Mekanisme Pelaksanaan Penagihan Dan Pemungutan Pajak Hiburan Pada Dinas Pendapatan Kota Medan

(1)

MEKANISME PELAKSANAAN PENAGIHAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK HIBURAN PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MEDAN

O L E H

ZUESTY AMELIA 072600055

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

B AB I : PENDAHU LUAN

A. Lat ar Be laka ng Prakt ek Ker ja La pa ng a n M a nd ir i (P KLM) 4 B. Tu jua n d a n Ma nfa at Prakt ek Ker ja Lap a nga n M a nd ir i

(PKLM) 6

C. Rua ng Lingkup Prakt ek Ker ja Lap a nga n M a nd ir i (P KLM) 7 D. Met o de Prakt ek Ker ja Lap a nga n Ma nd ir i (P KLM) 8 E. Teknik Pe ngu mpu la n Dat a 10 F. S ist e mat ika Pe nu lis a n Lapo ran P KLM 10

B AB II : GAM B ARAN UM UM DINAS PENDA PA TAN DAER AH K OTA M EDAN

A. Se jar a h S ingkat D inas Pe ndap at an Da e rah Ko t a Meda n 12 B. St rukt ur Organisa s i D ina s Pe ndapat a n Daera h Ko t a

Meda n 15

C. Ura ia n Tuga s Po ko k dan Fu ng s i D ina s Pendap at an

Daera h Ko t a Meda n 16

D. Tat a Ker ja 40

E. Ga mbara n U mu m P ega wa i/ Kar yaw a n d i D inas Pe nd apat a n


(3)

B AB III : K AJIAN TEO RI TIS TEN TAN G PAJAK

HIB URAN DA N DAT A PENE RIM AAN PAJAK HIB URAN K OTA M EDAN

A. Ura ia n Teo r it is Te nt a ng Pa jak H ibur a n 44 B. Meka n is me P e mu ngut a n Pa jak H ibura n d i D ina s

Pendap at an Da era h Ko t a Meda n 52 C. Meka n is me P e nag iha n d i Ka nt o r Dinas Pendap at an

Daera h Ko t a Meda n 57

D. Dat a Target dan R ea lis a s i P e ner ima a n Pa jak H ibura n 59

B AB IV : ANALIS IS DAN EV ALU ASI

A. Ana lis is T arget dan R ea lis a s i 64 B. Ke nda la- Ke nd a la Ya ng D ihad ap i O le h D inas

Pendap at an Da era h Ko t a Meda n 65 C. Upa ya-Up a ya Pe ningkat a n Pe ner ima a n Pa jak H ibura n 66

B AB V : K ESIM PUL AN

A. Ke s impu la n 67

B. Saran 68


(4)

B AB I PEN DAHU LUA N

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Sesuai dengan fungsi dan karakteristik pajak sebagai sumber utama bagi

penerimaan negara dan merupakan kewajiban masyarakat untuk membayarnya guna meningkatkan pemahaman akan hak dan kewajiban dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan yang nantinya akan berpengaruh terhadap penerimaan daerah.

Pajak yang nantinya akan dipungut oleh Pemerintah Daerah akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan salah satu modal dasar pemerintah untuk mendanai pembangunan serta memenuhi anggaran belanja daerah, juga untuk mengurangi ketergantungannya dalam mendapatkan dana dari pemerintah pusat. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yang menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang berasal dari Hasil Pajak Daerah, Hasil Restribusi Daerah, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Daerah menetapkan pajak daerah dan retribusi daerah. Di dalam undang-undang tersebut pemerintah daerah mengelola jenis pajak daerah kabupaten/kota seperti pajak hotel, pajak


(5)

restoran, pajak reklame, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak parkir, dan pajak pengambilan bahan galian golongan C.

Pajak Hiburan adalah salah satu pajak yang dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah, yang memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah guna mendukung kesinambungan kota Medan.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kondisi sosial budaya masyarakat yang semakin kritis dan mengarah lebih maju, baik dalam bidang informasi treknologi dan khususnya industri yang berhubungan erat dengan hiburan akan mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak hiburan yang nantinya penerimaan tersebut digunakan untuk membiayai penyelenggaraan daerah dan menunjang kesejahteraan masyarakat dengan pembangunan yang lebih baik.

Penerimaan dari pajak hiburan, dibutuhkan mekanisme pemungutan dan penagihan yang lebih baik dari Pemerintah Daerah. Sehingga semua penerimaan yang berasal dari pajak hiburan dipungut dan ditagih dengan jelas dan terealisasi dengan baik, sesuai dengan tata cara pemungutan pajak di Indonesia. Dengan kesesuaian tersebut diharapkan hambatan atau kendala-kendala dalam hal pelaksanaan penagihan dan pemungutan pajak hiburan dapat diatasi baik dari wajib pajak sendiri maupun pihak pemungut atau fiskus.

Dari penjelasan dan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui dan mendalami pelaksanaan pemungutan dan penagihan serta kendala-kendala atau masalah yang dihadapi. Dengan demikian penulis


(6)

ingin melakukan penelitian yang berjudul “Mekanisme Pelaksanaan

Penagihan dan Pemungutan Pajak Hiburan pada Dinas Pendapatan Kota Medan”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan suatu kegiatan penerapan ilmu yang diperoleh mahasiswa selama bangku perkuliahan agar mengenal situasi dunia kerja sekaligus untuk meningkatkan kualitas mahasiswa itu sendiri. Kegiatan PKLM ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat bagi mahasiswa, pihak universitas, intansi atau badan yang dijadikan tempat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri tersebut. Adapun tujuan diadakannya PKLM adalah:

1. Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan penagihan dan pemungutan pajak hiburan yang dilakukan oleh Kantor Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan.

2. Untuk mengetahui masalah-masalah, kendala-kendala yang berkaitan dengan penagihan dan pemungutan pajak hiburan.

3. Untuk mengetahui realisasi penerimaan pajak hiburan. Adapun manfaat PKLM adalah:

1. Bagi mahasiswa

a. Untuk meningkatkan serta menambah wawasan di bidang perpajakan khususnya pajak hiburan.

b. Mahasiswa dapat memperoleh kesempatan dan pengalaman mengenai keterampilan dan kegiatan bekerja sama pada suatu


(7)

instansi di Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

2. Bagi Universitas Sumatera Utara (USU)

a. Untuk memenuhi khazanah ilmiah dalam bidang perpajakan khususnya pajak hiburan.

b. Untuk membina hubungan baik antara USU dengan Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA).

3. Bagi Pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan (DISPENDA) Kota Medan

a. Diharapkan dapat memberi masukan terhadap instansi bersangkutan dalam hal pelaksanaan penagihan dan pemungutan pajak hiburan.

b. Agar dapat membantu Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam hal mensosialisasikan pentingnya pajak hiburan terhadap pembangunan Kota Medan kepada masyarakat.

c. Dapat meningkatkan hubungan baik dan kerja sama dengan pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

C. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis memfokuskan pada mekanisme pemungutan dan penagihan pajak hiburan dan masalah-masalah atau kendala-kendala yang berkaitan dengan pajak hiburan, serta realisasi penerimaan pajak hiburan di Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan pada tahun 2007 - 2009.


(8)

D. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi metode dalam melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri ini, penulis akan melakukan metode-metode terapan yang telah dibuat sesuai dengan ketentuan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan yaitu:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang akan dilakukan penulis adalah mencari judul yang tepat. Kemudian mengajukan judul untuk mendapatkan persetujuan dari Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. 2. Persiapan Studi Literatur

Persiapan studi literatur yang akan dilakukan penulis adalah persiapan dalam mencari dan mempersiapkan sesuatu yang berhubungan dan dapat dijadikan sumber oleh penulis dalam menjalankan praktik kerja lapangan mandiri ini.

3. Observasi Lapangan

Penulis dalam melakukan observasi lapangan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dimana dalam observasi ini penulis mencari data dan informasi pada Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kota Medan. Serta mempelajari data-data yang berhubungan dengan masalah-masalah yang akan dibahas yang nantinya akan dijadikan bukti dalam daftar dokumen penulis.


(9)

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini yang menjadikan laporan penulis sesuai adalah data yang diperoleh, darimana dan bagaimana data tersebut diperoleh. Dengan memperhatikan lokasi, penulis mengadakan praktik kerja lapangan mandiri, dan sumber-sumber yangdigunakan penulis untuk penambahan data, misalnya buku-buku mengenai materi yang akan dibahas,

wawancara yang akan dilakukan penulis, dan lainnya. Penulis melakukan pengumpulan data melalui:

1) Data Primer

Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang-orang yang dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 2) Data Sekunder

Data/informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti sumber-sumber pustaka, Undang-Undang, dokumentasi maupun literatur lain yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Data yang berhasil dikumpulkan oleh penulis, terlebih dahulu dianalisis untuk mengetahui kebenaran akan data tersebut, dan sesuai atau tidaknya dengan materi. Pengamatan data ini akan dilakukan dengan evaluasi akan sumber data dan banyaknya data yang akan diperoleh.


(10)

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akan dilakukan penulis masih berdasarkan prosedur yang ditetapkan, yaitu dengan cara memaparkan hal-hal yang akan di bawakan. Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan dalam praktik kerja lapangan mandiri ini, penulis menggunakan 3 (tiga) teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Daftar pertanyaan, yaitu dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan pada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap masalah yang diteliti.

2. Daftar Observasi, yaitu dengan cara pengamatan dan pencatatan langsung terhadap fenomena yang terjadi di Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

3. Daftar dokumentasi, yaitu data yang berisikan dokumentasi yang didapat oleh penulis selama melakukan praktik kerja lapangan mandiri di tempat yang ditentukan.

F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Untuk mempermudah pembahasan laporan penelitian ini maka penulis

mambaginya dalam 5 bab pembahasan yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang latar belakang, tujuan, dan manfaat praktik kerja lapangan mandiri, ruang lingkup, metode praktik kerja lapangan mandiri, serta sistematika penulisan.


(11)

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini diberikan gambaran umum mengenai lokasi penulis melakukan praktik kerja lapangan mandiri. Dalam bab ini juga akan diuraikan mengenai struktur organisasi, tugas dan fungsi dari Kantor Dinas Pendapatan Kota Medan.

BAB III : GAMBARAN DATA PKLM

Pada bab ini akan dibahas mengenai segala hal yang berkaitan dengan pajak hiburan, mekanisme penagihan dan pemungutan dan data target realisasi pajak hiburan tahun 2007 – 2009.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis menganalisis dan mengevaluasi masalah yang dihadapi dalam mekanisme penagihan dan pemungutan serta menganalisis dan mengevaluasi data penerimaan pajak hiburan pada kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan kesimpulan dari semua yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dan akan diberikan saran dan pendapat bagi pihak-pihak bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Kota Medan

Dinas Pendapatan Kota Medan dahulu hanya satu unit kerja yang kecil yaitu Sub-Bagian Peneriman pada bagian keuangan dengan tugas pokoknya mengelola bidang penerimaan / Pendapatan Daerah. Mengingat pada saat itu potensi Pajak maupun Retribusi Daerah di Kota Medan belum begitu banyak, maka dalam Sub – Bagian Penerimaan tidak terdapat Seksi atau Urusan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan penduduk serta potensi Pajak / Retribusi Daerah Kota Medan, maka melalui Peraturan Daerah Kota Medan, Sub – Bagian tersebut diatas ditingkatkan menjadi Bagian dengan nama Bagian IX yang tugas pokoknya mengelola Penerimaan dan Pendapatan Daerah. Bagian IX tersebut terdiri dari beberapa seksi dengan pola pendekatan secara sektoral pungutan Daerah.

Pada tahun 1978 berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor : KUPD-7, tahun 1978, tentang Penyeragaman Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Propinsi dan Kabupaten / Kotamadya di seluruh Indonesia, maka Pemerintah Kota Medan menetapakan Peraturan Daerah Kota Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan sebagaimana dimaksudkan dalam Instruksi Mendagri dimaksud. Struktur Organisai Dinas Pendapatan Daerah yang


(13)

baru ini dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang terdiri dari 1 (satu). Bagian Tata Usaha, dengan 3 (tiga) Urusan dan 4 (empat) Seksi dengan masing-masing seksi terdiri dari 3 (tiga) subseksi.

Seiring dengan meningkatnya pembangunan dan pertumbuhan Wajib Pajak / Retribusi Daerah, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan selama ini dibentuk dengan membagi pekerjaan berdasarkan sektor jenis pungutan maka pola tersebut perlu dirubah secara fungsional.

Dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 973-442, tahun 1988, tanggal 26 Mei 1988 tentang Sistem dan Prosedur Perpajakan / Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya serta Pajak Bumi dan Bangunan di 99 Kabupaten / Kota dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 061/1861/PUOD, tanggal 02 Mei 1988 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi / Kabupaten / Kotamadya, maka Pemerintah Kota Medan merubah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 1978 tentang Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan menjadi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 16 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kotamadya Daerah TK. II Medan.

Dalam perkembangan selanjutnya dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor : 50 Tahun 2000, tentang Pedoman Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten / Kota, maka Pemerintah Kota Medan membentuk Organisasi dan Tata Kerja Dinas – Dinas Daerah dilingkungan Pemerintah Kota Medan sebagaimana diatur


(14)

dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 4 Tahun 2001, sehingga Peraturan Daerah Kotamadya Daerah TK. II Medan Nomor : 16 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku dan diganti dengan SK Walikota Medan Nomor : 25 Tahun 2002 tentang Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang Pungutan Pajak, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerlah lainnya Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah, yang terdiri dari 1 (satu) Bagian Tata Usaha dengan 4 (empat) Sub Bagian dan 5 (lima) Sub Dinas dengan masing-masing 4 (empat) Seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional.

Adapun yang memimpin Dinas Pendapatan sejak dari Bagian IX / Pendapatan sampai dengan saat ini adalah:

1. Aminuddin Yusuf 2. Achmad Purba 3. Drs. Mahludin Lubis

4. Drs. H. Bahauddin Nasution 5. Drs. H. Amansyah Nasution 6. Drs. H. A. Daim Siregar 7. Drs. H. Azwar S.Msi

8. Drs. H. Basyrul Kamali, MM 9. Drs. H. Ramli, MM


(15)

10. Drs. H. Dzulmi Eldin S.Msi.

B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

Berdasarkan Peraturan Walikota Medan Nomor 1 Tahun 2010 Pasal 2, Susunan Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan terdiri dari :

a. Dinas;

b. Sekretariat, membawahkan : 1. Sub Bagian Umum; 2. Sub Bagian Keuangan;

3. Sub Bagian Penyusunan Program;

c. Bidang Pendataan dan Penetapan, membawahkan: 1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran;

2. Seksi Pemeriksaan; 3. Seksi Penetapan;

4. Seksi Pengelohan Data dan informasi; d. Bidang Penagihan, membawahkan:

1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi; 2. Seksi Penagihan dan Perhitungan; 3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi; e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan, membawahkan:

1. Seksi Bagi Hasil Pajak; 2.Seksi Bagi Hasil Buka n Pajak; 3.Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;


(16)

f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah, membawahkan: 1. Seksi Pengembangan Pajak;

2. Seksi Pengembangan Retribusi;

3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain – Lain. g. Unit Pelaksana Teknis (UPT).

h. Kelompok Jabatan Fungsional.

C. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Dinas Pendapatan Kota Medan

a. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan pemerintah daerah di bidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dinas mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pandapatan;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang pendapatan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pendapatan; dan

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(17)

b. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program.

Sekretariat mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan; b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;

c. Pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggan Dinas;

d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan;

e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas – tugas Dinas; f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian; g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(18)

1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum.

Sub Bagian Umum mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum; c. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata

naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan, dan penyelenggaraan kerumahtanggaan Dinas;

d. Pengelolaan administrasi kepegawaian;

e. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian;

f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretariat sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(19)

2. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan.

Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan;

c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan verfikasi.

d. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan;

e. Penyusunan laporan keuangan Dinas;

f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian;

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(20)

3. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan kelaporan.

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai fungsi:

a. Penyusunan renacana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program;

b. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program Dinas;

c. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas;

d. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Bidang Pendataan dan Penetapan

Bidang Pendataan dan Penetapan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.


(21)

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas pendataan. Pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi.

Bidang Pendataan dan Penetapan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pendataan dan Penetapan;

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pendataan, pendaftaran, pemeriksaan penetapan, dan pengolahan data dan informasi;

c. Melaksanakan pendaftaran dan pendataan seluruh wajib pajak, wajib retribusi dan pendapatan daerah lainnya;

d. Pelaksanaan pengolahan dan informasi baik dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD), hasil pemeriksaan dan informasi dari instansi terkait;

e. Pelaksanaan proses penetapan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

f. Perencanaan dan penatausahaan hasil pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi;

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pendataan dan penetapan;


(22)

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1. Seksi Pendataan dan Pendaftaran

Seksi Pendataan dan Pendaftaran dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup pendataan dan pendaftaran.

Seksi Pendataan dan Pendaftaran mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pendataan dan Pendaftaran;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan pendaftaran;

c. Pelaksanaan pendataan objek pajak daerah / retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya melalui informasi Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) dan Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah (SPTRD);

d. Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak / retribusi daerah melalui formulir pendaftaran;

e. Penyimpanan, pendistribusian, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah / Wajib Retribusi Daerah serta penyimpanan surat


(23)

perpajakan daerah lainnya yang berkaitan dengan pendaftaran dan pendataan;

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan.

Seksi Pemeriksaan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pemeriksaan;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pemeriksaan;

c. Penerimaan laporan hasil pemeriksaan dan unit pemeriksa / tim pemeriksa.

d. Penatausahaan hasil pemeriksaan lapangan atas objek dan subjek pajak;


(24)

f. Pelaksanaa tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Seksi Penetapan

Seksi Penetapan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendataan dan Penetapan. Seksi Penetapan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah.

Seksi Penetapan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penetapan; b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penetapan;

c. Penyiapan bahan dan data perhitungan penetapan pokok pajak daerah / pokok retribusi daerah;

d. Penyiapan penerbitan, pendistribusian, serta penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penetapan;

e. Pelaksanaan perhitungan jumlah angsuran pembayaran / penyetoran atas permohonan wajib pajak

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;


(25)

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pendapatan dan Penetapan.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pendataan dan Penetapan lingkup data dan informasi.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Data dan Informasi; b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pendataan dan informasi;

c. Pengumpula dan pengolahan data objek pajak daerah / retribusi daerah;

d. Penuangan hasil pengolahan data dan informasi ke dalam kartu data; e. Pengiriman kartu data kepada Seksi Penetapan;

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(26)

d. Bidang Penagihan

Bidang Penagihan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Penagihan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan, dan restitusi.

Bidang Penagihan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Penagihan;

b. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pembukuan, verifikasi, penagihan, perhitungan, pertimbangan dan restitusi;

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

d. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

e. Pelaksanaan perhitungan restitusi dan atau pemindahbukuan atas pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;

f. Pelaksanaan telaahan dan saran pertimbangan terhadap keberatan wajib pajak atas permohonan wajib pajak;

g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang penagihan;


(27)

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

1. Seksi Pembukuan dan Verifikasi

Seksi pembukuan dan Verifikasi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.

Seksi Pembukuan dan Verfikasi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pembukuan dan verifikasi. Seksi pembukuan dan Verifikasi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pembukuan dan Verifikasi;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pembukuan dan verifikasi;

c. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi tentang penetapan dan penerimaan pajak daerah retribusi dan pendapatan daerah lainnya;

d. Pelaksanaan pembukuan dan verifikasi penerimaan dan pengeluaran benda berharga serta pencatatan uang dari hasil pungutan benda berharga ke dalam kartu persediaan benda berharga;

e. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisasi penerimaan dan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya;


(28)

f. Penyiapan bahan dan data laporan tentang realisisasi penerimaan, pengeluaran, pengeluaran dan sisa persediaan benda berharga secara berkala;

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Seksi Penagihan dan Perhitungan

Seksi Penagihan dan Perhitungan dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Penagihan.

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup penagihan dan perhitungan.

Seksi Penagihan dan Perhitungan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penagihan dan Perhitungan;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penagihan dan perhitungan;

c. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan penagihan atas tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan pandapatan daerlah lainnya;


(29)

d. Penyiapan bahan dan data penerbitan dan pendistribusian dan penyimpanan arsip surat perpajakan daerah / retribusi daerah yang berkaitan dengan penagihan;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Seksi Pertimbangan dan Restitusi

Seksi Pertimbangan dan Restitusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Bidang Penagihan.

Seksi pertimbangan dan Restitusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penagihan lingkup pertimbangan dan restitusi.

Seksi Pertimbangan dan Restitusi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pertimbangan dan Restitusi;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pertimbangan dan restitusi;

c. Penerimaan permohonan restitusi dan pemindahbukuan dari wajib pajak;


(30)

d. Penelitian kelebihan pembayaran pajak daerah / retribusi daerah yang dapat diberikan restitusi dan atau pemindahbukuan;

e. Penyiapan surat keputusan kepala dinas tentang pemberian restitusi dan atau pemindahbukuan;

f. Penerimaan surat keberatan dari wajib pajak / retribusi; g. Penelitian keberatan wajib pajak / wajib retribusi;

h. Pembuatan pertimbangan atas surat keberatan wajib pajak / wajib retribusi;

i. Penyiapan bahan dan data penerbitan surat keputusan kepala dinas tentang persutujuan atau penolakan atas keberatan;

j. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

k. Pelaksanaan tugas lain yangf diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

e. Bidang Bagi Hasil Pendapatan

Bidang Bagi Hasil Pendapatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawan kepada Kepala Dinas.

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas Dinas lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan mengkaji pendapatan.


(31)

Bidang Bagi Hasil Pendapatan mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bagi Hasil Pendapatan;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak dan bukan pajak, penatausahaan bagi hasil dan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;

c. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pendapatan pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

d. Pelaksanaan koordinasi dengan instansi pemberi bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan dari dana bagi hasil pajak / bukan pajak provinsi dan dana bagi hasil pajak / bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

f. Pelaksanaan pengkajian pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian hasil pendapatan daerah di bidang dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah;

g. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang bagi hasil pendapatan;

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(32)

1. Seksi Bagi Hasil Pajak

Seksi Bagi Hasil Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil pajak.

Seksi Bagi Hasil Pajak mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Pajak; b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil pajak;

c. Penerimaan dan pendistribusian Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan Daftar Himpunan Pokok Pajak (DHPP) / Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP), Pajak Bumi dan Bangunan;

d. Pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;

e. Pelaksanaan perhitungan penerimaan bagi hasil pajak lainnya, membantu menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan kepada wajib pajak, penerimaan kembali hasil pengisian SPOP dan mengirimkannya kembali kepada Kantor Pelayanan PBB;

f. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;


(33)

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup bagi hasil bukan pajak.

Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bagi Hasil Bukan Pajak;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bagi hasil bukan pajak; c. Pelaksanaan perhitungan dan penerimaan dana bagi hasil pajak

provinsi, dana bagi hasil bukan pajak pusat, DAU, DAK, dan lain-lain pelaporan yang syah;\

d. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(34)

3. Seksi Penatausahaan Bagi Hasil

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup penatausahaan bagi hasil.

Seksi Penatausahaan Bagi Hasil mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Penatausahaan Bagi Hasil;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penatausahaan bagi hasil; c. Pelaksanaan penatausahaan surat-surat ketetapan Pajak Bumi dan

Bangunan;

d. Pelaksanaan penatausahaan bagi hasil pajak dan bukan pajak, DAU, DAK, dan lain-lain pendapatan yang syah;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(35)

4. Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan dipimpin Oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bagi Hasil Pendapatan.

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengkajian Pendapatan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bagi Hasil Pendapatan lingkup peraturan perundang-undangan dan kajian pendapatan.

Seksi Peraturan Perundang-Undangan dan Pengakajian Pendapatan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Peraturan Perundang-Undangan;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup peraturan perundang-undangan dan pengkajian pendapatan;

c. Penyiapan bahan data pelaksanaan koordinasi dengan unit terkait tentang pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan pengkajian atas penerimaan pendapatan dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang syah;

d. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan di bidang dana permbangan;


(36)

f. Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengembangan pajak, retribusi, dan pendapatan lain-lain.

Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah mempunyai fungsi:

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak, retribusi dan pendapatan lain-lain;

c. Pelaksanaan pengkajian potensi pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan lainnya;

d. Penghitungan potensi pajak dan retribusi daerah;

e. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pengembangan pendapatan daerah;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(37)

1. Seksi Pengembangan Pajak

Seksi Pengembangan Pajak dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pengembangan Pendapatan Daerah.

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pajak.

Seksi Pengembangan Pajak mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pajak;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pajak; c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan

daerah di bidang pajak daerah;

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pajak daerah;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(38)

2. Seksi Pengembangan Retribusi

Seksi Pengembangan Retribusi dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan retribusi.

Seksi Pengembangan Retribusi mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Retribusi;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan retribusi; c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan

daerah di bidang retribusi daerah;

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi retribusi daerah;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsi nya.


(39)

3. Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah.

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah lingkup pengembangan pendapatan lain-lain.

Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain mempunyai fungsi:

a. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengembangan Pendapatan Lain-Lain;

b. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengembangan pendapatan lain-lain;

c. Penyiapan bahan dan data penyusunan rencana potensi pendapatan daerah di bidang pendapatan lain-lain;

d. Penyiapan bahan dan data pengkajian pengembangan potensi pendapatan lain-lain;

e. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(40)

g. Unit Pelaksana Teknis

Pembentukan, nomenklatur, tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.

h. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

1. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Setiap Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh Tenaga Fungsional Senior yang ditunjuk.

3. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

4. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

D. Tata Kerja

1. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan unit organisasi dan kelompok tenaga fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi di lingkungan pemerintah daerah serta dengan instansi lain di luar pemerintah daerah sesuai dengan tugas masing-masing;


(41)

2. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi bawahannya masing-masing dan bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 3. Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan

mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya;

4. Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyiapkan laporan berkala tepat pada waktunya;

5. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahannya wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan petunjuk kepada bawahannya;

6. Dalam penyampaian laporan masing-masing kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja;

7. Dalam melaksanakan tugas setiap pimpinan satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing, wajib mengadakan rapat berkala.


(42)

Tabel I

Rekapitulasi Pegawai Dinas Pendapatan Kota Medan April 2010 No Bagian/ Bidang/ Bendahara/ UPT/ Security Jumlah

1 Kepala Dinas 1 orang

2 Sekretariat 29 orang

3 Bendahara Penerima / Pengeluaran 18 orang

4 Penyimpanan Barang Berharga 5 orang

5 Penyimpanan Barang & Pengurusan Barang 8 orang

6 Bidang Pengembangan Pendapatan Daerah 12 orang

7 Bidang Penagihan 35 orang

8 Bidang Pendataan & Penetapan (DATAP) 59 orang

9 Bidang Bagi Hasil Pendapatan (BHP) 58 orang

10 Unit Pelaksana Teknis 21 orang

11 Hansip Yang Diperbantukan 2 orang

12 Security 12 orang

13 Pegawai Honor 66 orang

Jumlah PNS / Pegawai Honor 314 orang


(43)

Pegawai Negeri Sipil : 245 Orang

TNI Yang Dikaryakan : 1 Orang (Bidang Penagihan) Hansip Yang Diperbantukan : 2 Orang

Pegawai Honor : 66 Orang

Jumlah : 314 Orang

Tabel II

Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan

Golongan Jumlah

a. Golongan IV/c 1 orang b. Golongan IV/b 2 orang c. Golongan IV/a 3 orang d. Golongan III/d 30 orang e. Golongan III/c 27 orang f.Golongan III/b 70 orang g. Golongan III/a 56 orang h. Golongan II/d 13 orang i. Golongan II/c 19 orang j. Golongan II/b 1 orang k. Golongan II/a 25 orang Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan


(44)

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK HIBURAN A. Uraian Teorititis Pajak Hiburan

1. Definisi Pajak Hiburan

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dijelaskan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang. Pajak daerah dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana hasilnya digunakan untuk mebiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Di Indonesia penagihan pajak yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersumber hukum pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 yang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang membahas tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Demikian pula dengan sistem pemungutan pajak daerah yang diterapkan oleh pemerintah daerah belum juga mempertegas pajak-pajak daerah mana yang dipungut dengan cara self assestment system, official assesment system, atau with holding system.


(45)

Menurut Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan, dijelaskan bahwa pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan.

Didalam pemungutan pajak hiburan terdapat istilah-istilah teknis yang perlu diketahui, yaitu adalah sebagai berikut:

1. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan ketangkasan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas olahraga.

2. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik untuk atas namanya sendiri atau untuk atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan.

3. Penonton atau pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan untuk melihat dan atau untuk mendengar atau menikmatinya atau menggunakan fasilitasyang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggara, karyawan, artis (para pemain), dan petugas yang menghadiri untuk melakukan tugas pengawasan.

4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam bentuk apapun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukar atas pemakaian dan atau pembelian jasa hiburan serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan hiburan.


(46)

Termasuk dalam pengertian pembayaran adalah jumlah uang yang diterima atau seharusnya diterima, termasuk yang akan diterima, anatara lain pembayaran yang dilakukan secara tunai.

5. Tanda masuk adalah semua tanda atau alat atau cara yang sah dengan nama dan dalam bentuk apappun yang dapat digunakan untuk menonton, menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara yang sah adalah berupa tanda masuk yang dilegalisasi oleh Dinas Pendapatan Kabupaten atau Kota. Termasuk tanda masuk disini adalah tanda masuk dalam bentuk apapun, misalnya karcis, tiket undangan, kartu langganan, kartu anggota (membership), dan sejenisnya. 6. Harga tanda masuk yang selanjutnya disingkat HTM, adalah nilai uang yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau pengunjung.

2. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan

Pemungutan pajak hiburan didasarkan pada dasar hukum yang jelas dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar hukum dalam pemungutan pajak hiburan di Kota Medan adalah:

1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah 3. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak


(47)

4. Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pajak Daerah Kota Medan

3. Subjek Pajak dan Objek Pajak Hiburan

1. Subjek Pajak

Yang dimaksud subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmti hiburan, sedangkan wajib pajak hiburan adalah orang yang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Dengan demikian subjek pajak dan wajib pajak hiburan tidak sama, hal ini dikarenakan konsumen yang menikmati pelayanan tempat hiburan merupakan subjek pajak yang membayar (menanggung) pajak, sementara penyelenggara hiburan bertindak sebagai wajib pajak yang diberi kewenangan untuk memungut pajak dari konsumen (subjek pajak).

2. Objek Pajak Hiburan

Berdasarkan Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan, objek pajak hiburan adalah setiap penyelenggaraan hiburan berupa:

a. Pertunjukan film;

b. Pertunjukan Kesenian, Sirkus, Pameran Seni, Busana, Kontes Kecantikan dan sejenisnya;


(48)

e. Karaoke; f. Klab Malam;

g. Permainan Billyard;

h. Permainan Ketangkasan, Taman Hiburan Keluarga, Permainan Anak-Anak, Video Game, Play Station dan sejenisnya;

i. Panti Pijat, Salon Kecantikan dan Wisma Pangkas; j. Mandi Uap dan sejenisnya;

k. Pertandingan Olahraga;

l. Taman Rekreasi, Kolam Renang, Kolam Pancing dan sejenisnya;

m. Persewaan Permainan Internet 3. Bukan Objek Pajak Hiburan

Pada Pajak Hiburan, tidak semua penyelenggaraan hiburan dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak termasuk objek pajak, yaitu penyelenggaraan hiburan yang tidak dipungut bayaran, seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka pernikahan, upacara adat dan keagamaan.

4. Dasar Pengenaan, Tarif, Cara Perhitungan Pajak Hiburan

1. Dasar Pengenaan Pajak Hiburan

Dasar Pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah pembayaran atau jumlah yang seharusnya dibayar untuk menonton atau menikmati hiburan sebagaimana ditetapkan dalam Harga Tiket Masuk (HTM).


(49)

2. Tarif Pajak Hiburan

Tarif pajak hiburan adalah untuk setiap jenis hiburan yang ditetapkan sebagai berikut:

a. Pertunjukan Film di Bioskop:

Klasemen Bioskop Besar Pajak

AII UTAMA 30% Dari HTM

AII 28% Dari HTM

AI 26% Dari HTM

BII 24% Dari HTM

BI 20% Dari HTM

C 17% Dari HTM

D 13% Dari HTM

KELILING 10% Dari HTM

b. Ketentuan klasemen dan besarnya harga tanda masuk untuk masing-masing bioskop di Kota Medan akan ditetapkan lebih lanjut dengan Surat Keputusan Kepala Daerah.

c. Tata cara pengadaan/perforasi tanda masuk/karcis tontonan dan pembayaran dimuka (PDM) Pajak Hiburan tetap dan Insidentil akan ditetapkan lebih lanjut dengan Surat Keputusan Kepala Daerah.

d. Pertunjukan kesenian, antara lain adalah kesenian tradisional, pertunjukan sirkus,pameran seni:


(50)

1. Di ruangan yang memakai AC dipungut pajak dengan tarif 15% dari HTM

2. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak dengan tarif 10% dari HTM

e. Untuk pameran busana, kontes kecantikan, pertunjukan/pagelaran musik dan tari:

1. Diruangan memakai AC dipungut pajak dengan tarif 25% dari HTM 2. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak dengan tarif 20% dari HTM

f. Untuk diskotik, disko, bar, karaoke, klab malam dan sejenisnya

ditetapkan tarif sebesar 30% dari HTM atau jumlah pembayaran untuk menonton dan atau menikati hiburan diluar harga makanan dan

minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel atau Pajak Restoran.

g. Untuk diskotik, disko, bar, klab malam yang tidak menggunakan tanda masuk atau tidak membayar untuk menonton atau menikmati hiburan dipungut pajak sebesar Rp. 2000,- (dua ribu rupiah) untuk setiap pengunjung di luar harga makanan dan minuman yang telah dikenakan Pajak Hotel atau Restoran.

h. Permainan billyard :

1. Diruangan memakai AC dipungut pajak 20% dari HTM atau harga koin per meja sekali permainan;

2. Diruangan tidak memakai AC dipungut pajak 15% dari HTM atau harga koin per meja sekali permainan;


(51)

i. Permainan ketangkasan, taman hiburan keluarga, permainan anak-anak atau video games, playstation, mini train, kuda pusing, sampan pusing, speed boat, bom-bom car dan sejenisnya dipungut pajak 20% dari jumlah pembayaran;

j. Usaha panti pijat, mandi uap, dan sejenisnya dipungut pajak 20% dari HTM perjam, salon kecantikan dipungut pajak sebesar 20% dari jumlah pembayaran;

k. Pertunjukan pertandingan olahraga antar klub dalam negeri dipungut pajak 15% dari HTM, sedangkan pertandingan olahraga dengan dukungan antar bangsa di pungut pajak 20% dari HTM;

l. Taman rekreasi, kolam renang, kolam pancing, dan sejenisnya dipungut pajak 10% dari HTM;

m. Untuk jenis hiburan yang tidak menggunakan tanda masuk dipungut pajak 20% dari jumlah pembayaran;

n. Persewaan permainan internet dipungut pajak 10% dari sewa per jam; 3. Cara Perhitungan Pajak Hiburan

Besarnya pokok Pajak Hiburan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak.Secara umum penghitungan Pajak Hiburan menggunakan Rumus sebagai berikut :

Pajak Terutang : Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak

: Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran Untuk Menonton/Menikmati Hiburan


(52)

B. Mekanisme Pemungutan Pajak Hiburan di Dinas Pendapata Kota Medan

1. Pengukuhan Wajib Pajak

Wajib pajak hiburan, wajib melaporkan usahanya kepada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dalam jangka waktu tertentu selambat – lambatnya tiga puluh hari setelah izin penyelenggaraan hiburan diperoleh untuk dikukuhkan dan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD).

Surat keputusan pengukuhan yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah kabupaten / kota tidak merupakan dasar untuk menentukan mulai saat terutang pajak hiburan. Tetapi hanya merupakan sarana dalam administrasi dan pengawasan bagi petugas atau fiskus Dinas Pendapatan Daerah. Apabila penyelenggara hiburan tidak mendaftarkan usahanya dalam jangka waktu yang ditentukan, Kepala Dinas Pendapatan Daerah, akan menetapkan pengusaha atau penyelenggara hiburan tersebut sebagai wajib pajak jabatan. Penetapan secara jabatan ini dimaksudkan untuk memberikan nomor pengukuhan dan NPWPD dan bukan merupakan untuk penetapan besarnya pajak terutang.

2. Pendaftaran dan Pendataan

Kegiatan pendaftaran di awali dengan mempersiapkan formulir pendaftaran dan diberikan kepada Wajib Pajak. Wajib Pajak wajib mengisi formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap, dan benar serta mengembalikannya ke Dinas Pendapatan Daerah. Formulir pendaftaran


(53)

yang dikembalikan oleh Wajib Pajak dicatat dalam Daftar Induk Wajib Pajak secara berurutan yang digunakan sebagai NPWPD.

3. Laporan Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) Wajib pajak hiburan wajib melaporkan kepada bupati / walikota dalam praktek sehari – hari ditujukan kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah kabupaten / kota, mengenai perhitungan dan pembayaran pajak hiburan yang terutang. Wajib pajak yang telah memiliki NPWPD, setiap awal masa pajak wajib mengisi SPTPD. SPTPD diisi dengan jelas, lengkap, benar dan ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan disampaikan kepada walikota / bupati atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan. Biasanya, SPTPD harus disampaikan selambat – lambatnya lima belas hari setelah berakhir masa pajak. Seluruh data perpajakan yang diperoleh dari daftar isian tersebut kemudian dihimpun dan dicatat dituangkan dalam berkas atau kartu data yang merupakan hasil akhir yang akan dijadikan sebagai dasar dalam perhitungan dan penetapan pajak yang terutang. Keterangan dan dokumen yang harus dicantumkan dan atau dilampirkan pada SPTPD ditetapkan oleh Walikota.

Walikota atas permohonan wajib pajak dengan alasan yang sah dan dapat diterima dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPTPD untuk jangka waktu tertentu. SPTPD dianggap tidak dimasukkan jika wajib pajak tidak sepenuhnya melaksanakan ketentuan pengisian dan penyampaian SPTPD yang telah ditetapkan. Wajib pajak yang tidak melaporkan atau melaporkan tidak sesuai dengan batas waktu yang telah


(54)

ditentukan akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda sesuai dengan ketentuan peraturan daerah dalam peraturan daerah kota Medan.

4. Penetapan Pajak Hiburan

Setiap Penyelenggaraan hiburan, yang menjadi wajib pajak, wajib menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutang dengan menggunakan SPTPD. Ketentuan ini menunjukkan sistem pemungutan pajak hiburan pada dasarnya merupakan self assesment system, dimana wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Dengan melaksanakan sistem pemungutan ini, petugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang ditunjuk oleh Walikota Medan menjadi fiskus, hanya bertugas mengawasi pelaksanaan pemenuhan kewajiban pajak oleh wajib pajak.

Pada beberapa daerah, penetapan daerah tidak diserahkan kepada wajib pajak tetapi tetap ditetapkan oleh Kepala Daerah terhadap wajib pajak yang pajaknya ditetapkan oleh Walikota, jumlah pajak terutang ditetapkan dengan penerbitan SKPD. Wajib pajak tetap memasukkan SPTPD, tetapi tanpa perhitungan pajak. Umumnya SPTPD dimasukkan bersamaan dengan pendataan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

Berdasarkan SPTPD yang disampaikan oleh wajib pajak dan pendataan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah, Walikota menetapkan pajak hiburan yang terutang dengan menerbitkan Surat


(55)

Ketetapan Pajak Daerah (SKPD). SKPD harus dilunasi oleh wajib pajak paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya SKPD oleh wajib pajak atau jangka waktu lain yang ditetapkan oleh Walikota. Apabila setelah lewat waktu yang ditentukan wajib pajak tidak atau kurang membayar pajak terutang dalam SKPD wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dan ditagih dengan penerbitan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

Secara umum, sistem yang digunakan dalam pemungutan pajak daerah adalah self assesment dan official assesment. Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sistem yang digunakan dan diterapkan dalam mekanisme pemungutan pajak hiburan adalah self assesment dan official assesment. Pemungutan pajak hiburan pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dapat dibagi dua kegiatan yang masing-masing memiliki sistem pemungutan yang berbeda, yaitu:

1) Penyelenggaraan hiburan rutin.

Dalam penyelenggaraan hiburan rutin dapat dibagi atas dua, yaitu: a. Penyelenggaraan atas hiburan rutin yang menggunakan tiket masuk.

Terhadap wajib pajak yang menyelenggarakan hiburan rutin dengan menggunakan tiket tanda masuk seperti bioskop, kolam renang umum, penyelenggaraan tempat-tempat wisata rekreasi dan sejenisnya, pelaksanaan pemungutan dan pembayaran wajib pajak ditetapkan dengan sistem official assesment.


(56)

b. Penyelenggaraan hiburan rutin yang tidak menggunakan tiket tanda masuk.

Terhadap wajib pajak yang menyelenggarakan hiburan rutin dengan tidak menggunakan tiket tanda masuk seperti diskotik / karaoke, video game, panti pijat dan kegiatan sejenisnya, pelaksanaan pemungutan dan pembayaran wajib pajak hiburan ditetapkan dengan self assesment. Dengan sistem ini wajib pajak berkewajiban untuk melakukan pembayaran setiap bulannya ke kantor kas Dinas Pendapatan Daerah dengan menyampaikan SPTPD.

2) Penyelenggaraan hiburan insidentil

Terhadap kegiatan peyelenggaraan hiburan insidentil sistem pemungutannya semi self assesment, dimana pada saat peyelenggaraan hiburan wajib pajak diberi wewenang untuk melakukan penjualan tiket dan pada masa akhir peyelenggaraan berakhir fiskus atau petugas pemungut pajak yang telah ditunjuk Dinas Pendapatan Daerah menentukan ketetapan pajak terutang atau menentukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak dalam hal ini adalah penyelenggaraan hiburan. Biasanya wajib pajak menyampaikan tiket untuk acara hiburan insidentil tersebut dalam waktu minimal tujuh hari sebelum acara dilaksanakan, juga untuk mengajukan permononan legalisasi / porporasi tiket dengan memberikan jumlah tiket.


(57)

5. Pembayaran Pajak Hiburan

Pajak hiburan terutang dilunasi dalam jangka waktu ditentukan dalam peraturan daerah. Penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak ditetapkan oleh Walikota. Pembayaran pajak hiburan yang terutang dilakukan ke kas daerah, bank, atau tempat lain yang telah ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang ditentukan.

Pembayaran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SPP). Pembayaran harus dilakukan sekaligus atau lunas. Kepada wajib pajak yang melakukan pembayaran pajak diberikan tanda bukti pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan. Hal ini harus dilakukan oleh petugas tempat pembayaran pajak untuk tertib administrasi dan pengawasan penerimaan pajak. Dengan demikian, pembayaran pajak akan mudah terpantau oleh petugas Dinas Pendapatan Daerah.

Dalam keadaaan tertentu Walikota atau pejabat yang dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pembayaran hiburan yang terutang dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. Selain persetujuan untuk mengangsur pembayaran pajak, walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak terutang dalam kurun waktu tertentu dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

C. Mekanisme Penagihan di Kantor Dinas Pendapatan Daerah

Apabila pajak hiburan yang terutang tidak dilunasi setelah jatuh tempo pembayaran, Walikota atau pejabat yang telah ditunjuk akan melakukan


(58)

tindakan penagihan pajak. Penagihan pajak dilakukan terhadap pajak terutang dalam SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah. Penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat yang sejenis sebagai awal tindakan penagihan. Surat Teguran atau Surat Peringatan dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Walikota. Dalam jangka waktu tujuh hari setelah Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenisnya, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang. Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa. Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis. Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat sepuluh hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, pejabat mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang. Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan


(59)

tempat pelaksanaan lelang, juru sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada wajib pajak.

D. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan

Target adalah sasaran atau batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk dicapai. Dalam melaksanakan suatu kegiatan atau usaha perlu dibuat suatu target yang dijadikan sebagai acuan suatu kegiatan untuk mencapainya. Namun adakalanya target tersebut tidak dapat dicapai dan bahkan ada juga yang melebihi target.

Berikut adalah tabel data target realisasi penerimaan pajak hiburan dari tahun 2007 sampai tahun 2009.


(60)

Tabel III

Target dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2007

No Pajak Hiburan Target (Rp) Realisasi %

1 Bioskop 2.460.300.000,00

2 Salon 561.732.000,00

3 Panti Pijat 627.000.000,00 4 Mandi uap 279.315.000,00 5 Video game 2.868.300.000,00

6 Karaoke 379.500.000,00

7 Diskotik 71.500.000,00

8 Billyard 263.832.000,00 9 Kolam renang 300.000.000,00 10 Warung internet 110.100.000,00 11 Per. Kesenian 373.321.000,00

12 Sirkus 42.000.000,00

13 Pert. Olah raga 18.000.000,00

8.354.000.000,00 8.331.428.896 99,73

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada tahun 2007 penerimaan pajak hiburan Rp. 8.331.428.896. Pada tahun ini jumlah realisasinya tidak mencapai target yaitu Rp. 8.354.000.000 dengan persentase 99,73%.


(61)

Tabel IV

Target Dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2008

No Pajak Hiburan Target (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Bioskop 2.530.000.000,00 2 Salon 609.732.000,00 3 Panti Pijat 821.000.000,00 4 Mandi Uap 129.015.000,00 5 P. Ketangkasan 3.150.000.000,00 6 Karaoke 407.500.000,00 7 Diskotik 71.500.000,00 8 Billyard 323.823.000,00 9 Kolam Renang 311.988.000,00 10 Warung Internet 134.100.000,00 11 Per.Kesenian 379.033.000,00 12 Sirkus 42.000.000,00 13 P. Olahraga 12.000.000,00

Jumlah 8.921.700.000,00 9.394.720.639 105,30

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada tahun 2008 penerimaan pajak Rp. 9.394.720.639. Pada tahun ini realisasinya melebihi target yaitu Rp. 8.921.700.000 dengan persentase 105,30%.


(62)

Tabel V

Target Dan Realisasi Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2009

No Pajak Hiburan Target (Rp) Realisasi (Rp) %

1 Bioskop 2.644.000.000,00 2 Salon 720.732.000,00 3 Panti Pijat 878.000.000,00 4 Mandi Uap 196.015.000,00 5 P. Ketangkasan 3.348.000.000,00 6 Karaoke 519.000.000,00 7 Diskotik 90.000.000,00 8 Billyard 329.832.000,00 9 Kolam Renang 329.988.000,00 10 Warung Internet 147.480.000,00 11 Per.Kesenian 296.533.000,00 12 Sirkus 42.000.000,00 13 P.Olah raga 12.000.000,00

Jumlah 9.556.580.000,00 1.001.740.439,08 104,59

Sumber : Dinas Pendapatan Kota Medan

Pada tahun 2009 penerimaan pajak hiburan Rp. 1.001.740.439,08. Pada tahun ini realisasinya melebihi target yaitu Rp. 9.556.580.000 dengan persentase 104,59%.


(63)

E. Jumlah Wajib Pajak Hiburan Kota Medan Tahun Anggaran 2010

Berikut adalah tabel jumlah wajib pajak hiburan Kota Medan sampai dengan bulan Mei tahun 2010.

No Pajak Hiburan Jumlah Wajib Pajak

1 Bioskop 5

2 Diskotik 5

3 Karaoke 16

4 Billyard 84

5 Pemainan Ketangkasan 27

6 Panti Pijat 20

7 Mandi Uap 12

8 Salon Kecantikan 155

9 Kolam Renang 15

10 Warung Internet 182

11 Klab Malam -

12 Pertunjukan Kesenian -

13 Pertandingan Olahraga -

Jumlah WP 521


(64)

ANALISIS DAN EVALUASI A. Analisis Target dan Realisasi Pajak Hiburan

Dari tabel III, mengenai target dan realisasi Pajak Hiburan tahun anggaran 2007 dapat dilihat bahwa target Pajak Hiburan untuk tahun anggaran 2007 sebesar Rp. 8.354.000.000,00 sedangkan yang terealisasi hanya sebesar Rp. 8.331.428.896,00. Dengan kata lain pada tahun ini target yang telah ditetapkan tidak tercapai.

Tidak tercapainya target yang telah ditetapkan pada tahun anggaran 2007 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain penetapan target yang kurang realistis. Dalam penetapan target kurang memperhatikan potensi Pajak Hiburan yang ada mulai dari Wajib Pajak yang sudah terdaftar atau terdata oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dengan pencapaian target pajak hiburan pada tahun-tahum sebelumnya. Selain itu, dapat juga disebabkan karena masih kurangnya kinerja pihak Dinas Pendapatan Kota Medan yang memungut atau menagih pajak hiburan tersebut.

Dari tabel IV, mengenai target dan realisasi Pajak Hiburan tahun anggaran 2008 dapat dilihat bahwa target Pajak Hiburan untuk tahun anggaran 2008 sebesar Rp. 8.921.700.000,00 dan yang terealisasi sebesar Rp. 9.394.720.639,00. Dengan kata lain pada tahun ini target yang telah ditetapkan dapat dicapai, bahkan melebihi target.

Dari tabel V, mengenai target dan realisasi Pajak Hiburan tahun anggaran 2009 dapat dilihat bahwa target Pajak Hiburan sebesar Rp.


(65)

9.556.580.000,00 dan yang terealisasi sebesar Rp. 1.001.740.439,08. Dengan kata lain, target pada tahun ini tercapai, bahkan melebihi dari target dengan persentase 104,59%. Peningkatan pajak hiburan tahun ini didukung peningkatan jumlah jenis pajak yang mencapai target.

Dari ketiga analisis data target dan realisasi untuk tiga tahun di atas dapat disimpulkan bahwa untuk tahun anggaran 2007 pemungutan atau penagihan Pajak Hiburan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan cukup efektif, dimana pencapaian target sebesar 99,73%. Sedangkan pada tahun anggaran 2008 dan 2009 sangat efektif, dimana realisasi penerimaannya melebihi target yang telah ditetapkan dengan persentase pencapaian target sebesar 105,30% dan 104,59%.

B. Kendala-Kendala yang Dihadapi Oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya kesadaran masyarakat atau wajib pajak hiburan akan kewajibannya dalam membayar pajak hiburan.

2. Data-data yang tidak sesuai dengan wajib pajak. Biasanya data yang menyangkut identitas Wajib Pajak seperti Nama, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan alamat.

3. Setelah dilakukan pemeriksaan atau pendataan kembali terhadap wajib pajak di lapangan banyak yang tidak sesuai dengan jumlah yang ada pada data yang sebenarnya dikarenakan banyak yang sudah menutup usaha atau pindah tanpa memberitahu dan


(66)

melaporkan kepada petugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

4. Kendala juga datang dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, kendala yang ada pada hal kelengkapan sarana dan prasarana yang meliputi kurangnya media umtuk mengolah dan menyimpan data Wajib Pajak seperti komputer dan mesin ketik.

C. Upaya-Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Hiburan

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk meningkatkan penerimaan pajak hiburan, yaitu: 1. Ekstensifikasi Pemungutan Pajak Hiburan

Ekstensifikasi adalah kebijakan di bidang perpajakan yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan perpajakan melalui penambahan jumlah Wajib Pajak dan perluasan Objek Pajak Hiburan.

2. Intensifikasi Pemungutan Pajak Hiburan

Intensifikasi merupakan kebijakan yang ditempuh dengan tujuan agar Wajib Pajak membayar sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga realisasi penerimaan Pajak Hiburan sesuai dengan target yang telah ditetapkan atau bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Intensifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Melakukan pemeriksaan secara berkala yaitu per-tiga bulan (triwulan) b. Melakukan sosialisasi.

BAB V


(67)

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan penulis dari hasil Praktik Kerja lapangan Mandiri di Dinas Pendapatan Kota Medan dan dari studi pustaka yang dilakukan penulis, penulis menyimpulkan :

1. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau badan tanpa mendapatkan imbalan langsung dan dapat dipaksakan yang dilaksanakan berdasarkan Undang-undang yang berlaku dan digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

2. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan atau pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan.

3. Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah berdasarkan kondisi daerahnya sehingga tarif untuk setiap daerah tidak selalu sama.

4. Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sistem pemungutan pajak yang digunakan adalah dengan sistem official assesment, self assesment, dan semi self assesment

5. Hasil penerimaan pajak daerah khususnya pajak hiburan sebagian besar diserahkan kepada Pemerintah Daerah untuk menopang otonomi daerah dan pembangunan daerah.


(68)

Dalam rangka menyukseskan penerimaan pajak hiburan Kota Medan pada masa yang akan datang, penulis memberikan sarab sebagai berikut:

1. Instansi Pajak dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan harus dapat menciptakan iklim perpajakan yang baik terhadap lingkungan sendiri maupun untuk masyarakat agar wajib pajak tahu mereka membayar pajak berarti mereka turut serta membiayai pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.

2. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus mengelola Pajak Daerah sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku dengan baik dan benar serta selalu menjaga sifat yang jujur, sopan, dan tegas dalam melakukan pelayanan kepada Wajib Pajak.

3. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan perlu mensosialisasikan Peraturan Perpajakan pemerintah Kota Medan agar lebih bisa dipahami dan dilaksanakan oleh Wajib Pajak.

4. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan perlu menambah sarana dan prasarana yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, Marihot. P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Rajawali Grafindo, Jakarta

Waluyo, 2006, Perpajakan di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang


(69)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.


(1)

ANALISIS DAN EVALUASI A. Analisis Target dan Realisasi Pajak Hiburan

Dari tabel III, mengenai target dan realisasi Pajak Hiburan tahun anggaran 2007 dapat dilihat bahwa target Pajak Hiburan untuk tahun anggaran 2007 sebesar Rp. 8.354.000.000,00 sedangkan yang terealisasi hanya sebesar Rp. 8.331.428.896,00. Dengan kata lain pada tahun ini target yang telah ditetapkan tidak tercapai.

Tidak tercapainya target yang telah ditetapkan pada tahun anggaran 2007 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain penetapan target yang kurang realistis. Dalam penetapan target kurang memperhatikan potensi Pajak Hiburan yang ada mulai dari Wajib Pajak yang sudah terdaftar atau terdata oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan dengan pencapaian target pajak hiburan pada tahun-tahum sebelumnya. Selain itu, dapat juga disebabkan karena masih kurangnya kinerja pihak Dinas Pendapatan Kota Medan yang memungut atau menagih pajak hiburan tersebut.

Dari tabel IV, mengenai target dan realisasi Pajak Hiburan tahun anggaran 2008 dapat dilihat bahwa target Pajak Hiburan untuk tahun anggaran 2008 sebesar Rp. 8.921.700.000,00 dan yang terealisasi sebesar Rp. 9.394.720.639,00. Dengan kata lain pada tahun ini target yang telah ditetapkan dapat dicapai, bahkan melebihi target.

Dari tabel V, mengenai target dan realisasi Pajak Hiburan tahun anggaran 2009 dapat dilihat bahwa target Pajak Hiburan sebesar Rp.


(2)

9.556.580.000,00 dan yang terealisasi sebesar Rp. 1.001.740.439,08. Dengan kata lain, target pada tahun ini tercapai, bahkan melebihi dari target dengan persentase 104,59%. Peningkatan pajak hiburan tahun ini didukung peningkatan jumlah jenis pajak yang mencapai target.

Dari ketiga analisis data target dan realisasi untuk tiga tahun di atas dapat disimpulkan bahwa untuk tahun anggaran 2007 pemungutan atau penagihan Pajak Hiburan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan cukup efektif, dimana pencapaian target sebesar 99,73%. Sedangkan pada tahun anggaran 2008 dan 2009 sangat efektif, dimana realisasi penerimaannya melebihi target yang telah ditetapkan dengan persentase pencapaian target sebesar 105,30% dan 104,59%.

B. Kendala-Kendala yang Dihadapi Oleh Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan

Kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut:

1. Masih kurangnya kesadaran masyarakat atau wajib pajak hiburan akan kewajibannya dalam membayar pajak hiburan.

2. Data-data yang tidak sesuai dengan wajib pajak. Biasanya data yang menyangkut identitas Wajib Pajak seperti Nama, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), dan alamat.

3. Setelah dilakukan pemeriksaan atau pendataan kembali terhadap wajib pajak di lapangan banyak yang tidak sesuai dengan jumlah yang ada pada data yang sebenarnya dikarenakan banyak yang sudah menutup usaha atau pindah tanpa memberitahu dan


(3)

melaporkan kepada petugas Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan.

4. Kendala juga datang dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan, kendala yang ada pada hal kelengkapan sarana dan prasarana yang meliputi kurangnya media umtuk mengolah dan menyimpan data Wajib Pajak seperti komputer dan mesin ketik.

C. Upaya-Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Hiburan

Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh pihak Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan untuk meningkatkan penerimaan pajak hiburan, yaitu: 1. Ekstensifikasi Pemungutan Pajak Hiburan

Ekstensifikasi adalah kebijakan di bidang perpajakan yang ditujukan untuk meningkatkan penerimaan perpajakan melalui penambahan jumlah Wajib Pajak dan perluasan Objek Pajak Hiburan.

2. Intensifikasi Pemungutan Pajak Hiburan

Intensifikasi merupakan kebijakan yang ditempuh dengan tujuan agar Wajib Pajak membayar sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga realisasi penerimaan Pajak Hiburan sesuai dengan target yang telah ditetapkan atau bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Intensifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Melakukan pemeriksaan secara berkala yaitu per-tiga bulan (triwulan) b. Melakukan sosialisasi.

BAB V


(4)

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian permasalahan yang dikemukakan penulis dari hasil Praktik Kerja lapangan Mandiri di Dinas Pendapatan Kota Medan dan dari studi pustaka yang dilakukan penulis, penulis menyimpulkan :

1. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh Orang Pribadi atau badan tanpa mendapatkan imbalan langsung dan dapat dipaksakan yang dilaksanakan berdasarkan Undang-undang yang berlaku dan digunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

2. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan atau pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan.

3. Tarif pajak hiburan ditetapkan oleh Pemerintahan Daerah berdasarkan kondisi daerahnya sehingga tarif untuk setiap daerah tidak selalu sama.

4. Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan sistem pemungutan pajak yang digunakan adalah dengan sistem official assesment, self assesment, dan semi self assesment

5. Hasil penerimaan pajak daerah khususnya pajak hiburan sebagian besar diserahkan kepada Pemerintah Daerah untuk menopang otonomi daerah dan pembangunan daerah.


(5)

Dalam rangka menyukseskan penerimaan pajak hiburan Kota Medan pada masa yang akan datang, penulis memberikan sarab sebagai berikut:

1. Instansi Pajak dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan harus dapat menciptakan iklim perpajakan yang baik terhadap lingkungan sendiri maupun untuk masyarakat agar wajib pajak tahu mereka membayar pajak berarti mereka turut serta membiayai pembangunan yang ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.

2. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan harus mengelola Pajak Daerah sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku dengan baik dan benar serta selalu menjaga sifat yang jujur, sopan, dan tegas dalam melakukan pelayanan kepada Wajib Pajak.

3. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan perlu mensosialisasikan Peraturan Perpajakan pemerintah Kota Medan agar lebih bisa dipahami dan dilaksanakan oleh Wajib Pajak.

4. Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan perlu menambah sarana dan prasarana yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Siahaan, Marihot. P, 2005, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Rajawali Grafindo, Jakarta

Waluyo, 2006, Perpajakan di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang


(6)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.