BAB II PENDEKATAN- PENDEKATAN DALAM MEMPELAJARI
ORGANISASI INTERNASIONAL
1
Dalam mempelajari organisasi internasional secara umum, ada beberapa pendekatan yang biasa dipergunakan, antara lain:
1. Historical Approach Pendekatan Historis
Pendekatan ini melihat organisasi internasional melalui sejarah perkembangan- perkembangan yang membentuk dan mempengaruhi proses terbentuknya
organisasi internasional. Kelebihan dari pendekatan ini adalah keterkaitannya antara past masa lalu, present saat ini, dan future masa yang akan datang.
Misalnya, pendekatan ini dapat secara komprehensif menganalisis mengenai LBB Liga Bangsa-bangsa. Mulai dari sejarah terbentuknya dengan tujuan untuj
menciptakan perdamaian dunia, lalu sampai pada masa LBB dihadapkan dengan persistensi-persistensi kepentingan masing-masing anggotanya dan akhirnya
bubar. Maka lahirlah PBB, dan seterusnya pendekatan ini dapat membuat prediksi masa depan dari PBB.
2. Legal Norm Landasan Hukum
Pendekatan ini melihat organisasi internasional dari perspektif landasan hukum yang menjadi dasar pembentukannya, apakah organisasi dibentuk berdasarkan:
1
Saran Bacaan: 1.
Werner J. Feld, Robert S. Jordan, dan Leon Hurwitz, “International Organizations: A Comparative Approach”, New York: Preager publisher, 1983.
2. Drs. Teuku May Rudi, SH., MA., MIR., “Administrasi dan Organisasi Internasional”, Bandung:
PT. Refika Aditama, 1998. 3.
Ade maman Suherman, SH, M.Sc, “Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi”, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 2003.
4.
Treaty perjanjian, Agreement kesepakatan, Pact pakta, Declaration deklarasi dan lain sebagainya. Dari sini kemudian kita bisa menganalisis
sistematika operasional organisasi dan hak serta kewajiban yang diatur bagi para anggota organisasi. Misalnya ASEAN Association of South East Asian Nation
lahir dari sebuah declaration.
3. Structural-fuctional Approach Pendekatan fungsional - struktural
Pendekatan ini mengartikan fungsional = “what must be done” apa yang harus dilakukan organisasi sehingga fokusnya pada hal-hal formal yaitu aspek hukum
organisasi dan hal-hal informal cara-cara politis. Sedangkan struktural diartikan = “pattern to process” pola atau cara yang akan digunakan untuk memproses
hal-hal yang menjadi tujuan organisasi.
4. Decision-Making Analysis Analisis Pembuatan Keputusan
Pendekatan ini menganalisis organisasi internasional dengan melihat proses pengambilan keputusan dengan kata lain menganalisis birokrasi institusinya.
Keunikan dari pendekatan ini adalah pada komplesitas anggota organisasi yang memiliki berbagai organ politik sendiri namum harus melakukan penyesuaian
dengan statuta atau piagam organisasi.
5. Comparative Approach Pendekatan Komparasi
Pendekatan ini memperbandingkan atau mengkomparasikan organisasi satu dengan yang lainnya. Perbandingan hanya dapat dilakukan dengan menentukan
variabel perbandingan yang relevan. Artinya perbandingan harus dilakukan dengan melihat satu variabel yang khusus dan dimiliki oleh masing-masing
organisasi yang diperbandingkan. Misalnya pada variabel latar belakang pendirian, keanggotaan, isu organisasi dan lain sebagainya.
BAB III
SIFAT DAN TUJUAN DARI ORGANISASI INTERNASIONAL
Pada dasarnya, IGOs dibentuk oleh dua atau tiga lebih negara untuk memenuhi kepentingan dan mencapai tujuan-tujuan bersama. Sebagian besar organisasi
internasional menciptakan kerangka kerja aliansi dalam bidang politik dan militer serta kerjasama ekonomi. Meskipun demikian, IGOs memiliki kesamaan karakter atau sifat-
sifat umum yang sama, yaitu:
1. Convergence of national interest
Adanya penggabungan dari berbagai ragam kepentingan nasional dari negara- negara anggota oleh karena itu biasanya sifat perjanjian adalah untuk jangka
panjang.
2. Equal Perceptions
Secara teoritis, pencapaian tujuan organisasi proses pengambilan keputusan dilakukan atau partisipasi yang sederajat seimbang oleh seluruh anggota.
Partisipasi yang seimbang ini diilustrasikan layaknya sebuah perundingan dalam meja bundar, dimana setiap orang memiliki kesempatan yang sama. Hal ini tentu
saja sangat kontras jika dibandingkan diplomasi one-to-one dalam sebuah perjanjian bilateral yang meskipun sama-sama mengejar kepentingan bersama
tetapi tetap berdasarkan pertimbangan atau tawar-menawar untung dan rugi.
3. Institutional Framework
Ciri khas sebuah organisasi internasional adalah adanya kerangka kerja institusi. Ada organisasi yang memiliki kerangka kerja sederhana dengan mendirikan
sekretariat saja. Namum ada yang kompleks dan komprehensif dengan mendirikan struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif.
4. International Multilateral Treaty
Biasanya dibentuk perjanjian yang sifatnya multilateral. Perjanjian ini sering disebut Convention konvensi, Charter piagam, atau Constitution konstitusi.
Perjanjian tersebut menentukan kompetensi dari masing-masing organ birokasi organisasi, interalasi diantara para anggota,dan menyusun aturan-aturan dasar
dan prinsip-prinsip operasional.
5. International Legal Personality
Organisasi internasional memiliki kepribadian hukum internasional artinya dibawah hukum internasional mereka dapat mengambil tindakan hukum atas
negara atau individu lain. Kepribadian hukum ini mutlak dimiliki dalam pergaulan hubungan internasional guna memungkinkan organisasi internasional itu
melaksanakan fungsi hukum, seperti membuat kontrak, perjanjian, mengajukan tuntutan hukum, memilki imunitas dan hak-hak tertentu lainnya. Kepribadian
hukum tersebut diperlukan oleh organisasi ketika menjalin hubungan eksternal baik dengan negara anggota, negara tuan rumah, negara non anggota maupun
organisasi internasional lainnya.
BAB IV
PERBEDAAN FUNDAMENTAL KEKUATAN INSTERSTATE ORGANIZATION DAN INTERGOVERNMENTAL ORGANIZATIONS
Dari berbagai jenis dan karakter dari organisasi internasional ada dua jenis organisasi internasional yang paling menarik untuk dianalis lebih mendalam yaitu
interstate organizations organisasi antarnegara dan intergovernmental organizations organisasi antarpemerintah.
Ahli hukum internasional mengatakan ada perbedaan yang fundamental antara organisasi yang berdasarkan perjanjian antarnegara dengan perjanjian
antarpemerintah.
INTERSTATE ORGANIZATIONS
INTERGOVERNMENTAL ORGANIZATIONS
Dilihat dari perwakilan anggota :
diwakilkan oleh kepala-kepala negara head of state
diwakilkan oleh
wakil-wakil pemerintahnya
departemen atau
lembaga tertentu.
Dilihat dari Treaty perjanjian :
Yang termasuk dalam perjanjian antarnegara
yang dibentuk
berdasarkan interstate treaty adalah “seluruh institusi dari negara:
administratif, eksekutif dan yudikatif. Dibentuk hanya dari salah satu
cabang pemerintahan negara anggota.
HIRARKI DERAJAT KEKUATAN HUKUM PEMBENTUKAN SUATU ORGANISASI INTERNASIONAL
1. TREATY
CHARTER
2. AGREEMENT
3. DECLARATION
4. KONSENSUS
BAB IX
POWER POLITICS DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL
Apakah Organisasi internasional yang dibentuk oleh para pembentuknya akan selalu melakukan apa yang diinginkan oleh para pembentuknya?
Sering terjadi kontradiksi pertentangan antara apa yang diinginkan oleh anggotanya dengan apa yang dilakukan oleh organisasi internasional
tersebut. Contoh:
PBB Sering menyelesaikan persoalan konflik dengan cara membentuk pasukan Peace Keeping Operations PKO, namun
pada operasionalnya PKO sering tidak berfungsi apa-apa karena keputusan akhir ada ditangan negara anggota yang
memiliki power.
Maka munculah persoalan power-politics dari organisasi internasional.
Hal-hal yang berkaitan dalam aktivitas Organisasi Internasional: 1.
Rules peraturan
Organisasi internasional memiliki peraturan-peraturan yang mengelola aktivitas para anggotanya dan hubungan dengan organisasi yang lain.
2. Objectives tujuan
Prilaku negara dalam organisasi internasional tidak bisa dipisahkan dari tujuan yang ingin dicapainya dan hal itu tercermin pada organisasi dimana
negara tersebut menjadi anggotanya. 3.
Structures struktur
Struktur dalam organisasi mengatur hirarki kekuasaan untuk mekanisme pengambilan keputusan.
Mengapa Organisasi Internasional sering menjalankan perilaku yang bertolak belakang dengan keinginan anggotanya?
Ada 2 dua konsep penting dalam melihat ini baca: Organisasi Internsional :
1. OTORITAS sama dengan POWER
Adalah sesuatu yang lahir karena kesediaan negara-negara anggotanya untuk meligitimasi power yang dimiliki oleh organisasi melakukan apa
yang perlu dilakukan. Pada posisi ini kemudian kedaulatan negara sering diabaikan.
2. OTONOMI sama dengan AUTHORITY
organisasi internasional memiliki otonomi kerana adanya legalitas yg diberikan oleh anggotanya, sehingga bisa bertindak secara independen.
STABILITAS organisasi internasional sangat bergantung pada 4 empat faktor : 1. Kohesivitas dari organisasi internasional
2. Solideritas dari organisasi tersebut 3.
Punya ”posisi” yang sama tentang persoalan-persoalan yang dihadapi. Common sense dan konsensus
4. Adanya ”Weaknesskelemahan” yg dimiliki oleh anggotanya,
menjadi faktor memperkuat kerjasama diantara mereka.
BAB V
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP AKTIVITAS ORGANISASI INTERNASIONAL
Untuk mengetahui tujuan dan kegiatanaktivitas dari organisasi internasional biasanya dapat dilihat dari dasar pembentukannya. Kemudian organisasi juga
dipisah-pisahkan berdasarkan tujuan dan aktivitasnya tersebut:
1. Cooperation
Organisasi kelompok ini bertujuan dan beraktivitas seputar menciptakan dan meningkatkan lingkungan yang kooporatif.
2. Conflict
Kelompok ini beraktivitas seputar permasalahan konflik, terutama menjaga agar kerjasama tidak menjadi konflik.
3. Confrontation
Kelompok organisasi dengan aktivitas seputar upaya pencegahan konfrontasi.
Bidang aktivitaskegiatan operasional organisasi
Untuk ini, pembagiannya sangat luas dan beragam, mencakup berbagai bidang atau aspek dalam kehidupan umat manusia, misalnya:
- Bidang Ekonomi Contoh: KADIN Internasional International Chamber of Commerce
- Bidang Lingkungan Hidup Contoh: UNEP United Nations Environmental Program
- Bidang Kesehatan Contoh: WHO World Health Organization
IDF International Dental Federation - Bidang Pertambangan
Contoh: ITO International Timber Organization - Bidang Komoditi Pertanian dan Industri
Contoh: IWTO International Wool Textile Organization ICO International Coffee Organization
- Bidang Bea-cukai dan Perdagangan dan Perdagangan Internasional Contoh: GATT Goverments Agreement on Tariffs and Trade, dst.
BAB VI
PENDIRIAN DAN PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL
I. PENDIRIAN
Prasyarat berdirinya organisasi internasional adalah adanya keinginan yang sama yang jelas-jelas menguntungkan dan tidak melanggar kekuasaan dan
kedaulatan negara anggota.
Menurut Thomas L.Karnes 1961, syarat-syarat mendirikan organisasi internasional antara lain:
1. Harus ada perwakilan resmi pemerintah. Karena negara yang
menerapkan sistem pemilihan umum secara demokratis tidak mungkin mentransfer
kekuasaannya secara
terpisah dari
garis diktatorianismekepemerintahan. Apalagi tidak banyak pemerintahan
yang akan menerima terjadinya komunikasi secara langsung antara organisasi internasional dengan warga negaranya.
2. Konsentrasi negara harus pada upaya mengembangkan struktur
pemerintahan. Karena jika tidak maka organisasi supranasional
tidakmungkin dapat berfungsi bagi negara.
3. Nasionalisme tidak boleh menjadi ciri utama dari setiap negara
partisipan.
4. Negara-negara anggota harus memiliki kepentingan bersama. Hal ini
juga menjadi faktor yang menentukan besarnya respek negara dilihat dari keuntungan yang akan didapatkanya dalam organisasi.
Persyaratan pendirian organisasi internasional menurut KONVENSI WINA atikel 2 1969:
“an international agreement concluded between states in written form and governed by international law, whether embodied in a single instrument or in two
or more related instruments, and whatever its particular designation”
Berdasarkan hal diatas, maka unsur-unsur pendirian organisasi internasional antara lain:
1. Dibuat oleh negara sebagai para pihak contracting state 2. Berdasarkan perjanjian tertulis dalam satu,dua atau lebih instrumen
3. Untuk tujuan tertentu 4. Dilengkapi dengan organ
5. Berdasarkan hukum internasional.
II. KEANGGOTAAN
Untuk mengetahui status partisipan participants suatu negara dalam organisasi internasional, H.G. Schermers 1974 terlebih dahulu mengupas tiga hal pokok
sebagai berikut:
1. Subjek Keanggotaan
Posisi peserta atau subjek keanggotaan dalam organisasi internasional: 1 Negara;
2 Bagian dari negara bagian wilayah atau bagianperwakilan administratif pemerintah;
3 Kelompok negara; 4 Organisasi internasional.
Dilihat dari hak-hak yang diperoleh peserta, maka status anggota dapat dibedakan menjadi:
1 Full members anggota penuh; Berpartisipasi penuh dalam setiap kegiatan organisasi dan benyak
memiliki hak penuh. 2 Associateaffiliate members anggota affiliasi;
berpartisipasi dalam kegiatan organisasi tetapi tidak memiliki hak memilih.
3 Partial members; berpartisipasi hanya dalam kegiatan tertentu saja.
2. Mulai efektif menjadi anggota
Mengapa suatu negara menjadi anggota suatu organisasi ? 1 Berpartispasi dalam pembentukannya
2 Mendaftarkan diri sebagai anggota
3. Berakhirnya keanggotaan
Pengakhiran keanggotaan suatu organisasi internasional yaitu sebagai berikut: 1 Penarikan oleh anggota dapat berupa ketentuan konstitusi, atau tanpa
ketentuan konstitusi.
2 Pengeluaran dengan paksa expulsion from the organization; yang dapat diartikan pembekuan atau penundaan, hal ini juga kaitannya erat
dengan pengenaan saksiserta ketentuan defensif organisasi dari anggota yang tidak tunduk atau membahayakan organisasi.
III. PEMBUBARAN ORGANISASI INTERNASIONAL
Organisasi internasional membubaekan diri karena dua hal yaitu penutupan dan penggantian. Dengan kata lain, berakhirnya suatu organisasi internasional dapat
terjadi karena dua hal, yaitu: Karena tugasnya sudah selesai atau terpenuhi
Karena organisasi lain telah mengambil alih fungsi
a. Metode Pembubaran
Pembubaran sebuah organisasi internasional dapat dirumuskan dalam ketentuan atau anggaran dasar pendiriannya. Pada umumnya dapat dilihat dari kondisi
berikut ini: 1 Ketentuan konstitusi
2 Ketentuan dalam traktat lain 3 Ketentuan rapat atau kongres umum Act of General Congress
4 Perjanjian dengan organisasi internasional lainnya 5 Ketidakaktifan Disuse
6 Amandemen konstitusi 7 Perubahan Keadaan Changed Circumstances
8 Conclusion
b. Konsekuensi Pembubaran
Sebagai entitas yang memiliki personalitas internasional, permasalahan yang timbul dari pembubaran suatu organisasi internasional adalah menyangkut
konsekuensi terhadap fungsi dan peraturan yang dibuat oleh organisasi
internasional.
Fungsi Organisasi
Fungsi dari organisasi internasional dapat ditransfer atau diambil alih oleh satu atau beberapa organisasi internasional lainnya. Biasanya sebelum terjadi
pengambilalihan, fungsi organisasi sudah berkurang dan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Peraturan Organisasi
Peraturan organisasi internasional tertentu dinyatakan tidak berlaku apabila organisasi yang bersangkutan bubar. Hal-hal lainya masih dimungkinkan
diambil alih oleh organisasi pengganti. Biasanya norma yang telah dikeluarkan oleh organisasi yang telah bubar tidak mengikat anggota yang
baru sepanjang anggota negara tersebut tidak terlibat atau berpartisipasi dalam organisasi yang telah dibubarkan. Bentuk-bentuk norma hukum yang
dihasilkan, yaitu sebagai berikut: 1 Rekomendasi dan deklarasi
2 Konvensi 3 Peraturan internal
4 Regulasi yang bersifat umum 5 Keputusan yang mengikat
6 Perjanjian 7 kontrak
BAB VII
KEPRIBADIAN HUKUM ORGANISASI INTERNASIONAL International Personality of International Organization
Suatu organisasi internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk-bentuk instrumen pokok apapun namanya akan mempunyai suatu
kepribadian hukum di dalam hukum internasional. Kepribadian hukum ini mutlak penting guna memungkinkan organisasi internasional itu dapat berfungsi dalam
hubungan internasional.
Kepribadian hukum ini menjadi signifikan bagi organisasi internasional dalam hal: Memungkinkan organisasi internasional tersebut menjalankan fungsi
hukumnya, seperti membuat kontrak, membuat perjanjian, mengajukan tuntutan hukum, memiliki imunitas, dan hak-hak tertentu.
Organisasi Internasional membutuhkan kepribadian hukum ketika menjalin hubungan eksternal baik dengan negara anggota, negara tuan rumah,
negara nonanggota, maupun dengan organisasi internasional lainnya.
PENDAPAT PARA PAKAR
1. Maryan Green
“Penganugerahan terhadap sebuah organisasi internasional dengan kepribadian hukum dalam bentuk hukum internasional publik tidak lain adalah mutlak demi
tercapainya pokok dari tuju an organisasi tersebut dibentuk”.
2. Henry G. Schemers
“Konstitusi-konstitusi dari beberapa organisasi internasional menetapkan dengan jelas bahwa organisasi-organisasi tersebut mempunyai kepribadian hukum
dalam hukum internasional. Ketentuan-ketentuan tersebut mengharuskan anggota-anggotanya untuk menerima organisasi tersebut sebagai pribadi
internasional itu sendiri, kompeten untuk menyelenggarakan keputusan- keputusan yang menurut hukum internasional tradisional hanya bisa
diselenggarakan oleh negara”.
“Penerimaan organisasi internasional sebagai pribadi internasional adalah penting terutamuntuk tujuan doktrinal. Doktrin tersebut menegaskan bahwa
organisasi dan negara termasuk dalamkategori yang sama dari pribadi hukum yang bertindak di bawah hukum internasional. Doktrin juga menegaskan
kapasitas dari organisasi internasional untuk melakukan tindakan-tindakan administrasi dalam urusan internasional”.
3. Ian Brownlie
Kriteria mengenai kepribadian internasional dalam organisasi internasional dapat dirumuskan sebagai berikut:
Merupakan suatu kumpulan negara yang bersifat tetap dengan tujuan yang sesuai atau tidak bertentangan dengan hukum, dilengkapi dengan badan-
badan. Adanya perbedaan dalam kekuasaan hukum dan maksud serta tujuan dari
organisasi internasional itu pada satu pihak dengan negara-negara anggotanya pada pihak lain.
Adanya suatu kekuasaan hukum yang dapat dilaksanakan organisasi internasional itu tidak saja dalam hubungannya dengan sistem hukum
nasional dari satu atau lebih negara, tetapijuga dalam tingkat internasional.
4. Rama-Montaldo
“Organisasi internasional menikmati kepribadian internasional sebagai aknya, sebagai konsekuensi dasar dari pembentukannya menurut hukum internasional.
Kepribadian yudisial organisasi internasional tersebut memungkinkan mereka untuk menyelenggarakan tindakan-tindakan internasional meskipun pernyataan
kepribadian internasional belum dicantumkan dalamkonstitusinya”.
5. Sumaryo Suryokusumo
“walaupun kepribadian hukum suatu organisasi internasional dicantumkan dalam instrumen pokoknya sebagai subjek hukum internasional, organisasi tersebut
tidak perlu akan kehilangan kepribadian hukum karena organisasi internasional itu akan mempunyai kapasitas untuk melaksanakan prestasi hukum sesuai
dengan aturan dan prinsip- prinsip hukum internasional”.
KETENTUAN KONVENSI INTERNASIONAL
Piagam PBB pasal 104 :
“The Organization shall enjoy in the territory of each members such legal capacit
y as may be necessary for the exercise of it’s fuction and the fulfillment of its purposes
”.
Berdasarkan pernyataan diatas terlihat jelas bahwa pasal tersebut tidak dengan tegas mengatur ketentuan tentang kepribadian hukum internasional dari PBB.
Namun, kepribadian hukum PBB dipertegas dalam Juridical personality pada
General Convention On The Privileges and the Immunities of The UN’s, Pasal 1 ayat 1, yaitu:
PBB memiliki kepribadian hukum, oleh karenanya PBB memiliki kapasitas: 1. mengadakan kontrak
2. memperoleh dan menghapuskan harta bergerak dan tidak bergerak 3. mengajukan perkaraberperkara di depan pengadilan
PEMBENTUKAN HUKUM OLEH ORGANISASI INTERNASIONAL
Dalam kaitannya dengan kemampuan organisasi membuat hukum law making power atau hubungannya dengan fungsi hukum organisasi internasional, ada
beberapa kelompok hal-hal yang berkaitan dengan hukum yang dapat dilakukan organisasi internasional, yaitu:
1. Sponsorship of treaty making dukungan pembuatan traktat 2. Forums for state practice Forum untuk praktek negara:
Prescriptive resolutions Channel for expert opinion
Decesion of organs with judicial fuctions The practice of political organs
Power of legislation delegated to organizations External practice of organization
Internal law making
METODE KONTROL ATAS PERATURAN ORGANISASI INTERNASIONAL
Dengan luas serta dominannya peran maupun pengaruh dari aturan-aturan yang dihasilkan oleh organisasi internasional, maka sudah barang tentu diperlukan
kontrol atau pengawasan yang memadai sehingga tidak terjadi overlaping satu sama lain. Pengawasan tersebut dapat berupa:
1. Tanggung jawab menurut hukum internasional 2. Kontrol politik secara internal
3. Kontrol politik secara eksternal 4. Kontrol judisial langsung
5. Hak untuk banding secara eksternal 6. Penafsiran menurut pendapat advisory
7. Peradilan administratif
HUBUNGAN EKSTERNAL ORGANISASI INTERNASIONAL
1. Hubungan dengan negara hubungan dengan negara bukan anggota
hubungan dengan negara anggota hubungan dengan negara tuan rumah
2. Hubungan dengan organisasi internasional lainnya Inter governmental organization
Non governmental organization
3. Hubungan dengan individu Alur Hubungan Eksternal Organisasi Internasional
ORGANISASI INTERNASIONAL
NEGARA
ORGANISASI INTERNASIONAL
LAINNYA NEGARA TUAN
RUMAH NEGARA
ANGGOTA
NEGARA NON ANGGOTA
INTER GOVERNMENTAL
ORGANIZATION
NON GOVERNMENTAL
ORGANIZATION
INDIVIDU
BAB VIII SANCTION SANKSI DALAM ORGANISASI INTERNASIONAL
SACTION dalam hubungan internasional terdapat di dua wilayah : 1. Multilateral
2. Unilateral SACTION bisa terjadi pada:
Developed state to the developing state Multilateral Unilateral Developed state to the developed state Unilateral
SACTION Vs COOPERATION
Sanksi tidak bisa lepas atau dipisahkan dari Kerjasama Sanksi biasanya terjadi ketika kerjasama dan kesepakatan tidak berjalan
dengan baik
Aktor-aktor yang terlibat dalam pemberian Sanksi:
1. Primary Sender Secondary Sender 2. Coalition of senders
3. International Organization 4.Target Countries
Dimana Peran Organisasi
Internasional untuk menjatuhkan sanksi ?
DISPUTE SANCTION sengketa Sanksi : Terjadi ketika penjatuhan Sanksi tidak dapat dilakukan.
Konsep dalam Sengketa Sanksi:
1. Bargaining 2. Enforcement
Tawar menawar antara Primary Sender dan Target Countries; biasanya menghasilkan sampai dimana sanksi tersebut akan berhasil
Tawar menawar antara International Organization dengan Coalition of Sender; biasanya dalam rangka mengefektifkan sanksi yang dirasakan tidak efektif.
Dengan demikian Bargaining kadang-kadang hasilnya tidak menguntungkan sehingga kesepakatan yang ada tidak berjalan.
SANKSI juga dirasakan lebih efektif pada tingkat multilateral, karena ada kerjasama
dalam kebijakan sehingga sanksi yang ditimbulkan atau dihasilkan akan lebih baik.