PENGEMBANGAN SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN

PENGEMBANGAN SISTEM PEMANENAN AIR HUJAN UNTUK
PENYEDIAAN AIR IRIGASI (STUDY KASUS DESA GEBANGANGKRIK
NGIMBANG LAMONGAN JAWA TIMUR DAN SEKITARNYA)
RAINWATER HARVESTING SYSTEM DEVELOPMENT FOR IRIGATION
(THE STUDY OF GEBANGANGKRIK VILLAGE, NGIMBANG
LAMONGAN, EAST JAVA)

Eko Sutrisno1), Poppy Diana Sari1)
1)

Dosen Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Islam Majapahit
Email: ekosudrun@yahoo.com

ABSTRAK
Desa Gebangangkrik merupakan daerah dengan wilayah pertanian yang luas,
mata pencaharian masyarakat desa tersebut adalah sebagai petani dengan sawah
sistem tadah hujan. Saat musim tanam, petani mengandalkan air hujan dibantu
dengan air tanah yang diperoleh dengan menggunakan mesin pompa bergilir.
Tetapi saat musim kemarau, air yang diperoleh dengan sistem tadah hujan tidak
cukup untuk mengairi dan seringkali terjadi konflik antar petani mengenai
penggunaan pompa. Kali Padas, sungai yang melintasi wilayah tersebut sangat

potensial dikembangkan sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan air irigasi
dengan dibuat embung sistem on stream (dalam sungai). Metode dalam kajian ini
adalah dengan survei lokasi dan pemetaan irigasi. Dari hasil survei jika Kali Padas
dibangun secara ekonomi dampaknya adalah mengurangi biaya produksi saat
tanam padi, secara sosial budaya tidak adanya konflik antar tetangga dengan
berebut atau tidak memperoleh pinjaman mesin pompa serta sumur bor.
Kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik. Dengan adanya embung dapat
mengurangi pengangguran dengan mengajari masyarakat yang tidak mempunyai
lahan garapan untuk menjadi petani tambak sistem keramba. Secara lingkungan
akan bertambahnya jumlah air tanah, sehingga tumbuhan dapat tumbuh dengan
normal menyebabkan udara menjadi sejuk.
Kata Kunci : air hujan, embung on stream, Kali Padas.

ABSTRACT
Gebangangkrik village is a region with vast agricultural areas, the
livelihoods of rural communities is as farmers with rainfed system of rice fields.
When the planting season comes, farmers rely on rain water assisted with ground
water that is obtained by using a pump engine. However, during the dry season,
the water obtained from the rainfed is not sufficient to irrigate and often arising
disputes among the farmers about the use of the pump. A river crosses the region

namely Kali Padas is very potential to be developed as a source of water to meet
the water demand for irrigation by making system on stream Embung. The method
of this study is surveying the location and mapping the irrigation system. The
result of the survey is if on stream Embung built at Padas river the impact is to
reduce production costs at planting rice, on socio-cultural terms there is no
conflict among the farmers about scramble nor getting loan of pumps. Water
11

needs can be met properly. With the availability of on stream embung, it can
reduce unemployee by teaching people who do not have arable land to become
fish farmers with cage system. In the neighborhood it will increase the amount of
soil water, so the plants can grow normally and the air becomes cool.
Keywords: rainwater, on stream embung, Padas River

Gebangangkrik dan sekitarnya guna

PENDAHULUAN

memenuhi


Topografis wilayah Kecamatan
Ngimbang

termasuk

kebutuhan

air

untuk

pertanian mengandalkan air hujan dan

pegunungan
tingkat

air tanah yang memperolehnya dengan

kesuburan rendah (Romdiati, dkk,


cara mengebor dengan kedalaman

2010) namun termasuk ke dalam

yang bervariasi antara 15-40 meter.

sektor

Apabila lama tidak turun hujan di saat

kapur

berbatu

potensial

dengan

dalam


bidang

pertanian (Yuda dan Navitas, 2014)

padi

membutuhkan

serta penetapan Kabupaten Lamongan

pertumbuhan,

sebagai kawasan agropolitan oleh

mengairi sawah menggunakan air

gubernur Jawa Timur (SK Gub. Jatim,

tanah yang dibor tersebut dengan


2009).

mesin pompa. Hal ini diperlukan biaya

maka

air

untuk

petani

akan

Desa

tambahan berupa biaya pembelian

Gebangangkrik dan sekitarnya ter-


bahan bakar mesin pompa, karena

masuk tidak berpengairan atau sawah

apabila tidak dilakukan pertumbuhan

tadah hujan (BPS, 2015). Padahal

padi tidak bagus dan mengurangi hasil

seperti

panen.

Lahan

pertanian

diketahui


di

bersama

bahwa

Tetapi

kebutuhan air dalam bidang pertanian

di

saat

para

petani

sangat penting. Pengaturan air yang


membutuhkan air pada proses peng-

bagus dan benar dapat meningkatkan

olahan tanah dan penanaman padi,

hasil pertanian tanpa harus meng-

hujan tidak turun dan air dari sumur

andalkan air hujan, karena salah satu

bor tidak keluar. Kondisi tersebut

penghambat dalam usaha pengem-

terjadi hampir tiap tahun di awal

bangan pertanian adalah curah hujan


musim

(Sucipto, 2013)

berasumsi

Saat

ini,

masyarakat

tanam

dikarenakan

Desa

12


padi.

hal
saat

Masyarakat

tersebut
musim

terjadi
tanam

tembakau, air tanah banyak disedot

wilayah tersebut dapat meningkat,

untuk menyiram tembakau ditambah

sesuai pendapat dari Irianto, dkk

lagi

(1999) bahwa kekeringan saat musim

dengan

musim

kering

yang

kemarau dapat diatasi dengan cara

berlangsung lebih dari 3 bulan.
Wilayah

Desa

panen air hujan dan menghentikan

Gebangangkrik

aliran air.

dilalui 3 sungai, masyarakat menyebutnya Kali Lor atau Kali Padas
karena letaknya berada di utara desa,

METODE

yang

Pelaksanaan penelitian menggu-

melintasi tengah desa dan Kali Kare di

nakan metode observasi, yang me-

sebelah selatan desa yang kemudian

liputi:

menyatu dengan Anak Sungai Kali

a. Survei kondisi tempat calon em-

anak

sungai

Kali

Lamong

desa.

bung, berupa: tipe calon embung,

Apabila tiga sungai tersebut dikelola

vegetasi daerah genangan, pem-

dengan baik, masalah kekeringan air

bebasan tanah dan membuat sket-

saat musim kemarau dapat dikurangi.

sa lokasi embung.

Lamong

di

sebelah

timur

untuk

b. Survei hidrologi, berupa: luas

menganalisa potensi air hujan dan

Daerah Aliran Sungai (DAS),

pengembangan pemanenan air hujan

panjang sungai, tinggi erosi secara

dengan membendung sungai system

visual, dasar sungai, tebing kiri

embung

untuk

dan kanan sungai, bahan sedimen

mengantisipasi kekurangan air saat

sungai, ada tidaknya sumber mata

musim tanam serta menjaga hubungan

air.

aspek lingkungan, sosial dan ekonomi.

Menurut Sutapa (2008) pemilihan

Maka

diberlakukan

on

kajian

stream

dapat

lokasi calon embung mempertim-

kepada

bangkan beberapa aspek, seperti so-

Pemerintah Kabupaten Lamongan dan

sial, ekonomi dan lingkungan. Alat

para stake holders guna memanfaatkan

dan bahan yang digunakan adalah

sungai yang ada untuk memanen air

geografi wilayah, data curah hujan

hujan dengan membuat embung guna

selama 21 tahun terakhir (1993-2013)

memenuhi

irigasi

untuk wilayah Desa Gebangangkrik

pertanian sehingga hasil pertanian di

dan sekitarnya yang didapatkan dari

Kajian
memberikan

ini

diharapkan
masukan

kebutuhan

air

13

Stasiun Bluluk dan Stasiun Ngimbang

penghujan

dan

musim

kemarau

Lamongan.

(Anonymous, 2006). Desa Gebangangkrik berjarak 17 Km dari Ibukota

Data yang digunakan merupakan

Kecamatan Ngimbang (BPS, 2015).

hasil pengumpulan data primer dan
sekunder. Data primer meliputi objek

Penduduk Desa Gebangangkrik

fisik seperti karakteristik wilayah,

dan sekitarnya memperoleh sumber air

kebutuhan air irigasi serta pola hujan.

untuk pertanian mengandalkan air

Data

hujan dibantu dengan air tanah yang

non

fisik

meliputi

cara

penyediaan air irigasi. Data sekunder

diperoleh

dengan

cara

dipompa

merupakan data yang diperoleh dalam

menggunakan mesin. Hal tersebut

bentuk

berupa

hasil

dikarenakan lokasi desa Gebangang-

pengumpulan

dan

krik lebik tinggi daripada wilayah

pengolahan instansi terkait. Data yang

sekitarnya serta tidak ada waduk atau

telah dikumpulkan kemudian dilaku-

embung

kan berbagai analisis kuantitatif dan

Gebangangkrik. Yuda dan Navitas

kualitatif pada tahap pengolahan data

(2014) menyarankan agar wilayah

yaitu lokasi calon embung dan data

Kecamatan

Ngimbang

hujan.

pembuatan

sumur-sumur

dokumen

percobaan,

di

wilayah

sekitar

desa

dilakukan
resapan

maupun sumur bor guna membantu
HASIL DAN PEMBAHASAN

pengairan saat musim tanam serta

Kondisi

antisipasi

Geografis

Wilayah

saat

terjadi

kemarau

panjang.

Kecamatan Ngimbang
Wilayah Kecamatan Ngimbang

Curah hujan untuk wilayah Desa

berada di Sebelah Selatan Kabupaten

Gebangangkrik dan sekitarnya dari

2

Lamongan dengan luas 114,33 Km .

tahun

Karakteristik

(Gambar 3.1).

kelerengan

lahannya

1993

hingga

tahun

2013

Berdasarkan Gambar 1 diketahui

adalah 0-2 %, 2-15 % dan 15-40 %
yang masing-masing seluas 5.069

rata-rata

Km2, 1.452 Km2, dan 4912 Km2.

sebesar 1.921 mm/tahun. Musim hujan

Keadaan Iklim Wilayah Kecamatan

biasanya terjadi mulai bulan Oktober

Ngimbang merupakan iklim tropis

hingga Mei dengan puncak musim

yang terdiri dari 2 musim yaitu musim

hujan adalah bulan Maret dan April

14

curah

hujan

tiap

tahun

Berdasarkan umur, secara umum

untuk tahun lima tahun terakhir.
Musim

kemarau puncaknya biasa

tanaman padi dikategorikan dalam

terjadi

pada

dan

umur genjah (sekitar 110 hari dan

September dengan curah hujan 80

lebih dari 120 hari). Padi varietas lokal

mm. Presipitasi paling besar terlihat

pada umumnya berumur dalam (> 151

pada Desember, dengan rata-rata 420

hari setelah sebar), sedangkan padi

mm.

varietas ultra genjah berumur < 90 hari

bulan

Perbedaan

Agustus

dalam

presipitasi

antara musim kemarau dan musim

(BPPADI,

2016).

Apabila

sekali

hujan adalah 340 mm. Rata-rata suhu

musim tanam di buat rata-rata 115 hari

sepanjang tahun sebesar 27.2 °C.

maka sekali musim tanam membutuhkan air sebesar 11496,55 m3
/hektar. Luas lahan sawah tadah hujan
di Desa Gebangangkrik sebesar 214.96
ha, maka dalam satu kali musim tanam
membutuhkan

m3

2.471.298,388

/hektar.
Penempatan Embung on Stream

Gambar 1. Curah Hujan Wilayah Desa
Gebangangkrik dan Sekitarnya

Calon

embung

yang

dapat

Jika rata-rata umur padi 100 hari,

diterapkan di wilayah Desa Gebang-

kebutuhan air irigasi sebesar 1 liter

angkrik adalan model on stream atau

/detik/ha menghasil beras rata-rata

model embung yang terdapat di dalam

3.000 kg/ha, maka kebutuhan air

sungai atau membendung sungai di

irigasi prsawahan per 1 kg beras

Kali Padas. Hal tersebut dikarenakan

sebesar

(Nurrochmad,

di kanan kiri sungai adalah areal

2011). Sedangkan menurut Balitbang

persawahan, sehingga memperpendek

Pertanian (2007) rata-rata tanaman

jarak pengairan.

padi

2.880

sawah

liter

membutuhkan

Bangunan konstruksinya berupa

air

sebanyak 1,2 liter/detik/ha atau 99,97

bendungan

m3/hari/hektar,

masa

manfaatkan untuk jalan utama peng-

masa

hubung antara Desa

mengolah

mulai

tanah

dari

hingga

dan

berbunga.

15

Desa

dan

di

Jejel

atasnya

di-

Gebangangkrik
ke

Desa

Ngasemlemahbang serta akses ke kota
Kecamatan.

Hanya

posisi

persis

bendungannya tidak masuk wilayah
Desa Gebangangkrik tetapi masuk
wilayah Desa Jejel (Gambar 2.).

Gambar 3. Potongan Melintang Aliran Sungai

Bentuk embung on stream dari

Gambar

segi biaya akan lebih murah apabila

penampakan

dibandingkan dengan membuat em-

3.

sungai

menunjukkan
(Kali

Padas)

dengan tingkat kedalamannya yang

bung di luar sungai (off stream). Tetapi

dapat

embung dengan sistem on stream

dimanfaatkan.

Selama

ini

masyarakat memanfaatkan air kali

memiliki beberapa kekurangan yaitu

Padas dengan sistem seperti pada

apabila volume air yang datang terlalu

Gambar 4, sehingga air yang ada terus

besar (banjir) maka embung dapat

mengalir. Pada saat musim hujan atau

meluap ke wilayah sekitar bendungan

dengan curah air yang mencukupi,

dan membawa material dari hulu

maka tidak akan kekurangan air.

sungai sehingga menyebabkan ter-

Namun

jadinya sedimentasi. Rawan terhadap

pada

musim

kering,

ketersediaan air yang ada tidak mampu

kebocoran karena adanya tekanan oleh

mengairi keseluruhan area persawahan

air sungai di bagian bawah cukup

yang ada.

besar.

Kali padas

Lokasi
embung yang
direncanakan

Gambar 4. Potongan Memanjang Aliran

Vegetasi di sekitar sungai adalah
tanaman bambu, alang-alang, pandan
dan berbagai jenis tumbuhan liar.
Pembuatan embung sungai (on stream)

Gambar 2. Peta Lokasi Embung yang
Direncanakan

agar maksimal maka harus dilakukan
pembebasan tanah yang berada di
16

sekitar sungai. Bagian kiri dan kanan

run off air hujan di wilayah hulu yang

sungai

masuk wilayah Kabupaten Bojonegoro

padas

lahannya

berupa

persawahan yang rendah, saat musim

Jawa

Timur.

Keadaan

hujan dan sungai meluap sawah

membuat Kali Padas saat musim hujan

tersebut akan terkena banjir dan

sering

tanamannya rusak sehingga merugikan

kemarau tidak ada airnya.

terjadi

banjir

Berdasarkan

petani penggarap. Keadaan tersebut

tersebut

tetapi

pasokan

saat

airnya,

tahun,

Purba (2011) menyebutkan ada tiga

lahannya

sistem pembagian air, yaitu sistem

dibiarkan. Melihat fenomena tersebut

serentak, sistem golongan, dan sistem

peneliti

rotasi (giliran) apabila pasokan air

berulang

hampir

sehingga

banyak
berasumsi

setiap
yang
bahwa

apabila

lahan tersebut dibeli sesuai dengan

berkecukupan

atau

melimpah.

harga NJOP untuk keperluan umum,

Peningkatan sistem irigasi merupakan

maka proses pembebasan lahan akan

salah satu cara dalam usaha pertanian

lebih mudah.

(Herwan dan Hernawan, 2012).

Ketiga sungai yang melintasi
wilayah Desa Gebangangkrik bagian

Konstruksi Embung On stream

hulunya masuk wilayah Kecamatan
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro.
Panjang Kali Padas yang melintasi
wilayah Desa Gebangangkrik ± 35
km. Keadaan dasar sungai adalah
tanah liat dengan bagian tepi sungai
berupa tebing yang ditumbuhi alangalang,

bambu

dan

pandan.

Gambar 5. Lokasi Embung Secara Topografi

Pen-

dangkalan sungai terjadi saat banjir,

Berdasarkan Gambar 5, embung

karena adanya peningkatan sedimen

dapat dibangun antara kali dan lahan

berupa tanah liat yang berasal dari

pertanian dengan lokasi inlet dan

tebing kiri dan kanan sungai serta

outlet yang zigzag sehingga air yang

sedimen lumpur dan tanah yang

masuk

terbawa saat terjadi banjir. Air yang

langsung. Air tersebut akan berkumpul

mengalir di Kali Padas berasal dari

terlebih

17

tidak

serta

dahulu

merta

keluar

ditengah-tengah

embung. Kemudian keluar melalui

murah karena tanpa perlu membuat

outlet dan mengairi lahan pertanian.

saluran air baru untuk mengalirkan ke
kolam penampungan. Fungsi embung
nantinya untuk menahan air hujan
yang masuk ke sungai saat musim
hujan agar tidak langsung menuju ke
laut, tetapi dihentikan untuk keperluan
irigasi dan menambah tinggi muka air

Gambar 6. Bentuk Konstruksi Embung on

tanah.

Stream. Gambar a. Embung
Tampak Atas. Gambar b. Embung

Saat musim tanam dan hujan

Tampak Samping

tidak segera turun, masyarakat Desa
Gebangangkrik dan sekitarnya me-

Bagian atas embung (Gambar 6a)

manfaatkan air tanah yang diambil

dapat ditutup dan dipergunakan untuk

menggunakan pompa mesin, maka

jalan sehingga mempermudah petani

biaya produksi meningkat. Untuk satu

untuk ke lokasi persawahannya. Posisi

hari, satu mesin pompa kecil bisa

inlet berada di bagian atas sehingga air

menghabiskan 5 liter premium (Rp.

tidak akan kembali ke kali. Saluran
outlet

berada

di

bagian

35.000,-). Air hasil pompa hanya

bawah

untuk membasahi tanah sebelum di

sehingga ketika sisa air dalam embung

olah atau ditanami, dengan meman-

tidak seberapa banyak, masih dapat
mengairi

persawahan

yang

faatkan pipa untuk mengalirkan nya.

mem-

Embung di Kali Padas lebarnya

butuhkan air.

bisa lebih dari 15 m dan kedalaman 10
m. Hal ini karena daerah sekitar sungai

Dampak pada Aspek Ekonomi

memiliki elevasi yang rendah. Anak

Membuat sistem pemanenan air

sungai Kali Lamong dan Kali Kare

hujan untuk irigasi atau pengairan

dapat dibangun embung dengan lebar

sawah tidaklah sulit, dengan membuat

antara 10-15 m dan kedalaman 6-10

sengkedan saja itu merupakan salah

m. Hal tersebut karena tebing sungai

satu cara untuk mengairi sawah karena

tegak lurus atau curam, di sekitar anak

air tidak langsung turun ke sungai.

sungai Kali Lamong banyak berdiri

Pembuatan embung sistem on

rumah penduduk.

stream dari segi ekonomi sangat
18

yang digunakan hanya 2½ cm sesuai

Desa Gebangangkrik merupakan
salah satu sentra penghasil padi dan

kemampuan

sumur

bor,

kalau

tembakau di Kecamatan Ngimbang

dibiarkan saja air tidak bisa menyebar

Lamongan. Apabila ke tiga sungai

dengan rata.

yang melintasi wilayah desa dijadikan

Adanya sistem pemanenan air

embung, maka masyarakat yang tidak

hujan atau rainwater harvesting ini

memiliki

maka

lahan

pertanian

yang

diharapkan

sungai

yang

memadai dapat membuat keramba

biasanya tidak dimanfaatkan dengan

ikan atau mendirikan warung di sekitar

maksimal, saat dibangun embung on

embung yang telah dijadikan menjadi

stream akan memiliki manfaat yang

tempat wisata.

lebih besar. Saat musim tanam tiba,
masyarakat bisa bergotong royong
menggunakan

Dampak pada Aspek Sosial Budaya

air

embung

untuk

mengairi sawahnya. Apabila dengan

Dampak sosial dari kekeringan
dapat terjadi konflik antar tetangga.

menggunakan mesin

Hal ini terjadi karena hampir tiap

kapasitasnya besar dan pipa airnya

orang memiliki sumur bor di lahan

juga berdiameter besar, maka sawah

sawahnya,

tidak

akan cepat terairi. Sistem pengairan

memiliki karena pernah membuat

dapat diatur dari sawah yang paling

sumur tidak keluar sumber airnya.

tinggi posisinya dan pelaksanaanya

Kejadian seperti ini terjadi hampir tiap

saling bantu.

namun

sebagian

Bagi

tahun saat memasuki musim tanam

pompa

Pemerintah

yang

Daerah

padi., yaitu tidak bertegur sapa dengan

Kabupaten Lamongan dengan adanya

tetangga karena tidak dipinjami sumur

pembangunan embung maka kebutuh-

untuk mengairi sawah atau tidak

an air irigasi akan terbantu, sehingga

dipinjami mesin berikut dengan pipa

hasil panen padi menjadi optimal.

airnya.

Tidak ada lagi pertengkaran antar
sawahnya

tetangga akibat tidak dipinjami mesin

menggunakan sumur bor, maka petani

pompa atau pipa air. Maka fungsi

akan

sebagai pengayom masyarakat dapat

Saat

mengairi

menginap

di

sawah

untuk

memindahkan pipa air agar basahnya

terlaksana

merata, karena besar diameter pipa

adanya embung, sebagian masyarakat

19

dengan

baik.

Dengan

dapat beralih pekerjaan menjadi petani

hujan tidak bisa diprediksi. Dari pihak

tambak sistem keramba. Kebutuhan

perangkat desa juga sangat meng-

akan ikan segar di wilayah Desa

harapkan

Gebangangkrik dan sekitarnya akan

karena nantinya selain untuk irigasi

terpenuhi karena harganya lebih murah

pertanian bisa dimanfaatkan perikanan

dan mendapatkannya lebih mudah dan

keramba dan wisata sehingga mampu

dekat.

meningkatkan ekonomi masyarakat.

pembangunan

Dengan
Dari hasil survei yang telah
penerimaan

adanya

sistem

pemanenan air hujan atau rainwater

Dampak pada Aspek Lingkungan
dilakukan

tersebut

harvesting dengan sistem embung on

masyarakat

stream, penggunaan air tanah akan

apabila ke tiga sungai yang melintasi

berkurang. Air di dalam tanah akan

Desa

dibendung

meningkat, sehingga tumbuhan dapat

responnya

tumbuh

Gebangangkrik

menjadi

embung,

sebagaimana Tabel 1.

dengan

subur

sehingga

kualitas lingkungan menjadi baik dan
dapat menjamin kelangsungan hidup

Tabel 1. Respon Masyarakat terhadap
Wacana Pembangunan Embung Sungai
No
1
2
3

Respon
masyarakat
Sangat
diharapkan
Respon biasa
Tidak diharapkan

Jml

hewan,

tumbuhan

masyarakat

dan

khususnya

petani

di

Desa

Gebangangkrik dan sekitarnya.

F

KESIMPULAN DAN SARAN

I.
23 76,67
7 23,33
0 0,00

Kesimpulan
Dari hasil survei dan kajian yang
telah dilakukan pada lokasi embung

Sebanyak 7 responden (23,33%)

Kali

menanggapi biasa wacana tersebut

Padas

Ngimbang

karena mereka menganggap pem-

Desa

Gebangangkrik

Lamongan

dengan

mempertimbangkan berbagai aspek

bangunan itu tidak akan pernah terjadi,

(sosial, ekonomis, dan lingkungan)

siapa yang mau membangun serta

maka embung on stream Kali Padas

dananya dari mana. Sedangkan 23

layak untuk dibangun guna mengatasi

responden (76,67%) sangat berharap

kekeringan

guna mengatasi kekurangan air saat

maupun

musim tanam, karena saat ini kejadian
20

saat

musim

membantu

kemarau

meringankan

petani akan kebutuhan air saat musim

Pemerintah Kabupaten Lamongan
Jawa Timur.

tanam. Adanya embung tersebut dapat
mengatur

penggunaan

air

sesuai

Badan Litbang Pertanian. 2007.
Petunjuk
Teknis
Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu
(PTT) Padi Sawah Irigasi. Badan
Litbang Pertanian. Jakarta

dengan kebutuhan dan pada saat
musim kering, persediaan air akan
tetap terjaga dan dapat mengairi area
persawahan

tanpa

menyebabkan

BPS. 2015. Kecamatan Ngimbang
Dalam Angka 2015. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Lamongan.
Jawa Timur

masalah sosial.
Saran

BPPADI. 2016. Klasifikasi Umur
Padi.
http://bbpadi.litbang.
pertanian. go.id/index.php/tahukah
anda/120-kalsifikasi-umur-padi. [1
Juni 2016].

Perlu adanya kajian mengenai
konstruksi embung yang kokoh dan
sesuai sehingga dapat bertahan lama.

Herwan, M. F. Barchia, dan B.
Hernawan. 2012. Rancang Bangun
Peningkatan Produktifitas Lahan
Sawah pada Kawasan DAS
Padang Guci Kabupaten Kaur.
Naturalis. 1 (1): 41 – 50.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis
kasih

mengucapkan

kepada

perangkat

terima
dan

masyarakat Desa Gebangangkrik yang
telah memberi dukungan terhadap

Nurrochmad, F. 2011. Sumber Daya
Air sebagai Sarana Pendukung
Produksi Beras di Indonesia.
Pidato Pengukuhan Guru Besar
Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Sipil dan Lingkungan UGM.
Yogyakarta.

kelancaran penelitian ini. Penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih
kepada rekan-rekan Dosen di Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Islam
Majapahit yang telah memberikan

Irianto, G. S., J. Duchesne, F. Forest,
P. Peres, C. Cudence, T. Prasetyo,
S. Karana. 1999. Rainfall-Runoff
Harvesting for Controlling Erosion
and Sustaining Upland Agriculture
Development. Proceeding International Soil Conservation Organization, Purdue, Lavayette. USA.

banyak saran dan masukan dalam
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2006. Rencana Umum
Tata
Ruang
Kota
dengan
Kedalaman Rencana Detail Tata
Ruang Kota Ibukota Kecamatan
Ngimbang Kabupaten Lamongan.

Purba, J. H. 2011. Kebutuhan Dan
Cara Pemberian Air Irigasi Untuk
Tanaman Padi Sawah (Oryza

21

sativa L.). Widyatech. 10 (3) :
145-155.

Romdiati, H., M. Noveria, B.
Setiawan, A. Latifa, fitriana, M. A.
Malamassam, I. Hidayati. 2010.
Perubahan Struktur Penduduk dan
Strategis Adaptasi dalam Konsteks
Ketahanan
Ekonomi
Rumah
Tangga Kabupaten Lamongan
Propinsi Jawa Timur. Pusat
Penelitian Kependudukan. LIPI.
Jakarta.
Sucipto. 2013. Studi kesesuaian Lahan
Untuk Pengembangan Tanaman
Tembakau di Kecamatan Sambeng
Kabupaten Lamongan. Agrovigor.
6 (2) : 136-144.
Surat Keputusan Gubernur Jatim
Nomor:
520/1181/202.2/2009.
2009.
Penetapan
Kabupaten
Lamongan
Sebagai
Lokasi
Pengembangan
Kawasan
Agropolitan di Jatim. Surabaya
Jawa Timur.
Sutapa, I W. 2008. Studi Potensi
Embung Sub Wilayah Sungai
Watutela Wuno di Wilayah Kota
Palu dan Kabupaten Donggala
Sulawesi Tengah. Mektek X (1):
61-68.
Yuda, D. K. dan P. Navitas. 2014.
Arahan Pengembangan Ekonomi
Kabupaten Lamongan Berdasarkan
Sektor Unggulan (Studi Kasus:
Sektor Pertanian). Teknik Pomits.
3 (2): 136-141.

22