SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN PADA RUMAH MODERN YANG BERDASAR FILOSOFI KEARIFAN LOKAL RUMAH ADAT LAMPUNG

ABSTRACT
RAINWATER HARVESTING SYSTEM IN DESIGNING THE HOUSE
BASED ON PHILOSOPHY LOCAL WISDOM TRADITIONAL HOUSE
LAMPUNG
By
Ankavisi Nalaralagi

Rainwater harvesting rarely do in indonesia. Perpetrators of rainwater harvesting
in Indonesia is still around 2.3 % of all the people of Indonesia . Though
Indonesia has the potential rainfall enough to be used . This study aims to
recommend design the house based on philosophy of traditional houses Lampung
. In this modern home design , part of the house at the bottom of the stage house is
used as rainwater (rainwater harvesting) to ensure the availability of water in the
house in question and reduce the risk of flooding in the region and reduce the risk
of home against flood water level .
Design houses in this study is result of the combination between the home design
modern or minimalist commonly found in residential housing using local wisdom
philosophy custom home Lampung. This home has a concept design of residential
such as custom home Lampung. In this case take a sample home with spacious
54m2 habitable 4-5. Rainwater harvesting system at home that is designed
significantly to be an alternative source of domestic water in the house in

question. For the wet years, the rain water harvesting system capable of supplying
about 80% to 90% of annual domestic water needs. In contrast, for the dry years,
the rain water harvesting system capable of supplying about 60% of annual
domestic water needs. The benefits of home design, among others, the results of
this study can reduce the exploitation of ground water, can reduce the risk of
regional flooding, can reduce the risk of flooding in residences, can increase the
area of residential buildings, and can promote local wisdom Lampung.
In the end, the concept of this house is recommended to give a new color in the
designs of modern houses that exist at this time , by aligning with the philosophy
of traditional house Lampung . This home design can provide another option to
the developers to apply the concept of housing in residential buildings will be
made .
Keywords : Rainwater Harvesting , Local Wisdom , Traditional House Lampung

ABSTRAK

SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN PADA DESAIN RUMAH
YANG BERDASARKAN FILOSOFI KEARIFAN LOKAL
RUMAH ADAT LAMPUNG
Oleh

Ankavisi Nalaralagi

Pemanenan air hujan belum banyak dilakukan di Indonesia. Pelaku pemanenan air
hujan di Indonesia masih berkisar 2,3% saja dari seluruh rakyat Indonesia.
Padahal Indonesia mempunyai potensi curah hujan yang cukup banyak untuk
dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk merekomendasikan suatu desain
rumah modern yang berdasar filosofi rumah adat Lampung. Dalam desain rumah
modern ini, bagian rumah di bawah panggung rumah dipakai sebagai tampungan
air hujan (rainwater harvesting) untuk menjamin ketersediaan air di rumah yang
bersangkutan dan mengurangi resiko banjir secara regional serta mengurangi
resiko rumah terhadap tinggi muka air banjir.
Desain rumah pada penelitian ini adalah desain hasil penggabungan dari rumah
modern atau minimalis yang biasa terdapat di perumahan-perumahan dengan
memakai filosofi kearifan lokal rumah adat Lampung. Desain rumah ini memiliki
konsep rumah hunian yang berpanggung seperti rumah adat Lampung. Dalam hal
ini diambil contoh rumah dengan luas 54m2 yang dapat dihuni 4-5 orang. Sistem
pemanenan air hujan pada rumah yang didesain secara signifikan mampu menjadi
alternatif sumber air domestik pada rumah yang bersangkutan. Untuk tahun-tahun
basah, sistem pemanenan air hujan tersebut mampu mensuplai sekitar 80% sampai
90% dari kebutuhan air domestik tahunan. Sebaliknya, untuk tahun-tahun kering,

sistem pemanenan air hujan tersebut mampu mensuplai sekitar 60% dari
kebutuhan air domestik tahunan. Keuntungan yang didapat dari desain rumah
hasil penelitian ini antara lain dapat mengurangi eksploitasi air tanah, dapat
mengurangi resiko banjir regional, dapat mengurangi resiko banjir pada rumah
tinggal, dapat menambah luas bangunan rumah tinggal, dan dapat
mempromosikan kearifan lokal masyarakat Lampung.
Pada akhirnya konsep rumah ini direkomendasikan untuk memberikan warna baru
dalam desain-desain rumah modern yang ada pada saat ini, dengan menyelaraskan
dengan filosofi rumah adat Lampung. Desain rumah ini dapat memberikan opsi
lain kepada para pengembang (developer) perumahan untuk menerapkan konsep
bangunan pada perumahan yang akan dibuat.
Kata Kunci: Rainwater Harvesting, Kearifan Lokal, Rumah Adat Lampung

SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN PADA RUMAH
MODERN YANG BERDASAR FILOSOFI KEARIFAN
LOKAL RUMAH ADAT LAMPUNG

Oleh
ANKAVISI NALARALAGI
Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2015

SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN PADA RUMAH
MODERN YANG BERDASAR FILOSOFI KEARIFAN
LOKAL RUMAH ADAT LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh
ANKAVISI NALARALAGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2015

DAFTAR TABEL

Tabel
1. Rencana Anggaran Biaya ...............................................................................28

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1. Rumah Adat Lampung (Renara, 2012) ............................................................8
2. Fasilitas Standar Untuk Pemanenan Air Hujan ................................................10
3. Diagram Alir Metode Penelitian ......................................................................15
4. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2010
(PH Teluk Betung Utara) ............................................................................... 20
5. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2011
(PH Teluk Betung Utara) ............................................................................... 20

6. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2012
(PH Teluk Betung Utara) ............................................................................... 21
7. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2013
(PH Teluk Betung Utara) ............................................................................... 21
8. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2010
(PH Susunan Baru) ......................................................................................... 22
9. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2011
(PH Susunan Baru) ......................................................................................... 22
10. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2012
(PH Susunan Baru) ......................................................................................... 23
11. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2013
(PH Susunan Baru) ......................................................................................... 23
12. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2010
(PH Kemiling) ................................................................................................ 24
13. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2011
(PH Kemiling) ................................................................................................ 24
14. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2012
(PH Kemiling) ................................................................................................ 25
15. Perilaku Fluktuasi Volume Air di Tampungan Hasil Simulasi Tahun 2013
(PH Kemiling) ................................................................................................ 25


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.4 Tujuan .....................................................................................................4
1.5 Manfaat ...................................................................................................5
1.6 Batasan Masalah ......................................................................................5

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Adat Lampung .............................................................................7
2.2 Pemanenan Air ujan ................................................................................8
2.3 Kapsitas Daya Dukung Pemanenan Air Hujan ......................................11

2.4 Analisa Pembiayaan ...............................................................................13
2.5 Analisa Harga Satuan Pekerjaan ............................................................13
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Prosedur Penelitian ...............................................................................15
3.2 Studi Pustaka .........................................................................................16
3.3 Pengumpulan Data ................................................................................16
3.4 Desain Rumah .......................................................................................16
3.5 Simulasi Volume Tampungan Air dan Analisa Hasil ...........................17
3.6 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya ..................................................17
3.7 Kesimpulan dan Rekomendasi ..............................................................17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Desain Rumah .......................................................................................18
i

4.2 Hasil Simulasi Pemanenan Air Hujan ...................................................19
4.2.1 Analisa Fluktuasi Volume Air Pada Tampungan di Stasiun
Hujan Teluk Betuk Utara (2010-2013) ...................................... 20
4.2.2 Analisa Fluktuasi Volume Air Pada Tampungan di Stasiun
Hujan Susunan Baru (2010-2013).............................................. 22
4.2.3 Analisa Fluktuasi Volume Air Pada Tampungan di Stasiun

Hujan Kemiling (2010-2013) ..................................................... 24
4.3 Benefit ...................................................................................................26
4.4 Kemungkinan Penerapan .......................................................................27
4.5 Rencana Anggaran Biaya .......................................................................28
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................29
5.2 Saran .....................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ankavisi Nalaralagi lahir di Kotabumi, Lampung, pada tanggal
12 Mei 1993, merupakan anak kedua dari pasangan BapakIr.
M.Ali dan Ibu Rosmalena Betti, S.Pd, Penulis memiliki satu
orang saudara perempuan bernama Ama Nur Anna, S.Pd.

Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 4

Candimas, Lampung Utara pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP)
diselesaikan di SMP Negeri 7 Kotabumi pada tahun 2007 dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) diselesaikan di SMA Negeri 3 Kotabumi pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Sipil Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis pernah melakukan Kerja Praktik
(KP) pada Proyek Pembangunan Hotel Pop Lampung pada tahun 2013. Pada
tahun ajaran 2013 - 2014. Pada tahun 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) diLabuhan Ratu III, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten
Lampung Timur.

Persembahan
Sebagai perwujudan rasa kasih sayang, cinta,dan
hormatku secara tulus.Aku mempersembahkan karya ini
kepada:
Yang pertama, skripsi ini kupersembahan untuk ibu ku
tersayang, sosok pertama dari tujuan hidupku, yang
selalu ada di sampingku dalam keadaan apapun.
Terimakasih ya Allah telah Kau berikan aku malaikat-Mu.

Sosok yang menjadi panutanku, yang mengajarkanku arti
hidup, terimakasih Ayah.
Dan terimakasih kepada kakakku yang selalu ngeselin.
Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah kalian
berikan untuk keberhasilanku meraih cita-cita.
Terimakasih juga kepada keluarga besar yang selalu
memberikan dukungan dan juga doa.
Dan terima kasih almamater ku tercinta Teknik Sipil
Angkatan 2010 Universitas Lampung.

SANWACANA

AlhamdulillahiRobbil’Alamin, Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT
yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan
judul“Sistem Pemanenan Air Hujan Pada Rumah Modern yang Berdasar
Filosofi Kearifan Lokal Rumah Adat Lampung”dapat terselesaikan. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Sipil di
Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis memohon maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Dalam kesempatan ini,penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Lampung.
2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil,
FakultasTeknik, Universitas Lampung.
3. Bapak Gatot Eko Susilo, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Pembimbing Utama
terima kasih atas waktu, saran, kritik, dukungan, dan kesabarannya selama
proses bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Dra. Sumiharni, S.T., M.T., selaku Pembimbing Kedua terima kasih atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini yang membuat skripsi ini menjadi lebih baik.
5. Bapak Dr. Ahmad Herison, S.T., M.T., selaku Penguji Utama pada ujian
skripsi. Terimakasih untuk masukan, saran, ilmu, dan dukungan untuk
penelitian ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan mendorong
penulis untuk terus belajar.
6. Ibu Dra.Sumiharni,S.T.,M.T., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan kasih sayang, serta pendidikan bagaimana menjadi seorang
mahasiswa yang bertanggungjawab hingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan di Universitas Lampung ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah membimbing dan memberikan
ilmu yang bermanfaat.
8. Keluarga tersayang, Bapak, Ibuk, serta Kakak yang selalu memberikan
semangat, doa, dukungan materi dan moril sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Teman, sahabat bahkan keluarga baru, Randy, Ifin, Rolan, Yodi, Rizky,
Tommy, Galang, Adhe, Fina, Lita, Merisa,Yessi, Citra, Mei, Inas, Della, dan
seluruh teman seperjuangan Teknik Sipil 2010 yang telah mengisi hari-hari
dengan semangat dan senantiasa menjadi inspirasi bagi penulis.
10. Semua pihak terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua. Amin.

Bandar Lampung,

April 2015

Penulis,

Ankavisi Nalaralagi

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketersediaan air bersih merupakan salah satu hal yang paling banyak
dibicarakan orang di seluruh dunia. Walaupun air bersih merupakan
kebutuhan pokok untuk hidup manusia, tetapi ada jutaan orang di berbagai
negara yang sampai saat ini belum dapat mengakses air bersih walaupun
untuk kebutuhan yang paling minimum sekalipun. Kasus-kasus semacam ini
biasanya terjadi di negara-negara dunia ketiga atau negara-negara
berkembang.
Di sisi lain, telah pula diketahui bahwa di beberapa negara pemanenan air
hujan dapat meningkatkan akses masyarakat kepada air bersih. Air hujan
merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui yang sangat
cocok untuk dijadikan sebagai alternatif sumber air domestik dalam skala
rumahtangga. Dalam skala rumahtangga, pemanenan air hujan adalah cara
yang mudah dan murah untuk mendapatkan air bersih (Abdulla and AlShareef, 2009). Sejak permulaan abad ke-20, pemanenan air hujan untuk
memenuhi kebutuhan air domestik telah menjadi metode yang populer di
negara-negara Afrika, Asia, dan America Latin (Lee et al., 2000; Basinger et
al., 2010). Pelaksanaan pemanenan air hujan di negara-negara tersebut
bervariasi macamnya, dari pemanenan air hujan lewat atap sampai dengan

2

pemanenan air hujan dengan membuat tampungan-tampungan yang besar
(Cowden et al., 2008).
Indonesia adalah negara beriklim tropis yang kondisi klimatnya bervariasi
antara satu tempat dengan yang lainnya. Angin Monsoon Timur
menyebabkan bulan-bulan musim kemarau (Juni sampai September),
sementara Angin Monsoon Barat menyebabkan bulan-bulan dengan curah
hujan yang cukup besar (Desember sampai Maret). Hujan dapat saja terjadi
sepanjang tahun di Indonesia. Suhu udara panas dengan kelembaban yang
tinggi juga sering terjadi di Indonesia terutama di daerah-daerah pantai
(World Weather and Climate Information, 2013). Karena terletak di sekitar
garis ekuator maka Indonesia banyak mendapat hujan deras, kelembaban
tinggi, suhu tinggi, dan angin yang tenang. Pada musim hujan, daerah dataran
rendah di Indonesia mendapat hujan rata-rata 1800 sampai 3200 mm per
tahunnya. Untuk daerah pegunungan curah hujannya dapat mencapai 6100
mm per tahunnya. Khusus untuk dataran rendah di Sumatera dan Kalimantan,
curha hujan rata-rata tahunannya berkisar antara 3050 sampai 3700 mm.
Pada saat ini sekitar 220 juta rakyat Indonesia mendiami sekitar 11000 pulau.
Masyarakat tersebut mempunyai akses kepada air bersih dengan cara yang
bervariasi. Cara-cara yang ditempuh tersebut dipengaruhi oleh jarak dan
faktor geografis di mana masyarakat tersebut tinggal. Sayangnya, pemanenan
air hujan belum banyak dilakukan di Indonesia. Pelaku pemanenan air hujan
di Indonesia masih berkisar 2,3% saja dari seluruh rakyat Indonesia. Padahal
Indonesia mempunyai potensi curah hujan yang cukup banyak untuk
dimanfaatkan (Laresque, 2005).

3

1.2 Identifikasi Masalah
Bangunan rumah adat Lampung yang sering disebut Nuwo Sesat adalah
bangunan memiliki ciri khas berbentuk panggung, terbuat dari kayu, dan atap
berbahan anyaman ilalang. Masyarakat Lampung biasanya membangun
rumahnya berjajar mengikuti jalan raya dan berhadap-hadapan dengan
dipisahkan oleh jalan raya. Karena kondisi geografis dan keadaan alam
Provinsi Lampung yang rawan gempa maka rumah adatnya dibuat dari kayu
di supaya lebih kokoh saat terjadi gempa dan dirancang berbentuk panggung
dengan tujuan untuk menghindari serangan hewan liar dan menghindari
banjir.
Saat ini rumah adat Lampung sudah mulai ditinggalkan seiring dengan
modernisasi zaman. Masyarakat Lampung sudah membuat rumah dari bahan
baku semen seperti kebanyakan rumah saat ini. Selain itu, rumah-rumah
panggung sudah jarang dipakai oleh masyarakat Lampung sendiri karena
sulitnya mencari kayu yang baik dan mahalnya harga kayu. Usaha-usaha
untuk mengembalikan kejayaan rumah adat Lampung telah banyak dilakukan.
Tetapi usaha-usaha tersebut baru sebatas meniru arsitektur bangunan rumah
dan belum sampai menggali manfaat kearifan lokal yang terkandung di
dalamnya.
Penelitian ini bertujuan untuk merekomendasikan suatu desain rumah modern
yang bernafaskan karakteristik rumah adat Lampung. Dalam desain rumah
modern ini, bagian rumah di bawah panggung rumah dipakai sebagai
tampungan air hujan (rainwater harvesting) untuk menjamin ketersediaan air

4

di rumah yang bersangkutan dan mengurangi resiko banjir secara regional
serta mengurangi resiko rumah terhadap tinggi muka air banjir.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah desain rumah modern yang bernafaskan karakteristik
rumah adat Lampung yang dipadukan dengan sistem pemanenan air
hujan (rainwater harvesting)?
2. Bagaimanakah daya dukung (supporting capacity) sistem pemanenan
air hujan (rainwater harvesting) terhadap kebutuhan air domestik pada
rumah tersebut?
3. Apa saja keuntungan dari rumah modern yang bernafaskan
karakteristik rumah adat Lampung yang dipadukan dengan sistem
pemanenan air hujan (rainwater harvesting)?
4. Berapa jumlah biaya yang diperlukan untuk membangun desain rumah
yang bernafaskan karakteristik rumah adat Lampung?
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mendesain rumah modern yang bernafaskan karakteristik rumah adat
Lampung yang dipadukan dengan sistem pemanenan air hujan
(rainwater harvesting).
2. Mengetahui daya dukung (supporting capacity) sistem pemanenan air
hujan (rainwater harvesting) terhadap kebutuhan air domestik pada
rumah tersebut?

5

3. Menginventarisir keuntungan dari rumah modern yang bernafaskan
karakteristik rumah adat Lampung yang dipadukan dengan sistem
pemanenan air hujan (rainwater harvesting)?
4. Mempromosikan kearifan lokal daerah-daerah di Indonesia untuk
memberi nilai tambah terhadap desain-desain konstruksi dan aritektur
di Indonesia.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menjadi salah satu referensi desain perumahan Indonesia di
masa yang akan datang.
2. Dapat menjadi salah satu solusi desain perumahan di daerah rawan
banjir dan rawan kekeringan.
3. Dapat menjadi salah satu solusi desain perumahan hemat air melalui
sistem pemanenan air hujan (rainwater harvesting).
4. Dapat menjadi salah satu solusi desain perumahan yang ramah
lingkungan

melalui

sistem

pemanenan

air

hujan

(rainwater

harvesting).

1.6 Batasan Masalah
Penelitian ini membatasi penelitian pada hal hal berikut, diantaranya:
1. Wilayah studi yang ditinjau adalah 3 stasiun hujan pada kota Bandar
Lampung yaitu stasiun hujan teluk betung utara, stasiun hujan susunan
baru dan stasiun hujan kemiling.

6

2. Data curah hujan yang digunakan harian yaitu dari tahun 2010 sampai
tahun 2013 selama 4 tahun.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Adat Lampung
Rumah adat Lampung merupakan rumah berstruktur panggung dengan
ruangan-ruangan yang mempunyai sebutan dan fungsi tertentu. Arsitektur
rumah adat Lampung memiliki desain arsitektur tradisional dengan ciri
umumnya denah berbentuk bujur sangkar (persagi), berbahan baku kayu, atap
terbuat dari anyaman ilalang atau ijuk, lantai yang dinaikan (panggung), dan
memiliki tangga masuk ke rumah. Konstruksi rumah sengaja dibuat
berbentuk panggung dengan maksud untuk menghindari serangan hewan buas
dan menghindari bahaya banjir. Sedangkan bahan kayu dimaksudkan agar
rumah lebih kokoh saat terjadi gempa bumi. Lampung adalah daerah gempa
karena terletak di pertemuan lempeng Asia dan Australia. Pada bagian
belakang rumah biasanya terdapat lumbung padi yang disebut Balai. Dalam
Bahasa Lampung dialek Api (bahasa penduduk Lampung yang tinggal dekat
dengan laut atau peminggir) rumah adat Lampung disebut dengan Lamban,
Anjung, atau Mahan. Sementara itu dalam Bahasa Lampung dialek Nyow
(bahasa penduduk Lampung yang tinggal di daratan yang jauh dari laut),
rumah adat Lampung disebut dengan Nuwo (Kembahang, 2013). Walaupun
agak berbeda secara bentuk, arsitektur, dan istilah, namun peruntukkan rumah
adat Lampung untuk masyarakat Lampung Api dan Lampung Nyow adalah

8

sama yaitu sebagai tempat tinggal raja atau kepala adat atau sebagai tempat
pertemuan dan bermusyawarah.
Pada saat ini rumah adat lampung sudah banyak yang hilang, runtuh, atau
ditinggalkan seiring dengan perkembangan zaman. Rumah adat lampung
sekarang hanya terdapat pada daerah-daerah tertentu saja yang masih terletak
di pedalaman Provinsi Lampung. Beberapa keluarga kerajaan di Lampung
yang masih eksis pada saat ini masih mampu untuk menjaga kelestarian
rumah adat Lampung di daerahnya masing-masing.

Gambar 1. Rumah adat Lampung (Renara, 2012)
2.2 Pemanenan Air Hujan
Pemanenan air hujan adalah usaha-usaha untuk menampung air hujan untuk
dipergunakan sebagai alternatif sumber air bersih. Pemanenan air hujan
berkembang pesat di negara-negara yang kering maupun semi kering.
Menurut sejarah, sistem pemanenan air hujan telah dikenal sejak 2000 tahun
sebelum masehi di zaman Romawi kuno. Pada zaman tersebut telah dibangun
bangunan-bangunan yang didesain untuk menampung air hujan untuk

9

keperluan domestik pada daerah perkotaan. Di benua Afrika, usaha untuk
memanen air hujan telah dilakukan sejak 2000 tahun yang lalu oleh
masyarakat Mesir. Mereka membangun tampungan yang berukuran antara
200 – 2000m3 untuk menampung air hujan. Di Istanbul Turki, kolam
penampung air hujan yang berukuran 140 m x 170 m dengan kapasitas
sekitar 80.000 m3, telah dibangun pada sekitar abad ke-6 masehi (CRD,
1996). Di India, pemanenan air hujan untuk memenuhi berbagai kebutuhan
juga telah dikenal sejak sekitar abad ke-3 sebelum masehi. Di negara ini
pernah dibuat tampungan air hujan yang terbesar yang disebut sebagai
Viranam, sebuah tampungan dengan panjang 16 km dengan kapasitas
tampung 41,5 juta m3 dan dibangun sekitar abad ke-12 masehi. Pada zaman
modern, pemanenan air hujan untuk berbagai kepentingan diaplikasikan
hampir di seluruh dunia. Pemanenan air hujan tidak saja penting untuk
pemenuhan kebutuhan air tawar pada daerah-daerah kering dan berair asin,
tapi juga dapat digunakan sebagai sarana penyelamatan sumberdaya air yang
lain seperti air tanah dari eksploitasi yang berlebihan.
Gambar 2. adalah suatu rangkaian fasilitas untuk pemanenan air hujan
standar yang biasanya digunakan. Komponen-komponennya adalah:
1. Daerah tangkapan (Catchment area) adalah luasan untuk menangkap air
hujan yang jatuh. Daerah tangkapan ini adalah atap rumah.
2. Penghantar

(Conveyance)

adalah

fasilitas

atau

media

tempat

menyalurkan air hujan dari atap, biasanya berupa pipa paralon.
3. Saringan (Filter) adalah fasilitas yang berfungsi untuk menyaring
kotoran-kotoran yang terdapat pada air hujan yang ditampung.

10

4. Tampungan (Storage) adalah fasilitas atau media tempat menampung
air hujan yang telah difilter, biasanya berupa tank atau bangunan lain
yang berupa tampungan di permukaan maupun di bawah tanah.
5. Sistem penyaluran (Delivery System) adalah fasilitas atau media tempat
menyalurkan air hujan dari tampungan ke dalam rumah untuk dapat
digunakan untuk berbagai keperluan.

Gambar 2. Fasilitas standar untuk pemanenan air hujan
Sistem pemanenan air hujan harus didesain sedemikian hingga dapat
semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan air sepanjang musim kemarau.
Areal penangkap hujan seperti atap bangunan idealnya harus cukup besar
untuk dapat menangkap air hujan secara maksimal. Selanjutnya, tangki
penyimpanan air hujan harus direncanakan sesuai dengan luasan atap dan
jumlah curah hujan yang jatuh.

11

2.3 Kapasitas Daya Dukung Pemanenan Air Hujan
Kapasitas daya dukung pemanenan air hujan sebagai alternatif sumber air
bersih dalam skala rumah tangga dalam penelitian ini dihitung dengan filosofi
water balance model (Khastagir dan Jayasuriya, 2010). Perhitungan dalam
model ini dilakukan untuk menyelidiki perilaku volume air di tampungan
yang berfluktuasi akibat perubahan inflow dan outflow (Kahinda et al., 2010).
Persamaan untuk simulasi keseimbangan air dalam tampungan disajikan
sebagai berikut (Susilo et al., 2011):
St = St-1 + It – Ot

(1)

untuk 0 < St < Smax

(2)

dengan:
St

=

volume tampungan pada hari ke t (m3)

St-1

=

volume tampungan pada hari ke t -1 atau sehari sebelum

hari ke t (m3)
It

=

total inflow pada hari ke t (m3)

Ot

=

total outflow pada hari ke t (m3)

Smax

=

kapasitas tampungan maksimum (m3)

Kapasitas tampungan maksimum adalah konstanta yang tidak berubah dari
awal sampai akhir simulasi. St-1 pada awal simulasi diasumsikan = 0. Apabila
St melebihi kapasitas tampungan maksimum (Smax) maka kelebihan air
tersebut akan melimpas ke luar tampungan. Sedangkan keadaan di tampungan
pada saat itu adalah:
St = Smax

(3)

12

Total inflow untuk hari ke t dihitung dengan rumus:
It = c.Rt.A.1000

(4)

dengan:
c

=

runoff coefficient untuk atap yang diasumsikan nilainya

antara 0.8 – 1.0 (Fewkes, 1999) sebagai faktor pengurang akibat
kehilangan air akibat evaporasi dan infiltrasi pada permukaan atap.
Rt

=

curah hujan pada hari ke t (mm)

A

=

daerah tangkapan atau luas atap (m2).

Total outflow untuk hari ke t dihitung dengan rumus:
Ot = nD

(5)

dengan:
n

=

jumlah anggota dalam rumah tangga

D

=

jumlah kebutuhan air per orang per hari.

Jumlah kebutuhan air per orang per hari diasumsikan sebesar 70 liter per hari
per kapita. Nilai ini diambil berdasarkan studi lapangan yang dilakukan di
beberapa tempat di pulau Jawa (Washilatur, 2008). Riset yang lain
menyatakan bahwa kebutuhan air per orang per hari di Indonesia berkisar
antara 160 sampai 250 liter per hari per kapita untuk daerah perkotaan dan 60
sampai 70 liter per hari per kapita untuk daerah pedesaan, khusus kebutuhan
air daerah pedesaan memiliki rincian sebagai berikut (Wulan, 2005):


5 liter untuk minum dan persiapan makan



25 – 30 liter untuk sanitasi pribadi



25 – 30 liter untuk mencuci pakaian



4 – 6 liter untuk pembersihan fasilitas sanitasi.

13

2.4 Analisis Pembiayaan
Setiap proyek konstruksi selalu dimulai dengan proses perencanaan.
Perencanaan mencakup penentuan berbagai cara yang memungkinkan
kemudian menentukan salah satu cara yang tepat dengan mempertimbangkan
semua kendala yang mungkin ditimbulkan.
Tahap-tahap yang sebaiknya dilakukan untuk menyusun anggaran biaya
adalah sebagai berikut:


Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan
pasar menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.



Melakukan pengumpulan data tentang upah kerja yang berlaku
didaerah lokasi proyek dan atau upah pada umumnya jikan pekerja
didatangkan dari luar daerah lokasi proyek.



Melakukan perhitungan analisa bahan dan upah dengan menggunakan
analisa yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran. Dalam penelitian
ini, digunakan perhitungan berdasarkan analisa standar harga satuan
pekerjaan (AHSP).



Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan
hasil analisa satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil analisa
satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.



Membuat rekapitulasi.

2.5 Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP)
Analisa harga satuan pekerjaan (AHSP) bidang pekerjaan umum meliputi
kegiatan pekerjaan Sumber Daya Air (bendung, pintu air dan hidromekanik,

14

terowongan air, bangunan sungai, jaringan irigasi, bangunan lepas pantai,
dll), Bina Marga (jalan jembatan, jalan laying, terowongan jalan, saluran tepi
jalan, bahu jalan, trotoar, dll), dan Cipta Karya (bangunan gedung,
perumahan, bangunan bawah tanah, dll).

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, secara garis besar tahapan yang akan
dilakukan digambarkan pada diagram alir di bawah ini. Adapun penjelasanpenjelasannya terdapat pada sub-bab berikutnya.
Mulai

Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Desain Rumah

Outflow

Inflow

Simulasi Fluktuasi Volume Tampungan Air
Analisa Hasil
Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Kesimpulan dan Rekomendasi
Selesai

Gambar 3. Diagram Aliran Metode Penelitian

16

3.2 Studi Pustaka
Studi pustaka di lakukan untuk mengetahui penelitian yang berkaitan dan
pernah dilakukan sebelumnya. Studi pustaka ini juga dilakukan untuk
mengetahui filosofi desain arsitektur rumah adat Lampung. Pengumpulan
jurnal-jurnal ilmiah mengenai pemanenan curah hujan adalah bagian dari
kegiatan studi pustaka.
3.3 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang berhubungan
dengan simulasi pemanenan air hujan seperti:


Data curah hujan harian dari stasiun pencatat hujan terdekat



Data ukuran rumah standar



Data kebutuhan air per orang per hari



Data jumlah anggota keluarga standar

3.4 Desain Rumah
Desain rumah dilakukan untuk mendapatkan rumah modern yang
bernafaskan filosofi rumah adat Lampung. Ukuran rumah ditetapkan dengan
ukuran standar seluas 54m2 dan mengikuti model rumah adat Lampung
berupa struktur panggung lengkap dengan tangganya. Rumah tersebut
dilengkapi dengan fasilitas pemanenan air hujan pada bagian bawahnya
(kolong). Desain rumah digambar dengan software arsitektur SketchUp untuk
memudahkan analisa dan modifikasi bentuk rumah.

17

3.5 Simulasi Volume Tampungan Air dan Analisa Hasil
Simulasi volume tampungan air dilakukan untuk mengetahui fluktuasi
volume air yang terjadi di tampungan selama proses pemanenan air hujan.
Simulasi ini juga dilaksanakan untuk mengetahui kapasitas daya dukung
pemanenan air hujan terhadap pemenuhan kebutuhan domestik pada rumah
yang bersangkutan. Simulasi dilakukan berdasarkan persamaan (1) sampai
persamaan (5) pada Bab Tinjauan Pustaka. Analisa hasil simulasi dilakukan
dalam rangka menyelidiki volume tampungan air hujan yang paling efektif
yang akan diterapkan pada desain rumah.
3.6 Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Pada bagian ini dilakukan pengolahan data untuk menentukan biaya dalam
pembangunan rumah yang berkarakteristik rumah adat Lampung dengan
instalasi Rainwater Harvesting.
3.7 Kesimpulan dan Rekomendasi
Hasil seluruh analisa dan desain dirangkum pada bagian ini. Rekomendasi
diberikan untuk lebih meningkatkan kualitas desain dan memudahkan
penerapan desain rumah modern dengan filosofi kearifan lokal rumah adat
Lampung ini.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Penelitian mengenai SistemPemanenan Air Hujan Pada Desain Rumah
Modern yang Berdasar Pada Kearifan Lokal Rumah Adat Lampung dapat
disimpulkan bahwa:
1. Rumah ini memiliki konsep rumah hunian yang berpanggung seperti
rumah adat Lampung akan tetapi rumah ini terbuat dari beton dengan
menambahkan ornamen-ornamen yang terbuat dari kayu agar tidak
menghilangkan filosofi rumah adat Lampung yang terbuat dari kayu.
Rumah ini didesain dengan luas 54m2 yang dapat dihuni 4-5 orang. Pada
rumah ini ditambahkan sistem pemanenan air hujan dengan tampungan air
hujan sebesar 24m3 pada bagian kolong rumah.
2. Sistem pemanenan air hujan pada rumah yang didesain secara signifikan
mampu menjadi alternative sumber air domestic pada rumah yang
bersangkutan. Untuk tahun-tahun basah (2010 dan 2013), sistem
pemanenan air hujan tersebut mampu mensuplai sekitar 80% sampai 90%
dari kebutuhan air domestic tahunan. Sebaliknya, untuk tahun-tahun
kering (2011 dan 2012), sistem pemanenan air hujan tersebut mampu
mensuplai sekitar 60% dari kebutuhan air domestic tahunan.
3. Keuntungan yang didapat dari desain rumah hasil penelitian ini antara lain
dapat mengurangi eksploitasi air tanah, dapat mengurangi resiko banjir

30

regional,

dapat mengurangi resiko banjir pada rumah tinggal, dapat

menambah luas bangunan rumah tinggal, dan dapat mempromosikan
kearifan local masyarakat Lampung.
4. Setelah dilakukan analisana rencana anggaran biaya maka biaya yang
diperlukan untuk membangun rumah dengan sistem pemanenan air hujan
yang berkarakteristik rumah adat Lampung sebesar Rp. 268.000.000,(Dua Ratus Enam Puluh Delapan Juta Rupiah) lebih mahal berkisar antara
20%-30% dari rumah tipe 54 pada umumnya yang memiliki nominal
sebesar Rp. 213.000.000,- (Dua Ratus Tiga Belas Juta Rupiah).
5.2 Saran
Beberapa saran dan rekomendasi diberikan sehubungan dengan penelitian ini.
Saran danr ekomendasi tersebut adalah:
1. Pada akhirnya konsep rumah ini direkomendasikan untuk memberikan
warna baru dalam desain-desain rumah modern yang ada pada saat ini,
dengan menyelaraskan dengan filosofi rumah adat Lampung. Desain
rumah ini dapat memberikan opsi lain kepada para pengembang
(developer) perumahan untuk menerapkan konsep bangunan pada
perumahan yang akan dibuat. Selain memiliki keuntungan secara teknis,
penerapan desain rumah ini juga dapat memberikan keuntungan secara
social yaitu terpeliharanya cirri khas dan budaya lokal.
2. Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Lampung mengenai hasil
penelitian ini agar dapat menilai, mengoreksi, dan mensosialisasikan
penerapan desain ini di masyarakat Lampung.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulla, F. A. and Al-Shareef, A.W. 2009. Roof rainwater harvesting systems for
household water supply in Jordan. Desalination, 243, 195–207.
Basinger, M., Montalto, F. and Lall , U. 2010. A rainwater harvesting system
reliability model based on nonparametric stochastic rainfall generator.
Journal of Hydrology, 392, 105–118.
Cowden, J.R., Watkins, D.W. and Mihelcic, J.R., 2008. Stochastic rainfall
modeling in West Africa: parsimonious approaches for domestic rainwater
harvesting assessment. Journal of Hydrology, 361, 64–77.
CRD, 1996. Rainwater Harvesting [online]. Capital Regional District website.
Available from:
http://www.crd.bc.ca/water/conservation/outdoorwateruse/recycling/harve
sting.htm. [Accessed March 1, 2013].
Fewkes, A. 1999 The use of rainwater for WC flushing: the field testing of a
collection system. Building and Environment, 34(6), 765–772.
Kahinda, J. M., Taigbenu, A.E., and Boroto, R.J. 2010 Domestic rainwater
harvesting as an adaptation measure to climate change in South Africa.
Physics and Chemistry of the Earth, 32(15-18), 1050–1057.
Kembahang, D. 2013. Rumah Adat Lampung [Lambang Kesatuan Entitas Dan
Klan Ulun Lampung]. Batin Budaya Purba website. Available from:
http://www.weather-and-climate.com/average-monthly-RainfallTemperature-Sunshine-in-Indonesia [Accessed September 26, 2014].
Kementrian Pekerjaan Umum. 2012. Analisa Harga Satuan (AHSP) Bidang
Pekerjaan Umum. 69 hlm.
Khastagir, A. and Jayasuriya, N. 2010 Optimal sizing of rain water tanks for
domestic water conservation. Journal of Hydrology, 381(3–4), 181–188.

Laresque. 2005. Water Supplies, Department of Landscape Architecture,
University of Washington website. Available from:
http://courses.washington.edu/larescue/projects/vince/. [Accessed
September 26, 2014].
Lee, K.W., Lee, C.H., Yang, M.S. and Yu, C.C. 2000. Probabilistic design of
storage capacity for rainwater cistern systems. Journal of Agricultural
Engineering Systems, 77 (3), 343–348.
Renara. 2012. Rumah adat Lampung. Tell The World website. Available from:
http://www.wwftelltheworld.com/author/telltheworld01/page/2/ [Accessed
September 27, 2014].
Susilo, G.E., Yamamoto, K. and Imai, T. 2011. The Identification of Rainwater
Harvesting Potency in Supporting Freshwater Availability under the Effect
of El Nino. Proceeding IWA – ASPIRE International Conference, October
2011, Tokyo – Japan.
Washilatur, R. 2008 Pola konsumsi air untuk kebutuhan domestik di Sukoharjo
bagian Utara (Domestic Water Consumption Pattern in Northern
Sukoharjo). BSc thesis, Physical Geography Departement, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, Indonesia.
Wulan, A. I. S. 2005 Kualitas air bersih untuk pemenuhan kebutuhan rumah
tangga di Desa Pesarean Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal
(Evaluation of water quality for domestic water use in Pesarean Village,
Adiwerna – Tegal). BSc thesis, Geography Departement, Universitas
Negeri Semarang, Indonesia.

World Weather and Climate Information. 2013. Average weather and climate in
Indonesia. World Weather and Climate Information website. Available
from:

http://www.weather-and-climate.com/average-monthly-Rainfall-

Temperature-Sunshine-in-Indonesia [Accessed September 26, 2014].