II - 9
2.3.3 Curah Hujan Konvektif
Penurunan rasio vegetasi di suatu kawasan cenderung meningkatkan temperatur permukaan, karena panas dari radiasi matahari langsung diterima oleh permukaan
tanpa adanya penghamburan dan penyerapan oleh vegetasi. Naiknya temperatur permukaan menyebabkan udara menjadi tidak stabil dan menimbulkan gangguan.
Parsel udara yang lebih panas dari udara lingkungannya akan mempunyai gaya apung positif sehingga parsel akan bergerak terus ke atas sampai temperatur parsel sama
dengan temperatur udara lingkungan Tjasyono, 1994. Proses kenaikan massa udara akibat pemanasan permukaan disebut konveksi.
Gambar 2.5 menunjukan bahwa temperatur potensial ekuivalen
e
lebih panas apabila ada awan konvektif dibandingkan bila tidak ada awan konvektif atau pada
waktu cuaca cerah. Dari profil vertikal tersebut dapat diketahui bahwa terbentuknya awan konvektif dibutuhkan kondisi temperatur parsel udara yang sangat tinggi. Gerak
parsel udara ke atas biasanya terpusat dalam daerah yang relatif kecil, yaitu pada pusat sel konvektif. Jika parsel udara naik mencapai paras kondensasi maka gerakan
ke atas selanjutnya dapat dilihat dalam bentuk awan konvektif.
Gambar 2.5
Profil vertikal temperatur potensial ekivalen rata-rata
e
pada musim hujan bulan Januari Sumber: Tjasyono, 1994
II - 10 Perubahan temperatur di suatu kawasan mengakibatkan perbedaan tekanan yang
semakin besar dengan daerah di sekitarnya. Sehingga udara yang mengandung uap air dari wilayah sekitar yang bertekanan tinggi akan bergerak ke kawasan tersebut. Ini
menyebabkan kawasan tersebut menjadi lembab sehingga tetes awan yang dihasilkan pada proses konveksi akan mencapai jenuh dan selanjutnya menghasilkan curah
hujan konvektif. Semakin tinggi temperatur di suatu kawasan akibat perubahan tutupan lahan, maka perbedaan temperatur dengan daerah di sekitarnya pun akan
semakin besar. Hal ini menyebabkan proses pembentukan awan konvektif meningkat, sehingga intensitas curah hujan di suatu kawasan berpotensi meningkat.
2.4 Model Regional REMO