KEMAMPUAN MENARI SIGEH PENGUTEN PADA SISWA KELAS XI IPA3 SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG

(1)

KEMAMPUAN MENARI SIGEH PENGUTEN PADA SISWA KELAS XI IPA3 SMA YP UNILA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

FRENY OKTAVIANA

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah kemampuan menari sigeh penguten pada siswa kelas XI IPA3 di SMA YP Unila Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tari sigeh penguten yang ditinjau dari tiga indikator yaitu wiraga, wirama dan wirasa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan pendokumentasian. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 di SMA YP Unila yang berjumlah 39 siswa terdiri dari 24 siswa putri dan 15 siswa putra.

Berdasarkan hasil penelitian ditinjau dari proses pembelajaran yaitu aktivitas siswa dalam pembelajaran tari sigeh penguten yang dibagi menjadi empat aspek yaitu visual activities, listening activities, motor activities, dan emotional activitiesrata-rata siswa memeroleh nilai persentase 70% pada pertemuan pertama dengan kriteria cukup, persentase 75% pada pertemuan kedua dengan kriteria baik, persentase 70% pada pertemuan ketiga dengan kriteria cukup, persentase 70% pada pertemuan keempat dengan kriteria cukup, dan persentase 85% pada pertemuan kelima dengan kriteria baik sekali. Sedangkan ditinjau dari hasil belajar yaitu kemampuan siswa menari sigeh penguten berdasarkan hasil pengamatan pada lembar tes praktik, dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menarikan tari sigeh penguten di kelas XI IPA3 SMA YP Unila tergolong cukup. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata kemampuan siswa dalam memeragakan gerak tari sigeh penguten secara keseluruhan memeroleh nilai 68. Ditinjau dari kemampuan per aspek untuk aspek wiraga yaitu urutan gerak dengan nilai persentase 66% tergolong cukup, teknik gerak dengan nilai persentase 66% tergolong cukup, aspek wiramayaitu ketepatan gerak dengan musik dengan nilai persentase 72% tergolong cukup, dan aspek wirasa yaitu ekspresi saat menari dengan nilai persentase 67% tergolong cukup.


(2)

THE STUDENTS DANCE ABILITIES IN SIGEH PENGUTEN DANCE AT THE CLASS OF XI IPA 3 SMA YP UNILA

BANDAR LAMPUNG.

BY

FRENY OKTAVIANA

The problem which is discussed in this research was the students ability in dancing sigeh pengutenof student at class XI science 3 in SMA YP Unila Bandar Lampung. The objective of this research is to describe the process and the students result of study in learning sigeh pengutendance which is consider from 3 aspect that are wiraga, wirama, wirasa.

The method which is used in this research was descriptive. This research is use data collecting techniques by the way of observation, interview, and documentation. The resources of this research was the sudents at class XI science 3 in SMA YP Unila Bandar Lampung which consists of 39 students, they are 24 female students and 15 male students.

Based on the technique of data analysis, by seeing from the students activities which is divided into four aspect they are visual activities, listening activities, motor activities, and emotional activitieswith the score presentage 70 % for the first meeting and the criteria was enough, 70% for the second meeting, the criteria good, 70 % for the third meeting and the criteria was enough. 70% for the fourth meeting which is enough as the criteria, and 85 % for the fifth meeting with very good as the ctiteria. By seeing from the students dance ability based on the result of the observation in the sheet of practice test, it can be seen that the abilities of the students of IX IPA3 SMA YP Unila in dancing sigeh penguten dance in the class is enough. It can be seen from the average of students abilities in practicing the sigeh penguten dance. The score was 68. That was based on the abilities in every aspect they are the step of movement with the percentage is 66% it was enough, the aspect of movement technique with the percentage is 66 % it was enough, the aspect of movements correctness with the music with the score percentage is 72% it was enough, and the aspect of expression when they danced with the score percentage is 67% and it was enough.


(3)

Halaman HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

MOTO

PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR DIAGRAM DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 1

2.1 Rumusan Masalah... 8

3.1 Tujuan Penelitian ... 8

4.1 Manfaat Penelitian ... 8

5.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemampuan Menari... 10

2.2 Aktivitas Siswa dalam pembelajaran ... 12

2.3 Evaluasi ... 15

2.4 Metode Demonstrasi ... 18

2.5 Pembelajaran Tari ... 22

2.6 Seni tari ... 23

2.7 Tari sigeh Penguten... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 52

3.2 Sumber Data ... 53

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 53


(4)

3.4.1 panduan observasi ... 55

3.4.2 panduan wawancara ... 56

3.4.3 panduan dokumentasi ... 56

3.4.4 tes praktik... 56

3.4.5 nontes... 59

3.5 Teknik Analisis Data... 61

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Oyek Penelitian ... 63

4.1.1 Sejarah SMA YP Unila Bandar Lampung ... 63

4.1.2 Visi dan Misi SMA YP Unila ... 64

4.2 Hasil Penelitian ... ... 65

4.2.1 Hasil Penelitian Aktivitas Siswa ... 66

4.2.2 Hasil Peneltian Tes Praktik Siswa... 88

4.3 Pembahasan ... ... 96

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... ... 100

5.2 Saran ... ... 101 DAFTAR PUSTAKA


(5)

Tabel Halaman

2.1 Ragam Gerak dan Uraian Gerak Tari Sigeh Penguten... 28

2.2 Pola Lantai Tari Sigeh Penguten... 50

3.1 Indikator Penilaian kemampuan Siswa dalam Menarikan Tari Sigeh Penguten... 57

3.2 Lembar Penilaian aktivitas Siswa ... 59

3.3 Tolok Ukur ... 62

4.1 Rincian Pembelajaran Tari Sigeh Penguten... 66

4.2 Aktivitas Siswa Pada Peretemuan I ... 70

4.3 Aktivitas Siswa Pada Pertemuan II... 74

4.4 Aktivitas Siswa Pada Pertemuan III ... 77

4.5 Aktivitas Siswa Pada Pertemuan IV ... 80

4.6 Aktivitas Siswa Pada Pertemuan V... 83

4.7 Rata-rata Aktivitas Siswa ... 85

4.10 Hasil Penelitian Tes Praktik Oleh Guru Dan Peneliti ... 88

4.11 Hasil Penelitian Tes Praktik Siswa Berdasarkan Skala Lima... 92


(6)

Gambar Halaman

2.1 Mahkota (siger)... 44

2.2 Gaharu kembang goyang... 45

2.3 Kembang melati ... 45

2.4 Anting-anting... 46

2.5 Kain tapis... 46

2.6 Baju kurung ... 47

2.7 Bebe usus ayam... 47

2.8 Kalungbuah jakumdan kalung papan jajar... 48

2.9 Gelang kano, gelangburung, gelang pipih... 48

2.10 Tanggai... 49

4.1 siswa saat melakukan gerakan jong silo ratu... 69

4.2 siswa saat melakukan gerakan makku khaccang... 73

4.3 siswa saat melakukan gerakan seluang mudik... 76

4.4 siswa saat melakukan gerakanjong simpuh... 80

4.5 siswa saat melakukan gerakan belah hui... 83


(7)

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PPRI) Nomor 19 tahun 2009 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat 1 disebutkan pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar : kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan untuk hidup mandiri, mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Pada pasal 32 Undang-Undang Dasar pada ayat 1 bermaksud memajukan budaya Nasional serta memberi kebebasan kepada masyarakat untuk mengembangkan-nya, dan pada pasal 32 ayat 2 menyatakan Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagian dari budaya Nasional. Pasal ini berhubungan dengan pendidikan sebab pendidikan adalah bagian dari kebudayaan, seperti yang telah diketahui bahwa kebudayaan akan berkembang bila budi daya manusia ditingkatkan. Sementara itu sebagian besar budi daya bisa dikembangkan


(8)

kemampuannya melalui pendidikan, jadi apabila pendidikan maju maka kebudayaan akan maju pula.

Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan karena pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya, begitu pula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh guru dan dosen, demikian pula dengan pendidikan seni yang diajarkan di sekolah sebagai bagian yang integral dari pendidikan, pendidikan seni memberikan kontribusi terhadap perkembangan individu serta memberikan pengalaman yang berharga (pengalaman estetik) sebagai bagian yang penting dari kebudayaan (Soeteja, 2009: 1.1).

Menurut Soeteja (2009: 1.1.2) pendidikan melalui seni mempunyai kontribusi terhadap pengembangan individu karena membantu pengembangan mental, emosional, kreativitas, estetika, sosial dan fisik. Seni sendiri mempunyai arti yaitu sebagai keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya). Bentuk- bentuk (karya seni) yang memiliki nilai keindahan tersebut diyakini memberikan kenikmatan dan kepuasan terhadap jasmani-rohani, pencipta (kreator) ataupun penikmatnya (apresiator).

Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang hayat merupakan salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan untuk dijadikan landasan dalam pelaksanaan reformasi pendidikan. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran paradigma


(9)

proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Tujuan pembelajaran merupakan suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya pembelajaran (Rusman, 2011: 3).

Pada umumnya tujuan pendidikan dapat dimasukkan ke dalam salah satu ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu perubahan dalam tiga ranah tersebut. Perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor menjadi hasil dari proses belajar. Perubahan perilaku hasil belajar itu merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pembelajaran. Oleh karenanya, hasil belajar dapat berupa perubahan kemampuan dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Kemampuan di bidang keterampilan bisa disalurkan dalam pembelajaran seni budaya di sekolah.

Seni budaya merupakan suatu mata pelajaran yang diberikan pada siswa di sekolah. Seni budaya dan keterampilan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi siswa yang harmonis dengan memerhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis serta


(10)

kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.

Dalam mata pelajaran seni budaya terdapat empat cabang kesenian seperti seni tari, rupa, musik, dan teater. Setiap cabang seni yang ada memiliki kekhasan sendiri sesuai dengan kaidah keilmuannya masing-masing. Dalam pendidikan seni budaya, aktivitas berkesenian harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi.

Seni tari merupakan salah satu dari cabang seni yang media ungkapnya adalah gerak tubuh. Gerak-gerak yang diuntai dalam sebuah tarian merupakan ekspresi sang seniman sebagai alat komunikasi kepada orang lain, sehingga orang lain yang menikmatinya memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang ada dalam dirinya maupun yang terjadi di sekitarnya, Syafii dalam Soeteja (2009: 2.3.1). Berbeda dengan seni lainnya, seni tari termasuk seni yang tidak awet, karena hanya bisa dinikmati sesaat dan akan lenyap sejalan dengan usianya tarian. Pada hakikatnya tari merupakan seni gerak, maka dari itu seni tari termasuk ke dalam seni visual yang bisa dinikmati melalui indera penglihatan.

Tari terdiri atas tari tradisional dan tari kreasi (modern), salah satu tarian tradisional yaitu tari sigeh penguten yang berasal dari provinsi Lampung. Tari sigeh penguten merupakan tari tradisional Lampung yang fungsinya sebagai penyambutan tamu. Bentuk tari sigeh penguten ini adalah tari kelompok putri yang berjumlah ganjil (5, 7, 9). Tari sigeh penguten ini harus dijaga


(11)

kelestariannya agar tidak punah seiring berjalannya waktu, oleh karena itu tarian ini diajarkan kepada siswa sekolah. Selain itu, tari sigeh penguten termasuk ke dalam KTSP pembelajaran seni budaya yang tertuang pada standar kompetensi 15 yakni mengapresiasi karya seni tari, dan pada kompetensi dasar 15.3 menunjukkan sikap apresiatif terhadap keunikan tari kelompok/berpasangan Nusantara dalam konteks budaya masyarakat. Hal ini ditandai dengan sikap apresiatif siswa dalam mempelajari tari berkelompok yang dimiliki masyarakat setempat khususnya tari sigeh penguten, itulah sebabnya tari sigeh penguten dijadikan sebagai tarian yang diteliti.

Salah satu sekolah yang mengajarkan tari sigeh pengutendalam pembelajaran seni budaya yaitu SMA YP Unila Bandar Lampung. Berdasarkan observasi sering kali pembelajaran seni tari termasuk kedalam ekstrakulikuler bukan pada intrakulikuler, tetapi pembelajaran seni tari di SMA YP Unila termasuk kedalam intrakulikuler pada mata pelajaran seni budaya yang diadakan 1 kali pertemuan yang terdiri dari 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Selain itu, fasilitas yang dimiliki cukup baik seperti sarana dan prasarana yang cukup lengkap, serta dapat memudahkan dalam pengambilan data, itulah sebabnya SMA YP Unila Bandar Lampung dijadikan objek dalam penelitian.

Dalam pembelajaran, guru harus mengambil keputusan apakah seorang siswa pantas naik kelas ataukah tidak. Tentu saja bukan pekerjaan mudah untuk membuat keputusan tersebut, diperlukan berbagai pertimbangan yang matang agar diperoleh keputusan yang benar dan tepat sehingga tidak merugikan siswa. Untuk


(12)

mendapatkan keputusan yang tepat, diperlukan informasi yang memadai tentang siswa, seperti penguasaan mereka terhadap materi, sikap, dan perilakunya.

Dalam konteks inilah evaluasi memegang peran yang cukup penting. Dari sini pula, evaluasi diharapkan dapat memberikan umpan balik yang objektif tentang apa yang telah dipelajari siswa, bagaimana siswa belajar, dan bagaimana pula efektivitas pembelajaran. Evaluasi sendiri dipandang sebagai tindakan untuk menetapkan keberhasilan suatu program pendidikan, termasuk keberhasilan siswa dalam program pendidikan yang diikuti. Dengan demikian evaluasi lebih menitikberatkan pada keberhasilan program atau kelompok siswa. Evaluasi digolongkan kedalam empat kelompok yaitu, evaluasi penempatan, evaluasi formatif, evaluasi diagnostik, dan evaluasi sumatif (Kusaeri, 2012: 17). Evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi formatif yang dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar selama pembelajaran dan evaluasi sumatif yang ditujukan untuk mengevaluasi prestasi siswa di akhir pembelajaran.

Konsep dasar terkait dengan evaluasi, seperti: pengukuran, tes, penilaian, dan evaluasi. Tes dibagi kedalam dua kelompok yaitu tes perfomansi maksimal (maximum performance test) dan jawaban tipikal (typical response). Tes perfomansi diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pertama terdiri dari tes prestasi (achievement test) dan tes sikap (attitude test), sedangkan kelompok kedua terdiri dari tes kecepatan (speed test) dan tes kemampuan (power test). Mengukur kemampuan seorang anak tidaklah mudah, karena kemampuan tidak dapat diamati atau diobservasi secara langsung. Maka dari itu, yang dapat


(13)

dilakukan hanyalah dengan melihat indikator tertentu sebagai manifestasi kemampuan itu, biasanya diukur melalui tes kemampuan. Kemarnpuan sendiri merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dan pembawaan dan latihan (Munandar, 1992: 18).

Setiap siswa kelas XI IPA 3 di SMA YP Unila Bandar Lampung memiliki kemampuan yang berbeda satu sama lain dalam mempelajari tari sigeh penguten. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen yaitu faktor yang muncul dari dalam diri siswa sendiri seperti kecerdasan kinestik, kecerdasan musikal, bakat dan motivasi, sedangkan faktor eksteren seperti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran seni budaya khususnya tari sigeh penguten, pengajar tari dalam hal ini guru seni tari itu sendiri dan lingkungan belajar. Pada pembelajaran praktik menari di sekolah agar tingkat keberhasilan tercapai maka dalam pembelajaran tersebut dibutuhkan cara belajar yang efektif khususnya pada pembelajaran praktik menari dalam mata pelajaran seni budaya. Pada pembelajaran seni budaya khususnya dalam praktik menari sigeh penguten pada kelas XI IPA 3 di SMA YP Unila menggunakan suatu metode yaitu metode demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memeragakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2008: 150).


(14)

Dari uraian di atas peneliti bermaksud mengkaji kemampuan menari sigeh pengutenpada siswa kelas XI IPA 3 di SMA YP Unila Bandar Lampung sebagai hasil pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses dah hasil belajar menari sigeh pengutenpada siswa kelas XI IPA 3 di SMA YP Unila Bandar Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan proses dan hasil belajar menari sigeh penguten pada siswa kelas XI IPA 3 di SMA YP Unila Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoritis dan praktis pada bidang pendidikan.

1.4.1 manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi penelitian dibidang seni budaya khususnya seni tari tentang kemampuan menari.

1.4.2 manfaat Praktis


(15)

1. memberikan pengetahuan dan menambah wawasan kepada pembaca khususnya guru SMA mengenai kemampuan siswa dalam pembelajaran seni tari.

2. untuk menambah motivasi belajar dan dapat mencapai hasil atau kemampuan menari secara optimal pada siswa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. objek dalam penelitian ini adalah proses dan hasil belajar menari sigeh penguten.

2. subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 yang berjumlah 39 siswa, yang terdiri dari 24 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

3. tempat penelitian ini adalah SMA YP Unila Bandar Lampung. 4. waktu penelitian ini adalah tahun pelajaran 2012/2013.


(16)

2.1 Kemampuan Menari

Kemampuan (ability) sering disamakan dengan bakat (aptitude). Menurut William dan Micahel dalam (Galih, 2007: 8) menjelaskan bahwa bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas yang tergantung sedikit banyak dari latihan. Sedangkan menurut Bingham dalam (Galih, 2007: 8) menitik beratkan pada kemampuan individu setelah individu tersebut mendapat latihan-latihan.

Bakat pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang (Munandar, 1992: 18).

Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.


(17)

Sebaliknya, belum tentu bahwa orang yang berbakat akan selalu mencapai prestasi yang tinggi. Ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud. Menurut Guilford dalam (Galih, 2007: 8) membagi kemampuan menjadi tiga jenis yaitu:

a. Kemampuan Perseptual

Kemampuan perseptual adalah melalui kemampuan dalam mengadakan persepsi atau pengamatan antara lain mencakup faktor-faktor kepekaan indera, perhatian, kecepatan persepsi dan sebagainya.

b. Kemampuan Psikomotor

Kemampuan psikomotor adalah mencakup beberapa faktor antara lain: kekuatan, kecepatan gerak, ketelitian, keluwesan dan lain-lain.

c. Kemampuan Intelektual

Kemampuan Intelektual adalah kecenderungan yang menekankan pada kemampuan akal dimana mencakup beberapa faktor antara lain: ingatan, pengenalan, evaluasi, berfikir dan lain-lain.

Dalam hubungannya dengan pembelajaran seni tari, kemampuan psikomotorik lebih memiliki peranan dibandingkan jenis kemampuan yang lain. Kemampuan atau bakat merupakan kemampuan anak dalam pengamatan, kekuatan, kecepatan, ketelitian, keluwesan, cara berpikir, ingatan dan evaluasi yang dilakukan anak setelah mendapatkan latihan-latihan. Jadi kemampuan anak dapat dilihat dari rasa


(18)

keingintahuan dan rasa suka, kreatifitas yang dimiliki anak terhadap sesuatu, terutama dalam bidang seni tari.

2.2 Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien (Rusman, 2011: 3). Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar.

Menurut Sagala (2011: 61), pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan siswa. Pembelajaran juga memunyai arti yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2011: 57).

Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboraturium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan


(19)

perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Aktivitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar (Sardiman, 2011: 96). Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan merencana adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah proses dimana peserta didik harus aktif (Rohani, 2004: 10).

Belajar melalui aktivitas fisik dan psikis, pada aktivitas fisik peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik memiliki aktivitas psikis seperti mendengarkan, mengamati, mengingat, menguraikan dan sebagainya (Rohani, 2004: 6-7).


(20)

Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2011: 101) aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi beberapa klasifikasi yaitu:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interuksi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergaairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan aktivitas belajar siswa yang diungkapkan dalam buku Sardiman di atas maka aktivitas belajar yang dilakukan siswa pada pembelajaran tari sigeh pengutendi kelas XI IPA3 SMA YP Unila dalam penelitian ini yaitu :


(21)

1. Visual Activities, yaitu percobaan. Dalam hal ini siswa terlihat dari pandangan mata siswa bahwa siswa memerhatikan guru pada saat pembelajaran tari sigeh pengutendi dalam kelas.

2. Listening Activities, yaitu mendengarkan. Dalam hal ini siswa terlihat diam dan mendenggarkan guru pada saat pembelajaran tari sigeh penguten di dalam kelas.

3. Motor Activities, yaitu percobaan. Dalam hal ini siswa melakukan percobaan dengan gerakan tubuh atau mencoba menari sesuai dengan motif gerak yang diperagakan oleh guru pada saat pembelajaran tari sigeh penguten bersama guru di dalam kelas.

4. Emotional Activities, yaitu gembira dan semangat. Dalam hal ini siswa terlihat gembira dan semangat dalam pembelajaran tari sigeh penguten di dalam kelas. Ekspresi gembira dapat terlihat dari cara siswa yang tertawa riang pada saat pembelajaran dan siswa bersemangat dapat terlihat dari gerakan yang dilakukan oleh siswa tidak bermalas-malasan.

2.3 Evaluasi

Evaluasi biasanya dimulai dengan kegiatan penilaian. Interpretasi terhadap hasil penilaian hanya dapat bersifat evaluatif apabila disandarkan pada suatu norma atau kriteria tertentu. Norma dapat berarti rata-rata, yaitu harga rata-rata bagi suatu kelompok subjek. Kelompok subjek dapat berupa kelompok usia, kelompok kelas, kelompok jenis kelamin atau berbagai kelompok lainnya. Jadi, akan ada norma usia, norma kelas, dan norma-norma lainnya. Dengan adanya norma dan


(22)

kriteria maka hasil yang sama dari suatu penilaian dapat memunculkan interpretasi yang berbeda (Kusaeri, 2012: 10). Karakteristik evaluasi di antaranya: 1. merupakan perbandingan antara hasil penilaian dengan suatu norma atau

kriteria,

2. hasilnya tersifat kualitatif,

3. hasilnya dinyatakan secara evaluatif.

Menurut Hamzah (2012: 3) evaluasi juga berarti proses pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan penilaian acuan patokan atau penilaian acuan kriteria (PAP/PAK), sedangkan kriteria ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Evaluasi digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu evaluasi penempatan (placement evaluation), evaluasi formatif (formatif evaluation), evaluasi diagnostik (diagnostic evaluation), dan evaluasi sumatif (summative evaluation). Evaluasi penempatan dimaksudkan untuk menentukan kemampuan siswa di awal pembelajaran. Evaluasi jenis ini digunakan untuk menjawab


(23)

pertanyaan-pertanyaan : (1) Apakah siswa telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memulai pembelajaran yang telah direncanakan, (2) seberapa jauh siswa menguasai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah direncanakan (3) seberapa jauh minat siswa, kebiasaan bekerja, dan karakteristik personalnya yang membedakan dengan siswa lainnya.

Evaluasi formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar selama pembelajaran. Tujuan evaluasi formatif untuk memberikan umpan balik (feedback) secara kontinu kepada siswa maupun guru terkait dengan keberhasilan dan kegagalan pembelajaran. Umpan balik kepada siswa memberikan penguatan tentang keberhasilan pembelajaran dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang mungkin selama pembelajaran dan harus dibetulkan. Umpan balik kepada guru memberikan informasi untuk memperbaiki proses pembelajaran dan memberikan resep untuk remedial kelompok maupun individu.

Evaluasi diagnostik ditujukan untuk mendiagnosis berbagai kesulitan siswa selama pembelajaran. Tujuan utama evaluasi diagnostik adalah untuk menentukan penyebab kesulitan belajar dan merumuskan suatu rencana tindakan remidiasi. Dengan demikian, evaluasi jenis ini sangat terkait dengan evaluasi formatif karena berbagai kendala yang dialami siswa dideteksi melalui evaluasi formatif.

Evaluasi sumatif ditujukan untuk mengevaluasi prestasi siswa di akhir pembelajaran. Evaluasi jenis ini di desain untuk menentukan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai. Evaluasi jenis ini umumnya digunakan untuk


(24)

menetapkan nilai suatu mata pelajaran atau menyatakan penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Kusaeri, 2012: 9-11).

Dalam penelitian ini evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses pembelajaran dalam beberapa pertemuan yang telah ditentukan sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir pertemuan dengan menggunakan instrumen penilaian yang telah ditentukan.

2.4 Metode Demonstrasi

Menurut Sanjaya, metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memeragakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :

1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.


(25)

2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

Disamping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :

1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu sehingga dapat memakan waktu yang banyak.

2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.

3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.


(26)

b. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi 1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan :

Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap atau keterampilan tertentu.

Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.

Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.

2. Tahap Pelaksanaan a. Langkah pembukaan

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :

Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.

Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.


(27)

b. Langkah pelaksanaan demonstrasi

Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi.

Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.

Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.

Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

c. Langkah mengakhiri demonstrasi

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.


(28)

2.5 Pembelajaran Tari

Pembelajaran melalui seni tari memfokuskan pada kemampuan siswa yang menggunakan tarian sebagai suatu alat estetika, memahami struktur gestur dan gerak untuk menangkap dan menyampaikan gagasan, pencitraan, dan perasaan. Tubuh digunakan sebagai bentuk ekspresi dan media komunikasi. Melalui pembelajaran tari anak juga belajar untuk menghargai dan memahami perbedaan budaya. Karakter seni tari yang mengandung jenis seni lain seperti musik dan seni rupa merupakan salah satu kelebihannya untuk digunakan dalam pembelajaran seni secara terpadu. Penampilan melalui seni tari dihadapan penonton dapat mendidik untuk meningkatkan keberanian dan kepercayaan dirinya. Dengan menafsirkan atau mengubah gerak-gerak sederhana dalam bentuk tarian mengajarkan kepada anak proses kreativitas untuk mengembangkan gagasan dan menginterpretasikan makna (Soeteja, 2009: 2.3.12).

Dalam pengorganisasian hasil belajar, guru seni tari dapat mengkategorikan pada tiga aspek utama yaitu penataan gerak (koreografi), pertunjukan dan apresiasi. Penekanan aspek koreografi ini terutama melihat pada proses dan eksplorasinya, bukan pada produk akhir. Para siswa menggunakan komponen tarian untuk menciptakan gerakan, menstruktur dan mengorganisir tarian. Melalui keterlibatan dalam, dan merefleksikan pada koreografi, para siswa mengembangkan pemahaman bahwa tarian adalah gaya ekspresi diri dan komunikasi yang universal (Soeteja, 2009: 3.2.11)


(29)

Aspek lainnya yaitu pertunjukkan, memunyai kaitan dengan pengembangan fisik, ekspresi dan interpretasi gerakan secara formal dan informal. Sebelum melakukan gerakan (tarian), para siswa harus menyiapkan diri baik secara fisik maupun mental diantaranya melalui pemanasan. Melalui keterlibatan di dalam dan merefleksikan pada pertunjukkan, para siswa menyadari bahwa tubuh memiliki potensi sebagai suatu instrument ekspresi, hal positif yang dibangun dari kesadaran ini adalah tumbuhnya keyakinan dan kepercayaan pribadi secara psikologis.

Adapun aspek apresiasi, melibatkan siswa menganalisa tarian mereka sendiri dan orang lain pada berbagai konteks. Melalui apresiasi tarian, para siswa mengembangkan suatu pemahaman bahwa tarian adalah suatu format yang dikenali dan popular dari interaksi sosial dan merupakan suatu ungkapan kultur, spiritualitas dan sejarah yang hidup. Para siswa mengapresiasi tarian dengan menggunakan suatu model analisa yang meliputi membedakan, mendeskripsikan, mengiterpretasi, dan mengevaluasi (Soeteja, 2009: 3.2.11).

2.5 Seni Tari

Menurut beberapa ahli atau pakar tari dalam (Soeteja, 2009: 2.3.2), tari memiliki beberapa pengertian sebagai berikut :

1. Curt Sachs seorang ahli musik dan tari dari Jerman dalam buku World History of the Dance mengemukakan bahwa " tari adalah gerak yang ritmis".

2. Corry Hartong dari Belanda dalam bukunya Danskunts, bahwa " tari adalah gerak-gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang".


(30)

3. Ahli tari dari Jawa yaitu Pangeran Suryodiningrat dalam bukunya Babad Lan Mekaring Djoget Djawi, mengemukakan "tari adalah gerakan-gerakan dari seluruh bagian tubuh yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu".

Dari pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa tari merupakan salah satu cabang seni yang diekspresikan melalui ungkapan gerak. Gerak-gerak yang diuntai dalam sebuah tarian merupakan ekspresi sang seniman sebagai alat komunikasi kepada orang lain, sehingga orang lain yang menikmatinya memiliki kepekaan terhadap sesuatu yang ada dalam dirinya maupun yang terjadi di sekitarnya (Syafii) dalam (Soeteja, 2009: 2.3.1). Berbeda dengan seni lainnya seni tari termasuk seni yang tidak awet, karena tari hanya bisa dinikmati sesaat dan akan lenyap sejalan dengan usianya tarian.

Pada hakekatnya tari merupakan seni gerak, maka dari itu seni tari termasuk ke dalam seni visual yang bisa dinikmati melalui indera penglihatan. Gerakan-gerakan yang digunakan dalam tari tentu bukan sembarangan gerak dan bukan juga gerak keseharian, namun gerak yang dimaksud adalah gerak yang telah distilir atau didistorsi tidak hanya gerak semata tetapi di dalam gerak tersebut mengandung unsur ritme. Oleh karena itu gerak dan ritme dalam tari merupakan dua hal yang paling penting, disamping unsur-unsur lainnya.

Bahan baku tari atau substansi tari adalah gerak yang merupakan pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia. Gerak yang dimaksud disini bukan hanya gerak secara fisik dari aktivitas kehidupan, namun akan terlibat dari


(31)

seluruh gerak denyutan tubuh manusia, yaitu berupa ungkapan keinginan-keinginan yang kadang-kadang dilakukan dengan spontan sebagai refleksi dari dalam diri manusia (Soedarsono) dalam (Soeteja, 2009: 2.3.2).

Segala aktivitas manusia sejak lahir telah menggunakan gerak sebagai alat ekspresi atau ungkapan untuk menyatakan keinginan-keinginannya dengan menggerakkan beberapa bagian anggota tubuhnya, seperti tangan, kepala, kaki, badan dan sebagainya. Di dalam tari terdapat beberapa unsur, yaitu: (1) gerak, (2) tenaga, (3) ritme/irama, (4) ruang.

Menurut Soeteja dalam tari selain unsur-unsur dasar tari tersebut, terdapat pula empat unsur penguasaan kriteria tari. Keempat hal ini diterapkan dalam tari secara konvensional. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat digunakan pula untuk tari-tarian nonkonvensional. Keberhasilan penari di atas panggung, memerlukan penguasaan secara maksimal dari keempat kriteria ini karena keempatnya saling terkait satu dengan yang lainnya. Keempat kriteria tersebut yaitu ;

1. wiraga yaitu kemampuan penari dalam membawakan tari dari penguasaan teknik gerak, kemampuan secara koreografi, tarian dari awal sampai akhir tarian dengan mulus tanpa cacat termasuk hapalan, ketepatan (teknik) melakukan/menarikan gerak dengan benar dan baik.

2. wiramayaitu penguasaan kemampuan penari dalam melakukan gerakan sesuai atau tepat dengan irama musik pengiringnya. Selain ketepatan tempo dan ritme juga rasa musikal penari dituntut karena kemampuan penghayatan secara musikal penari akan terlihat oleh penonton.


(32)

3. wirasayaitu kemampuan penari dalam mengekspresikan dan menghayati tarian yang dibawakan, sehingga tarian mampu secara total dibawakan oleh penari. Ekspresi dalam tari merupakan salah satu yang menentukan sifat atau karakter tarian. Penari dituntut mampu melakukan berbagai ekspresi seperti ekspresi tari gagah, ekspresi tari halus, ekspresi tari lincah dan sebagainya.

Pertunjukan tari dalam kehidupan dan perkembangannya tidak lepas dari pengaruh masyarakat dan pendukungnya. Hal ini terjadi pada masyarakat secara umum di seluruh dunia, dimana pertunjukan tari digunakan sebagai kelengkapan kebutuhan hidup manusia. Fungsi pertunjukkan tari di masyarakat dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu : (1) sebagai sarana ritual, (2) sebagai sarana hiburan, (3) sebagai presentasi estetis yaitu sebagai tari tontonan (pertunjukkan), (4) sebagai media pendidikan.

Jadi, tari merupakan salah satu jenis seni yang direkomendasikan digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Melalui tari, anak dilatih untuk menggerakkan berbagai sensori motoriknya, melatih kepekaannya, mengkoordinasikan antara gerakan dan bunyi, menginterprestasikan pengalaman disekitarnya dalam gerak dan sebagainya.


(33)

2.6 Tari Sigeh Penguten

Tari sigeh penguten merupakan tari tradisional Lampung yang fungsinya sebagai penyambutan tamu. Bentuk tari sigeh penguten ini adalah tari kelompok putri yang berjumlah ganjil (5, 7, 9). Salah satu penari yang berada paling depan membawa properti yang bernama tepak. Tari sigeh pengutenpada awalnya hanya ditarikan oleh keluarga Pangeran Muhammad Ali yang merupakan pemimpin pada 1886 di Wilayah Mesuji Wiralaga, sebelah utara Provinsi Lampung. Awalnya di daerah ini terdapat tarian penyambutan yang disebut tari tepak. Tari tepakinilah yang mengilhami lahirnya tari sembah yang kemudian dikenal dengan tari sigeh penguten(Habsary, 2003: 27).

Sebuah koreografi tari tidak terlepas dari beberapa unsur yang selalu menyertainya yaitu : gerak, iringan, pola lantai, rias dan busana. Seluruh unsur tersebut dipadukan dalam waktu yang bersamaan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai estetis yang sesuai dengan ketentuan dari wujud sebuah koreografi. 1. Gerak

Gerak merupakan gejala yang paling primer dan merupakan media yang paling tua dari manusia untuk menyatakan keinginan-keinginannya atau merupakan bentuk reaksi spontan dari gerak batin manusia. Apabila susunan gerak itu ditata dengan memperhatikan unsur ruang, waktu, dan estetika yang didukung pula oleh irama maka terjadilah gerak tari.


(34)

Gerak pada tari sigeh penguten secara garis besar hanya berupa pengulangan. Secara singkat ragam gerak yang ada pada" tari sigeh pengutenini adalah sebagai berikut: Lapah Tebeng, Seluang Mudik, hormat, Kilat Mundur, Gubuh Gakhang, Ngiyau Bias, Tolak Tebeng, Ngerujung, Lipetto, Mempam Bias, Belah Hui, Samber Melayang, Jong silo ratu, sembah. Tari sigeh pengutenseperti yang telah disebutkan memiliki 14 motif ragam gerak. Berikut adalah deskripsi dari 14 ragam gerak tari sigeh penguten.

Tabel 2.1 Ragam Gerak dan Uraian Ragam Gerak Tari Sigeh Penguten.

No Nama Gerak Hit Uraian Gerak Gambar Ket

1 Lapah Tebeng 1 Kaki kanan melangkah ke depan dan tangan berada di depan perut dengan nyekiting dengan tangan kanan di atas.

Lapah Tebengyaitu gerak berjalan ke depan dengan lebih dulu kaki kanan dilangkahkan. Motif ini digunakan untuk awal (enterence) dan akhir (exit) (Habsary, 2003: 31). Nyekiting (bahasa jawa), ibu jari bertemu jari tengah dan tangan kanan di atas tangan kiri. 2 Kaki kiri

melangkah ke depan dengan posisi yang sama.

3 Kaki kanan melangkah ke depan lagi seperti berjalan.


(35)

4 Kaki kiri melangkah ke depan lagi seperti berjalan.

2 Seluang Mudik 1 Proses menukar posisi tangan kiri di atas tangan kanan dengan jari nyekiting.Seluang Mudik, adalah motif gerak untuk transisi dari posisi berdiri menuju posisi level rendah yaitu gerak jong simpuh (Habsary, 2003: 33).  Gerakan ini adalah seluang mudik turun dan ada seluang mudik naik dengan gerakan yang sama namun proses untuk berdiri. 2 Tangan kiri di

atas tangan kanan berada di samping sebelah kanan dan kaki dalam keadaan mendhak. 3 Proses menukar posisi tangan kanan di atas tangan kiri dengan jari nyekiting. 4 Tangan kiri di

atas tangan kanan berada di samping sebelah kanan dan badan dalam keadaan jongkok.


(36)

5 Proses menukar posisi tangan kiri di atas tangan kanan dengan jari nyekiting. 6 Tangan kiri di

atas tangan kanan berada di samping sebelah kanan dan badan dalam keadaan setengah berdiri dengan lutut sebagai tumpuan. 7 Proses menukar posisi tangan kanan di atas tangan kiri dengan jari nyekiting. 8 Tangan kiri di

atas tangan kanan dan badan dalam posisi simpuh.

3 Hormat 1 Tangan

berada dalam posisi nyekiting dengan tangan kanan diatas tangan kiri dan kaki dalam posisi bersimpuh Hormat yaitu posisi badan simpuh dengan kaki (betis) sebagai tumpuan.


(37)

siap untuk menunduk (hormat). Setelah posisi tepat menunduk maka dengan hitungan yang sama bangun untuk duduk simpuh seperti hitungan 1. 2 Posisi sama

dan masih proses untuk hormat.

3 Posisi sama dan masih proses untuk hormat.

4 Posisi sama dan masih proses untuk hormat, proses ini sampai hitungan 8. 4 Kilat Mundur 1 Kaki kanan

mundur ke belakang dan kedua tangan lurus ke depan. Kilat Mundur, adalah gerakan tangan dengan jari-jari yang dilakukan secara cepat pada hitungan satu kaki kanan ke belakang (Habsary, 2003: 35). Mendhak adalah posisi badan merendah kebawah. 2 Proses tangan

diukelkeluar.

3 Proses tangan diukelkeluar dan jari nyekiting.


(38)

4 Tangan kembali seperti pada hitungan 1.

5 Tangan diayun ke kanan.

6 Tangan diayun ke kiri.

7 Tangan diukel ke dalam kaki kanan jinjit ke samping dengan ujung ibu jari kaki menyentuh lantai. 8 Tangan kiri

sejajar dengan kepala di sebelah kiri dan tangan kanan berada di bawah sikut tangan kiri dengan jari menengadah.


(39)

5 Gubuh Gakhang 1 Proses tangan diayun kedepan dan kaki kiri melangkah ke depan serong. Gubuh Gakhang, adalah kedua tangan diayunkan ke depan dan ke belakang, kaki melangkah ke depan 4 hitungan. Selain lengan torso juga bergerak menyesuaikan gerakan kaki yang melangkah disertai mendhak (Habsary, 2003: 36). Proses gerakan ini dilakukan sampai pada hitungan ke 8 2 Kedua tangan

di depan badan dengan jari-jari ke atas dan kaki dalam keadaan mendhak dengan kaki kanan jinjit. 3 Proses tangan

diayun kedepan dan kaki kanan melangkah ke depan serong.

4 Kedua tangan di depan badan dengan jari-jari ke atas dan kaki dalam keadaan mendhak dengan kaki kiri jinjit. 6 Ngiyaw Bias 1 Kaki dalam

posisi

mendhak dan kedua tangan di depan lutut dengan ujung jari-jari saling berhadapan.  Ngiyaw Bias, yaitu motif yang diawali dengan sikap makuraccang, motif ini dilakukan di


(40)

2 Proses kedua tangan diukel ke luar (kilat mundur).

sisi kanan dan kiri penari dengan cara melakukan ukeldi atas lutut (Habsary, 2003: 37). 3 Proses tangan

diukel keluar dan jari nyekiting. 4 Tangan kembali seperti pada hitungan 1.

7 Tolak Tebing 1 Tangan kiri ditekuk di depan dada dan tangan kanan lurus ke samping kanan dengan jari-jari ke atas. Tolak Tebing, motif ini diawali dengan sikap salah satu tangan ditekuk di depan dada dan tangan yang lain diluruskan ke samping arah pandangan mengikuti tangan lurus ke samping. 2 Tangan tetap

pada posisi yang sama dan kaki proses ngegiser (serisik) ke kiri.


(41)

3 Tangan tetap pada posisi yang sama proses ngegiser (serisik) ke kiri seperti menolak.

Gerakan ini diikuti dengan kaki ngegiser (Habsary, 2003: 38). Gerakanini

dilakukan 1x8 hitungan 4 Tangan tetap

pada posisi yang sama proses masih sama.

8 Ngerujung 1 Kedua tangan masuk ke dalam (samber). Ngerujung, yaitu ukel arah diagonal depan disertai dengan tolehan. Posisi tangan setinggi kepala, gerakan ini dikukan tiga level yaitu tinggi, sedang dan rendah (Habsary, 2003: 39). Pada hitungan 5 dan 6 tangan diukel ke dalam dan pada hitungan 7, 8 tangan diukel ke luar posisi kembali seperti

hitungan 4. 2 Kedua tangan

proses ke luar (seperti samber).

3 Tangan kanan proses naik ke serong atas.

4 Tangan kanan serong ke atas sejajar dengan kepala dan tangan kiri menyangga badan dengan telapak tangan sebagai tumpuan.


(42)

9 Lipetto 1 Tangan kanan ditekuk ke atas sejajar kepala dan jari-jari tangan kiri berada di bawah sikut tangan kanan dengan posisi tangan menengadah ke atas lalu tangan proses ukel ke dalam. Kaki kanan proses melangkah ke depan. Lipetto, yaitu gerakan tangan (ukel) dan dilakukan sambil mengubah arah hadap. Sikap badan penari mendhak. Arah hadap mengikuti arah delapan mata angin (Habsary, 2003: 40). Gerakan ini

dilakukan searah seperti 8 arah mata angin (2x8) hitungan. 2 Tangan dalam

posisi yang sama namun jari seperti menolak dan kedua kaki mendhak serta kaki kiri jinjit. 3 Tangan kiri

ditekuk ke atas sejajar kepala dan jari-jari tangan kanan berada di bawah sikut tangan kiri dengan posisi tangan menengadah ke atas lalu tangan proses ukel ke dalam. Kaki kiri proses

melangkah ke depan.


(43)

4 Tangan dalam posisi yang sama namun jari seperti menolak dan kedua kaki mendhak serta kaki kanan jinjit.

10 Mempam Bias 1 Kedua tangan menegadah berada di atas bahu seperti membawa beban dan kaki kanan proses melangkah ke depan. Mempam Bias, yaitu gerak berjalan dengan posisi telapak tangan menengadah ke atas sejajar dengan bahu. Gerakan ini dilakukan untuk membentuk posisi lurus menjadi satu banjar. (Habsary, 2003: 41). Gelakan ini dilakukan 1x8 hitungan pada hitungan ke 7 badan

berputar untuk berhadapan dengan penari lain dan tangan di ukel ke dalam pada hitungan kedua tangan menghadap ke depan.

2 Tangan masih dalam posisi yang sama dan kaki kiri jinjit di belakang kaki kanan.

3 Tangan masih dalam posisi sama namun kaki kiri yang melangkah ke depan.

4 Tangan masih dalam posisi yang sama dan kaki kanan jinjit di belakang kaki kiri.


(44)

11 Belah Hui 1 Kedua tangan lurus silang kedepan, pergelangan tangan kiri di bawah tangan kanan dan jari-jari nyekiting.

Belah Hui, yaitu kedua pergelangan tangan pada hitungan satu melakukan gerak ukel ke arah dalam dan pada hitungan dua kedua tangan membuka. Gerakan diulang hingga pada hitungan ke delapan ke dua tangan ke atas bahu (Habsary, 2003:42 ). Pada hitungan 5-8 tangan di buka kembali dengan tangan kanan lurus ke kanan dan tangan kiri lurus ke kiri dengan jari-jari nyekiting dan

menghadap ke depan.

2 Posisi tangan masih sama siap untuk dibuka ke samping kanan dan kiri. 3 Tangan membentang ke kanan dan kiri seperti dihempas.

4 Posisi masih sama kaki kiri sebagai tumpuan dan kaki kanan maju kedepan ujung jari-jari kanan menyentuh lantai.

12 Samber Melayang 1 Proses kedua tangan disilang didepan dada. Pada hitungan 5-8 tangan dibuka kembali tangan kanan lurus ke kanan dan tangan kiri lurus ke


(45)

2 Proses kedua tangan disilang didepan dada. kiri dengan jari-jari pada hitungan ke atas pada hitungan 8.

3 Proses kedua tangan disilang didepan dada.

4 Kedua tangan silang didepan dada dengan jari-jari nyekiting.

13 Jong Silo Ratu 1 Posisi badan simpuh tangan kiri diletakkan di samping badan sebelah kiri dan tangan kanan di atas paha kaki kanan.

Jong Silo

Ratu, duduk dengan pantat sebagai tumpuan dan kaki disilang ke depan badan sehingga telapak kaki menyentuh lantai dan badan tegak tidak membungkuk serta kedua jari tangan diletakkan di atas lutut. 2 Proses untuk

duduk dengan patat sebagai tumpuan dan kaki proses untuk disilang didepan badan.


(46)

3 Posisi badan duduk dengan pantat sebagai tumpuan dan kaki disilang di depan badan dengan di tekuk sehingga telapak kaki menyentuh lantai. Tangan diukel ke luar (kilat munduri).  Punggung dalam posisi tegak tidak membungkuk.

4 Posisi badan duduk dengan pantat sebagai tumpuan dan kaki disilang di depan badan dengan di tekuk sehingga telapak kaki menyentuh lantai dan jari-jari tangan disilang diletakkan di atas lutut.

14 Sembah 1 Posisi badan

adalah jong silo ratudan tangan proses naik sejajar hidung seperti menyembah. Sembah, dalam motif ini ada beberapa gerak yang menyertai nya yaitu jong simpuh/ mejong simpuh, jong ippek merupakan gerak transisi dari posisi


(47)

2 Proses masih sama.

jong simpuh

menuju posisi selanjutnya yaitu jong silo/jong silo ratu(Habsary, 2003: 34). Gerakan ini

pada hitungan 5-8 sembah ke kanan lalu diulang ke sebelah kiri. 3 Proses masih

sama.

3 Proses masih sama

4 Posisi tangan di depan muka sejajar dengan hidung dan telapak tangan bertemu sehingga tangan seperti menyembah.


(48)

Sedangkan urutan gerak tari sigeh pengutendari awal hingga akhir tarian adalah sebagai berikut :

1. Lapah Tebeng(masuk 4x8)

2. Seluang Mudik(2x8) sampai meletakkan sirih 3. Sembah

4. Jong Simppuh/Mejong Simppuh 1x8 5. Jong Silo Ratu/Jong Mekkak2x8 6. Jong Geppek/Jong Ippek4x8 7. Seluang Mudik2x8 berdiri 8. Kilat Mundur1x8

9. Ngetir1x8

10. Mempam Bias1x8 11. Nginyau Bias1x8 12. Kenui Melayang1x8 13. Ngiyau Bias1x8 14. Kenui Melayang1x8 15. Ngakhujung1x8 16. Kenui Melayang1x8 17. Ghubuh Gakhang1x8 18. Makku Khaccang1x8 19. Sabung Melayang1x8

20. Seluang Mudik (duduk) 2x8 mengambil tepak sampai dengan berdiri 1x8 (bagi penari yg membawa tepak)


(49)

Penari lain melakukan gerakan : 22. Samber Melayang2x8 23. Tolak Tebeng2x8 24. Mempam Bias2x8 25. Belah Hui2x8

26. Samber Melayang(penari pembawa tepak kembali ke posisi semula) 27. Seluang Mudik(meletakkan tepak), 2x8 duduk dan 2x8 berdiri 28. Lipetto dan kaki belitut 2x8

29. Seluang Mudik2x8 30. Mejong Simppuh2x8

31. Ngakhujung4x8 kearah kiri dan kanan 32. Sabung Melayang 1x8

33. Seluang Mudik2x8

34. Lapah Tebeng 2x8 kembali pulang.

2. Iringan

Iringan merupakan unsur pendukung yang membuat suatu tarian menjadi hidup. Musik dan tari dapat dikatakan dua buah seni yang tidak dapat begitu saja dipisahkan. Tari bukanlah suatu seni yang dapat berdiri sendiri melainkan selalu disertai dengan seni musik. Iringan yang terdapat dalam tari ada dua macam yaitu iringan internal dan iringan eksternal. Iringan internal adalah suatu pengiring yang berasal atau yang dihasilkan oleh penari itu sendiri, misalnya tepuk tangan, teriakan, dan lain-lain. Iringan eksternal adalah suatu pengiring yang berasal atau yang dihasilkan oleh alat pengiring.


(50)

Iringan pada tari sigeh penguten ini adalah iringan eksternal, adapun nama seperangkat instrument/gamelan yang digunakan adalah Talo Balak, adapun irama dalam tarian ini dapat dibagi pula menjadi dua bentuk yaitu :

a. gupek, merupakan iringan yang temponya cepat, bentuk iringan ini dipakai pada awal dan akhir tarian.

b. tarei, merupakan iringan yang temponya lambat, bentuk iringan ini dipakai pada pokok tarian.

3. Rias dan Busana

Rias dan busana adalah pendukung suasana tari. Rias yang dipakai dalam tarian ini adalah rias cantik. Adapun kostum dan perlengkapan yang digunakan adalah:

a. Mahkota (Siger)

Gambar 2.1Mahkota (Siger) (Foto, Freny: 2013)

Arti sigermerupakan mahkota perlambang adat budaya dan tingkat kehidupan terhormat, siger berwarna kuning emas dan dipakai di kepala. banyaknya gerigi lancip berlekuk sembilan, sebagai lambang sembilan sungai yang mengalir di Lampung yaitu Way Semangka, Way Sekampung, Way Seputih,


(51)

Way Pangubuan, Way Abung Sarem, Way Sungkai, Way Kanan, Way Tulang Bawang dan Way Mesuji.

b. Gaharu Kembang Goyang

Gambar 2.2 Gaharu Kembang Goyang (Foto, Freny: 2013)

Gaharu kembang goyang yang berwarna kuning emas, ini digunakan di atas kepala cara memakainya seperti ditusukkan di rambut.

c. Kembang Melati

Gambar 2.3Kembang Melati (Foto, Freny: 2013)

Kembang Melati merupakan asesoris yang dipakai di bagian kepala yang memiliki fungsi untuk memperindah pada sanggul rambut.


(52)

d. Anting-anting

Gambar 2.4anting-anting (Foto, Freny: 2013)

Anting-anting merupakan asesoris yang digunakan pada telinga untuk memperindah bagian telinga.

e. KainTapis

Gambar 2.5Kain Tapis (Foto, Freny: 2013)

Kain Tapis adalah kain yang sering dipakai masyarakat Lampung untuk menghadiri upacara-upacara adat atau acara seremonial lainnya. Kain ini merupakan kain tenun yang salah satu bahannya adalah benang warna emas. Warna dasar kain ini beraneka ragam seperti hijau, merah, dan hitam. Namun umumnya yang dipakai pada tari sigeh penguten adalah kain tapis berwarna dasar merah dan hitam atau yang lebih teatrikal.


(53)

f. Baju Kurung

Gambar 2.6Baju Kurung (Foto, Freny: 2013)

Baju kurung adalah baju yang dikenakan yang bahannya adalah brokat berwarna putih seperti pada baju pengantin adat Lampung.

g. Bebe usus ayam

Gambar 2.7Bebe Usus Ayam (Foto, Freny: 2013)

Bebe Usus Ayam adalah bagian kostum yang dikenakan untuk menutup bagian dada penari. Warna Bebe Usus Ayam sesuai dengan baju yang dikenakan penari.


(54)

h. Kalung Buah Jukum danKalung Papan Jajar

Gambar 2.8Kalung Buah Jukum danKalung Papan Jajar (Foto, Freny: 2013)

Asesoris kalung Buah Jakum dan kalung Papan Jajar ini dipakai di leher yang memiliki fungsi untuk memperindah bagian leher.

i. Gelang Kano, Gelang Burung dan Gelang Pipih

Gambar 2.9 Gelang Kano, Gelang Burung Dan Gelang Pipih (Foto, Freny: 2013)


(55)

j. Tanggai

Gambar 2.10Tanggai (Foto, Freny: 2013)

Tanggai yang berjumlah 10 buah adalah properti yang dikenakan pada jari tangan. Pada tanggai Lampung seluruh permukaan tanggaitertutup sehingga kuku penari tidak terlihat, dan terdapat rantai-rantai kecil yang menghubungkan kelima Tanggai.

4. Pola Lantai

Pola lantai adalah garis-garis di lantai yang dilalui oleh seorang penari atau garis-garis dilantai yang dibuat oleh formasi kelompok, Pola lantai yang digunakan dalam tari sembah ini adalah berbentuk V. penari yang membawa tepak properti tepak befada paling depan karena nantinya akan keluar dari area pentas untuk memberikan sirih kepada salah satu tamu yang dianggap dapat mewakili seluruh tamu yang datang.


(56)

Tabel 2.2 Pola lantai tari sigeh penguten

No. Ragam Gerak Pola Lantai

1 Lapah tebeng

2 Seluang mudik turu 3 Merunduk, naik 4 Jong simpuh

5 Jong silo ratu sembah 6 Jong simpuh

7 Samber melayang

8 Ngerujung kanan (rendah) 9 Ngerujung kiri (rendah) 10 Samber melayang 11 Seluang mudik naik 12 Kilat mundur, ngetir

13 Maku raccang, samber melayang 14 Gubuh gakhang

15 Muter belakang, samber melayang 16 Maku raccang kenui melayang 17 Ngiyau bias

18 Samber melayang 19 Ngerujung kanan (tinggi) 20 Ngerujung kiri (tinggi) 21 Seluang mudik turun 22 Merunduk, naik 23 Seluang mudik naik 24 Sabung melayang

25 Tolak tebing 26 Samber melayang


(57)

28 Belah hui 29 Mempam bias 30 Samber melayang

31 Sabung melayang

32 Seluang mudik turun 33 Merunduk, naik 34 Seluang mudik naik 35 Lipetto

36 Seluang mudik turun 37 Ngerujung kanan (sedang) 38 Ngerujung kiri (sedang) 39 Samber melayang 40 Jong simpuh

41 Jong silo ratu sembah 42 Jong simpuh

43 Merunduk, naik 44 Seluang mudik naik 45 Lapah tebeng

Keterangan:

T, |—,—| = Penari

= arah tukar tempat ... = arah pindah tempat


(58)

2.1 Kemampuan Menari

Kemampuan (ability) sering disamakan dengan bakat (aptitude). Menurut William dan Micahel dalam (Galih, 2007: 8) menjelaskan bahwa bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas yang tergantung sedikit banyak dari latihan. Sedangkan menurut Bingham dalam (Galih, 2007: 8) menitik beratkan pada kemampuan individu setelah individu tersebut mendapat latihan-latihan.

Bakat pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Berbeda dengan bakat, kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa yang akan datang (Munandar, 1992: 18).

Bakat dan kemampuan menentukan prestasi seseorang. Jadi prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.


(59)

Sebaliknya, belum tentu bahwa orang yang berbakat akan selalu mencapai prestasi yang tinggi. Ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud. Menurut Guilford dalam (Galih, 2007: 8) membagi kemampuan menjadi tiga jenis yaitu:

a. Kemampuan Perseptual

Kemampuan perseptual adalah melalui kemampuan dalam mengadakan persepsi atau pengamatan antara lain mencakup faktor-faktor kepekaan indera, perhatian, kecepatan persepsi dan sebagainya.

b. Kemampuan Psikomotor

Kemampuan psikomotor adalah mencakup beberapa faktor antara lain: kekuatan, kecepatan gerak, ketelitian, keluwesan dan lain-lain.

c. Kemampuan Intelektual

Kemampuan Intelektual adalah kecenderungan yang menekankan pada kemampuan akal dimana mencakup beberapa faktor antara lain: ingatan, pengenalan, evaluasi, berfikir dan lain-lain.

Dalam hubungannya dengan pembelajaran seni tari, kemampuan psikomotorik lebih memiliki peranan dibandingkan jenis kemampuan yang lain. Kemampuan atau bakat merupakan kemampuan anak dalam pengamatan, kekuatan, kecepatan, ketelitian, keluwesan, cara berpikir, ingatan dan evaluasi yang dilakukan anak setelah mendapatkan latihan-latihan. Jadi kemampuan anak dapat dilihat dari rasa


(60)

keingintahuan dan rasa suka, kreatifitas yang dimiliki anak terhadap sesuatu, terutama dalam bidang seni tari.

2.2 Aktifitas Siswa dalam Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien (Rusman, 2011: 3). Mengingat kebhinekaan budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik peserta didik, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar.

Menurut Sagala (2011: 61), pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan siswa. Pembelajaran juga memunyai arti yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik, 2011: 57).

Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboraturium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan


(61)

perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeroleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Aktivitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar (Sardiman, 2011: 96). Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan merencana adalah peserta didik itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masing. Belajar adalah proses dimana peserta didik harus aktif (Rohani, 2004: 10).

Belajar melalui aktivitas fisik dan psikis, pada aktivitas fisik peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik memiliki aktivitas psikis seperti mendengarkan, mengamati, mengingat, menguraikan dan sebagainya (Rohani, 2004: 6-7).


(62)

Menurut Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2011: 101) aktivitas belajar dapat digolongkan menjadi beberapa klasifikasi yaitu:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interuksi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergaairah, berani, tenang, gugup.

Berdasarkan aktivitas belajar siswa yang diungkapkan dalam buku Sardiman di atas maka aktivitas belajar yang dilakukan siswa pada pembelajaran tari sigeh pengutendi kelas XI IPA3 SMA YP Unila dalam penelitian ini yaitu :


(63)

1. Visual Activities, yaitu percobaan. Dalam hal ini siswa terlihat dari pandangan mata siswa bahwa siswa memerhatikan guru pada saat pembelajaran tari sigeh pengutendi dalam kelas.

2. Listening Activities, yaitu mendengarkan. Dalam hal ini siswa terlihat diam dan mendenggarkan guru pada saat pembelajaran tari sigeh penguten di dalam kelas.

3. Motor Activities, yaitu percobaan. Dalam hal ini siswa melakukan percobaan dengan gerakan tubuh atau mencoba menari sesuai dengan motif gerak yang diperagakan oleh guru pada saat pembelajaran tari sigeh penguten bersama guru di dalam kelas.

4. Emotional Activities, yaitu gembira dan semangat. Dalam hal ini siswa terlihat gembira dan semangat dalam pembelajaran tari sigeh penguten di dalam kelas. Ekspresi gembira dapat terlihat dari cara siswa yang tertawa riang pada saat pembelajaran dan siswa bersemangat dapat terlihat dari gerakan yang dilakukan oleh siswa tidak bermalas-malasan.

2.3 Evaluasi

Evaluasi biasanya dimulai dengan kegiatan penilaian. Interpretasi terhadap hasil penilaian hanya dapat bersifat evaluatif apabila disandarkan pada suatu norma atau kriteria tertentu. Norma dapat berarti rata-rata, yaitu harga rata-rata bagi suatu kelompok subjek. Kelompok subjek dapat berupa kelompok usia, kelompok kelas, kelompok jenis kelamin atau berbagai kelompok lainnya. Jadi, akan ada norma usia, norma kelas, dan norma-norma lainnya. Dengan adanya norma dan


(64)

kriteria maka hasil yang sama dari suatu penilaian dapat memunculkan interpretasi yang berbeda (Kusaeri, 2012: 10). Karakteristik evaluasi di antaranya: 1. merupakan perbandingan antara hasil penilaian dengan suatu norma atau

kriteria,

2. hasilnya tersifat kualitatif,

3. hasilnya dinyatakan secara evaluatif.

Menurut Hamzah (2012: 3) evaluasi juga berarti proses pemberian makna atau ketetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak disebut dengan penilaian acuan patokan atau penilaian acuan kriteria (PAP/PAK), sedangkan kriteria ditentukan setelah kegiatan pengukuran dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut dengan Penilaian Acuan Norma/Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Evaluasi digolongkan ke dalam empat kelompok, yaitu evaluasi penempatan (placement evaluation), evaluasi formatif (formatif evaluation), evaluasi diagnostik (diagnostic evaluation), dan evaluasi sumatif (summative evaluation). Evaluasi penempatan dimaksudkan untuk menentukan kemampuan siswa di awal pembelajaran. Evaluasi jenis ini digunakan untuk menjawab


(65)

pertanyaan-pertanyaan : (1) Apakah siswa telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memulai pembelajaran yang telah direncanakan, (2) seberapa jauh siswa menguasai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah direncanakan (3) seberapa jauh minat siswa, kebiasaan bekerja, dan karakteristik personalnya yang membedakan dengan siswa lainnya.

Evaluasi formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar selama pembelajaran. Tujuan evaluasi formatif untuk memberikan umpan balik (feedback) secara kontinu kepada siswa maupun guru terkait dengan keberhasilan dan kegagalan pembelajaran. Umpan balik kepada siswa memberikan penguatan tentang keberhasilan pembelajaran dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang mungkin selama pembelajaran dan harus dibetulkan. Umpan balik kepada guru memberikan informasi untuk memperbaiki proses pembelajaran dan memberikan resep untuk remedial kelompok maupun individu.

Evaluasi diagnostik ditujukan untuk mendiagnosis berbagai kesulitan siswa selama pembelajaran. Tujuan utama evaluasi diagnostik adalah untuk menentukan penyebab kesulitan belajar dan merumuskan suatu rencana tindakan remidiasi. Dengan demikian, evaluasi jenis ini sangat terkait dengan evaluasi formatif karena berbagai kendala yang dialami siswa dideteksi melalui evaluasi formatif.

Evaluasi sumatif ditujukan untuk mengevaluasi prestasi siswa di akhir pembelajaran. Evaluasi jenis ini di desain untuk menentukan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dicapai. Evaluasi jenis ini umumnya digunakan untuk


(66)

menetapkan nilai suatu mata pelajaran atau menyatakan penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Kusaeri, 2012: 9-11).

Dalam penelitian ini evaluasi yang digunakan adalah evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses pembelajaran dalam beberapa pertemuan yang telah ditentukan sedangkan evaluasi sumatif dilakukan pada akhir pertemuan dengan menggunakan instrumen penilaian yang telah ditentukan.

2.4 Metode Demonstrasi

Menurut Sanjaya, metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memeragakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

a. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :

1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memerhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.


(67)

2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.

Disamping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya :

1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu sehingga dapat memakan waktu yang banyak.

2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah.

3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus. Disamping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.


(68)

b. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi 1. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan :

Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek pengetahuan, sikap atau keterampilan tertentu.

Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.

Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.

2. Tahap Pelaksanaan a. Langkah pembukaan

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :

Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa.

Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.


(69)

b. Langkah pelaksanaan demonstrasi

Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi.

Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.

Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.

Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

c. Langkah mengakhiri demonstrasi

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.


(70)

2.5 Pembelajaran Tari

Pembelajaran melalui seni tari memfokuskan pada kemampuan siswa yang menggunakan tarian sebagai suatu alat estetika, memahami struktur gestur dan gerak untuk menangkap dan menyampaikan gagasan, pencitraan, dan perasaan. Tubuh digunakan sebagai bentuk ekspresi dan media komunikasi. Melalui pembelajaran tari anak juga belajar untuk menghargai dan memahami perbedaan budaya. Karakter seni tari yang mengandung jenis seni lain seperti musik dan seni rupa merupakan salah satu kelebihannya untuk digunakan dalam pembelajaran seni secara terpadu. Penampilan melalui seni tari dihadapan penonton dapat mendidik untuk meningkatkan keberanian dan kepercayaan dirinya. Dengan menafsirkan atau mengubah gerak-gerak sederhana dalam bentuk tarian mengajarkan kepada anak proses kreativitas untuk mengembangkan gagasan dan menginterpretasikan makna (Soeteja, 2009: 2.3.12).

Dalam pengorganisasian hasil belajar, guru seni tari dapat mengkategorikan pada tiga aspek utama yaitu penataan gerak (koreografi), pertunjukan dan apresiasi. Penekanan aspek koreografi ini terutama melihat pada proses dan eksplorasinya, bukan pada produk akhir. Para siswa menggunakan komponen tarian untuk menciptakan gerakan, menstruktur dan mengorganisir tarian. Melalui keterlibatan dalam, dan merefleksikan pada koreografi, para siswa mengembangkan pemahaman bahwa tarian adalah gaya ekspresi diri dan komunikasi yang universal (Soeteja, 2009: 3.2.11)


(1)

Setelah skor aktivitas siswa didapat, maka dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai aktivitas berdasarkan empat aspek yang akan dijadikan indikator penilaian aktivitas siswa yaitu visual activities, listening activities, motor activities, dan Emotional Activities. Pada saat proses pembelajaran di kelas dengan pemberian skor yang sudah ditentukan pada tabel yaitu lembar penilaian aktivitas siswa yang memiliki skor maksimum 20. Selanjutnya setelah skor aktivitas siswa diperoleh maka diolah menjadi nilai dengan rumus berikut.

Nilai Siswa =

3.5 Teknik Analisis Data

Langkah-langkah dalam analisis data antara lain :

1. menganalisis hasil tes gerak tari sigeh penguten yang dianalisis menggunakan lembar pengamatan tes praktik dengan baik dan benar,

2. mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan lembar pengamatan aktivitas,

3. memberi nilai hasil tes praktik siswa, dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut :

Skor yang diperoleh

x l00%

Skor maksimal

4. menentukan nilai hasil tes praktik yang diakumulasikan dan aktivitas siswa kemudian diukur kualitas hasil menarinya menggunakan tolok ukur sebagai berikut:


(2)

62

Tabel 3.3 Tolok Ukur Penilaian

Interval persentasi tingkat kemampuan keterangan

85%-100% Baik sekali

75%-84% Baik

60%-74% Cukup

40%-59% Kurang

0%-39% Gagal


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif kualitatif data pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran tari sigeh penguten di kelas XI IPA3 SMA YP Unila berlangsung sesuai dengan kriteria pada aktivitas yang dipaparkan yaitu visual activities, listening activities, motor activities, dimana pada ketiga aspek tersebut rata-rata hampir disetiap pertemuan kriteria yang diperoleh siswa yaitu baik dan baik sekali. Siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru serta melakukan apa yang didemonstrasikan oleh guru dan apa yang diperintahkan oleh guru.. Namun pada emotional activities, siswa terlihat tidak sebaik seperti pada aspek aktivitas yang lain. Karena pada aspek ini beberapa siswa terlihat tidak semangat dan gembira dalam melakukan gerak tari sigeh penguten, dan hal ini terjadi hampir disetiap pertemuan pada pembelajaran tari sigeh penguten.


(4)

101

2. Pada hasil belajar siswa nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah cukup dengan jumlah 18 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai baik sekali berjumlah 4 orang, siswa yang mendapatkan nilai baik adalah 12 orang, dan siswa yang mendapatkan nilai kurang terdapat 2 orang serta siswa yang gagal yaitu 3 orang. Siswa yang memeroleh nilai kurang dan gagal adalah siswa putra, karena siswa putra terlihat tidak bersemangat dan malu-malu dalam memeragakan tari sigeh penguten. Siswa sering terlihat ragu-ragu pada saat melakukan ragam gerak tari sigeh penguten.Ekspresi siswa saat menari juga terkadang tidak tersenyum, siswa terlihat kaku dengan ekspresi wajah yang datar.

5.2 Saran

Setelah melihat hasil dari penelitian tentang kemampuan menari sigeh penguten, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut :

1. Guru seni budaya, diharapkan agar dapat meningkatkan kualitas kemampuan menari kepada seluruh siswa khususnya siswa kelas XI IPA 3 sebaiknya guru lebih memberikan motivasi pada siswa agar siswa bersemangat dan gembira saat mengikuti pembelajaran tari.

2. Siswa diharapkan lebih giat belajar dan berlatih menari untuk meningkatkan kemampuan dalam menari.


(5)

A.M, Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Habsary, Dwiyana. 2003. Fungsi dan Peran Tari Sembah di Daerah Lampung. Skripsi. Yogyakarta: Institut Seni Yogyakarta.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Kusaeri. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

M.S.R, Galih. 2007. Kemampuan Anak Dalam Menari Dengan Menggunakan Metode Meniru, SAS dan Demonstrasi Serta Eksperimen di TK Islam Madina Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Munandar, S.C. Utami. 1992. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nurgiantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: FPBS IKIP.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Potensi Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Soeteja, Zakarias. 2009. Pendidikan Seni (Modul). Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.


(6)

Sukmadinata, Nana Syaodih.2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Unila. 2012. Format Penulisan Karya Ilmiah. Bandar Lampung: Unila.