PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PEMBELAJARAN OPTIK DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PEMBELAJARAN
OPTIK DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

(Skripsi)

Oleh:
ASTARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

Astari

ABSTRAK
PENGEMBANGAN MULTIMEDIA TUTORIAL PEMBELAJARAN
OPTIK DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Oleh
Astari


Perkembangan Teknologi dan Ilmu Komputer (TIK) dalam pendidikan
memberikan kemudahan dalam menyediakan media yang dapat mengatasi
keterbatasan dalam proses pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang
berbasis TIK adalah multimedia tutorial. Media pembelajaran berbasis multimedia
tutorial digunakan dalam proses pembelajaran untuk memperkuat penguasaan
konsep peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai dan kegiatan pembelajaran
lebih efektif dan efisien.
Tahap pengembangan multimedia tutorial mengadaptasi model pengembangan
Suyanto dan Sartinem sebagai acuan, yaitu dimulai dari analisis kebutuhan
dilanjutkan dengan mengidentifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan
kemudian mengidentifikasi spesifikasi produk yang diinginkan yang mendasari
latar belakang penelitian pengembangan ini. Langkah selanjutnya adalah
mengembangkan produk multimedia tutorial dengan pendekatan saintifik yang
disertai panduan guru. Setelah produk dikembangkan, produk diuji kelayakannya

Astari
yang meliputi uji ahli materi dan uji ahli desain. Tahapan selanjutnya adalah uji
eksternal pada kelompok kecil dan diperoleh hasil bahwa produk yang
dikembangkan dikategorikan menarik dengan skor 3,2 , mudah digunakan dengan

skor 3,0, dan bermanfaat dengan skor 3,1, serta multimedia yang dikembangkan
efektif digunakan dalam pembelajaran dengan presentase hasil belajar siswa
sebesar 80% tuntas KKM.

Kata kunci: pengembangan multimedia, tutorial ,pembelajaran optik, pendekatan
saintifik.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, pada tanggal 31 Mei 1992, sebagai anak
ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Buang Suharto dan Ibu
Armalia.

Penulis mengawali pendidikan formal pada Tahun 1996 di TK Dharma Wanita
Bukit Kemuning dan lulus pada tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di
SD Negeri 1 Bukit Kemuning pada Tahun 2004. Sekolah Menengah Pertama
(SMP) diselesaikan di SMP Negeri 3 Bukit Kemuning pada Tahun 2007, dan
Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 15 Bandar Lampung
pada Tahun 2010. Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa program studi
Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada tahun 2013, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Way Tenong dan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Desa Suka Nanti, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung
Barat.

MOTO

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
(Al Baqarah: 153)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati, teriring doa dan puji syukur kepada Allah SWT, penulis
mempersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan kasih cintaku
yang tulus dan mendalam kepada:
1.


Bapak Buang Suharto dan ibu Armalia sebagai orang tua yang selalu
mendo’akanku serta memberikan semangat demi keberhasilanku.

2.

Adik dan kakak-kakakku (Ayuk Dian,Deni, dan Ayu) yang selalu
memberikan doa dan semangatnya untuk keberhasilanku.

3.

Keluarga besar Yai Djalili (Alm) dan Nyai Maymunah.

4.

Keluarga besar Bapak Imam Santoso dan Ibu Budi Ruswani

5.

Almamater tercinta.


SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan
judul “Pengembangan Multimedia Tutorial Pembelajaran Optik dengan
Pendekatan Saintifik” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Fisika di FKIP Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang telah memotivasi,
membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan skripsi.
4. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik selama proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Dosen Pembahas atas kesediaannya
untuk masukan dan saran-saran kepada penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini.


6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Program Studi Pendidikan Fisika dan Jurusan
Pendidikan MIPA.
7. Farada Andyka terima kasih atas semua kerja kerasnya untuk membantu
penulis.
8. Sahabat seperjuangan Pendidikan Fisika A 2010 ( Siti Fatimah, Puspa Mitir,
Gledys, Rohma Oim, Riski Bebek, Badri, Yudhi, Yusron, Ajo dian, Fitri,
Meitri, Tami, Anton, Irfan Hima, Junia, Eva, Ferry, Eni, Ricca, Novi, Rohli,
Tama, Hadi,), dan mbak Fathin, serta Pendidikan Fisika B 2010.
9. Sahabat KKN/PPL terima kasih atas kekompakannya hingga saat ini dan
selamanya.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, Oktober 2014
Penulis,

Astari


vi

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
E. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Pengembangan ................................................................. 6
B. Media Pembelajaran .......................................................................... 9
C. Multimedia ......................................................................................... 10
D. Multimedia Tutorial ........................................................................... 12
E. Pendekatan Saintifik .......................................................................... 14

F. Alat-Alat Optik .................................................................................. 17
G. Rancangan Teori Pembelajaran Optik dengan Pendekatan Saintifik. 30
H. Macromedia Flash Pro 8 ................................................................... 32
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................... 35
B. Prosedur Penelitian Pengembangan .................................................. 36
1. Analisis Kebutuhan ....................................................................... 38

vii

2. Identifikasi Sumber Daya .............................................................. 39
3. Identifikasi Spesifikasi Produk ..................................................... 39
4. Pengembangan Produk ................................................................. 40
5. Uji Internal .................................................................................... 40
6. Uji Eksternal .................................................................................. 41
7. Produksi......................................................................................... 42
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 42
1. Teknik Wawancara ........................................................................ 43
2. Teknik Observasi........................................................................... 43
3. Teknik Angket ............................................................................... 43

4. Teknik Tes Khusus ....................................................................... 43
D. Teknik Analisis Data ......................................................................... 44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pengembangan ........................................................

48

B. Pembahasan .......................................................................................

57

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...........................................................................................

60

B. Saran ..................................................................................................

61


DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
1. Lembar Observasi Inventarisasi Fasilitas Sekolah..............................

65

2. Angket Analisis Kebutuhan ................................................................

66

3. Hasil Analisis Kebutuhan ...................................................................

69

4. Storyboard...........................................................................................

72

5. Silabus .................................................................................................


130

6. RPP .....................................................................................................

135

7. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Media ...................................................

141

8. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Panduan Guru ......................................

146

viii

9. Instrumen Uji Ahli Desain Media .......................................................

150

10. Instrumen Uji Ahli Desain Panduan Guru ........................................

155

11. Instrumen Uji Ahli Materi Media .....................................................

158

12. Instrumen Uji Ahli Materi Panduan Guru ........................................

168

13. Hasil Uji Ahli Desain Media .............................................................

171

14. Hasil Uji Ahli Desain Panduan Guru ................................................

172

15. Hasil Uji Ahli Materi Media .............................................................

174

16. Hasil Uji Ahli Materi Panduan Guru ................................................

175

17. Kisi-Kisi Instrumen Uji Satu Lawan Satu ........................................

179

18. Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan ..............................................

182

19. Instrumen Uji Satu Lawan Satu ........................................................

185

20. Instrumen Uji Kemenarikan ..............................................................

188

21. Hasil Uji Eksternal Satu Lawan Satu ................................................

191

22. Hasil Uji Eksternal Kelompok Kecil ................................................

192

23. Kisi-Kisi Instrumen Uji Keefektifan .................................................

197

24. Hasil Uji Keefektifan ........................................................................

202

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban ............................................... 46
3.2 Konvensi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas dalam
Suyanto (2009: 20) .................................................................................. 47
4.1 Hasil Penilaian Uji Internal Panduan Guru ............................................. 55
4.2 Hasil Uji Eksternal Satu Lawan Satu ...................................................... 56
4.3 Hasil Uji Lapangan (Kelompok Kecil) Multimedia................................ 56

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1

Konsep Pendekatan Saintifik ................................................................

16

2.2

Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ...........

16

2.3

Bagian-Bagian Mata .............................................................................

18

2.4

Pembentukan Bayangan pada Mata ......................................................

19

2.5

Kondisi Lensa Mata saat Melihat Benda ..............................................

20

2.6

Pembentukan Bayangan pada Cacat Mata Miopi .................................

21

2.7

Pembentukan Bayangan pada Cacat Mata Hipermetropi .....................

22

2.8

Mengamati Benda dengan Mata Berakomodasi ...................................

24

2.9

Mengamati Benda dengan Mata Tak Berakomodasi ............................

26

2.10 Bagian-Bagian Mikroskop ....................................................................

27

2.11 Pembentukan Bayangan pada Mikroskop untuk Mata Berakomodasi
Maksimum ............................................................................................

28

2.12 Pembentukan Bayangan pada Mikroskop untuk Mata Berakomodasi
Maksimum ............................................................................................

29

2.13 Area Kerja Macromedia Flash Pro 8 ...................................................

34

3.1

Model Pengembangan Media Instruksional diadaptasi dari Prosedur
Pengembangan Produk dan Uji Produk menurut Suyanto dan Sartinem
..............................................................................................................

37

3.2

One-Shot Case Study ............................................................................

44

4.1

Tampilan Awal .....................................................................................

49

4.2

Tampilan Menu Utama ........................................................................

50

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari sifat dan gejala alam
secara keseluruhan. Optik merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang
mempelajari tentang sifat cahaya dan gejala yang ditimbulkan dari interaksi
cahaya. Konsep pada pembelajaran optik bersifat abstrak, terutama mengenai
pembentukan bayangan pada alat-alat optik.

Proses belajar mengajar seringkali dihadapkan dengan konsep materi yang bersifat
abstrak dan diluar pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sulit
dipahami oleh siswa dan guru sulit membelajarkannya. Tetapi dengan
berkembangnya teknologi dalam dunia pendidikan memberikan kemudahan dalam
menyediakan media yang dapat mengatasi keterbatasan dalam pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia akan membantu siswa
dalam menggambarkan konsep fisika yang bersifat abstrak ke yang lebih konkret,
sehingga penguasaan konsep jauh lebih baik.

Berdasarkan Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang kurikulum SMA/MA
ditetapkannya kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik yaitu
pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah.

2

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan berupa angket yang diberikan kepada guru
bahwa kebanyakan guru belum menggunakan media pembelajaran yang memuat
scientific approach. Guru hanya menggunakan metode ceramah, penyampaian
materi hanya bersifat informatif. Sehingga banyak siswa yang masih kesulitan
untuk memahami isi materi dan menyebabkan proses pembelajaran tidak
maksimal. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.74 tahun 2008 tentang guru
pasal 3 ayat (4) menyatakan bahwa kompetensi pedagogik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran
peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi pemahaman wawasan atau
landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan
kurikulum atau silabus, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil belajar, pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut, kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran yaitu dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) untuk kepentingan pembelajaran. Jadi kompetensi pedagogik guru yang
harus dicapai adalah dapat memanfaatkan TIK untuk kepentingan pembelajaran.
Salah satu media pembelajaran yang berbasis TIK adalah komputer atau laptop.
Komputer dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menyiapkan bahan ajar
maupun dalam proses pembelajaran agar lebih efektif dan efisien. Komputer
berperan sebagai pembantu tambahan dalam belajar, pemanfaatannya meliputi
penyajian informasi, isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya.

3

Salah satu software yang dapat digunakan untuk membuat multimedia tutorial
adalah Macromedia Flash Professional 8. Macromedia Flash Professional 8
mempunyai banyak kelebihan dalam penggunaannya, khususnya dalam
penyampaian materi pelajaran. Kelebihan tersebut diantaranya adalah gambar,
animasi, dan suara yang mempunyai daya tarik tersendiri dan lebih memudahkan
dalam mempelajari materi terutama pada pembelajaran fisika.

Sesuai dengan paparan diatas, maka perlu dikembangkan multimedia tutorial
pembelajaran optik dengan pendekatan saintifik untuk menambah variasi media
pembelajaran dan membantu siswa dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah diperlukan multimedia tutorial pembelajaran
optik dengan pendekatan saintifik untuk SMA/MA yang berisi materi ajar,
praktikum virtual, latihan soal beserta kunci jawabannya, dan uji kompetensi yang
dilengkapi dengan perekaman nilai untuk setiap jawaban benar, disertai buku
panduan guru.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengembangkan multimedia tutorial
pembelajaran optik dengan pendekatan saintifik yang berisi rangkuman materi
ajar, praktikum virtual, latihan soal beserta kunci jawabannya, dan uji penguasaan
materi yang dilengkapi dengan perekaman nilai untuk setiap jawaban benar, serta
buku panduan guru.

4

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1.

Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam keterbatasan praktikum
fisika khususnya pada pembelajaran alat-alat optik.

2.

Tersedianya sumber belajar yang bervariasi bagi siswa yang dapat digunakan
secara mandiri atau bersama kelompok belajarnya dalam proses pembelajaran
untuk mencapai penguasaan kompetensi.

3.

Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematis dengan metode ilmiah.

4.

Memberikan motivasi bagi guru untuk meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran dan memanfaatkan teknologi khususnya teknologi berbasis
elektronik dalam kegiatan pembelajaran.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari berbagai macam perbedaan penafsiran tentang penelitian ini,
maka diberikan batasan sebagai berikut:

1.

Pengembangan media pembelajaran berbasis multimedia tutorial.

2.

Pengembangan media pembelajaran dilengkapi dengan buku panduan guru.

3.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan media
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

4.

Pembuatan dan penyusunan multimedia dengan memanfaatkan Macromedia
Flash Professional 8.

5

5.

Pengembangan multimedia tutorial dilakukan untuk pembelajaran fisika
SMA/MA materi optik.

6.

Metode pengembangan yang digunakan diadaptasi dari Suyanto dan Sartinem
(2009).

7.

Uji coba produk penelitian pengembangan dilakukan pada satu kelas sampel
siswa kelas X MAN 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan sering dikenal dengan Research and Development
(R&D). Menurut Setyosari (2010: 214) penelitian pengembangan adalah suatu
proses yang dipakai untuk mengembangan dan memvalidasi produk pendidikan.

Menurut Gay dalam Farida (2012: 3) penelitian pengembangan adalah suatu usaha
untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan
bukan untuk menguji teori. Sedangkan Borg and Gall (1983) mendefinisikan
penelitian pengembangan sebagai berikut:
Educational Research and development (R & D) is a process used to
develop and validate educational products. The steps of this process are
usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research
findings pertinent to the product to be developed, developing the products
based on these findings, field testing it in the setting where it will be used
eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filedtesting stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated
until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally
defined objectives.
Terjemahan:
Riset dan pengembangan bidang pendidikan (R & D) adalah suatu proses
yang yang digunakan untuk mengembangkan dan mengesahkan produk
bidang pendidikan. Langkah-langkah dalam proses ini pada umumnya
dikenal sebagai siklus R& D, yang terdiri dari: pengkajian terhadap hasilhasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan validitas komponenkomponen pada produk yang akan dikembangkan, mengembangkannya
menjadi sebuah produk, pengujian terhadap produk yang dirancang, dan

7

peninjauan ulang dan mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil uji
coba. Hal itu sebagai indikasi bahwa produk temuan dari kegiatan
pengembangan yang dilakukan mempunyai obyektivitas.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan, penelitian pengembangan
merupakan proses untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada dan memvalidasi produk tersebut untuk
mengetahui layak atau tidak untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Sedangkan Badarudin (2011: 1) mengemukakan bahwa:
Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan suatu perangkat pembelajaran
berdasarkan teori pengembangan yang telah ada.

Adapun prosedur penelitian pengembangan menurut beberapa pendapat antara
lain:
Menurut Suyanto dan Sartinem (2009: 16) terdapat tujuh prosedur pengembangan
produk dan uji produk, yaitu:
(1)Analisis kebutuhan ,(2) Identifikasi sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan, (3) Identifikasi spesifikasi produk yang dinginkan pengguna, (4)
Pengembangan produk, (5) Uji internal: Uji spesifikasi dan Uji
operasionalisasi produk, (6) Uji eksternal : Uji kemanfaatan produk oleh
pengguna, (7) Produksi.

Sedangkan menurut Asyhar (2011: 95) adalah sebagai berikut:
(1)Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa, (2) Merumuskan tujuan
pembelajaran, (3) Merumuskan butir-butir materi, (4) Menyusun instrument
evaluasi, (5) Menyusun naskah/draft media, (6) Melakukan validasi ahli dan
(7) Melakukan uji coba / tes dan revisi.

Menurut Borg and Gall dalam Wahyudi (2011: 1) terdapat sepuluh langkah dalam
melakukan penelitian pengembangan, yaitu:

8

(1) Research and information collecting; termasuk dalam langkah ini antara
lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, dan
persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian;
(2) Planning; termasuk dalam langkah ini merumuskan kecakapan dan
keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang
akan dicapai pada setiap tahapan, dan jika mungkin/diperlukan
melaksanakan studi kelayakan secara terbatas;
(3) Develop preliminary form of product, yaitu mengembangkan bentuk
permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Termasuk dalam langkah ini
adalah persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku
petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung;
(4) Preliminary field testing, yaitu melakukan ujicoba lapangan awal dalam
skala terbatas. dengan melibatkan subjek sebanyak 6 – 12 subjek. Pada
langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara
wawancara, observasi atau angket;
(5) Main product revision, yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal
yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini sangat
mungkin dilakukan lebih dari satu kali, sesuai dengan hasil yang
ditunjukkan dalam ujicoba terbatas, sehingga diperoleh draft produk
(model) utama yang siap diujicoba lebih luas;
(6) Main field testing,
uji coba utama yang melibatkan seluruh mahasiswa;
(7) Operational product revision, yaitu melakukan perbaikan atau
penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang
dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap
divalidasi; (8) Operational field testing, yaitu langkah uji validasi terhadap
model operasional yang telah dihasilkan;
(9) Final product revision, yaitu melakukan perbaikan akhir terhadap model
yang dikembangkan guna menghasilkan produk akhir (final);
(10) Dissemination and implementation, yaitu langkah menyebar -luaskan
produk/model yang dikembangkan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian
pengembangan terdapat beberapa tahapan atau prosedur untuk menghasilkan
suatu produk akhir yang berkualitas baik, bermanfaat dan dapat digunakan
sebagai media pembelajaran.

9

B. Media Pembelajaran

Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan
dan berfungsi menyampaikan pesan pembelajaran dari penyampai pesan (guru)
kepada penerima pesan (siswa). Susilana dan Riyana (2007: 5) menjelaskan
bahwa kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau penghantar.

Susilana dan Riyana (2007: 6) mengemukakan bahwa:
Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu unsur
peralatan atau perangkat atau perangkat keras (hardware) dan unsur pesan
yang dibawanya (message/software). Dengan begitu, media pembelajaran
memerlukan peralatan untuk menyajikan, namun yang terpenting bukanlah
peralatan itu, tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media
tersebut.

Sedangkan menurut Asyhar (2011: 7) mengemukakan bahwa:
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat
menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana,
sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya
dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Gerlach dan Ely dalam Asyhar (2011: 7) mengemukakan bahwa:
Media pembelajaran memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu termasuk
manusia, materi atau kajian yang membangun suatu kondisi yang membuat
peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Ia
juga mengatakan media pembelajaran mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran, sehingga
bentuknya bisa berbentuk perangkat keras (hardware), seperti komputer,
televisi, proyektor, dan perangkat lunak (software) yang digunakan dalam
perangkat keras.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan dari suatu sumber

10

yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dalam pembelajaran sehingga
terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efisien dan efektif.

C. Multimedia
Multimedia terdiri dari dua kata “multi” dan “media”. Multi yang berarti banyak
sedangkan media berarti medium. Sehingga multimedia dapat diartikan sebagai
media yang menggabungkan dua unsur atau lebih yang terdiri dari teks, gambar,
grafis, foto, audio, video, dan animasi.

Beberapa definisi multimedia menurut para ahli adalah sebagai berikut (Asyhar,
2011: 75):
1. Najjar mendefinisikan bahwa”Multimedia is the use of text, graphics,
animations, pictures, videos, and sound to present information. Since
these media can now be integrated using a computer, there has been a
virtual explosion of computer based multimedia instructional
applications”.
2. Vaughun menjelaskan bahwa multimedia adalah sembarang kombinasi
yang terdiri atas teks, seni grafik, bunyi, animasi, dan video yang
diterima oleh penggu melalui hardware komputer.
3. Heinich at al menyatakan bahwa multimedia merupakan penggabungan
atau pengintegrasian dua atau lebih format media yang berpadu seperti
teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi ke
dalam suatu komputer.

Menurut Asyhar (2011: 75-76) multimedia dapat didefinisikan menjadi dua
kategori yaitu:
(1) Multimedia content production
Multimedia adalah penggunaan dan pemrosesan media (text, audio,
graphics, animation, video, dan interactivity) yang berbeda untuk
menyampaikan informasi atau menghasilkan produk multimedia (musik,
video, film, game, entertainment, dll), atau penggunaan sejumlah
teknologi yang berbeda yang memungkinkan untuk menggabungkan

11

media (text, audio, graphics, animation, video, animasi, graph/image,
interactivity dan special effect.
(2) Multimedia Communication
Multimedia adalah menggunakan media (massa), seperti televisi, radio,
cetak, dan internet, untuk mempublikasikan, menyiarkan, atau
mengkomunikasikan material advertising, publicity, entertainment, news,
education, dll.. Dalam kategori ini media yang digunakan adalah TV,
radio, film, cetak, musik, game, entertainment, tutorial, ICT (internet)
dan gambar.

Sedangkan menurut Daryanto (2010: 49) multimedia terbagi menjadi dua
kategori, yaitu:
(1)Multimedia linier yaitu suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan
alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini
berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film.
(2)Multimedia interaktif yaitu suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna sehingga pengguna
dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh
multimedia interaktif adalah pembelajaran interaktif dan aplikasi game.

Multimedia dikatakan interaktif jika pengguna tidak hanya memperhatikan multi
media yang dibuat, melainkan berinteraksi langsung dengan media tersebut yang
dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna .

Menurut Rahayu (2013: 39) keuntungan multimedia interaktif dalam
pembelajaran adalah terintegrasinya komponen-komponen seperti suara, teks,
grafik, interaktivitas, animasi, dan video yang dapat mengoptimalkan peran indera
dalam menerima informasi ke dalam sistem memori, sehingga dapat relatif lebih
cepat membangun struktur pemahaman siswa.

Menurut Rahayu (2013: 43) terdapat beberapa prinsip dalam mengembangkan
aplikasi multimedia pembelajaran, yaitu:
(1)Sajian materi dalam aplikasi harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan
harus seimbang menyikapi ras, agama, dan jenis kelamin, (2) Penyajian

12

aplikasi harus menarik minat siswa, sistematika, mengikuti teori-teori
belajar, menggunakan bahasa yang tepat, dan memperhatikan tingkat
kematangan siswa, (3) Aplikasi harus di lengkapi navigasi dan petunjuk
penggunaannya, (4) Kualitas fisik aplikasi harus baik.

Dalam mengembangkan multimedia pembelajaran ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu sajian materi harus sesuai dengan kompetensi dasar, menarik
minat peserta didik, sistematika sesuai teori belajar, dan dilengkapi navigasi dan
petunjuk penggunaan yang jelas.

D. Multimedia Tutorial

Tutorial adalah bantuan atau bimbingan belajar oleh tutor kepada tutee untuk
membantu kelancaran proses belajar mandiri secara perorangan atau kelompok.
Tutor adalah seseorang yang memiliki peran sebagai instruktur, moderator,
fasilitator, konselor, komentator, dan pengamat.

Rusyana (2012: 14) menyatakan bahwa:
peran tutor bukan sebagai penyampai materi belajar, tetapi sebagai animator
(yang menggerakkan). Ia memotivasi pembelajaran untuk belajar,
mempermudah proses belajar; mendukung dan memperluas materi
pembelajaran; menilai tingkat kompetensi yang dicapai, dan membantu
memecahkan masalah-masalah belajar.
Tutorial menurut Rusyana (2012: 15) menyatakan “Train students for a particular
examination, often at great speed and in a limited time”.
Tutorial melatih peserta didik untuk menghadapi suatu ujian, dilakukan secara
singkat dan terbatas waktunya. Sedangkan Burns menyatakan “... needed for
comunicating knowledge, such as topics to be taught, specific tutoring responses,
and possible student error”. Tutorial diperlukan untuk mengkomunikasikan

13

pengetahuan, misalnya topik yang harus diajarkan, tanggapan-tanggapan khusus,
dan kekeliruan yang dilakukan siswa.

Mayoka (2011: 6) menyatakan bahwa:
Konsep belajar mandiri dalam tutorial mengandung pengertian, bahwa
tutorial merupakan bantuan belajar dalam upaya memicu dan memacu
kemandirian, disiplin, dan inisiatif diri dalam belajar dengan minimalisasi
intervensi dari pihak pembelajar yang dikenal sebagai Tutor. Prinsip pokok
tutorial adalah “ kemandirian siswa”.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tutorial adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh tutor untuk membimbing,
bantuan, dan motivasi belajar agar siswa mengembangkan kemampuannya dengan
belajar mandiri, sehingga mampu menguasai materi pembelajaran.

Menurut Sudatha (2009):
Multimedia tutorial memiliki ciri, yaitu: mencakup informasi pelajaran,
memusatkan perhatian, mengandung informasi terbaru, menyajikan konsep
sedikit demi sedikit, pemberian umpan balik, penggunaan strategi yang
berbeda dalam proses pembelajaran siswa.

Jadi, multimedia tutorial adalah produk pembelajaran dengan menggunakan
software komputer yang berisi teks, grafik, animasi, suara, dan video yang
mencakup informasi pelajaran yang memusatkan perhatian dan pemberian umpan
balik dalam proses pembelajaran sehingga mampu menguasai materi.

14

E. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah.
Menurut Suhendi (2013: 1), pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode
pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Pendekatan saintifik berarti
konsep dasar yang melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan
menerapkan karakteristik yang ilmiah.

Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah dalam Suhendi (2013: 1) yang terbit di
Amerika pada tahun 2007 menyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik
dalam pembelajaran harus memenuhi tiga prinsip utama, yaitu:
a. Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau
belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar kelompok,
dan belajar berpusat pada siswa.
b. Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang
dibandingkan dengan target pencapaian tujuan belajar.
c. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah
mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa
konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan dari
kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta
konteks.

Sedangkan menurut Sudrajat (2013: 1) terdapat beberapa metode pembelajaran
yang di pandang sejalan dengan pinsip-prinsip pendekatan saintifik, yaitu:
1) Problem based learning, 2) Project based learning, 3) Inkuiri, dan 4)
Group investigation

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa
metode pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik yaitu problem

15

based learning, project based learning, inkuiri, group investigation, dan
cooperative learning.

Dalam Kemendikbud (2013: 191), menyatakan bahwa proses pembelajaran
disebut ilmiah jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
analitis, dan tepat dalam mengindentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain
dari substansi atau materi pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik
sistem penyajiannya.

Selanjutnya langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik
menyentuh 3 (tiga) ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hasil
belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Hal
tersebut dapat dilihat secara rinci pada gambar (2.1).

16

Gambar 2.1 Konsep Pendekatan Saintifik
Sumber: Kemendikbud (2013)

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu:

Gambar 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Sumber: Kemendikbud (2013)

Berikut ini penjelasan (Kemedikbud 2013: 194-216) dari gambar 2.2 adalah
sebagai berikut:
a. Mengamati
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan menentukan
objek apa yang akan diobservasi, membuat pedoman observasi sesuai
dengan lingkup objek yang akan diobservasi, menentukan data-data apa
yang perlu diobservasi, menentukan dimana tempat objek yang akan
diobservasi, menentukan bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data, dan melakukan pencatatan atas hasil observasi.
b. Menanya
Pertanyaan yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk
memberikan jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami
tingkatan kognitif dari yang lebih rendah hingga yang lebih tinggi. Bobot
pertanyaan yang menggambarkan tingkatan kognitif yang lebih rendah
hingga yang lebih tinggi disajikan berikut ini.
c. Menalar

17

Menalar adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta
empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.
d. Mencoba
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan tindak
lanjut.
e. Jejaring Pembelajaran
Kerjasama peserta didik dalam mencapai tujuan bersama.

Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran meliputi
menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian
mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan
menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

F.

Alat-alat Optik

Penerapan cermin dan lensa dalam kehidupan sehari- hari adalah pada peralatan
optik, seperti mata, lup, mikroskop, teropong, periskop, dan sebagainya. Bagian
utama dari alat optik adalah cermin atau lensa, karena prinsip kerjanya mengacu
pada konsep pembiasan dan pemantulan cahaya.

a.

Mata

Mata merupakan indra penglihatan dan merupakan organ yang dapat menangkap
perubahan dan perbedaan cahaya. Struktur dasar mata manusia tampak seperti
pada gambar 2.3.

18

Gambar 2.3 Bagian-Bagian Mata

1.

Kornea
Berfungsi menerima dan meneruskan cahaya yang masuk pada mata, serta
melindungi bagian mata yang sensitif di bawahnya.

2.

Pupil
Merupakan celah sempit berbentuk lingkaran dan berfungsi agar cahaya dapat
masuk ke dalam mata dan mengatur intesintas sinar yang masuk ke lensa
mata.

3.

Iris
Merupakan selaput berwarna hitam, biru, atau coklat yang berfungsi untuk
mengatur besar kecilnya pupil.

4.

Aquaeus Humour
Merupakan cairan di depan lensa mata untuk membiaskan cahaya ke dalam
mata.

19

5.

Lensa mata
Berfungsi untuk membiaskan cahaya dari benda agar terbentuk bayangan
pada retina.

6.

Retina
Merupakan bagian yang berfungsi sebagai layar untuk menangkap bayangan
yang dihasilkan oleh lensa.

7.

Bintik kuning
Merupakan bagian dari retina yang berfungsi sebagai tempat terbentuknya
bayangan yang jelas.

8.

Saraf Optik
Berfungsi untuk meneruskan rangsangan bayangan dari retina menuju ke
otak.

Diagram pembentukan bayangan pada mata adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4 Pembentukan Bayangan pada Mata

Bola mata bentuknya tetap, sehingga jarak lensa mata ke retina juga tetap. Hal ini
berarti jarak bayangan yang dibentuk lensa mata selalu tetap, padahal jarak benda
yang dilihat berbeda. Hal ini harus mengubah jarak fokus lensa mata, dengan cara

20

mengubah kecembungan lensa mata. Hal inilah yang menyebabkan mata bisa
melihat benda yang memiliki jarak berbeda tanpa mengalami kesulitan.

1.

Daya Akomodasi

Kemampuan lensa mata untuk mengubah jarak fokusnya disebut daya akomodasi.
Pada saat mata melihat benda yang dekat, otot-otot siliar menegang sehingga
lensa mata lebih cembung. Sebaliknya, pada saat melihat benda yang jauh otototot siliar mengendur (rileks) sehingga lensa mata lebih pipih.

(a) Mata memandang benda berjarak dekat (b) Mata memandang benda berjarak jauh

Gambar 2.5 Kondisi Lensa Mata saat Melihat Benda

Agar benda/objek dapat terlihat jelas, objek harus terletak pada daerah penglihatan
mata, yaitu antara titik dekat dan titik jauh mata. Titik dekat (punctum proximum
= pp) adalah titik terdekat yang masih dapat dilihat dengan jelas oleh mata (± 25
cm). Pada titik dekat ini lensa mata akan mencembung maksimal. Titik jauh
(punctum remotum = pr) adalah titik terjauh yang masih dapat dilihat dengan jelas
oleh mata, jaraknya tak terhingga. Pada titik jauh ini, lensa mata akan memipih
maksimal.

21

2.

Cacat Mata

Pada kenyataannya, mata manusia tidak semuanya normal. Ketidaknormalan
mata manusia sering disebut cacat mata atau aberasi. Pada umumnya, masalah
cacat mata terjadi karena bayangan benda tidak tepat jatuh di retina. Ada yang
mengalami cacat mata karena bayangan benda jatuh di depan retina dan ada pula
yang jatuh di belakang retina.

a. Miopi (Rabun Jauh)
Miopi adalah kondisi mata yang tidak dapat melihat dengan jelas bendabenda yang letaknya jauh. Penderita miopi titik jauhnya lebih dekat
daripada tak terhingga (titik jauh < ~) dan titik dekatnya kurang dari 25
cm. Hal ini terjadi karena lensa mata tidak dapat dipipihkan sebagaimana
mestinya sehingga bayangan dari benda yang letaknya jauh akan jatuh di
depan retina. Untuk dapat melihat benda-benda yang letaknya jauh agar
nampak jelas, penderita miopi ditolong dengan kaca mata berlensa cekung
(negatif).

Gambar 2.6 Pembentukan Bayangan pada Cacat Mata Miopi

22

b. Hipermetropi

Hipermetropi adalah cacat mata dimana mata tidak dapat melihat dengan
jelas benda-benda yang letaknya dekat. Titik dekatnya lebih jauh daripada
titik dekat mata normal (titik dekat > 25 cm). Disebabkan lensa mata
terlalu pipih atau bola mata terlalu kecil, sehingga bayangan dari benda
yang dekat terbentuk di belakang retina. Cacat mata ini dapat ditolong
dengan kacamata berlensa cembung (positif).

Gambar 2.7 Pembentukan Bayangan pada Cacat Mata Hipermetropi

c. Presbiopi ( Mata Tua)

Presbiopi atau mata tua, tidak jelas melihat benda yang terlalu jauh
maupun terlalu dekat. Hal ini disebabkan daya akomodasi mata sudah
berkurang karena lanjut usia. Mata tua memiliki otot siliar yang tidak lagi
baik seperti pada mata normal. Akibatnya, kemampuan otot untuk
berakomodasi atau mengubah jarak fokus lensa mata tidak sebaik seperti

23

pada mata normal. Penderita cacat presbiopi memiliki titik dekat lebih
besar daripada 25 cm dan titik jauh pada jarak tertentu sehingga penderita
presbiopi tidak dapat melihat atau membaca pada jarak normal dan tidak
dapat melihat benda jauh dengan jelas. Penderita ini dapat ditolong dengan
kacamata berlensa rangkap (bifokal). Kacamata ini terdiri atas lensa
cembung dan cekung. Untuk melihat benda jauh, penderita presbiopi dapat
menggunakan lensa cekung. Adapun untuk melihat benda pada jarak
normal, penderita presbiopi dapat menggunakan lensa cembung.

d. Astigmatisma

Astigmatisma adalah cacat mata dimana kelengkungan selaput bening atau
lensa mata tidak merata sehingga berkas sinar yang mengenai mata tidak
dapat terpusat dengan sempurna. Cacat mata astigmatisma tidak dapat
membedakan garis-garis tegak dengan garis-garis mendatar secara
bersama-sama. Cacat mata ini dapat ditolong dengan kaca mata berlensa
silinder.

b.

Lup

Lup atau kaca pembesar adalah alat optik yang terdiri atas sebuah lensa cembung.
Lup digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar nampak lebih besar dan
jelas. Ada 2 cara dalam menggunakan lup, yaitu dengan mata berakomodasi dan
dengan mata tak berakomodasi.

24

(a)Mengamati Langsung

(b) Memakai Lup

Gambar 2.8 Mengamati Benda dengan Mata Berakomodasi

Pada saat mata belum menggunakan lup, benda tampak jelas bila diletakkan pada
titik dekat pengamat (s = sn) sehingga mata melihat benda dengan sudut pandang
α. Pada Gambar 2.8 (b), seorang pengamat menggunakan lup dimana benda
diletakkan antara titik O dan f (di ruang I) dan diperoleh bayangan yang terletak
pada titik dekat mata pengamat (s' = sn). Karena sudut pandang mata menjadi
lebih besar, yaitu β, maka mata pengamat berakomodasi maksimum.
Untuk mata normal dan berakomodasi maksimum, bayangan yang terbentuk
berada pada jarak baca normal (sn) yaitu 25 cm. Oleh karena itu, perbesaran
bayangan pada lup dapat dituliskan
perbesarannya menjadi

, karena s' = 25 cm, maka

.

Lup terbuat dari sebuah lensa cembung, sehingga persamaan lup sama dengan
persamaan lensa cembung.
atau
Perbesaran bayangan (M):

25

Untuk mata berakomodasi maksimum s' = -25 cm (tanda negatif (-) menunjukkan
bayangan di depan lensa) sehingga diperoleh:

atau
Keterangan:
M

: perbesaran bayangan

f

: jarak fokus lup

Sifat bayangan yang dihasilkan lup adalah maya, tegak, dan diperbesar.

Menggunakan lup untuk mengamati benda dengan mata berakomodasi maksimum
cepat menimbulkan lelah. Oleh karena itu, pengamatan dengan menggunakan lup
sebaiknya dilakukan dengan mata tak berakomodasi (mata dalam keadaan rileks).
Menggunakan lup dengan mata tak berakomodasi dapat diperoleh bila benda
diletakkan pada titik fokus lup (s = f).
Untuk mata tak berakomodasi, bayangan terbentuk di tak terhingga (s' = ∞).
Seperti pada gambar 2.9.

26

Gambar 2.9 Mengamati Benda dengan Mata Tak Berakomodasi

Sehingga perbesaran bayangan yang dibentuk lup untuk mata tak berakomodasi
adalah sebagai berikut.

karena

, maka

Pada kehidupan sehari-hari, lup biasanya digunakan oleh tukang arloji, pedagang
kain, pedagang intan, polisi, dan sebagainya.

c.

Mikroskop

Mikroskop adalah alat yang digunakan untuk melihat benda-benda kecil agar
tampak jelas dan besar. Mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung. Lensa
yang dekat dengan benda yang diamati (objek) disebut lensa objektif dan lensa
yang dekat dengan pengamat disebut lensa okuler. Mikroskop yang memiliki dua
lensa disebut mikroskop cahaya lensa ganda. Karena mikroskop terdiri atas dua
lensa positif, maka lensa objektifnya dibuat lebih kuat daripada lensa okuler
(fokus lensa objektif lebih pendek daripada focus lensa okuler). Hal ini

27

dimaksudkan agar benda yang diamati kelihatan sangat besar dan mikroskop
dapat dibuat lebih praktis (lebih pendek).

Gambar 2.10 Bagian-Bagian Mikroskop

Benda yang akan amati diletakkan pada sebuah kaca preparat di depan lensa
objektif dan berada di ruang II lensa objektif (fobj < s < 2 fobj). Hal ini
menyebabkan bayangan yang terbentuk bersifat nyata, terbalik dan diperbesar.
Bayangan yang dibentuk lensa objektif merupakan benda bagi lensa okuler.

Untuk memperoleh bayangan yang jelas, dapat menggeser lensa okuler dengan
memutar tombol pengatur. Supaya bayangan terlihat terang, di bawah objek
diletakkan sebuah cermin cekung yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya
dan diarahkan pada objek. Ada dua cara dalam menggunakan mikroskop, yaitu
dengan mata berakomodasi maksimum dan dengan mata tak berakomodasi.

1.

Penggunaan Mikroskop dengan Mata Berakomodasi Maksimum

Pada mikroskop, lensa okuler berfungsi sebagai lup. Pengamatan dengan
mata berakomodasi maksimum menyebabkan bayangan yang dibentuk

28

oleh lensa objektif harus terletak di ruang I lensa okuler (di antara Ook
dan fok ). Hal ini bertujuan agar bayangan akhir yang dibentuk lensa
okuler tepat pada titik dekat mata pengamat. Lukisan bayangan untuk
mata berakomodasi maksimum dapat dilihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Pembentukan Bayangan pada Mikroskop untuk Mata
Berakomodasi Maksimum

Secara matematis perbesaran bayangan untuk mata berakomodasi
maksimum dapat ditulis sebagai berikut.
karena

, maka

atau
Panjang mikroskop (tubus) dapat dinyatakan:

2. Penggunaan Mikroskop pada Mata Tak Berakomodasi

Agar mata pengamat dalam menggunakan mikroskop tidak berakomodasi,
maka lensa okuler harus diatur/digeser supaya bayangan yang diambil

29

oleh lensa objektif tepat jatuh pada fokus lensa okuler. Lukisan bayangan
untuk mata tak berakomodasi dapat dilihat pada gambar 2.12.

Gambar 2.12 Pembentukan Bayangan pada Mikroskop untuk Mata
Tak Berakomodasi Maksimum

Perbesaran bayangan pada mata tak berakomodasi dapat ditulis sebagai
berikut.
karena
atau
Panjang mikroskop (jarak tubus) dapat dinyatakan:

Keterangan:
s'obj

: jarak bayangan objektif

s'ok

: jarak bayangan okuler

sobj

: jarak objektif

sok

: jarak benda okuler

fobj

: jarak fokus lensa objektif

, maka

30

fok

: jarak fokus lensa okuler

Mobj

: perbesaran bayangan lensa objektif

Mok

: perbesaran bayangan lensa okuler

M

: perbesaran total mikroskop

L

: panjang mikroskop (jarak tubus)

G. Rancangan Teori Pembelajaran Optik dengan Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah rancangan teori pembelajaran optik dengan pendekatan saintifik
dan penerapannya untuk membuat multimedia tutorial.

1.

Observing (mengamati)

Multimedia tutorial yang dirancang untuk menerapkan langkah observing
(mengamati) yaitu dilakukan dengan penyajian beberapa fenomena alat-alat optik
dalam kehidupan sehari-hari sehingga memacu siswa untuk mengamati fenomena
tersebut.

2.

Questioning (menanya)

Berdasarkan fenomena yang disajikan pada multimedia tutorial, siswa terdo