PENGARUH INFORMASI RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

(1)

(2)

ABSTRACT

THE ROLE OF INFORMATION ON FINANCIAL RATIO IN THE PREDICTION OF PROFIT GROWTH IN MANUFACTURING COMPANIES LISTED AT THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

By

Priono

The purpose of the research conducted by the author was to obta in empirical evidence that: (1) the effect of liquidity ratio to profit growth. (2) the effect of solvency ratio to profit growth, (3) the effect of avtivity ratio to profit growth. (4) the effect of profitability ratio to profit growth, (5) the effect of operating cash flow to profit growth.

The data used in this research is the data of manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange during the 2008-2012 period. The method of sample selection in this research is purposive sampling method. The sampled population is a population that meet certain criteria in order to obtain a representative sample in accordance with predeterminded criteria. The sample used was 200 company sample data. This research uses multiple regression to analyze the data.

The result of the research demonstrade that: (1) negatively affect the liquidity ratio of the profit growth, (2) solvency ratios does not affect the profit growth, (3) activity ratio does not have a positive effect on profit growth, (4) profitability ratio positibely affect the profit growth, (5) operating cash flow does not affect the profit growth.

Keywords: profit growth, liquidity ratio, solvency ratio, activity ratio, profitability ratio, operating cash flow.


(3)

ABSTRAK

PENGARUH INFORMASI RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PER TUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG

TERDAFTAR DI BEI

Oleh

Priono

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris: (1) pengaruh rasio likuiditas terhadap pertumbuhan laba, (2) pengaruh rasio solvabilitas terhadap pertumbuhan laba, (3) pengaruh rasio aktivitas terhadap pertumbuhan laba, (4) pengaruh rasio profitabilitas terhadap pertumbuhan laba, (5) pengaruh rasio arus kas operasi terhadap pertumbuhan laba.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2012. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Adapun sampel yang digunakan adalah 200 data sampel perusahaan. Penelitian ini menggunakan regresi berganda untuk analisis data.

Hasil dari penelitian membuktikan bahwa: (1) rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, (2) rasio solvabilitas tidak berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba, (3) rasio aktivitas tidak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba, (4) rasio profitabilitas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba, (5) rasio arus kas operasi tidak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.

Kata Kunci: Pertumbuhan Laba, Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Arus Kas Operasi.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan dan Batasan Masalah ... 6

1.2.1 Rumusan Masalah ... 6

1.2.2 Batasan Masalah... 6

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Landasan Teori ... 9

2.1.1 Signaling Teori ... 9

2.1.2 Rasio Keuangan... 10

2.1.3 Pertumbuhan Laba... 14

2.2Penelitian Terdahulu ... 16

2.3Model Penelitian ... 17

2.4Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba ... 18

2.4.1 Hubungan Rasio Likuiditas (WCTA) Terhadap Pertumbuhan Laba ... 18

2.4.2 Hubungan Rasio Solvabilitas (CLI) Terhadap Pertumbuhan Laba ... 18

2.4.3 Hubungan Rasio Aktivitas (TAT) Terhadap Pertumbuhan Laba ... 19

2.4.4 Hubungan Rasio Profitabilitas (ROA) Terhadap Pertumbuhan Laba ... 19


(8)

2.4.5 Hubungan Rasio Arus Kas Operasi (CFFOCL)

Terhadap Pertumbuhan Laba ... 20

III. METODE PENELITIAN 3.1Jenis dan Sumber Data ... 21

3.2Populasi dan Sampel ... 21

3.3Operasional Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen ... 22

3.3.2 Variabel Independen ... 23

3.4Teknik Analisis Data ... 25

3.4.1 Statistik Deskriptif... 25

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 25

3.4.2.1Uji Normalitas ... 26

3.4.2.2Uji Multikolinearitas ... 26

3.4.2.3Uji Heteroskedastisitas ... 27

3.4.2.4Uji Autokorelasi ... 27

3.4.3 Uji Hipotesis... 28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Statistik Deskriptif... 29

4.2Uji Asumsi Klasik ... 32

4.2.1 Uji Normalitas ... 32

4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 34

4.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 35

4.2.4 Uji Autokorelasi ... 35

4.2.5 Hasil Uji Hipotesis ... 36

4.3Pengujian Hipotesis... 37

4.3.1 Hipotesis 1 ... 37

4.3.2 Hipotesis 2 ... 37

4.3.3 Hipotesis 3 ... 38

4.3.4 Hipotesis 4 ... 38

4.3.5 Hipotesis 5 ... 38

4.4Pembahasan ... 39

4.4.1 Pengaruh Rasio Likuiditas (WCTA) Terhadap Pertumbuhan Laba... 39

4.4.2 Pengaruh Rasio Solvabilitas (CLI) Terhadap Pertumbuhan Laba... 40

4.4.3 Pengaruh Rasio Aktivitas (TAT) Terhadap Pertumbuhan Laba... 41

4.4.4 Pengaruh Rasio Profitabilitas (ROA) Terhadap Pertumbuhan Laba... 42

4.4.5 Pengaruh Rasio Arus Kas Opersi (CFFOCL) Terhadap Pertumbuhan Laba ... 43


(9)

V. PEN UTUP

5.1Simpulan... 44 5.2Keterbatasan ... 46 5.3Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan. Para pelaku bisnis dan pemerintah dalam mengambil keputusan ekonomi membutuhkan informasi tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan. Dari laporan keuangan, perusahaan dapat memperoleh informasi tentang kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat diperlukan untuk memahami informasi laporan keuangan (Meythi, 2005).

Financial Accounting Standards Board (FASB) (1978), Statement of Financial Accounting Concepts No. 1, menyatakan bahwa fokus utama laporankeuangan adalah laba, jadi informasi laporan keuangan seharusnya mempunyaikemampuan untuk memprediksi laba di masa depan. Laba sebagai suatupengukuran kinerja perusahaan merefleksikan terjadinya proses peningkatan ataupenurunan modal dari berbagai sumber transaksi (Takarini dan Ekawati, 2003).

Hanafi dan Halim (2005) menyebutkan bahwa pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu besarnya perusahaan, umur perusahaan, tingkat leverage, tingkat penjualan, perubahan laba masa lalu. Dalam menganalisis dan menilai


(11)

kondisi keuangan perusahaan serta prospek pertumbuhan labanya, ada beberapa teknik analisis yang dapat digunakan. Salah satu alternatif untuk mengetahui apakah informasi keuangan yang dihasilkan dapat bermanfaat untuk memprediksi pertumbuhan laba, termasuk kondisi keuangan di masa depan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan adalah salah satu cara pemrosesan dan penginterprestasikan informasi akuntansi yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan (Yusuf, 2011).

Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas (Hapsari, 2007 ). Penggunaan rasio arus kas operasi dapat memberikan kombinasi yang baik dalam memprediksi pertumbuhan laba. Menurut Cahyaningrum (2012) rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi. Pengaruh rasio likuiditas terhadap laba ini merupakan kualitas aset yang berkaitan dengan kelangsungan usaha perusahaan. Pengelolahan aset diarahkan kepada pengelolahan aset produktif dengan maksud untuk memperoleh laba. Kemampuan memperoleh laba dan likuiditas akan menentukan kredibilitas suatu perusahaan dan akhirnya akan memperoleh pertumbuhan laba yang akan dicapai.

Rasio solvabilitas ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang bila pada suatu saat perusahaan dilikuidasi. Rasio solvabilitas perusahaan

merupakan komposisi utang dan ekuitas. Sehingga rasio solvabilitas berasosiasi dengan laba. Perusahaan akan memilih sumber dana yang paling rendah biayanya diantara berbagai alternatif sumber dana yang tersedia (Mustarsyidah, 2009). Rasio aktivitas merupakan rasio yang dimaksud untuk mengukur seberapa


(12)

efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber dananya. Pengaruh perubahan rasio aktivitas terhadap pertumbuhan laba di masa yang akan datang yaitu rasio ini mengukur seberapa efisien sebuah perusahaan memakai asetnya untuk

menghasilkan penjualan dalam memperoleh laba (Riyanto, 2001).

Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total asset maupun modal sendiri. Selain itu rasio profitabilitas juga dapat dinyatakan sebagai rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan

sebagai variabel penentu dalam estimasi laba di masa mendatang (Cahyaningrum, 2012). Arus kas operasi berpengaruh terhadap laba yang mengisyaratkan bahwa semakin tinggi komponen arus kas maka akan meningkatkan pertumbuhan laba yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio arus kas menjadi alternatif lain dalam memprediksi pertumbuhan laba selain menggunakan rasio keuangan pada umumnya. Sehingga sejauh mana signifikan rasio arus kas dalam memprediksi pertumbuhan laba masa mendatang.

Menurut penelitian yang dilakukan Yusuf (2011) bahwa rasio likuiditas berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba satu tahun mendatang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah Working Capital to Total Assets (WCTA). Akan tetapi penelitian yang dilakukan Suwarno (2004) menunjukkan bahwa WCTA tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba satu tahun mendatang. Pengaruh rasio likuiditas terhadap laba ini merupakan kualitas aset yang berkaitan dengan kelangsungan usaha

perusahaan. Pengelolahan aset diarahkan kepada pengelolahan aset produktif untuk memperoleh laba. Penelitian Hapsari (2007) yang menunjukkan bahwa


(13)

rasio solvabilitas berpengaruh negatif untuk memprediksi pertumbuhan laba satu tahun mendatang adalah Current Liability to Inventory (CLI) dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasil tersebut di dukung oleh penelitian Taruh (2012) menunjukkan bahwa CLI tidak berpengaruh signifikan untuk memprediksi pertumbuhan laba satu tahun ke depan. Rasio solvabilitas perusahaan merupakan komposisi utang dan ekuitas. Sehingga rasio solvabilitas berasosiasi dengan laba. Perusahaan akan memilih sumber dana yang paling rendah biayanya diantara berbagai alternatif sumber dana yang tersedia.

Hapsari (2007) rasio aktivitas menunjukkan berpengaruh positif terhadap

pertumbuhan laba adalah Total Assets Turnover (TAT) dengan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Sedangkan penelitian yang dilakukan Taruh (2012) menunjukkan bahwa TAT tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Rasio aktivitas merupakan rasio yang dimaksud untuk

mengukur seberapa efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber dananya. Penelitian mengenai rasio profitabilitas terhadap pertumbuhan laba diteliti oleh Meythi (2005) dan Yusuf (2011),menunjukkan bahwa rasio profitabilitas

berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah Return on Assets (ROA), namun dalam Mustarsyidah (2009) bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Rasio profitabilitas untuk mengukur efektivitas manajemen dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan sebagai variabel penentu dalam estimasi laba di masa mendatang. Penelitian Takarini dan Ekawati (2003) menunjukkan bahwa Cash Flow From Operating to Current Liabilities (CFFOCL) yang menunjukkan arus kas operasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan


(14)

penelitian Wiwid (2008) menunjukkan Cash Flow From Operating to Current Liabilities (CFFOCL) tidak berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Arus kas operasi berpengaruh terhadap laba yang mengisyaratkan bahwa semakin tinggi komponen arus kas maka akan meningkatkan pertumbuhan laba yang dimiliki oleh perusahaan.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu diperoleh gambaran bahwa selain penggunaan rasio keuangan yang berbeda hasilnya juga tidak selalu sama sehingga penelitian yang telah dilakukan tersebut sebenarnya masih jauh dari memadai jika yang diinginkan adalah sebuah kontruksi formal teori analisa rasio keuangan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Hapsari (2007), yang menggunakan variabel independen terdiri atas rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas. Dalam penelitian ini diharapkan dapat

memperkuat prediksi pertumbuhan laba dapat dicapai dengan menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, arus kas operasi terhadap

pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Informasi Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.”


(15)

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahuludari hasil penelitian sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan untuk meneliti kembali pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, arus kas operasi terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008 sampai dengan 2012, sehingga dapat diturunkan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, profitabilitas, arus kas operasi terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?”

1.2.2 Batasan Masalah

Dalam memfokuskan penelitian agar masalah yang diteliti memiliki ruang lingkup dan arah yang jelas, maka peneliti memberikan batasan masalah yaitu:

1. Variabel independen yang digunakan terdiri dari rasio solvabilitas yang diproksikan dengan Current Liability to Inventory (CLI), rasio likuiditas yang diproksikan dengan Working Capital to Total Assets (WCTA), rasio aktivitas yang diproksikan dengan Total Assets Turnover(TAT), serta rasio profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA), rasio arus kas operasi yang diproksikan dengan Cash Flow FromOperating to Current Liability (CFFOCL).

2. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode pengamatan, yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012.


(16)

1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Menguji pengaruh rasio likuiditas terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur.

2. Menguji pengaruh rasio solvabilitas terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur.

3. Menguji pengaruh rasio aktivitas terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur.

4. Menguji pengaruh rasio profitabilitas terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur.

5. Menguji pengaruh rasio arus kas operasi terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur.

1.3.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah: 1. Bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi mengenai kemampuan rasio keuangan dalam memprediksi laba dalam lingkup Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan keterbatasan dalam penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya.

2. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(17)

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta meningkatkan kompetensi keilmuan dalam disiplin ilmu yang digeluti, khususnya pada bidang akuntansi


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori 2.1.1 Signaling Teori

Salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk, 2000). Lusiana ( 2008) berpendapat bahwa:

“Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain.”

Menurut Scott (2000) dalam Kiryanto dan Supriyanto (2006) terdapat dua macam asimetri informasi, yaitu:

1. Adverse selection

Adverse selection yaitu bahwa para manajer serta orang-orang lainnya memiliki lebih banyak pengetahuan tentang keadaan dan prospek


(19)

fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tidak disampaikan oleh manajer kepada pemegang saham.

2. Moral hazard

Moral hazard yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun kreditor. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan yang melanggar kontrak dan secara etika atau norma tidak layak untuk dilakukan di luar sepengetahuan pemegang saham.

2.1.2 Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2006: 297), rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan.

Menurut Horne (Kasmir, 2009: 104), rasio keuangan adalah:

”Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka yang lainnya dalam satu periode maupun beberapa periode.”

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah indeks yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan antara dua angka dalam pos-pos laporan keuangan dengan membandingkan angka-angka tersebut dalam satu periode atau beberapa periode dalam rangka membantu mengevaluasi suatu laporan keuangan.

Dennis (2006) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan metode yang paling baik digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi keuangan


(20)

perusahaan secara keseluruhan. Menurut Usman (2003), analisis ini berguna sebagai analisis internal bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil keuangan yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis internal bagi kreditor dan investor untuk menentukan kebijakan

pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan. Secara umum, rasio keuangan dapat dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas (Cahyaningrum, 2012).

1. Rasio Likuiditas

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan

kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Menurut Munawir (2004), rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga:

a. Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aset lancar dan hutang lancar. b. Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan terhadap hutang lancar.

c. Working Capital to Total Assets (WCTA) yaitu perbandingan antara aset lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aset.

2. Rasio Solvabilitas/Leverage

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini dapat diproksikan dengan (Ediningsih, 2004): a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total aset. b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri.


(21)

jangka panjang dengan modal sendiri.

d. Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatan sebelum pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap bunga hutang jangka panjang.

e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang lancar terhadap sediaan.

f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara laba operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang.

3. Rasio Aktivitas

Menurut Ang (1997) rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aset yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aset-aset. Rasio aktivitas dapat diproksikan dengan:

a. Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah aset.

b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok penjualan dengan sediaan rata-rata.

c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutang rata-rata dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit.

d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih terhadap modal kerja.


(22)

Menurut Yusuf (2011), rasio profitabilitas/rentabilitas

digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan asetnya, efisiensi ini dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Rasio profitabilitas dapat diproksikan dengan:

a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak (NIAT) terhadap total penjualannya.

b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor terhadap penjualan bersih.

c. Return on Assest (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah aset.

d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak terhadap modal sendiri.

Penelitian ini juga memasukkan rasio keuangan yang berasal dari informasi laporan arus untuk memberikan bukti bahwa rasio keuangan yang berasal dari informasi laporan arus kas juga dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba suatu perusahaan. Sedangkan rasio keuangan yang berasal dari laporan arus kas yang digunakan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Andhito (2011): 1. Aktivitas operasi meliputi:

a. Arus kas bersih dari aktivitas operasi/hutang lancar (CFFO/CL). b. Arus kas bersih dari aktivitas operasi/total hutang (CFFO/TL). c. Arus kas bersih dari aktivitas operasi/total sumber dana (CFFO/TS). d. Arus kas bersih dari aktivitas operasi/total aset (CFFO/TA).

e. Arus kas bersih dari aktivitas operasi/ekuitas pemilik (CFFO/EQ). f. Arus kas bersih dari aktivitas operasi/penjualan (CFFO/S).


(23)

g. Arus kas bersih dari aktivitas operasi/bunga (CFFO/I). 2. Aktivitas investasi meliputi:

a. Investasi aset tetap/aset tetap (IPPE/PPE).

b. Investasi aset tetap/total penggunaan dana (IPPE/TU).

c. Perubahan modal kerja/ total penggunaan dana (CHWC/TU). d. Penghapusan aset tetap/ total sumber dana (RPPE/TS). 3. Aktivitas pendanaan meliputi:

a. Perolehan hutang/total sumber dana (DI/TS).

b. (Perolehan hutang – pembayaran hutang)/total sumber dana (NetDebt/TS).

2.1.3 Pertumbuhan Laba

Laba adalah perbedaan antara pendapatan (revenue) yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Harahap, 2008). Menurut Wahyuni (2012) laba merupakan jumlah residual yang tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal jika ada) dikurangkan pada penghasilan. Jika beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya merupakan kerugian bersih sehingga laba merupakan perbedaan antara pendapatan dalam suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan laba.

Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba yang diperoleh perusahaan. Pertumbuhan laba yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan, karena besarnya dividen yang akan dibayar di masa akan datang saat bergantung pada kondisi perusahaan. Perusahaan dengan laba bertumbuh, dapat


(24)

memperkuat hubungan antara besarnya atau ukuran perusahaan dengan tingkatan laba yang diperoleh. Perusahaan dengan laba bertumbuh akan memiliki jumlah aset yang besar sehingga memberikan peluang lebih besar di dalam menghasilkan profitabilitasnya. Menurut Musliatun (2000) menyatakan perusahaan yang

memiliki total aset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaan.

Menurut Harianto dan Sudomo dalam Aini (2006), pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

1. Besarnya perusahaan

Perusahaan jika semakin besar maka ketepatan pertumbuhan laba yang diharapkan semakin tinggi.

2. Umur perusahaan

Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam meningkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.

3. Tingkat leverage

Perusahaan yang memiliki tingkat hutang tinggi, maka manajer cenderung memanipulasi laba sehingga mengurangi ketepatan pertumbuhan laba. 4. Tingkat penjualan

Tingkat penjualan di masa yang akan datang yang meningkat membuat pertumbuhan laba semakin tinggi.

5. Perubahan laba masa lalu

Perubahan laba di masa lalu jika semakin besar, semakin tidak pasti laba yang diperoleh di masa yang akan datang.


(25)

1. Hapsari (2007) menguji pengaruh WCTA, CLI, OITL, TAT, NPM, GPM terhadap pertumbuhan laba. Sampel perusahaan manufaktur tahun 2001-2005 dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa WCTA, CLI, OITL, TAT, NPM, GPM berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan WCTA dan CLI tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.

2. Wibowo (2011) menguji pengaruh rasio lancar, perputaran total aset, total hutang terhadap total aset, profit margin piutang, return on aset, return on equity terhadap perubahan laba di bursa efek indonesia (BEI) dan Singapura (SGX). Sampel perusahaan manufaktur tahun 2005-2009 dengan

menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian yang telah dilakukan data BEI menunjukkan bahwa rasio lancar dan profit margin berpengaruh positif terhadap perubahan laba pada perusahaan BEI.

Sedangkan perputaran total aset, total hutang terhadap total aset, ROA, ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba pada perusahaan BEI. Hasil penelitian yang telah dilakukan data SGX menunjukkan bahwa

perputaran total aset dan profit margin berpengaruh positif terhadap

perubahan laba pada perusahaan SGX. Sedangkan rasio lancar, total hutang terhadap total aset, ROA, ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba pada perusahaan SGX.

3. Zanora (2012) menguji pengaruh likuiditas, leverage, aktivitas terhadap pertumbuhan laba. Sampel perusahaan yakni perusahaan manufaktur tahun


(26)

2009-2011 dengan menggunakan alat analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengaruh leverage berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan likuiditas dan aktivitas tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.

2.3 Model Penelitian

Berdasarkan rerangka pemikiran dan hipotesis yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibentuk model penelitian yang merupakan landasan dasar dari penelitian yang menghubungkan variabel-variabel yang diteliti dengan permasalahan

penelitian dan hipotesis penelitian, untuk memudahkan dalam menetapkan teknik-teknik analisis yang digunakan (Sekaran, 2004).Model penelitian ini digambarkan dalam rerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1 Model Penelitian Variabel Independen

Variabel Dependen

2.4 Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba

2.4.1 Hubungan Rasio Likuiditas(WCTA) terhadap Pertumbuhan Laba Rasio Likuiditas

WCTA

Rasio Profitabilitas ROA

Rasio solvabilitas CLI

Rasio Aktivitas TAT

Pertumbuhan Laba (Y)

Rasio Arus Kas Operasi CFFOCL


(27)

Working Capital to Total Asset (WCTA) merupakan salah satu alat ukur rasio likuiditas. Rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menggunakan aset lancar perusahaan, sehingga mampu membayar utang jangka pendeknya tepat pada waktu yang dibutuhkan (Cahyaningrum, 2012). WCTA yang semakin tinggi menunjukkan modal operasional perusahaan besar

dibandingkan dengan jumlah asetnya (total assets). Modal kerja yang besar akan memperlancar kegiatan operasi perusahaan sehingga perusahaan mampu

membayar hutangnya, dengan demikian pendapatan yang diperoleh meningkat. Semakin besar WCTA akan meningkatkan laba yang selanjutnya akan

mempengaruhi peningkatan pertumbuhan laba. Hal ini dikarenakan efisiensi dari selisih antara aset lancar (current assets) dan hutang lancar (current liabilities). H1: Rasio likuiditas (WCTA)berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.

2.4.2 Hubungan Rasio Solvabilitas(CLI) terhadap Pertumbuhan Laba Current Liability Inventory (CLI) termasuk salah satu alat ukur rasio solvabilitas. Rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Hapsari, 2007). Semakin tinggi CLI berarti hutang lancar perusahaan (current liabilities) untuk membiayai persediaan di gudang makin besar, sehingga beban hutang perusahaan menjadi makin besar. Hal ini

menimbulkan resiko yang cukup besar bagi perusahaan ketika perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tersebut pada saat jatuh tempo, perusahaan juga akan dihadapkan pada beban bunga yang besar, sehingga akan mengganggu kontinuitas operasi perusahaan dan laba yang diperoleh perusahaan menjadi berkurang. Ini membuktikan bahwa perusahaan tidak mampu mendayagunakan hutangnya untuk menambah ekspansi usaha guna memperoleh keuntungan.


(28)

H2: Rasio solvabilitas (CLI)berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.

2.4.3 Hubungan Rasio Aktivitas(TAT) terhadap Pertumbuhan Laba Total Assets Turnover (TAT) merupakan salah satu alat ukur rasio aktivitas. TAT menunjukkan efisiensi penggunaan seluruh aset (total assets) perusahaan untuk menunjang penjualan (sales) (Hapsari, 2007). Semakin besar TAT menunjukkan perusahaan efisien dalam menggunakan seluruh aset perusahaan untuk

menghasilkan penjualan bersihnya. Semakin cepat perputaran aset suatu perusahaan untuk menunjang kegiatan penjualan bersihnya, maka pendapatan yang diperoleh meningkat sehingga laba yang di dapat besar (Hapsari, 2007). H3: Rasio aktivitas (TAT)berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.

2.4.4 Pengaruh Rasio Profitabilitas (ROA)Terhadap Pertumbuhan Laba Return on Assets (ROA) merupakan salah satu alat ukur rasio profitabilitas. ROA menunjukkan sejauh mana tingkat perputaran laba setelah pajak (laba sebelum pembagian hak minoritas) terhadap keseluruhan aset yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Semakin besar tingkat ROA ini, maka dapat diasumsikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba yang signifikan, sehingga dapat

menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengakomodasi tingkat pengembalian atas divestasi dalam komponen asetnya. Menurut Munawir (2004), rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dikatakan bahwa rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan asetnya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan

memperbandingkan antara laba bersih yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aset perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan oleh pendapatan yang stabil


(29)

dan pengolahan aset yang secara efektif dan efisien akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk tumbuh. Dengan adanya kemampuan tersebut, maka perusahaan dapat terus tumbuh dengan laba yang mampu ditingkatkan. H4: Rasio profitabilitas (ROA)berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.

2.4.5 Rasio Arus Kas Operasi (CFFOCL) terhadap pertumbuhan laba Cash Flow From Operating to Current Liability (CFFOCL) merupakan salah satu alat ukur rasio arus kas operasi. CFFOCL menunjukan kemampuan arus kas bersih dari aktifitas operasi dalam membiayai kewjiban jangka pendeknya,

dihitung dengan arus kas bersih dari aktifitas operasi dibagi hutang lancar (Rodoni & Muslim,2009). Penggunaan arus kas operasi dalam kegiatan operasional

perusahaan, khususnya penjualan akan berpengaruh terhadap laba. Selain itu, hutang lancar akan mengurangi beban pajak perusahaan. Arus kas operasi berpengaruh terhadap pertumbuhan laba yang mengisyaratkan bahwa semakin tinggi komponen arus kas operasi maka akan meningkatkan laba yang dimiliki oleh perusahaan. Maka sejauh mana pengaruh rasio arus kas operasi dalam memprediksi pertumbuhan laba masa mendatang.

H5: Rasio arus kas operasi (CFFOCL) berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan laba.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumbe r Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan akhir tahun pembukuan pada tanggal 31 Desember 2008, 2009, 2010, 2011 dan 2012. Sumber data dapat

diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sejak tahun 2008 sampai dengan 2012. Pemilihan sampel ditentukan secara purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria untuk dipilih menjadi sampel adalah:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan konsisten ada selama periode penelitian (tahun 2008 sampai dengan 2012).

2 . Perusahaan manufaktur yang tidak keluar (delisting) dari BEI selama periode penelitian (tahun 2008 sampai dengan 2012).

3. Perusahaan memiliki data lengkap mengenai informasi yang meliputi aset lancar, jumlah aset, hutang lancar, sediaan, penjualan bersih, arus kas dari operasi, penjualan bersih, laba.


(31)

Dari kriteria di atas, di dapat 40 sampel perusahaan manufaktur manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Tabel 3.1 menjelaskan jumlah dan kriteria perusahaan yang sesuai.

Tabel 3.1Pemilihan Sampel

No Krite ria Sampel Jumlah

Perusahaan 1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk tahun

2009-2012

115

2 Perusahaan yang tidak terdapat nilai sediaan ( 4 ) 3 Tidak tersedia laporan tahunan lengkap selama tahun

2009-2012

(61)

4 Laporan keuangan dalam mata uang asing (10)

Total Sampel 40

Sumber : Data olahan (2013)

Jumlah perusahaan manufaktur yang sesuai kriteria adalah 40 perusahaan dari berbagai subsektor perusahaan, pengamatan selama 5 tahun sehingga 40 perusahaan dikali 5 sehingga didapat 200 pengamatan.

3.3 Ope rasional variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya.

Pertumbuhan laba dirumuskan sebagai berikut (Usman, 2003):

( Yt– Yt-1 ) ΔYt =


(32)

Yang dalam hal ini:

ΔYt = pertumbuhan laba pada tahun t Yt = laba perusahaan pada tahun t

Yt-1 = laba perusahaan pada tahun t-1

3.3.2 Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini terdiri atas: a. Rasio Likuiditas

WCTA merupakan salah satu rasio likuiditas. WCTA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset lancar perusahaan,

sehingga mampu membayar utang jangka pendeknya tepat pada waktu yang dibutuhkan (Machfoedz, 1999).

(Aset lancar – Hutang lancar) WCTA =

Total aset

b. Rasio Solvabilitas

CLI termasuk salah satu rasio solvabilitas. CLI menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Hapsari, 2007). CLI dapat dirumuskan sebagai berikut (Cahyaningrum, 2012).

Hutang lancar CLI =

Sediaan c. Rasio Aktivitas

TAT termasuk salah satu rasio aktivitas. TAT menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aset berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue.


(33)

TAT memperlihatkan proporsi antara penjualan bersih dengan seluruh kekayaan yang dimiliki. TAT dapat dirumuskan sebagai berikut (Hapsari, 2007):

Penjualan bersih TAT =

Total aset

d. Rasio Profitabilitas

ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas. ROA diperoleh dari perbandingan laba bersih setelah pajak (laba sebelum hak minoritas) terhadap total aset.

Formulasinya adalah:

Laba bersih setelah pajak ROA =

Total aset

e. Rasio Arus Kas Operasi

CFFOCL merupakan arus kas operasi yang menunjukan kemampuan arus kas bersih dari aktifitas operasi dalam membiayai kewjiban jangka pendeknya,

dihitung dengan arus kas bersih dari aktifitas operasi dibagi hutang lancar. (Rodoni & Muslim, 2009)

Arus kas dari operasi CFFOCL =


(34)

3.4 Teknik Analisis Data 3.4.1 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif merupakan teknik deskriptif yang memberikan informasi mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis. Analisis ini hanya digunakan untuk menyajikan dan menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperjelas keadaan atau karakteristik data yang bersangkutan. Pengukuran yang digunakan statistik deskriptif ini meliputi jumlah sample, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (Ghozali, 2006). Minimum digunakan untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Mean digunakan untuk mengetahui rata–rata data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata.

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda (multiple regression) dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang kemudian disebut dengan asumsi klasik. Proses pengujian asumsi klasik dilakukan bersama dengan proses uji regresi sehingga langkah- langkah yang dilakukan dalam pengujian asumsi klasik menggunakan langkah kerja yang sama dengan uji regresi. Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikoliniearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh


(35)

pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan. Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut

3.4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dalama penelitian ini analisis yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah analisis grafik da n uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S).

3.4.2.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model analisis regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas di dalam regresi dapat dilihat dari: (1) tolerance value, (2) nilai variance inflation factor (VIF). Model regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai tolerance di atas 0,1 atau VIF di bawah 10 (Ghozali, 2009). Apabila tolerance variance di bawah 0,1 atau VIF di atas 10, maka terjadi multikolinearitas.


(36)

3.4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat grafik plot antara variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya yaitu SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized. Dasar analisisnya:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009).

3.4.2.4 Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2009). Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji durbin-watson (dw), dimana hasil pengujian ditentukan


(37)

3.4.3 Uji Hipotesis

Penelitian ini akan menggunakan metode regresi linear berganda untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi berganda dimaksudkan untuk menguji pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya.

Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel independen yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Model ya ng digunakan untuk menguji pengaruh variabel- variabel secara spesifik terhadap nilai perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan regresi:

ΔYt = β0 + β1 WCTAt+ β2 CLIt+ β3 TATt+ β4 ROAt+ β5 CFFOCLt + e Yang dalam hal ini:

ΔYt = Pertumbuhan laba pada tahun t

WCTAt = Working Capital to Total Assets pada tahun t CLIt = Current Liability Inventory pada tahun t

TATt = Total Assets Turnover pada tahun t ROAt = Return On Assets pada tahun t

CFFOCLt = Cash Flow From Operating to Current Liability pada tahun t β0 = Konstanta


(38)

BAB V PEN UTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini menguji pengaruh rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio arus kas operasiterhadap pertumbuhan laba. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terda ftar di BEI dari tahun 2008-2012 dengan menggunakan alat analisis regresi berganda. Berikut adalah simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini:

1. Secara statistik, variabel rasio likuiditas(WCTA)berpengaruh negatif secara signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa rasio likuiditas (WCTA) berpengaruh dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI. Ini menunjukkan bahwa semakin rendah nilai rasio likuiditas (WCTA) perusahaan maka pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi.

2. Secara statistik, variabel rasio solvabilitas(CLI)berpengaruh positif secara tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa rasio solvabilitas (CLI) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai rasio


(39)

solvabilitas (CLI) perusahaan belum tentu pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi.

3. Secara statistik,variabel aktivitas(TAT) berpengaruh negatif secara tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa rasio aktivitas (TAT) berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ini menunjukkan bahwa semakin rendah nilai rasio aktivitas (TAT) perusahaan belum tentu pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi. 4. Secara statistik, variabel profitabilitas(ROA) berpengaruh positif secara

signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa rasio profitabilitas (ROA) berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai rasio profitabilitas (ROA) perusahaan maka pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi. 5. Secara statistik, variabel rasio arus kas operasi(CFFOCL) berpengaruh

negatif secara tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa rasio arus kas operasi (CFFOCL) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ini menunjukkan bahwa semakin rendah nilai rasio arus kas operasi (CFFOCL) perusahaan belum tentu pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi.


(40)

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut: 1. Sampel penelitian yang digunakan hanya perusahaan-perusahaan

manufaktur yang menerbitkan laporan tahunannya secara berturut-turut dari tahun 2008-2012.

2. Rasio-rasio keuangan terbagi dalam banyak proksi, beberapa di antaranya yaitu Cash Ratio, Inventory to Net Working Capital, Profit Margin, Fixed Asset Turnover, Earning Per Share, dll. Namun dalam penelitian ini rasio keuangan hanya diproksikan dalam lima variabel saja, yaitu Working Capital to Total Assets, Current Liability Inventory, Total Assets

Turnover, Return On Assets, dan Cash Flow From Operating to Current Liability.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil simpulan dan keterbatasan di atas, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel- variabel lain yang mempengaruhi pertumbuhan laba. Hal ini mengingat nilai R2 dalam penelitian ini memiliki persentase yang cenderung kecil.

2. Penelitian selanjutnya, selain menggunakan sampel perusahaan manufaktur juga dapat menggunakan sampel perusahaan dari sektor lainnya seperti perbankan karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan perusahaan manufaktur.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis Regresi : Teori, Kasus, dan Solusi. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia.

Cahyaningrum, Ndaru Hesti. 2012. Analisis Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba. Universitas Diponegoro. Semarang. Dennis, Michael. 2006. Key Financial Rastios for The Credit Department. Business

Credit. New York. Vol.108, Iss. 10, pg. 62, 1 pgs.

Dewanti, Ery Aristya. 2010. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubaha n Laba pada PT. Dipo Valasindo. Universitas Pembangunan Nasional”Veteran” . Surabaya. Ediningsih, Sri Isworo. 2004. Rasio Keuangan dan Prediksi Pertumb uhan Laba: Studi

Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Wahana. Vol. 7, No. 1. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hapsari, Epri Ayu. 2007. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi kasus: Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dimBursa Efek Jakarta Periode 2001 Sampai Dengan 2005). Universitas Diponegoro. Semarang. Juliana, Roma Uly dan Sulardi. 2003. Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi

Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis &Manajemen. Vol. 3, No. 2.

Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Machfoedz, Mas’ud. 1999. Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes In Indonesia. Kelola. No. 7, Vol. III.

Mardiyanto, Handoyo. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Penerbit PT Grasindo. Jakarta.


(42)

Terdaftar di BEJ. Simposium Nasional AkuntansiVIII. Hal 277-287.

Meythi. 2005. Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. XI, No. 2, September.

Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Mustarsyidah, Anni. 2009. Pengaruh Perubahan Rasio Keuangan terhadap Perubahan Laba di masa yang akan datang pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta ISLAMIC INDEX . Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Yogyakarta.

Prafittriana, Mela Catu. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba perusahaan Otomotif yang Go Public di Indonesia. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas. Surabaya.

Riyanto, Bambang (2001). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta. Sekaran, Umara. 2004. Research Methods For Bussiness, Skill Building Approach.

Second Edition.

Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Suwarno, Agus Endro. 2004. Manfaat Informasi Rasio Keuangan Dalam Memprediksi

Perubahan Laba (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi Keuangan.

Takarini, Nurjanti dan Ekawati, Erni. 2003. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal Indonesia. Ventura. Desember, Vol. 6, No. 3, Hal. 253-270.

Tim Penyusun. 2006. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Usman, Bahtiar. 2003. Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Bank-Bank di Indonesia. Media Riset Bisnis & Manajemen. Vol. 3, No. 1. Wahyuni. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap Pertumbuhan


(1)

28

3.4.3 Uji Hipotesis

Penelitian ini akan menggunakan metode regresi linear berganda untuk menganalisis pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Analisis regresi berganda dimaksudkan untuk menguji pengaruh dari beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Analisis regresi dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependennya.

Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk menentukan variabel independen yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Model ya ng digunakan untuk menguji pengaruh variabel- variabel secara spesifik terhadap nilai perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan regresi:

ΔYt = β0 + β1 WCTAt+ β2 CLIt+ β3 TATt+ β4 ROAt+ β5 CFFOCLt + e Yang dalam hal ini:

ΔYt = Pertumbuhan laba pada tahun t

WCTAt = Working Capital to Total Assets pada tahun t

CLIt = Current Liability Inventory pada tahun t

TATt = Total Assets Turnover pada tahun t

ROAt = Return On Assets pada tahun t

CFFOCLt = Cash Flow From Operating to Current Liability pada tahun t β0 = Konstanta


(2)

1

BAB V PEN UTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini menguji pengaruh rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio arus kas operasiterhadap pertumbuhan laba. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terda ftar di BEI dari tahun 2008-2012 dengan menggunakan alat analisis regresi berganda. Berikut adalah simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini:

1. Secara statistik, variabel rasio likuiditas(WCTA)berpengaruh negatif secara signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa rasio likuiditas (WCTA) berpengaruh dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEI. Ini menunjukkan bahwa semakin rendah nilai rasio likuiditas (WCTA) perusahaan maka pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi.

2. Secara statistik, variabel rasio solvabilitas(CLI)berpengaruh positif secara tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa rasio solvabilitas (CLI) berpengaruh terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai rasio


(3)

45

solvabilitas (CLI) perusahaan belum tentu pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi.

3. Secara statistik,variabel aktivitas(TAT) berpengaruh negatif secara tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa rasio aktivitas (TAT) berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ini menunjukkan bahwa semakin rendah nilai rasio aktivitas (TAT) perusahaan belum tentu pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi. 4. Secara statistik, variabel profitabilitas(ROA) berpengaruh positif secara

signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini dapat membuktikan bahwa rasio profitabilitas (ROA) berpengaruh

terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai rasio profitabilitas (ROA) perusahaan maka pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi. 5. Secara statistik, variabel rasio arus kas operasi(CFFOCL) berpengaruh

negatif secara tidak signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan bahwa rasio arus kas operasi (CFFOCL) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Ini menunjukkan bahwa semakin rendah nilai rasio arus kas operasi (CFFOCL) perusahaan belum tentu pertumbuhan laba perusahaan semakin tinggi.


(4)

46

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut: 1. Sampel penelitian yang digunakan hanya perusahaan-perusahaan

manufaktur yang menerbitkan laporan tahunannya secara berturut-turut dari tahun 2008-2012.

2. Rasio-rasio keuangan terbagi dalam banyak proksi, beberapa di antaranya yaitu Cash Ratio, Inventory to Net Working Capital, Profit Margin, Fixed

Asset Turnover, Earning Per Share, dll. Namun dalam penelitian ini rasio

keuangan hanya diproksikan dalam lima variabel saja, yaitu Working

Capital to Total Assets, Current Liability Inventory, Total Assets

Turnover, Return On Assets, dan Cash Flow From Operating to Current

Liability.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil simpulan dan keterbatasan di atas, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Untuk penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan variabel- variabel lain yang mempengaruhi pertumbuhan laba. Hal ini mengingat nilai R2

dalam penelitian ini memiliki persentase yang cenderung kecil.

2. Penelitian selanjutnya, selain menggunakan sampel perusahaan manufaktur juga dapat menggunakan sampel perusahaan dari sektor lainnya seperti perbankan karena memiliki karakteristik yang berbeda dengan perusahaan manufaktur.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis Regresi : Teori, Kasus, dan Solusi. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia.

Cahyaningrum, Ndaru Hesti. 2012. Analisis Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba. Universitas Diponegoro. Semarang. Dennis, Michael. 2006. Key Financial Rastios for The Credit Department. Business

Credit. New York. Vol.108, Iss. 10, pg. 62, 1 pgs.

Dewanti, Ery Aristya. 2010. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubaha n Laba pada PT. Dipo Valasindo. Universitas Pembangunan Nasional”Veteran” . Surabaya. Ediningsih, Sri Isworo. 2004. Rasio Keuangan dan Prediksi Pertumb uhan Laba: Studi

Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEJ. Wahana. Vol. 7, No. 1. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan

Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Harahap, Sofyan Syafri. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hapsari, Epri Ayu. 2007. Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi kasus: Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar dimBursa Efek Jakarta Periode 2001 Sampai Dengan 2005). Universitas Diponegoro. Semarang. Juliana, Roma Uly dan Sulardi. 2003. Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi

Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis &Manajemen. Vol. 3, No. 2.

Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.

Machfoedz, Mas’ud. 1999. Financial Ratio Analysis and The Prediction of Earnings Changes In Indonesia. Kelola. No. 7, Vol. III.

Mardiyanto, Handoyo. 2009. Intisari Manajemen Keuangan. Penerbit PT Grasindo. Jakarta.


(6)

Meriewaty, Dian dan Setyani, Astuti Yuli. 2005. Analisis Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Kinerja Pada Perusahaan di Industri Food and Beverages Yang Terdaftar di BEJ. Simposium Nasional AkuntansiVIII. Hal 277-287.

Meythi. 2005. Rasio Keuangan Yang Paling Baik Untuk Memprediksi Pertumbuhan Laba: Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. XI, No. 2, September.

Munawir, S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Mustarsyidah, Anni. 2009. Pengaruh Perubahan Rasio Keuangan terhadap Perubahan Laba di masa yang akan datang pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta ISLAMIC INDEX . Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Yogyakarta.

Prafittriana, Mela Catu. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba perusahaan Otomotif yang Go Public di Indonesia. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas. Surabaya.

Riyanto, Bambang (2001). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta. Sekaran, Umara. 2004. Research Methods For Bussiness, Skill Building Approach.

Second Edition.

Soemarso. 2005. Akuntansi Suatu Pengantar. Penerbit Salemba Empat. Jakarta. Suwarno, Agus Endro. 2004. Manfaat Informasi Rasio Keuangan Dalam Memprediksi

Perubahan Laba (Studi Empiris Terhadap Perusahaan Manufaktur Go Publik di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi Keuangan.

Takarini, Nurjanti dan Ekawati, Erni. 2003. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar Modal Indonesia. Ventura. Desember, Vol. 6, No. 3, Hal. 253-270.

Tim Penyusun. 2006. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Usman, Bahtiar. 2003. Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba pada Bank-Bank di Indonesia. Media Riset Bisnis & Manajemen. Vol. 3, No. 1. Wahyuni. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap Pertumbuhan


Dokumen yang terkait

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN TRANSPORTATION SERVICES YANG Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Transportation Services Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Period

0 5 16

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011-2013.

0 3 13

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 16

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 1 14

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 4 15

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BEI TAHUN 2004-2007.

0 0 6

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERUBAHAN LABA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 14

Pengaruh Rasio Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa efek Indonesia.

0 0 25

Analisis Pengaruh Rasio Keuangan RGEC dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI.

0 4 78

PENGARUH RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI PERTUMBUHAN LABA (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BEI)

0 0 14