian kualitatif pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kualitatif ( Kirk dan Miller dalam Lexy J. Moleong, 2007). Pendapat lain mengatakan bahwa bahwa metode deskriptif kualitatif artinya menganalisis bentuk deskripsi, tidak berupa angka atau koefisien tentang hubungan antar variabel. Penelitian kualitatif melibatkan ontologis. Data yang dikumpulkan berupa kosakata, kalimat, dan gambar yang mempunyai arti (Aminudin, Sutopo, 2002: 35). Sejalan dengan definisi tersebut bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang dalam bahasanya dan peristilahannya ( Kirk dan Miller dalam Lexy J. Moleong, 2007 : 3).

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sumber data sekunder. Pembahasannya akan dijelaskan secara singkat sebagai berikut :


(39)

commit to user 1.1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data asli, sumber tangan pertama dari penyelidik. Sumber data primer yaitu data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data oleh penyelidik untuk tujuan khusus (Surachmad, 1990: 163). Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Novel Jawa karya Atas. S Danusubroto berjudul Trah yang terdiri dari 7 bab dan 268 lembar.

1.2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dan terlebih dahulu dikumpulkan oleh orang luar penyelidik, walaupun yang dikumpulkan itu sebenarnya data asli (Surachmad, 1990:163). Selain itu data sekunder merupakan data yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini sumber data sekundernya informan yaitu pengarang novel Trah dan buku-buku referensi yang dapat mendukung penelitian.

2. Data

Data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, secara singkat dijelaskan sebagai berikut :

2.1. Data Primer

Data primernya adalah data deskriptif yang berupa uraian cerita, ungkapan, pernyataan, kata-kata tertulis, dan perilaku yang diamati (Arikunto, 1993: 6). Data dalam penelitian kualitatif adalah data yang berupa data deskriptif. Data dalam penelitian ini adalah unsur-unsur intrinsik, aspek psikologi sastra, kata, kalimat, dan ungkapan dalam setiap paragraf dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto.


(40)

commit to user 2.2. Data Sekunder

Data sekunder atau data pendukungnya membantu peneliti dalam menganalisis data primer dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian terhadap novel Trah data sekundernya adalah data atau keterangan dari buku-buku referensi yang menunjang penelitian, biografi dari pengarang, analisis di Internet yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Content Analysis atau Analisis Isi

Usaha untuk memanfaatkan dokumen yang padat, biasanya digunakan teknik content analysis atau yang dinamakan kajian isi. Beberapa definisi dikemukakan untuk memberikan gambaran tentang konsep kajian isi tersebut. Kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi (Lincoln dan Guba dalam Lexy J. Moleong, 2007). Definisi lain menjelaskan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang lebih sahih dari sebuah buku atau dokumen (Webber dalam Lexy J. Moleong, 2007). Penulis menarik kesimpulan mengenai tujuan dari Teknik analisis isi yaitu menemukan unsur-unsur struktur Novel Trah yang meliputi tema, alur, setting, penokohan dan amanat serta menemukan perkembangan kejiwaan dari tokoh utama yang tergambar dalam Novel Trah karya Atas S. Danusubroto.


(41)

commit to user 2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan dua pihak, pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengarang untuk memperoleh informasi yang dapat mendukung penelitian. Wawancara dalam menganalisis novel Trah dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan pengarang dalam bentuk berstruktur. Maksudnya yaitu penulis menanyakan secara langsung kepada pengarang dengan mempersiapkan data yang digunakan untuk bertanya kepada pengarang. Jadi wawancara dilakukan secara terencana tanpa dengan persiapan yang matang dan terprogram.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interpretasikan. Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (Patton dalam Lexy J. Moleong, 2007). Berbeda dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.

Analisis data sebagai proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan menemukan hipotesis atau ide seperti yang disarankan oleh data dan memberikan bantuan pada tema hipotesis itu (Bogdan dan taylor dalam Lexy J. Moleong, 2007). Dengan demikian definisi di atas dapat disimpulkan menjadi proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan


(42)

commit to user

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat ditemukan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data ( Lexy J. Moleong, 2007).

Data yang muncul berupa kata-kata dan bukan rangkaian angka. Data itu mungkin telah dikumpulkan dalam aneka macam cara dan yang biasanya diproses kira-kira sebelum siap digunakan (melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan atau alih tulis) tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata yang biasanya disusun kedalam teks yang diperluas. Analisis dalam penelitian kualitatif terdiri dari reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan dengan verifikasinya dan validitas data.

a. Reduksi data adalah merampingkan data dengan memilih data yang dipandang penting, menyederhanakan dan mengabstraksikannya. Didalam reduksi data ada dua proses, yaitu living in dan living out. Living in adalah memilih data yang dipandang penting dan mempunyai potensi dalam rangka analisis data, sedangkan living out yaitu membuang data atau menyingkirkan data, sebaiknya jangan dibuang atau disingkirkan dapat digunakan dalam penelitian atau karangan lain (Hutomo, 1992 : 65 dalam Sangidu, 2004 : 73). Proses reduksi data itu sebaiknya dkerjakan sedikit demi sedikit sejak awal dilakukannya penelitian. Jika hal itu ditunda-tunda, data semakin bertumpuk-tumpuk dan dapat dipandang menyulitkan peneliti (Iih. Hutomo : 66 dalam Sangidu, 2004 : 74).

b. Sajian data adalah menyajikan data secara analitis dalam bentuk uraian dari data-data yang terangkat disertai dengan bukti-bukti tekstual yang


(43)

commit to user

ada. Analitis artinya menguraikan satu persatu unsur-unsur yang lainnya sehingga dapat dibuat kesimpulan.

c. Verifikasi dan kesimpulan adalah mengecek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya membuat kesimpulan sementara (Hutomo, 1992 : 66 dalam Sangidu, 2004 : 178)

E. Validitas Data

Penelitian terhadap karya sastra yang dilakukan ini, data-data yang telah dikumpulkan harus diusahakan kemantapannya, artinya harus diupayakan peningkatan validitas data yang diperoleh. Dalam penelitian ini digunakan triangulasi data yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data yaitu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu (Lexy J. Moleong, 2007). Penelitian ini untuk meningkatkan serta menjamin validitas data dari hasil penelitian. Melalui cara triangulasi dengan sumber, dapat membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

Penulis menarik kesimpulan dari tujuan teknik validitas data adalah mencari keakuratan suatu data penelitian agar lebih valid (terpercaya) dan nantinya hasil penelitian yang diperoleh bisa dipertanggungjawabkan secara umum.


(44)

commit to user

BAB IV

PEMBAHASAN

A.

Riwayat Hidup Pengarang dan Karya-Karyanya

1. Riwayat Hidup Pengarang

Atas. S Danusubroto adalah seniman sekaligus pengarang yang masih produktif sekali dalam bidangnya. Pengarang berusia lepas setengah abad yang nampak sederhana ini memiliki sejumlah anak yang tinggal di Bubutan, Purwodadi Kabupaten Purworejo. Mantan aktivis „Persada Studi Klub‟ Yogya yang eksis seputar tahun 1997-an ini selain sebagai wartawan juga menulis cerpen, bahkan cerita bersambung yang dipublikasikan di berbagai media cetak misalnya dalam majalah Panjebar Semangat misalnya Tembang Katresnan dan masih banyak lagi. Atas adalah pengarang karya sastra seangkatan dengan MH. Ainun Najib, Suryadi AG, Korrie L, Bambang Sadono dan lain-lain.

Sejarah Atas S Danusubroto mengapa menjadi penulis karena sejak dahulu menyukai seni. Untuk mengisi kekosongan selain menulis cerita, Atas juga senang menggambar, senang main kethoprak, main wayang orang, pernah belajar dalang, mendirikan grup kesenian di daerahnya namanya dolalak dan ada 2 grup, senang teater, dikatakan penyair karena senang menulis puisi di majalah-majalah sastra. Tahun 1971 Atas S Danusubroto mulai eksis menulis puisi. Kebetulan pertama kali menulis geguritan namun sudah lupa mengingat judulnya karena alasannya sudah banyak karya yang dihasilkannya. Tahun 1973 mulai eksis menulis cerpen, kata si pengarang jika ada yang pertama berapa jumlah puisi dan cerita pendek


(45)

commit to user

yang dibuat dia lupa karena sudah banyak sekali karyanya. Beliau juga sering menjadi pembicara di daerahnya sendiri. Karya sastra itu menurut penuturan Atas yang paling sulit adalah menulis puisi karena membutuhkan proses pencernaan dalam berbahasa terutama penyampaian idenya yang membuat kesulitan. Dalam sehari Atas bisa membuat 7 cerpen. Tahun 1975 karya karyanya pernah dimuat di 7 media cetak dan ditahun 1989 pernah mendapat penghargaan dari Malaysia dalam cerpen berjudul Burung Merah Bermata Dua.

Awal inspirasinya Atas S. Danusubroto menulis adalah dari orang-orang terdekat karena beliau mempunyai keyakinan bahwa penulis akan menjadi besar dan menjadi terkenal apabila dirinya paham betul dengan dunia yang terdekat dengan dirinya. Sekarang Bapak Atas bekerja sebagai pemimipin redaksi Legalitas di Purworejo, pernah juga menjadi redaktur pelaksana harian pelopor di Semarang. Cerpennya banyak yang dimuat dalam Kompas, Sinar Harapan, Indonesia Raya, Pedoman dan Mimbar. Isi cerita novel Trah ini menurut penuturannya bukan berdasarkan pengalaman pribadi namun merupakan realita kehidupan.

2. Karya-karya Atas S. Danusubroto

Berikut ini beberapa karya-karyanya yang masih didokumentasikan : Cerkak Berbahasa Jawa :

a. Gelatik terbit tahun 1984 mendapat penghargaan dari Aswindo. b. Keris, terbit 1994.

c. Pesisir Wayah Sore, terbit 1997. d. Gitar, terbit 1997.


(46)

commit to user 2.2. Novel Berbahasa Jawa :

a. Langit Jembar Segara Jembar, terbit 1994

b. Pisungsung Kang Wingit pernah menjadi juara III dalam lomba penulisan novel sastra jawa oleh Taman Budaya Yogyakarta. c. Photo Ing Njero Lemari, terbit 2007.

d. Tembang Katresnan, terbit 2008.

e. Trah, terbit 2009 mendapat hadiah Rancage sebagai tulisan terbaik. 2.3. Cerpen Berbahasa Indonesia

a. Kelabu (juara 1 majalah Selekta), terbit 1974. b. Tas Biru, terbit 1981.

c. Pulang, terbit 1989.

d. Gerimis (antologi Asean), terbit 1993. e. Ketika Hari Sudah Senja, terbit 1993 f. Percakapan, terbit 1995.

g. Sebelum Bulan Terbit, terbit 1996 2.4. Novel Berbahasa Indonesia

a. Jalan Masih Panjang, terbit 1993.

b. Kemarau, terbit 1994

c. Malam Terakhir, terbit 1995. d. Musim Belum Berlalu, terbit 1996 e. Perburuan Sunyi, terbit 1996 f. Sang Pangeran, terbit 1997 g. Khinanti Menangis, terbit 1998.


(47)

commit to user

B.

Analisis Struktural

Analisis struktural merupakan tahap awal dalam suatu penelitian karya sastra. Struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk bulatan yang indah (Abrams,1981:68). Novel Trah karya Atas S. Danusubroto menekankan pada unsur pembentuk karya sastra. Keempat unsur tersebut juga mewakili analisis struktural sebuah karya sastra Jawa, selanjutnya akan diuraikan satu demi satu kelima unsur tersebut secara berurutan dalam rangka pembahasan segi struktur novel Trah karya Atas S. Danusubroto.

1. Tema

Berdasarkan pengamatan terhadap novel Trah dari awal cerita sampai akhir serta berdasarkan kajian terhadap unsur-unsurnya yang meliputi penokohan, plot, dan setingnya, dapat disimpulkan bahwa tema novel Trah itu mengenai obsesi yang disalurkan melalui jalan pintas. Dalam novel tersebut diceritakan bahwa gadis bernama Tilarsih yang kebetulan masih trah bibit priyayi tersebut menjadi pelacur akibat obsesinya yang terlalu buru-buru hingga akhirnya dapat dijerumuskan oleh orang lain. Obsesi Tilarsih dalam hidupnya yaitu ingin menjadi orang yang sukses, bisa memenuhi semua kebutuhannya, dan membahagiakan neneknya. Seberapa jauh reaksi psikologis sosok Tilarsih yang memiliki obsesi untuk menjadi orang sukses oleh si pengarang disoroti terus-menerus.

Atas S. Danusubroto dalam mengungkapkan tema pokok tersebut menuangkannya dalam tokoh gadis yang masih trah priyayi luhur diperagakan


(48)

commit to user

oleh Tilarsih. Dalam novel trah ini, sosok kehidupan trah keluarga Resodrono dipakai sebagai simbol potret priyayi yang dijadikan tumpuan oleh pengarang. Resodrono dilukiskan sebagai priyayi yang sangat terhormat dan kaya raya di desa Bubutan Purwodadi Purworejo. Sosok Resodrono ini sudah meninggal bertahun-tahun yang lalu. Trah pewaris keturunan dari Resodrono yang terakhir yaitu Tilarsih. Namun karena dijerumuskan oleh anak buahnya sendiri yang bernama Kerta Samin, kehidupan yang sekarang dialami oleh garis keturunan Resodrono harus hidup dengan serba kemiskinan.

Tilarsih adalah pewaris terakhir keturunan Resodrono yang harus menanggung segala pahit kehidupan yang harus dijalaninya sehingga harus menjadi seorang pelacur di kota besar. Dalam cerita Trah ini, sosok priyayi yang luhur seharusnya dijadikan panutan, namun pada kenyataannya garis keturunan yang terakhir yaitu Tilarsih malah menjadi seorang pelacur yang dimata orang Jawa pekerjaan tersebut sangat tabu dan dianggap sebagai sampah masyarakat. Jadi pada intinya, semua background yang melekat pada seseorang tidak bisa menjadi cerminan bahwa orang tersebut memiliki kualitas yang baik pula.

Fakta kehidupan yang sekarang ini terjadi sering berbanding terbalik dengan kenyataannya karena semakin kerasnya kehidupan. Misalnya saja seorang pejabat yang dahulu sangat kaya dan terhormat sekarang ini harus mendekam dipenjara dan akhirnya jatuh miskin karena terlibat kasus korupsi, seseorang yang dulunya mantan preman sekarang malah menjadi seorang pejabat yang diagung-agungkan masyarakat, dan contoh yang terakhir yaitu seseorang yang berasal dari


(49)

commit to user

trah priyayi yang luhur namun tingkah laku, tindak tutur dan cara bersikapnya tidak mencerminkan seorang priyayi yang harusnya dijadikan sebagai panutan.

Masalah pelacur di mata masyarakat Jawa yang sekarang ini makin merebak dan penyebarannya sangat cepat ini sangat mengganggu bagi perkembangan moral dan dapat meresahkan masyarakat. Dalam novel Trah, Atas S. Danusubroto mengungkapkannya melalui respon masyarakat desa Bubutan terhadap Tilarsih yang semula adalah pelacur yang sekarang kembali ke desa untuk memperbaiki hidupnya. Tilarsih dalam menjalani proses pertaubatannya harus mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat desa berupa kecaman, tindakan kurang senonoh, ejeken, pengucilan dan dijauhi oleh warganya sendiri. Jadi pada intinya tidak semudah itu warga desa mau menerima kembali Tilarsih untuk menjadi warganya lagi.

Tanggapan negatif terhadap sosok pelacur yang hidup di tengah masyarakat desa tidak bisa diterima secara wajar oleh para warga masyarakat desa yang masih memandang nilai kesopanan dan kekeluargaan. Untung saja masyarakat desa Bubutan masih memandang Tilarsih masih keturunan dari Priyayi Resodrono yang dulunya sangat dihormati semasa hidupnya, jika bukan karena alasan tersebut Tilarsih pasti akan mendapat sanksi sosial yaitu harus diusir dari desa karena dianggap warga telah membawa nama buruk desa. Kerabat dekat dan orang-orang yang selama ini dikenalnya tidak mau lagi bergaul dengan Tilarsih. Semua peristiwa yang dialaminya membuat Tilarsih menjadi kuat karena dia sudah berjanji pada dirinya sendiri agar mau kembali ke jalan yang benar.


(50)

commit to user 2. Plot atau alur

Plot atau sering disebut dengan Alur menurut adalah rangkaian peristiwa atau kejadian yang sambung-menyambung dalam suatu cerita. Rangkaian kejadian tersebut akan mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang akan ditampilkan. Dalam novel Trah Alur yang digunakan adalah maju mundur, untuk itu penulis mengambil teori yang dikemukakan oleh (Mochtar Lubis dalam Sugihastuti, 2002 : 37) mengenai tahapan plot menjadi lima bagian agar lebih memperjelas tentang gambaran cerita secara runtut. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut :

a. Tahap Situation : tahap penyituasian, tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. Dalam tahap ini menjelaskan tentang sebuah permulaan atau titik awal cerita.

Awalnya cerita ini bergerak maju, dimana si pengarang menceritakan tentang suatu keadaan atau situasi yang menjelaskan tentang keadaan desa yang sedang mengalami musibah ketika salah satu warganya yang bernama Rukiban yang meninggal akibat jatuh dari pohon kelapa. Karena peristiwa tersebut membuat para warga desa kaget dan segera datang ketempat Rukiban untuk datang melayat.

Pengarang selanjutnya mengenalkan tokoh bernama Tilarsih yang menjadi pelaku utama dan beberapa tokoh pendukung. Dari pengenalan tokoh-tokoh tersebut kemudian pengarang menceritakan tentang jalinan hubungan dari tiap masing-masing tokoh dengan watak dan ciri khas yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Pada waktu tersebut situasi yang terjadi yaitu


(51)

commit to user

penuh dengan suasana kesedihan karena Rukiban meninggal dengan sangat cepat dan mendadak.

Pengarang kemudian melukiskan situasi yang terjadi pada malam dimana banyak warga desa yang berkumpul di rumah Rukiban untuk ikut berduka cita. Setelah beberapa waktu, situasi yang awalnya penuh dengan kesedihan berubah menjadi ramai karena para warga desa yang sedang berkumpul asyik membicarakan Tilarsih.. Tokoh yang bernama Mbak Rita menjadi salah satu tokoh yang memprovokasi dan menjelek-jelekkan Tilarsih mengingat Tilarsih pernah menjadi pelacur di kota besar. Hal ini menyebabkan Tilarsih sangat sakit hati.

Rasa sedih, malu, ingin melawan tidak dapat dilakukan karena kenyataanya memang Tilarsih pernah melakukannya. Bahkan semua warga di desanya sudah mengetahui semuanya. Jadi pada malam tersebut Tilarsih menjadi sorotan utama dari hal yang diperbincangkan oleh para warga mengenai cerita Tilarsih yang pernah menjadi pelacur di kota Jakarta.

b. Tahap Generating Circumtances : tahap pemunculan konflik, (masalah-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan.

Peristiwa selanjutnya bergerak, yaitu ditandai dengan sikap tokoh utama yaitu Tilarsih yang merasa bahwa cobaan yang harus dialaminya begitu berat karena dia harus mendapat perlakuan dari para warga desa yang mengucilkan dan tidak mau lagi menganggapnya sebagai warga desanya sendiri. Keinginan dan niat yang besar ketika pulang ke desa adalah untuk memperbaiki


(52)

commit to user

kesalahannya yang telah lalu, namun kenyataannya hal tersebut terasa sangat berat sekali.

Alur yang digunakan dalam cerita ini adalah maju mundur, dalam tahap Generating Circumstances ini si pengarang kemudian menceritakan tentang suatu peristiwa yang telah berlalu atau dalam kata lain yaitu menggunakan alur mundur. Cerita bergerak mundur ketika Tilarsih membayangkan tentang pengalaman pahit yang dialaminya ketika menjadi pelacur di Jakarta. Selama menjadi pelacur di Jakarta, hidup Tilarsih serasa tidak ada harganya lagi sebagai seorang wanita karena harus melayani para lelaki hidung belang yang ingin menikmati tubuhnya demi memuaskan nafsu birahinya. Uang yang diperolehnya dengan menjual tubuhnya ini memang cukup lumayan untuk membantu perekonomian neneknya di desa. Dalam hati Tilarsih sebenarnya ingin berhenti, namun untuk keluar dari dunia pelacuran rasanya sangat sulit, Tilarsih diawasi oleh sindikat penjualan wanita yang dipimpin oleh Tante Kori.

Sindikat ini sangat terselubung dan jaringannya sangat luas. Bahkan nyawa menjadi taruhannya jika ada yang berusaha kabur atau melapor ke polisi. Kebencian Tilarsih kepada Atun sangatlah besar. Atun adalah orang yang dulu pernah ia percayai dapat membantunya meniti karir di Jakarta ternyata malah menjerumuskan dan menjualnya pada sindikat Tante Kori. Rasa sesal dan benci sekarang sudah terlambat karena Tilarsih sudah terlanjur menjadi mesin pemuas nafsu para lelaki hidung belang. Ketika Tilarsih meratapi nasibnya, hal yang selama ini paling disesalinya adalah ketika dulu


(53)

commit to user

di Desa ia pernah mengacuhkan Bagus yang dulu pernah menawarinya untuk bersekolah dan pandai-pandai memilih pergaulan. Merasa diacuhkan oleh Tilarsih, Bagus kemudian pergi dan tidak pernah ada kabarnya lagi.

c. Tahap Rising Action (tahap peningkatan konflik). Tahap ini memunculkan konflik yang semakin berkembang kadar intensitasnya dari konflik sebelumnya.

Selama menjadi pelacur Tilarsih sudah memahami berbagai tabiat para lelaki yang sudah menjadi langganannya. Dari orang kaya, orang yang bermaksud ingin menidurinya namun tidak mau membayar dengan alasan berhutang, orang yang ingin mengajaknya menikah namun hanya bermaksud ingin memanfaatkan duitnya sudah sangat kerap sekali ditemuinya. Tilarsih sudah berpengalaman dalam menangagapi para tingkah laku lelaki tersebut.

Berjalannya waktu, kabar tentang Tilarsih menjadi pelacur di kota Jakarta diketahui oleh seorang polisi bernama Bowo. Bowo adalah anak dari Pawiro yang masih tetangga dekat Tilarsih di desa. Pertemuan Tilarsih dengan Bowo terjadi di kantor polisi karena jaringan yang dikelola Tante Kori akhirnya terbongkar sudah. Para wanita penghibur diciduk dan ditanyai satu-persatu sebagai saksi dan nantinya akan dibawa ke tempat rehabilitasi atau dipulangkan ke kampung halamannya. Semenjak saat itu semua warga desa Bubutan sudah mengetahui tentang pekerjaan Tilarsih adalah sebagai seorang pelacur. Bahkan Mbah Mardiyah tidak menyangka tentang kabar yang diberitakan oleh Pawiro dan hanya terbujur lemas mengingat cucu


(54)

satu-commit to user

satunya tersebut bisa terjerumus ke dalam dunia pelacuran. Kabar ini akhirnya terdengar juga oleh Bagus yang selama ini menaruh simpati pada Tilarsih.

Bagus merasa kecewa karena wanita yang selama ini dicintainya tersebut harus berbuat hal yang sangat memalukan dan menodai harkat martabatnya sebagai seorang wanita. Karena mendapat petuah dari Eyang Ronggo yang dianggap Bagus sebagai sosok orang yang selama ini menjadi guru spiritualnya, akhirnya Bagus mau menjemput dan membantu Tilarsih untuk keluar dari masalahnya.

d. Tahap Climax : (keadaan mencapai puncaknya) konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi, ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak.

Tahap ini menceritakan bahwa Tilarsih mengalami gejolak psikologis yang teramat sangat. Rasa malu, menyesal, dan sangat hina sebagai seorang wanita dirasakannya ketika dia bertemu dengan Bagus di tempat Lokalisasi. Tilarsih hanya bisa menangis dan malu dengan perbuatan yang selama ini dilakukannya. Namun karena kelihaian, bujukan dan rayuan dari Bagus akhirnya Tilarsih mau mendengarkan dan mematuhinya agar mau diajak pulang kembali ke desa untuk memperbaiki hidupnya

Mendapat perlakuan lembut dari Bagus, timbul bibit-bibit cinta yang kemudian tidak dapat dibendung antara Bagus dan Tilarsih. Bagus akhirnya mau mengungkapkan bahwa selama ini mencintai Tilarsih. tilarsih juga tidak memungkiri perasaannya dan akhirnya mau berjanji akan memperbaiki hidupnya demi Bagus dan demi menjaga nama baik keturunan Trah


(55)

commit to user

Resodrono. Hal tersebut memang sangat mudah diucapkan namun sangat berat untuk dilakukan.

Tahap Climax ini alurnya akhirnya bergerak maju lagi dengan masalah-masalah baru yang dialami tokoh utama yaitu Tilarsih yang harus memperbaiki sikap dan kesabarannya dalam merespon sikap masyarakat yang cenderung menjauhi dan menghujatnya baik secara langsung maupun tak langsung.

Beruntung para warga tidak mengusir Tilarsih karena memandang bahwa Tilarsih adalah keturunan dari Priyayi luhur dan juga memandang nenek Tilarsih yang sudah tua dan tidak ada yang merawat. Ketika Tilarsih harus menghadapi masalahnya dengan para warga yang tidak sudi menerimanya lagi, Bagus yang dianggapnya sebagai seorang kekasih yang dulu pernah berjanji akan membantunya tiba-tiba saja menghilang ditelan bumi. Permasalahan ini menyebabkan kepercayaan dan harapan Tilarsih untuk berubah serasa hilang tanpa ada sosok orang yang dijadikan sandaran. Kepergian Bagus membuat Tilarsih harus mengalami siksa batin dan menganggap bahwa apa yang pernah dialaminya dengan Bagus hanyalah kebahagiaan sesaat. Sempat terbesit dalam pikiran Tilarsih ingin melupakan sosok kekasihnya tersebut. Janji-janji manis yang diucapkan Bagus dulu seakan hanyalah mimpi yang hanya lewat semalam saja.

e. Tahap Denoument : tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan.


(1)

commit to user

93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan tentang analisis struktural dan analisis psikologi sastra mengenai tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam novel Trah karya Atas S. Danusubroto sebagai berikut :

1. Ditinjau dari segi struktural, novel Trah karya Atas S. Danusubroto menunjukkan kesatuan yang utuh dan sangat erat kaitannya satu sama lain. Unsur-unsur yang terdiri dari tema, alur, latar, penokohan dan amanat tersebut bersama-sama membentuk makna totalitas. Tema cerita yang tergambar dalam judulnya, yang kemudian didukung oleh unsur lainnya, yaitu alur, latar, penokohan, dan amanat menampilkan masalah kehidupan seorang gadis desa keturunan trah priyayi yang berobsesi ingin menjadi orang sukses namun akhirnya harus terjerumus menjadi seorang pelacur.

Problematika yang dihadapi masing-masing pelaku dalam novel Trah

memiliki ciri khas tersendiri. Alur ceritanya adalah alur campuran yang merupakan suatu jalinan yang bergerak melalui peristiwa-peristiwa yang bergerak maju dan mundur. Pengarang mampu melukiskan perwatakan dari tokoh-tokohnya yang terungkap lewat penampilan fisik, karakter dan psikisnya. Latar atau setting yang digunakan meliputi latar tempat, latar waktu dengan keterangan waktu baik abstrak maupun konkrit, serta latar sosial yang ada, yaitu suasana dalam lingkungan desa yang berlatar belakang masyarakat


(2)

commit to user

kelas bawah. Amanat yang ingin disampaikan melalui novel Trah ini terdapat pada masalah yang berkaitan dengan pribadi masing-masing tokoh dan hubungan antar tokoh yang mempengaruhi perkembangan kejiwaan tokoh utama. Secara keseluruhan unsur-unsur yang membangun struktur novel Trah

tersebut saling terkait secara utuh.

2. Ditinjau dari potret kejiwaan tokoh-tokoh yang ada dalam novel Trah

karya Atas S. Danusubroto, mengungkapkan kehidupan seorang gadis yang berobsesi ingin menjadi orang sukses namun pada kenyataannya harus mengalami pengalaman pahit dalam kehidupan yaitu menjadi pekerja seks komersial. Hal tersebut didorong karena tokoh Tilarsih tersebut ingin memuaskan obsesinya untuk menjadi biduan di kota besar yang mengakibatkan dirinya harus mengalami perubahan kepribadian atau mengalami perkembangan kejiwaan oleh faktor internal dan eksternal.

Kehidupan seorang wanita lugu bernama Tilarsih yang tinggal di desa dengan lingkungan tentram, damai, kemudian bertemu dengan tokoh Atun yang akhirnya menjerumuskannya menjadi seorang pelacur, mengakibatkan pola kehidupannya berubah drastis. Sosok keturunan kaum priyayi yang seharusnya dijadikan panutan dalam kehidupan masyarakat desa, dalam novel ini diceritakan sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi. Tokoh pelacur bernama Tilarsih yang kebetulan masih keturunan priyayi bernama Resodrono harus menjadi pelacur, sehingga mengakibatkan dirinya harus mengalami kecaman dari berbagai pihak, terutama para warga desanya. Beban psikis yang ditanggungnya ketika Tilarsih menjalani proses perbaikan


(3)

commit to user

untuk kembali ke jalan yang benar dirasa Tilarsih sangat berat dan sangat mempengaruhi perkembangan kejiwaannya. Hujatan, sindiran maupun pengucilan para warga membuat Tilarsih bagaikan sampah masyarakat di lingkungan desanya. Namun berkat kesabaran, kegigihan dan dorongan spiritual dari orang-orang yang masih menyayangi Tilarsih, membuatnya bangkit dan tidak mengurunkan niatnya untuk bertobat.

Sosok penggambaran tokoh Tilarsih ini jika dikaji menurut teori kepribadian Freud, diambil kesimpulan bahwa id, ego, dan super ego dalam diri Tilarsih mampu mengendalikan segala bentuk proses perubahan yang dialami Tilarsih. Super ego dalam hal ini berperan sebagai pengendali segala perilaku baik atau buruk. Super ego berperan sebagai penyeimbang antar id dan ego. Jadi terbukti bahwa ketiga sistim kepribadian tersebut tidak dapat dipisahkan karena berkaitan satu-sama lain dan saling bekerja secara seimbang.

3. Ditinjau dari obsesi pengarang melalui karyanya berjudul Trah, dapat diketahui bahwa setelah melakukan analisis secara mendalam dari seluruh kandungan isi novel Trah, peneliti menemukan konsep yang secara tegas membicarakan obsesi pengarang melalui novel Trah. Dalam teorinya Freud lebih banyak membicarakan gejala-gejala psikologis yang diakibatkan oleh kerusakan syaraf pada seseorang. Gejala inilah yang menurut Freud membuat seseorang melakukan proses kreatif yang tertuang dalam bentuk karya yang disebut neurosis sosial pengarang. Meskipun tidak secara tegas membicarakan konsep sastra, teori psikoanalisis banyak mengupas tentang proses kreatif


(4)

commit to user

seseorang. Proses inilah yang kemungkinan dianggap oleh sebagian kritikus berkaitan erat dengan proses terbentuknya karya sastra. Proses kreatif yang dimaksudkan disini adalah semua hasil karya hidup manusia. Ilmu pengetahuan, filsafat, seni, termasuk agama menurut Prof. Freud adalah hasil kreatifitas manusia. Jika demikian karya sastra merupakan bagian dari proses kreatif itu.

Emosi pengarang sangat dominan dalam penciptaan karya sastra. Oleh karena itu karya ini tidak akan pernah lepas dari kondisi mental pengarang. Kondisi mental akan mendorong seseorang melakukan sesuatu yang disebut dengan proses kreatif. Inilah mengapa kondisi psikologis sering juga mempengaruhi nilai-nilai atau corak sebuah karya sastra. Kondisi psikologis sering menjadi materi dalam karya sastra.

Terlepas dari ada tidaknya konsep sastra dalam teori psikoanalisis, berikut ini akan penulis sampaikan hubungan neurosis sosial pengarang dengan proses penciptaan sastra itu sendiri. Atas S. Danusubroto sebagai salah seorang sastrawan yang lebih peka dari masyarakat lingkungannya, sering dapat melihat problematika kejiwaan dari manusia lainnya. Dia menyaksikan tingkah laku masyarakat yang kurang beres dan menyajikannya dalam sebuah kesaksian yang bernama karya sastra agar masyarakat memahaminya dan mau mengubah atau memperbaiki ketidakberesan. Dalam hal ini, tugas pembaca adalah sebagai saksi zaman, sedangkan perbaikan dan perubahannya terserah kepada masyarakat itu sendiri. Sebagai manusia yang peka dan mampu melihat sesuatu di balik permukaan, pengarang lebih


(5)

commit to user

banyak bertugas sebagai radar bagi masyarakatnya. Barangkali pengarang dapat membuat perubahan sosial dengan karya-karyanya, tetapi bukan itulah tugas utamanya. Sebagai manusia yang peka dia mudah tergugah oleh ketidakberesan manusia sehingga mudah gelisah dan dicekam obsesi. Karena itu, si pengarang mesti mengungkapkannya sebagai bahan pelepas beban kegelisahannya secara kreatif ke dalam karya sastra, agar dapat dibaca dan dipahami secara betul mengenai pesan moral yang ingin disampaikan secara tersirat maupun tersurat. Jadi jelaslah sudah bahwa karya sastra itu merupakan gambaran dari neurosis sosial pengarang.

4. Ditinjau dari makna nilai novel Trah dalam kehidupan masyarakat khususnya Jawa dapat menyiratkan sebuah makna perjuangan seorang gadis desa yang ingin mewujudkan obsesinya untuk memperbaiki nasib hingga akhirnya harus terjerumus ke dunia pelacuran. Hal tersebut dalam kehidupan nyata sering terjadi karena pada dasarnya setiap manusia pasti ingin hidup sejahtera. Namun setiap perjalanan kehidupan seseorang pastilah berbeda-beda. Jalan yang ditempuh Tilarsih tersebut membawanya ke dunia pelacuran selama bertahun-tahun. Setelah lama menggeluti pekerjaannya sebagai pelacur, tiba saatnya untuk dirinya kembali ke jalan benar. Segala upaya dilakukann untuk memperbaiki dirinya yang telah rusak. Perjuangannya yang sangat gigih ini merupakan bentuk obsesi yang disalurkan secara positif. Dari sosok Tilarsih ini dapat kita ambil hikmahnya yaitu pada prinsipnya setiap orang ingin meraih obsesinya yaitu dengan merubah jalan hidupnya agar lebih baik meskipun dengan jalan pintas sekalipun.


(6)

commit to user

B. Saran

Bertolak dari kesimpulan di atas, maka selanjutnya disampaikan beberapa saran berkisar tentang novel Trah karya Atas S. Danusubroto, diantaranya sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kemajuan kepada penikmat karya sastra Jawa atau pembaca dalam menyikapi permasalahan yang ada dalam kehidupan. Setiap orang berhak mewujudkan obsesinya, namun perwujudan obsesi tersebut harus melalui proses dan cara yang benar agar diperoleh hasil yang maksimal.

2. Pendekatan yang dipakai dalam analisis novel Trah adalah pendekatan psikologi sastra. Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dengan pengungkapan yang berbeda. Peneliti juga berharap akan muncul berbagai kajian terhadap novel Trah seperti Sosiologi Sastra, Stilistika dan kajian lain sehingga semua nilai dalam novel ini dapat terungkap dan berguna bagi pembaca khususnya dan masyarakat pada umumnya.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pembelajaran bagi pengemar sastra Jawa agar tidak melupakan nilai-nilai moral yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri seiring dengan munculnya karya sastra dengan genre baru yang kandungan isinya hanya bersifat materiil.