PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI DAN LOCUS OF CONTROL TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT

DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

Oleh

FRILLY SAKINA RAMADHANI

Kompetensi dan independensi merupakan hal yang wajib dimiliki oleh auditor seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang standar audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Kualitas audit dapat dipengaruhi oleh kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor. Kualitas audit yang baik akan menghasilkan laporan audit yang dapat dipercaya.

Penelitian ini mengacu pada teori atribusi yang menjelaskan cara menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dengan menyebarkan kuesioner. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 40 kuesioner dari tiga inspektorat kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kompetensi dan independensi secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit inspektorat.

Locus of control secara statistik berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit inspektorat.


(2)

ABSTRACT

THE EFFECT OF COMPETENCE, INDEPENDENCE AND LOCUS OF CONTROL TOWARD AUDIT QUALITY OF APPARATUS

INSPECTORATE IN GOVERNMENT FINANCIAL CONTROL

By

FRILLY SAKINA RAMADHANI

Competence and independence are something that has to be owned by the auditors as mandated by the Minister of Administrative Regulation No. PER/05/ M.PAN/03/2008 about auditing standards the Government Internal Control Apparatus (APIP). Audit quality could be affected by the competence and independence of which is owned by the auditors. Good audit quality would produce audit reports that may be trusted.

This research refers to the attribution theory which explains how to determine the cause or motive of the people’s behavior. This research uses primary data collected by distributing questionnaires. The sampling method used was purposive sampling and obtained a sample of 40 questionnaires from three inspectorates’ regencies/cities in the Lampung Province.

The results showed that the competence and independence of the variables were not statistically significant effect on audit quality inspectorate. However, locus of control was statistically significant effect on audit quality inspectorate


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 23 Maret 1993. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara, buah hati dari pasangan Ir. Mofril dan Dra. Laili Sari. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di TK Al-Azhar 2 Way Halim, SD Al-Azhar 1 Way Halim pada tahun 2004, SMP Negeri 2 Bandarlampung pada tahun 2007, dan SMA Negeri 2 Bandarlampung pada tahun 2010. Ditahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Selama duduk di bangku kuliah, penulis mendapatkan beasiswa pendidikan selama delapan semester penuh melalui program Beasiswa Bidik Misi. Penulis juga merupakan anggota aktif dari Unit Kegiatan Mahasiswa-Fakultas (UKM-F) Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) sepanjang 2011-2013. Penulis secara resmi terdaftar sebagai anggota muda Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Sejak September 2014 penulis terdaftar sebagai kontributor daerah Komunitas @JagoAkuntansi Indonesia (KJAI) untuk Chapter Lampung dan memegang amanah sebagai Sales and Marketing Staff di KJAI.


(9)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya sederhana ini kepada:

Ayahku tersayang, Ir. Mofril...

Ibuku tercinta, Dra. Laili Sari...

Sebagai tanda bakti dan rasa terima kasihku Untuk segala cinta, do’a, keringat, air mata, dan pengorbanan yang telah Ayah dan Ibu berikan..

Kedua adikku, One Tari dan Adek Wahyu...

Sebagai penyemangat bagi kalian Untuk meraih lebih dari apa yang sudah kakak raih..

Seluruh keluarga, sahabat, teman-teman,

serta Almamaterku tercinta...


(10)

Moto

*

DzWaqala rabbukum ud’uni astajib lakumdz

(Q.S. 40:60)

(Dan Tuhanmu berfirman, DzBerdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku

perkenankan bagimudz)

*

DzRidha Allah tergantung Ridha kedua orang tuamudz

(HR. Thabrani)

*

DzFa inna ma’al usri yusra. Inna ma’al usri yusradz

(Q.S. 94:5-6)

(Maka sesungguhnya dibalik kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya

dibalik kesulitan ada kemudahan)


(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala berkat, rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya skripsi dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Locus of Control Terhadap Kualitas Audit Aparat

Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah” dapat terselesaikan. Selesainya skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. H. Einde Evana, SE., M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, serta selaku dosen penguji pengganti pembimbing utama;

3. Ibu Fajar Gustiawaty D., S.E., M.Si., Akt. selaku dosen pembahas, atas segala saran dan masukan yang begitu bermanfaat bagi skripsi ini; 4. Bapak H. Saring Suhendro, S.E., M.Si., Akt. selaku dosen pembimbing

utama, atas segala semangat, doa, nasihat, ilmu, dan segala hal yang sangat membantu penulis merampungkan skripsi ini. Semoga Bapak diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan pendidikan Doktor yang sedang Bapak jalankan;


(12)

5. Ibu Ninuk Dewi K., S.E., M.Si., Akt., selaku dosen pembimbing kedua, atas segala pelajaran dan nasihat selama ini. Terima kasih telah dengan sabar membimbingku menyelesaikan skripsi ini, Bu;

6. Bapak Drs. H. Achmad Zubaidi Indra, M.Si., Akt., selaku dosen pembimbing akademik;

7. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas segala ilmu, pengalama, dan nasihat selama ini.

8. Orang tuaku, Ibuku (Dra. Laili Sari) dan Ayahku (Ir. Mofril) dua malaikat yang telah menghadirkanku di dunia. Masih ada banyak hal yang ingin aku berikan untuk kalian. Semoga Allah memberikan Ayah dan Ibu umur panjang dan kesehatan agar selalu bisa mendampingiku. Doa dan cinta kalian adalah nafas bagi hidupku. Senyum dan tawa kalian adalah hal yang paling ingin aku lihat di dunia ini. I feel so blessed to have both of you. 9. Kedua adikku, Frilly Fadhilah Lestari (One Tari) dan Wahyu Muhammad

Raihan (Adek Wahyu) atas segala tingkah laku yang selalu membuat gemas, membuat tertawa, bahkan membuat tangisan. Semua itu, menjadikan keluarga dan rumah sebagai tempat ternyaman dan selalu dirindukan ketika berada di luar.

10.Keluarga besar Gaek Chairul Amri Latief, Kakek Dudung Abdul Syukur (alm), Nenek Upik, Datuk Awi, dan Datuk Eman atas segala doa,

dukungan, dan semangat yang diberikan selama ini;

11.My One and Only, Nyons. Anak Egha, Echa, Alen, Dayenti, Anak Eka, Devri, Mei Risky, Jabal, Rio, dan Kang Surya, atas segala cinta, waktu, tawa, tangis, nasihat, dan pelajaran hidup yang telah kalian berikan.


(13)

Terima kasih karena selalu ada dalam setiap suka, selalu setia disaat duka, menampung segala keluh kesah. Hanya kalian yang bisa membuat aku menertawakan kesedihan. Semoga persahabatan dan kekeluargaan ini tetap terjaga sampai kapanpun. Sukses untuk kita semua.

12.Teman-teman Akuntansi 2010. Ayu, Sisi, Nurul, Iing, Farah, Devy, Ipeh, Dila, Citra, Iga, Ivonna, Mila, Deni, Tiya, Wella, Jane, Marlina, Tiwi, Andriani, Sela, Jeni, Fenny, Tiaraku, Eka Chandra, Novia, Yesi, Ira, Dwi, Mareta, Ocy, Bebeu, Hana, Firsty, Nevia, Nanda, Ika, Esti, Endang, Tina, Sharon, Elza, Yobel, Yasni, Rica, Fajar, Edwin, Yogi, Wahyu, Taufik, Anas, Mahmud, Satria, Teja, Egi, Syarif, Ari, Ferry, Rizal, Indra, Hendrik, Ben, Marwanto, Yoga, Pungki, Ferindo, Irfan, Dicky, Apri F, Apri “Ika”, Ario, Ryan, dan yang tidak tersebutkan. Terima kasih telah mewarnai hari-hari sepanjang empat tahun ini;

13.All Ichigoer’s SMA Negeri 2 Bandarlampung, atas segala keceriaan, pertemanan, dan segala hal yang telah kita bagi bersama.

14.Teman-teman KKN Pekon Badak, Kecamatan Limau, Tanggamus. Inoey, Dian, Uul, Andar, Jirry, Bang Binsar, Iguh, Rahmat, dan Desmon Eka Chandra, atas segala doa dan semangat sepanjang menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas pengalaman tak terlupakan sepanjang KKN yang membuat aku selalu ingin mengulang kebersamaan itu bersama kalian. 15.Teman-teman dari FISIP para S.A.N. dan calon S.A.N., Pandu, Yulia,

Erisa, Thio, Rahman, Woro, Rahma, Rana, Abil, Datas, Ali, Andria, Putri, Maya, Hadi. Terima kasih atas segala dukungan, doa, semangat, dan tawa


(14)

yang telah diberikan selama ini. Semoga pertemanan ini tetap terjaga meski nanti kita terpisah oleh jarak.

16.Kakak-kakak tingkat. Kak Rama, Kak Ferdy, Bang Berry, Kak Khrisna, Kak Gilang, Mbak Muti, Mbak Ria, Mbak Nana, Mbak Ratih, dan kakak-kakak lainnya. Terima kasih untuk pelajaran, nasihat, semangat, dan segala yang telah diberikan sepanjang masa perkuliahan.

17.Bu Amy, yang telah memperkenalkanku dengan akuntansi. Terima kasih atas ilmu yang begitu berharga ini, Bu.

18.Seluruh pejabat fungsional, pejabat struktural, dan staff pada inspektorat kabupaten/kota yang dijadikan objek penelitian. Terima kasih atas kerja samanya.

19.Pak Sobari, Mpok, Mbak Sri, Mas Yana, Mas Leman dan seluruh

karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang selalu membantu dan direpotkan dalam proses pembuatan skripsi ini;

20.Semua pihak yang mungkin tidak dapat penulis ucapkan satu persatu di sini. Terima kasih.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca.

Penulis


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah... 8

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 9

1.5.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori ... 10

2.1.1 Teori Atribusi ... 10

2.1.2 Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah ... 11

2.1.3 Kompetensi ... 14

2.1.4 Independensi ... 16

2.1.5 Locus of Control ... 18


(16)

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Model Penelitian ... 25

2.4 Pengembangan Hipotesis ... 26

2.4.1 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit... 26

2.4.2 Pengaruh Independensi terhadap kualitas Audit... 27

2.4.3 Pengaruh Locus of Control Internal terhadap Kualitas Audit... 28

2.4.4 Pengaruh Locus of Control Eksternal terhadap Kualitas Audit... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel ... 30

3.2 Data Penelitian ... 31

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.3 Operasional variabel Penelitian ... 33

3.3.1 Variabel Dependen ... 33

3.3.2 Variabel Independen ... 34

3.4 Metode Analisis Data ... 36

3.4.1 Uji Kualitas Data ... 36

3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 37

3.5 Pengujian Hipotesis ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ... 41


(17)

4.3 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 44

4.4 Hasil Pengujian Kualitas Data ... 46

4.4.1 Uji Validitas ... 46

4.4.2 Uji Reliabilitas ... 47

4.5 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ... 48

4.5.1 Uji Normalitas ... 46

4.5.2 Uji Multikolinearitas ... 50

4.5.3 Uji Heteroskedastisitas ... 50

4.6 Hasil Pengujian Hipotesis ... 51

4.6.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 52

4.6.2 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 52

4.6.3 Hasil Uji Hipotesis ... 53

4.7 Pembahasan ... 55

4.7.1 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Audit ... 55

4.7.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit ... 56

4.7.3 Pengaruh Locus of Control Internal terhadap Kualitas Audit ... 57

4.7.4 Pengaruh Locus of Control Eksternal terhadap Kualitas Audits ... 58

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 59

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 62

5.3 Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Sebaran Pejabat Fungsional Masing-Masing Inspektorat ... 41

Tabel 4.2 Tingkat Pengembalian Responden ... 42

Tabel 4.3 Demografi Responden... 43

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif ... 44

Tabel 4.5 Hasil Uji Pearson Correlation ... 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 48

Tabel 4.7 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov... 49

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ... 50

Tabel 4.9 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 52

Tabel 4.10 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi ... 53


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Tabulasi Jawaban Responden Lampiran 3. Hasil Uji Statistik


(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot ... 49 Gambar 4.2 Scatterplot Model ... 51


(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak jatuhnya rezim orde baru pada tahun 1998, Indonesia siap untuk memulai babak baru dalam sistem pemerintahannya menjadi lebih demokratis. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula berbentuk sentralistik menjadi

desentralistik semakin dipertegas dengan diberlakukannya otonomi daerah yang mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2001. Otonomi daerah telah

membuka peluang dan wewenang seluas-luasnya bagi masing-masing pemerintah daerah untuk mengelola sendiri segala urusan pemerintahannya, termasuk dalam urusan pengelolaan keuangan daerahnya.

Dengan adanya otonomi, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat (Kaloh, 2007). Oleh karena itu, otonomi daerah membawa tuntutan yang besar bagi

pemerintah daerah untuk dapat mempertanggungjawabkan kewenangan yang telah diberikan tersebut ke hadapan publik. Fokus dari otonomi daerah adalah tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang akuntabel, bersih, dan transparan demi mewujudkan good governance.


(22)

2

Beberapa penelitian terdahulu menunjukan bahwa terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan (bad governance) dan buruknya birokrasi (Sunarsip, 2001). Oleh karena itu, Mardiasmo (2009)

memberikan tiga aspek utama untuk menciptakan good governance, yaitu pengawasan, pengendalian, dan pemeriksaan.

Terdapat berbagai macam bentuk pengawasan, salah satunya adalah pengawasan fungsional. Unit yang melaksanakan tugas pengawasan fungsional internal terhadap pemerintah adalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), yang meliputi Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen dan Non-Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota.

Secara praktik, Inspektorat sama dengan auditor internal pada sektor private.

Pentingnya tugas Inspektorat tertuang dalam pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Cara Inspektorat, yaitu: pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan; ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.

Auditor Inspektorat diwajibkan memiliki kompetensi yang memadai guna mendukung tugasnya mengawasi dan memeriksa segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah. Seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP, bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis auditor harus memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan.


(23)

3

Independensi juga merupakan syarat wajib yang harus dimiliki dan dipertahankan oleh seorang profesional yang bertugas sebagai auditor. Sebagaimana yang diatur di dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP yaitu, standar umum yang harus dilakukan APIP antara lain mengatur tentang independensi dan objektifitas aparat pengawasan intern dalam menjalankan tugasnya. Dalam hal melaksanakan kegiatan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus objektif dalam melaksanakan tugasnya.

Independensi auditor intern pemerintah juga kembali diatur dengan tegas dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah yang berbunyi, mewajibkan pejabat pengawas pemerintah mengungkapkan permasalahan yang terjadi di daerah secara kronologis, objektif, cermat, dan independen. Pengungkapan permasalahan secara independen mengharuskan pejabat pengawas pemerintah dan/atau pejabat yang diawasi untuk mempertahankan independensinya sehingga tidak memihak kepada suatu kepentingan tertentu.

Dalam melaksanakan tugasnya, aparat Inspektorat akan melakukan pemeriksaan rutin ke seluruh satuan kerja pemerintah. Hasil dari pemeriksaan tersebut akan menghasilkan rekomendasi yang dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Kualitas hasil pemeriksaan sangat penting dalam kegiatan pemeriksaan, karena dengan kualitas pemeriksaan yang tinggi maka akan dihasilkan laporan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan (Afni, 2012).


(24)

4

Kualitas audit dapat dikatakan sebagai probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien. Probabilitas untuk menemukan pelanggaran tergantung kepada kompetensi auditor dan probabilitas untuk melaporkan pelanggaran tergantung kepada independensi yang dimiliki oleh auditor (De Angelo, 1981 dalam Alim, 2007). Kesimpulannya, kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor dapat memengaruhi kualitas hasil audit auditor tersebut.

Tuntutan atas kinerja dan kualitas hasil audit auditor internal juga membutuhkan motivasi yang kuat dari dalam diri auditor itu sendiri, karena dengan adanya motivasi, seseorang akan mempunyai semangat juang yang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar yang ada (Goleman, 2001 dalam Efendy, 2010).

Salah satu perspektif yang lebih terperinci dalam melihat motivasi yang dimiliki seseorang adalah melalui analisis locus of control. Locus of control yang berbeda bisa mencerminkan motivasi yang berbeda dan kinerja yang berbeda (Menezes, 2008). Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, apakah dia dapat atau tidak untuk mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi padanya (Rotter, 1966 dalam Wisanto, 2012). Mereka yang memiliki locus of control internal akan cenderung meyakini bahwa apa yang terjadi dalam hidup mereka berasal dari diri mereka sendiri. Sebaliknya, mereka yang memiliki kecenderungan locus of control eksternal meyakini bahwa apa yang ada di dalam hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan pihak luar (Lee, 1990 dalam Ayudiati, 2010).


(25)

5

Auditor dengan kecenderungan locus of control internal akan memiliki motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk melakukan kegiatan audit dengan baik. Karena individu dengan locus of control internal akan termotivasi untuk berprestasi dan melakukan usaha lebih besar untuk mengendalikan lingkungannya (Nadirsyah dan Zuhra, 2009). Sebaliknya, auditor dengan locus of control eksternal akan lebih mudah untuk memenuhi permintaan kliennya (Muawanah dan Indriantoro, 2001). Dalam kaitannya terhadap kualitas hasil audit, auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung untuk melakukan tindakan-tindakan yang

menurunkan kualitas hasil audit dibanding auditor yang memiliki locus of control

internal (Kurnia, 2009).

Beberapa penelitian mencoba memberikan bukti empiris tentang pengaruh variabel kompetensi dan independensi terhadap kualitas hasil audit Inspektorat. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Afni, dkk (2012) dan Ashari (2011) yang menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi baik secara simultan maupun secara parsial berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit yang dilaksanakan oleh aparat Inspektorat.

Hasil yang sedikit berbeda ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Efendy (2010), yang menunjukan bahwa variabel kompetensi dan motivasi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit aparat Inspektorat Kota Gorontalo, namun

independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Penelitian yang dilakukan oleh Samsi (2013) juga menunjukan bahwa pengalaman kerja, independensi, dan interaksi pengalaman kerja dan kepatuhan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Variabel kompetensi dan


(26)

6

interaksi kompetensi dan kepatuhan etika auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Beberapa penelitian dilakukan untuk melihat pengaruh locus of control terhadap kinerja. Seperti penelitian Silaban (2009) yang menunjukan hasil locus of control

eksternal berpengaruh positif signifikan terhadap tekanan anggaran waktu dan perilaku audit disfungsional reduksi kualitas audit. Penelitian Menezes (2008) memberikan hasil bahwa internal auditor yang memiliki locus of control internal memiliki kinerja yang lebih tinggi dari internal auditor yang memiliki locus of control eksternal. Penelitian yang dilakukan oleh Wisanto (2012) memberikan hasil berbeda, locus of control internal dan eksternal tidak berpengaruh terhadap tekanan dan kepuasan kerja, namun memoderasi hubungan antara tekanan dan kepuasan kerja.

Hasil yang tidak konsisten dari beberapa penelitian memotivasi peneliti untuk melakukan pengujian kembali mengenai pengaruh faktor-faktor kompetensi, independensi, dan locus of control terhadap kualitas audit Inspektorat. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Efendy (2010) yang meneliti tentang pengaruh kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit Inspektorat Kota Gorontalo dalam pengawasan keuangan daerah. Perbedaan yang coba dilakukan pada penelitian ini terletak pada perubahan variabel motivasi menjadi variabel locus of control. Penggantian variabel tersebut dilakukan oleh peneliti karena dengan melihat kecenderungan locus of control apa yang dimiliki oleh auditor, maka kita dapat lebih spesifik menilai perilaku apa yang akan dilakukan oleh auditor tersebut yang akan memengaruhi kualitas hasil


(27)

7

pemeriksaannya.Objek penelitian juga dibuat lebih meluas, yaitu meliputi beberapa Inspektorat Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung.

Dari uraian di atas, maka dirancanglah sebuah penelitian dengan judul:

“Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Locus of Control terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah.”

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, terdapat masalah mengenai faktor apa sajakah yang dapat dilihat untuk menilai baik buruknya kualitas hasil audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Namun, peneliti lebih memperinci rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Apakah kompetensi yang dimiliki aparat Inspektorat berpengaruh terhadap kualitas hasil audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah?

b. Apakah independensi yang dimiliki aparat Inspektorat berpengaruh terhadap kualitas hasil audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah?

c. Apakah locus of control yang dimiliki aparat Inspektorat berpengaruh terhadap kualitas hasil audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah?

1.3 Batasan Masalah

Pada penelitian ini yang menjadi batasan masalah adalah fokus penelitian yang hanya melihat faktor kompetensi, independensi, dan locus of control terhadap kualitas hasil audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.


(28)

8

Penelitian dilakukan pada wilayah Provinsi Lampung dengan mengambil subjek pada Inspektorat Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dibentuk dalam penelitian ini, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris:

a. Pengaruh dari kompetensi aparat Inspektorat terhadap kualitas hasil audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

b. Pengaruh dari independensi aparat Inspektorat terhadap kualitas hasil audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

c. Pengaruh dari locus of control aparat Inspektorat terhadap kualitas hasil audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara lebih terperinci, manfaat teoritis dan praktis yang diharapkan antara lain:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat berkontribusi sebagai penambah khazanah ilmu akuntansi bidang audit, khususnya audit sektor publik. Diharapkan pula dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dan mendorong perkembangan penelitian-penelitian sejenis selanjutnya.


(29)

9

1.5.2 Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kualitas hasil audit Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi Inspektorat agar dapat merencanakan program peningkatan faktor-faktor tersebut bagi sumber daya manusianya demi mendukung peningkatan hasil audit Inspektorat dalam hal pengawasan keuangan daerah.


(30)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Atribusi

Teori atribusi adalah sebuah teori yang menjelaskan bagaimana cara menentukan penyebab atau motif perilaku seseorang. Pada dasarnya, ketika kita mengamati perilaku individu, kita dapat melihat apakah hal tersebut disebabkan oleh pengaruh eksternal ataupun internal (Robbins, 1996).

Pengaruh internal menyebabkan perilaku individu diyakini berada di bawah kendali pribadi masing-masing individu tersebut, seperti: kemampuan, pengetahuan, dan usaha. Pengaruh eksternal menyebabkan perilaku individu sebagai akibat sebab-sebab dari luar atau dipaksa oleh situasi, seperti: keberuntungan, kesempatan, dan lingkungan (Robbins, 1996).

Penentuan penyebab perilaku apakah merupakan atribusi internal/eksternal dipengaruhi oleh tiga faktor (Robbins, 1996):

1. Konsensus (consensus): perilaku yang ditunjukkan jika semua orang yang menghadapi situasi yang serupa merespon dengan cara yang sama.


(31)

11

2. Kekhususan (distincveness): perilaku yang ditunjukkan individu berlainan dalam situasi yang berlainan.

3. Konsistensi (consistency): perilaku yang sama dalam tindakan seseorang dari waktu ke waktu.

Beberapa penelitian menunjukan pengaruh atribusi internal maupun eksternal terhadap evaluasi kinerja individu, misalnya menentukan bagaimana cara supervisor memperlakukan bawahannya dan memengaruhi sikap dan kepuasan individu terhadap pekerjaan (Luthans, 1998; Ezberg, 1996; Steers, 1977 dalam Lathifah, 2008) mengungkapkan keberatan ”sejumlah atribut” yang secara alami berlaku secara internal dalam organisasi, memengaruhi sikap karyawan, terutama yang berkaitan dengan pekerjaannya dan komitmen pada organisasi.

Penelitian ini mencoba melihat atribusi internal yang memengaruhi perilaku auditor dalam melaksanakan tugas audit. Kualitas hasil audit seorang auditor sangat dipengaruhi oleh perilaku yang ditimbulkannya selama melaksanakan tugas audit. Perilaku auditor selama melaksanakan audit dapat ditentukan oleh penyebab internal berupa kompetensi, independensi, dan kecenderungan locus of control yang dimiliki oleh auditor. Dengan demikian, faktor-faktor berupa

kompetensi, independensi, dan kecenderungan locus of control yang dimiliki oleh auditor dapat memengaruhi kualitas hasil pemeriksaannya.

2.1.2 Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 1980 dalam


(32)

12

Adisasmita, 2010). Dengan pengawasan dapat diketahui sejauh mana penyimpangan, penyalahgunaan, kebocoran, pemborosan, kemubaziran, penyelewengan, dan lain-lain kendala di masa yang akan datang (Adisasmita, 2010). Pengawasan menjadi salah satu dari tiga pilar penting untuk mewujudkan

good governance. Pengawasan sangat diperlukan untuk memeriksa dan

memastikan pelaksanaan pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan bebas dari praktik kecurangan.

Begitu pentingnya pengawasan dalam suatu organisasi, khususnya pemerintah, membuat kita dapat menilai bahwa baik buruknya kinerja suatu organisasi bergantung kepada baik buruknya pengawasan yang dilakukan dalam organisasi tersebut. Secara singkat, tujuan dari pengawasan adalah (Adisasmita, 2010):

1. Menjamin ketetapan pelaksanaan tugas seuai dengan rencana, kebijaksanaan, dan perintah.

2. Melaksanakan koordinasi kegiatan-kegiatan.

3. Mencegah pemborosan dan penyelewangan.

4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang dihasilkan.

5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi (pemerintah).

Menurut subjeknya, pengawasan dibagi menjadi dua, yaitu pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Pengawasan internal adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh suatu badan yang masih berada di dalam organisasi tersebut,


(33)

13

sedangkan pengawasan eksternal adalah suatu bentuk pengawasan yang dilakukan oleh pihak di luar organisasi (Adisasmita, 2010).

Terdapat berbagai macam pengawasan, salah satunya adalah pengawasan fungsional. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan secara fungsional baik internal pemerintah maupun eksternal pemerintah, yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Adisasmita, 2010).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pasal 1 ayat (3) disebutkan bahwa pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata

kepemerintahan yang baik.

Pengawas fungsional internal antara lain meliputi BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan), Inspektorat Jenderal Departemen dan

Non-Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Pengawasan fungsional eksternal adalah BPK (Badan Pemeriksa Keuangan).

Hasil dari pengawasan ini harus dapat dimanfaatkan oleh pihak eksekutif maupun pihak legislatif sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan untuk melakukan penyempurnaan di dalam organisasi tersebut. Penyempurnaan


(34)

14

dalam organisasi dimaksudkan untuk menjamin pelaksanaan pemerintahan mengikuti peraturan yang ada dan bersama-sama mewujudkan good governance

di pemerintahan Indonesia. Hasil pengawasan juga diharapkan dapat berguna untuk mengetahui apabila terjadi tindak kecurangan dalam tubuh organisasi.

Dalam hal pengawasan keuangan daerah, Inspektorat secara rutin melakukan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Seperti yang tersurat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pasal 1 ayat (9), reviu atas LKPD adalah prosedur penelusuran angka-angka, permintaan

keterangan dan analitis yang harus menjadi dasar memadai bagi Inspektorat untuk memberi keyakinan terbatas atas laporan keuangan bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut disajikan berdasarkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Dalam pasal 2 ayat (1), ruang lingkup reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah meliputi penilaian terbatas terhadap keandalan sistem pengendalian intern dan kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan. Dijelaskan kembali dalam pasal 3, bahwa (1) reviu atas LKPD dilakukan untuk memberikan keyakinan atas kualitas laporan keuangan pemerintah daerah, (2) Reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat atau opini atas laporan keuangan, dan (3) Reviu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tingkat keyakinan lebih rendah dibandingkan dengan audit.


(35)

15

Kompetensi menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan pasal 1 ayat (10) adalah kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Kompetensi juga didefinisikan sebagai keterampilan dari seorang ahli, di mana ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman (Webster’s Ninth New Collegiate

Dictionary, 1983 dalam Lastanti, 2005).

Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat, dan seksama (Agusti dan Nastia, 2013). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi adalah segala pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang ahli yang dapat digunakan olehnya dalam hal melaksanakan tugas profesional.

Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP dinyatakan, bahwa pimpinan APIP harus yakin bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis auditor memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pimpinan APIP wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam mengisi posisi auditor di lingkungan APIP (paragraf 2200).

Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor


(36)

16

dan aturan perilaku yang berlaku bagi APIP antara lain meliputi integritas, objektifitas, kerahasiaan, dan kompetensi. Di mana kompetensi APIP diartikan bahwa dalam menjalankan tugasnya APIP harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

Secara umum, seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP, kompetensi teknis yang wajib dimiliki oleh auditor meliputi pengetahuan di bidang auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan, dan komunikasi. Seorang auditor Inspektorat wajib memiliki keahlian tentang standar audit, kebijakan prosedur audit, dan praktik-praktik audit. Auditor juga wajib memiliki keahlian dan mendapatkan pelatihan di bidang akuntansi, khususnya akuntansi sektor publik. Oleh karena pada dasarnya Inspektorat melaksanakan audit di bidang pemerintahan, maka auditor juga wajib memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan pemerintahan dan administrasi pemerintahan.

2.1.4 Independensi

Secara harfiah independen dapat diartikan sebagai bebas, merdeka, atau berdiri sendiri (Wikipedia, 2014). Independensi adalah sikap yang diharapkan seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Auditor harus menghindari situasi yang bisa menimbulkan kesan pada pihak ketiga, bahwa ada pertentangan kepentingan dan objektivitasnya sudah tidak dapat


(37)

17

Independensi juga dapat diartikan sebagai sikap auditor yang tidak memihak, tidak mempunyai kepentingan pribadi, dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam memberikan pendapat atau simpulan, sehingga dengan demikian pendapat atau simpulan yang diberikan tersebut berdasarkan integritas dan objektivitas yang tinggi (Efendy, 2010).

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 28 Tahun 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah menegaskan mengenai keharusan aparat Inspektorat untuk bersikap independen. Dalam peraturan tersebut tertulis, mewajibkan pejabat pengawas pemerintah mengungkapkan permasalahan yang terjadi di daerah secara kronologis, objektif, cermat, dan independen.

Pengungkapan permasalahan secara independen mengharuskan pejabat pengawas pemerintah dan/atau pejabat yang diawasi untuk mempertahankan

independensinya sehingga tidak memihak kepada suatu kepentingan tertentu.

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP menyatakan, bahwa standar umum yang harus

dilakukan APIP antara lain mengatur tentang independensi dan objektifitas aparat pengawasan intern dalam menjalankan tugasnya. Di dalamnya tersurat, bahwa dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP harus independen dan para auditornya harus objektif dalam pelaksanaan tugasnya. Independensi dan objektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas hasil pekerjaannya meningkat. Penilaian independesi dan objektifitas mencakup dua komponen berikut:

1. Status APIP dalam organisasi.


(38)

18

Yang dimaksudkan independen disini, bahwa posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi dan memperoleh dukungan penuh untuk dapat bekerja secara leluasa, namun tetap harus menjaga hubungan kerja yang baik dengan auditee terutama dalam saling memahami antara peran masing-masing. Independen dalam audit mencakup tiga indikator (Zulfan, 2007 dalam Tambunan, 2010), yaitu:

1. Dalam perencanaan atau penyusunan program audit, artinya auditor bebas dari pengaruh manajemen dalam menetapkan prosedur audit, menentukan sasaran, dan ruang lingkup audit.

2. Dalam pelaksanaan pekerjaan audit, artinya auditor bebas dalam mengakses aktivitas yang akan di audit.

3. Dalam pelaporan audit, artinya auditor bebas dari usaha untuk menghilangkan, memengaruhi makna laporan, serta bebas untuk mengungkapkan fakta.

Berdasarkan penjelasan tersebut, jelaslah bahwa independensi merupakan suatu sikap yang wajib dimiliki oleh auditor, baik itu auditor eksternal maupun auditor internal. Independensi dapat membawa auditor untuk melihat permasalahan secara lebih objektif, terperinci, dan mendalam tanpa intervensi dari pihak lain. Sehingga dengan memiliki independensi, pendapat, kesimpulan, pertimbangan, dan

rekomendasi yang diberikan atas hasil pemeriksaan dapat dipercaya oleh pihak lain.


(39)

19

Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, apakah dia dapat atau tidak untuk mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi padanya (Rotter, 1966 dalam Wisanto, 2012). Locus of control didefinisikan sebagai persepsi seseorang tentang sumber nasibnya. Mereka yang memiliki locus of control internal akan meyakini bahwa suatu kejadian berada dalam kendalinya atau berasal dari diri mereka sendiri. Sebaliknya mereka yang memiliki locus of control eksternal meyakini bahwa apa yang ada di dalam hidup mereka

dikendalikan oleh kekuatan pihak luar (Robbins, 1996). Dengan demikian, berarti

locus of control memiliki peran yang penting dalam hal memengaruhi motivasi seseorang. Locus of control yang berbeda pada diri seseorang akan memberikan motivasi yang berbeda dan pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil yang berbeda pula.

Individu yang memiliki locus of control internal akan memiliki etos kerja yang tinggi, tabah dalam menghadapi segala kesulitan baik di dalam kehidupan pribadi maupun di dalam pekerjaannya, tidak pernah ingin melarikan diri ataupun

menghindar dari masalah yang dihadapi, termasuk di dalam dunia kerja. Meskipun ada perasaan khawatir, namun rasa tersebut dapat tertutupi dengan semangat dan keberaniannya untuk melawan ketakutan dalam dirinya tersebut (Lee, 1990 dalam Ayudiati, 2010). Mereka juga aktif dalam mencari informasi sebelum mengambil keputusan, termotivasi untuk berprestasi, dan melakukan usaha yang lebih besar untuk mengendalikan lingkungannya (Nadirsyah dan Zuhra, 2009).

Individu yang memiliki locus of control eksternal akan mudah pasrah dan menyerah apabila berada dalam situasi yang sulit. Mereka akan memandang


(40)

20

bahwa masalah-masalah yang datang dan orang-orang yang berada disekitarnya merupakan ancaman bagi dirinya. Mereka akan mudah menyerah apabila mengalami suatu kegagalan, karena mereka merasa bahwa kegagalan tersebut memanglah nasib yang harus mereka alami (Lee, 1990 dalam Ayudiati, 2010). Dalam melaksanakan tugas audit, auditor dengan locus of control eksternal akan lebih mudah untuk memenuhi permintaan kliennya (Muawanah dan Indriantoro, 2001).

Indikator atau karakteristik antara locus of control internal dan locus of control

eksternal dipaparkan sebagai berikut (Crider, 1983 dalam Ayudiati, 2010):

1. Locus of control internal: a. Suka bekerja keras.

b. Memiliki inisiatif yang tinggi.

c. Selalu berusaha untuk menemukan pemecahan masalah. d. Selalu mencoba untuk berfikir seefektif mungkin.

e. Selalu mempunyai persepsi bahwa usaha harus dilakukan jika ingin berhasil.

2. Locus of control eksternal: a. Kurang memiliki inisiatif.

b. Mudah menyerah, kurang suka berusaha karena mereka percaya bahwa faktor luarlah yang mengontrol.

c. Kurang mencari informasi.

d. Mempunyai harapan bahwa ada sedikit korelasi antara usaha dan kesuksesan.


(41)

21

Berdasarkan penelitian terdahulu, terlihat bahwa mereka yang memiliki locus of control internal memiliki perilaku yang lebih etis dibandingkan mereka yang memiliki locus of control eksternal. Auditor yang memiliki locus of control

eksternal cenderung untuk melakukan tindakan-tindakan yang menurunkan kualitas audit dibanding auditor yang memiliki locus of control internal (Kurnia, 2009). Setiap auditor memiliki locus of control tertentu yang berada diantara kedua jenis tersebut. Tindakan yang dilakukan oleh auditor bergantung kepada kecenderungan locus of control apa yang dimiliki oleh auditor tersebut. Dapat ditarik kesimpulan, auditor Inspektorat dengan kecenderungan locus of control internal akan lebih baik dalam melakukan pekerjaannya dan akan memberikan kualitas hasil audit yang lebih baik karena mereka akan lebih tahan terhadap tekanan dan masalah serta lebih memiliki motivasi yang tinggi di dalam dirinya. Auditor Inspektorat yang memiliki kecenderungan locus of control

eksternal akan lebih mudah tertekan atas pengaruh kekuatan orang lain yang lebih besar, mudah menyerah, dan terkesan pasrah terhadap keadaan yang ada. Hal ini tentu akan berdampak buruk terhadap kualitas hasil audit yang mereka hasilkan. Banyaknya tekanan dan pengaruh dari pihak eksternal akan memberikan dampak besar terhadap tindakan apa yang mereka lakukan.

2.1.6 Kualitas Hasil Audit

Kualitas hasil audit adalah probabilitas bahwa auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi klien (De Angelo, 1981dalam Alim, 2007). Kualitas audit juga dipandang sebagai ketaatan terhadap standar


(42)

22

profesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan audit (Lowenshon, dkk, 2005 dalam Efendy, 2010).

Kualitas hasil audit Inspektorat adalah pelaporan mengenai kelemahan

pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan, dan tindak lanjut dari rekomendasi pemeriksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Batubara, 2008).

Dalam sektor publik, Government Accountability Office (GAO) mendefinisikan kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar profesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan audit (Lowenshon, dkk, 2005 dalam Efendy, 2010).

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP menyatakan, bahwa laporan hasil audit kinerja harus tepat waktu, lengkap, akurat, objektif, meyakinkan, serta jelas dan seringkas mungkin. Penjelasaan atas indikator pengukuran kualitas hasil audit tersebut, antara lain:

1. Tepat waktu: agar dapat bermanfaat, maka laporan audit harus tepat waktu. Laporan audit yang dibuat dengan hati-hati tetapi terlambat disampaikan akan menjadi kurang relevan bagi pengguna.

2. Lengkap: laporan audit harus memuat semua informasi dari bukti yang dibutuhkan untuk memenuhi sasaran audit, memberikan pemahaman yang benar dan memadai atas hal yang dilaporkan, dan memenuhi persyaratan isi laporan hasil audit.


(43)

23

3. Akurat: bukti yang disajikan dalam laporan audit adalah benar dan disajikan dengan tepat.

4. Objektif: kredibilitas suatu laporan ditentukan oleh penyajian bukti yang tidak memihak, sehingga pengguna dapat meyakini fakta yang disajikan. 5. Meyakinkan: laporan harus dapat menjawab sasaran audit, menyajikan

temuan, kesimpulan, dan rekomendasi yang logis. Informasi yang disajikan harus cukup kuat meyakinkan pengguna untuk mengakui validitas temuan dan manfaat dari penerapan rekomendasi.

6. Jelas dan ringkas: laporan harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus lengkap tetapi ringkas agar menarik minat pembaca dan dapat

menyampaikan secara tepat pesan yang tersurat di dalamnya.

Auditor juga harus meminta tanggapan/pendapat terhadap kesimpulan, temuan, dan rekomendasi, termasuk tindakan perbaikan yang direncanakan oleh auditee

secara tertulis dari pejabat auditee yang bertanggung jawab. Salah satu cara lain utuk memastikan bahwa laporan audit tersebut dipandang adil, lengkap, dan objektif adalah dengan melihat adanya tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab. Hal ini dilakukan agar dapat diperoleh suatu laporan yang tidak hanya mengemukakan temuan dan pendapat auditor saja, melainkan memuat pula pendapat dan rencana yang akan dilakukan oleh auditee.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Efendy (2010) mencoba menelaah pengaruh dari kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit aparat Inspektorat. Penelitian ini mengambil responden sebanyak 38 orang aparat Inspektorat Kota


(44)

24

Gorontalo yang ikut di dalam tugas pemeriksaan. Penelitian ini telah membuahkan hasil bahwa kompetensi, independensi, dan motivasi secara simultan berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit aparat Inspektorat. Kompetensi dan motivasi secara parsial berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit aparat Inspektorat. Variabel independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit aparat Inspektorat.

Bukti empiris lain ditunjukan melalui penelitian yang dilakukan oleh Ashari (2011) dengan mengambil sampel 52 auditor Inspektorat Provinsi Maluku Utara. Hasilnya keahlian, independensi, dan etika secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Secara parsial, keahlian dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, namun variabel etika menunjukan hasil yang tidak signifikan.

Penelitian yang dilakukan oleh Samsi, dkk. (2013) mengambil pegawai negeri sipil yang berstatus sebagai auditor pada Inspektorat Kabupaten Gresik, Kabupaten Sidoarjo, dan Kota Surabaya sebagai sampel penelitian. Hasilnya, variabel pengalaman kerja, independensi, interaksi pengalamn kerja dan

kepatuhan etika auditor, dan interaksi independensi dan kepatuhan etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Variabel kompetensi dan interaksi antara kompetensi dan kepatuhan etika auditor tidak berpengaruh

terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Penelitian Wisanto (2012) mencoba mencari pembuktian atas dampak locus of control pada tekanan kerja, kepuasan kerja, dan kinerja auditor. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh auditor independen yang bekerja pada Kantor


(45)

25

Akuntan Publik (KAP) di wilayah Semarang. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan terhadap tekanan kerja dan kepuasan kerja yang dirasakan auditor yang memiliki locus of control internal maupun eksternal. Namun terdapat perbedaan terhadap kinerja. Locus of control juga tidak memoderasi hubungan antara tekanan dan kinerja, serta kepuasan kerja dan kinerja. Namun memoderasi hubungan antara tekanan kerja dan kepuasan kerja.

Penelitian selanjutnya mengenai pengaruh locus of control terhadap kinerja dipaparkan oleh Silaban (2009). Penelitian dilakukan pada auditor yang bekerja pada KAP afiliasi dan KAP non-afiliasi di tiga kota besar di Indonesia, antara lain Jakarta, Surabaya, dan Medan. Hasil penelitiannya adalah auditor yang memiliki

locus of control eksternal lebih cenderung menganggap anggaran waktu sebagai tekanan dan akan melakukan tindakan audit disfungsional berupa reduksi kualitas audit dibandingkan mereka yang memiliki locus of control internal.

Penelitian Menezes (2008) yang mengambil sampel internal auditor pada departemen internal audit perusahaan berskala besar dan bank di Jawa Tengah menunjukan hasil bahwa internal auditor yang memiliki locus of control internal memiliki kinerja yang lebih tinggi dari internal auditor yang memiliki locus of control eksternal.

Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia (2009) mengambil sampelauditor yang bekerja pada KAP yang terdaftar di Bappepam-LK. Hasilnya, locus of control

berpengaruh signifikan terhadap tindakan yang menurunkan kualitas audit. Auditor yang memiliki locus of control eksternal cenderung untuk melakukan


(46)

26

tindakan-tindakan yang menurunkan kualitas audit dibanding auditor yang memiliki locus of control internal.

2.3 Model Penelitian

2.4 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan telaah teoritis, hasil penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran yang dibuat, maka dikembangkan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

2.4.1 Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Audit

Penelitian yang dilakukan oleh Harhinto (2004) menemukan bahwa pengetahuan akan berpengaruh terhadap keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan kualitas audit. Demikian pula dengan hasil dari penelitian Efendy (2010), Ahmad dkk. (2011), dan Afni, dkk. (2012) yang menunjukan hasil bahwa kompetensi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kualitas hasil audit. Namun, penelitian Samsi, dkk. (2013) memberikan hasil berbeda, kompetensi dan interaksi kompetensi dan kepatuhan etika auditor tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Kualitas Hasil Audit Independensi

Locus of Control Kompetensi

H1 (+)

H2 (+)


(47)

27

Kompetensi bukanlah hal yang tiba-tiba ada pada diri seseorang. Untuk menjadi seorang individu yang kompeten disuatu bidang, banyak hal yang harus dilewati dan dijalani. Karena kompetensi merupakan akumulasi dari pendidikan yang diterima, pengalaman yang telah dijalani, dan keterampilan atau keahlian khusus yang dimiliki seseorang agar dapat digunakan olehnya dalam hal melaksanakan tugas profesional. Dengan memiliki kompetensi, maka individu akan lebih kritis dan mendalam ketika dihadapkan pada suatu permasalahan, berfikir lebih

sistematis dan mengacu pada ilmu pengetahuan yang ada, dan pada akhirnya akan membuat problem solving yang sesuai dengan keadaan yang sedang dialami. Begitu pula seorang auditor, auditor yang memiliki kompetensi akan melakukan tugas pemeriksaan dengan mengacu pada ilmu dan standar yang telah ditetapkan. Keahlian yang memadai membawa ia menjadi sosok yang mampu untuk

mendeteksi sekecil apapun kecurangan, yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas hasil pemeriksaannya. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis pertama yang dapat dibuat adalah:

H1: Kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

2.4.2 Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Hasil Audit

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Afni, dkk. (2012), Ashari (2011), dan Samsi, dkk. (2013) menunjukan bahwa independensi berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil audit. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Efendy (2010) menunjukan bahwa independensi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit.


(48)

28

Independensi adalah sikap mental yang dimiliki oleh seorang individu, sehingga ia mampu untuk berdiri sendiri, tidak mendapatkan intervensi dari orang lain, dan tidak melakukan suatu tindakan yang berlandaskan kepentingan individu atau kelompok tertentu. Auditor yang memiliki independensi akan bersikap netral dalam melakukan tugas pemeriksaan. Ia tidak akan mencoba menyembunyikan atau melakukan manipulasi hanya karena mementingkan kepentingan golongan tertentu, tapi akan memeriksa sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Hal itu dapat menjadikan laporan hasil pemeriksaanya lebih dipercaya dan memiliki kualitas yang baik. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis kedua yang dapat dibuat adalah:

H2: Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.

2.4.3 Pengaruh Locus of Control terhadap Kualitas Hasil Audit

Penelitian yang dilakukan oleh Silaban (2009) menunjukkan pengaruh langsung

locus of control dan dimensi komitmen profesional terhadap perilaku audit disfungsional lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh tidak langsung yaitu melalui tekanan anggaran waktu yang dirasakan. Penelitian Wisanto (2012) menunjukkan bahwa locus of control memoderasi hubungan antara tekanan kerja dan kepuasan kerja. Locus of control dan variable etika kerja islam berpengaruh positif terhadap variable kinerja karyawan (Ayudiati, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Menezes (2008), internal auditor yang memiliki

locus of control internal memiliki kinerja yang lebih tinggi dari internal auditor yang memiliki locus of control eksternal. Penelitian yang dilakukan oleh Silaban


(49)

29

(2009) menunjukan bahwa locus of control eksternal berpengaruh terhadap tekanan waktu anggaran dan perilaku audit disfungsional

Individu dengan kecenderungan locus of control internal akan memiliki etos kerja yang tinggi, tabah dalam menghadapi segala kesulitan, dan akan berani

menghadapi masalah (Lee , 1990 dalam Ayudiati, 2010). Mereka juga aktif dalam mencari informasi sebelum mengambil keputusan, termotivasi untuk berprestasi, dan melakukan usaha yang lebih besar untuk mengendalikan lingkungannya (Nadirsyah dan Zuhra, 2009).

Individu dengan kecenderungan locus of control eksternal akan mudah pasrah dan menyerah apabila berada dalam situasi yang sulit (Lee, 1990 dalam Ayudiati, 2010). Dalam melaksanakan tugas audit, auditor dengan locus of control eksternal akan lebih mudah untuk memenuhi permintaan kliennya (Muawanah dan

Indriantoro, 2001)

Setiap individu memiliki kecenderungan locus of control yang berbeda-beda, demikian pula seorang auditor. Hasil dari beberapa penelitian memberikan bukti bahwa tindakan dan hasil positif yang dilakukan oleh auditor menunjukkan bahwa auditor tersebut memiliki kecenderungan locus of control internal. Hal yang sebaliknya ditunjukkan oleh auditor yang memiliki locus of control eksternal. Mereka akan cenderung melakukan tindakan yang dapat menurunkan kinerja dan kualitas hasil audit yang mereka hasilkan. Dari penjelasan di atas, maka hipotesis ketiga yang dapat dibuat adalah:

H3: Locus of Control berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit aparat Inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah.


(50)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat yang ikut dalam tugas pemeriksaan pada Inspektorat di kabupaten/kota yang mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) di Provinsi Lampung. Kabupaten/kota yang dimaksud antara lain: Kota

Bandarlampung, Kota Metro, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Way Kanan, dan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Namun, karena adanya keterbatasan berupa waktu dan biaya yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti mengambil sampel sebanyak tiga kabupaten/kota dari enam kabupaten/kota yang menjadi sasaran penelitian. Kabupaten/kota tersebut antara lain Kabupaten Lampung Tengah, Kota Bandarlampung, dan Kota Metro.

Pemilihan kabupaten/kota yang mendapatkan opini WTP di dasarkan pada asumsi, bahwa opini WTP tersebut telah cukup merefleksikan keadaan pengelolaan keuangan daerah yang baik, yang telah sesuai dengan standar akuntansi dan peraturan perundangan yang berlaku. Keadaan tersebut juga


(51)

31

didukung oleh pengendalian internal yang baik sebagai bentuk pengawasan dalam pengelolaan keuangan daerah.

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, artinya penentuan sampel dilakukan dengan menetapkan standar-standar tertentu yang peneliti kehendaki. Syarat yang harus dipenuhi oleh objek penelitian agar dapat dijadikan sampel adalah sebagai berikut: 1) Aparat Inspektorat yang secara rutin melaksanakan tugas pemeriksaan dan memiliki latar belakang pendidikan minimal diploma 3 (D-3), 2) Telah mengikuti diklat JFA (Jabatan Fungsional Auditor), dan 3) Memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun per 31 Maret 2014. Peneliti lebih memilih responden yang memiliki pengalaman kerja minimal satu tahun karena dianggap telah memiliki waktu yang cukup untuk beradaptasi dan menilai kondisi lingkungan kerjanya.

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data subjek yaitu jenis data yang berupa opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subjek penelitian (Indriantoro dan Supomo, 2002). Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2002).


(52)

32

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data primer didapatkan melalui penyebaran dan pengisian kuesioner oleh aparat Inspektorat yang tersebar di tiga kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Masing-masing item pernyataan di dalam kuesioner diukur

menggunakan skala likert 1 sampai 5, di mana skala 1 menunjukan jawaban dengan poin terendah atau sangat tidak setuju, dan skala 5 menunjukan jawaban dengan poin tertinggi atau sangat setuju.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode survey adalah metode pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumbernya (Indriantoro dan Supomo, 2002). Penyebaran kuesioner ini dilakukan secara langsung kepada responden. Teknik pengumpulan data melalui metode ini memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan yang ada (Indriantoro dan Supomo, 2002).

Kuesioner tersebut terdiri dari empat bagian, masing-masing bagian berisikan sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini. Bagian pertama memuat sejumlah pernyataan yang

berhubungan dengan kompetensi auditor, baik itu kompetensi berupa pengetahuan, keahlian, dan pengalaman. Bagian kedua memuat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan independensi auditor. Bagian ketiga memuat sejumlah pernyataan yang berhubungan dengan locus of control internal dan eksternal. Bagian terakhir atau bagian keempat memuat sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan kualitas hasil audit aparat Inspektorat. Kuesioner tersebut dikirimkan dan disertai dengan surat permohonan serta penjelasan mengenai


(53)

33

tujuan penelitian. Petunjuk pengisian kuesioner dibuat sederhana dan sejelas mungkin untuk memudahkan responden dalam memberikan jawaban secara lengkap.

3.3 Operasional Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen

a. Kualitas Hasil Audit

Kualitas hasil audit Inspektorat adalah pelaporan mengenai kelemahan

pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, merahasiakan informasi yang dilarang, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan, dan tindak lanjut dari rekomendasi pemeriksa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Batubara, 2008).

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini mengadopsi instrumen penelitian Harhinto (2004) yang telah dimodifikasi oleh Efendy (2010) dan disesuaikan kembali oleh peneliti dengan indikator penilaian kualitas hasil audit sesuai dengan standar audit APIP yang diatur dalam Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008. Kualitas hasil audit diukur dengan mengajukan sembilan pernyataan. Indikator pengukuran kualitas hasil audit meliputi: 1) Pelaporan yang tepat waktu, 2) Kelengkapan informasi dan bukti, 3) Keakuratan temuan audit, 4) Sikap objektif, 5)

Meyakinkan, 6) Jelas dan ringkas, dan 7) Tindak lanjut hasil audit. Responden diminta untuk memilih satu diantara lima jawaban dari masing-masing


(54)

34

sampai 5, di mana skala 1 menunjukan kualitas hasil audit yang rendah, dan skala 5 menunjukan jawaban dengan kualitas hasil audit paling tinggi.

3.3.2 Variabel Independen a. Kompetensi

Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP, kompetensi teknis yang wajib dimiliki oleh auditor meliputi pengetahuan di bidang auditing, akuntansi, dan administrasi pemerintahan.

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari penelitian Harhinto (2004) yang telah dimodifikasi oleh Efendy (2010). Kompetensi diukur dengan mengajukan enam pernyataan. Indikator yang

digunakan untuk menilai kompetensi auditor antara lain meliputi: 1) Pengetahuan mengenai standar akuntansi dan standar audit yang berlaku, 2) Penguasaan terhadap seluk beluk pemerintahan, dan 3) Program peningkatan keahlian.

Responden diminta untuk memilih satu diantara lima jawaban dari masing-masing pernyataan. Masing-masing pernyataan diukur menggunakan skala likert 1 sampai 5, di mana skala 1 menunjukan kompetensi yang paling rendah, dan skala 5 menunjukan kompetensi yang paling tinggi.

b. Independensi

Independensi adalah sikap yang diharapkan seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. Auditor harus menghindari situasi yang


(55)

35

bisa menimbulkan kesan pada pihak ketiga, bahwa ada pertentangan kepentingan dan objektivitasnya sudah tidak dapat dipertahankan (Agoes, 2007).

Instrumen penelitian yang digunakan mengadopsi dari penelitian Mautz dan Sharaf (1980) dalam Arifah (2012). Independensi diukur dengan mengajukan sembilan pernyataan. Indikator penilaian independensi adalah independensi dalam penyusunan anggaran, pelaksanaan pekerjaan, dan pelaporan. Responden diminta untuk memilih satu diantara lima jawaban dari masing-masing pernyataan yang diukur menggunakan skala likert 1 sampai 5, di mana skala 1 menunjukan independensi yang paling rendah, dan skala 5 menunjukan independensi yang paling tinggi.

c. Locus of Control

Locus of control adalah cara pandang seseorang terhadap suatu peristiwa, apakah dia dapat atau tidak untuk mengendalikan (control) peristiwa yang terjadi padanya (Rotter, 1966 dalam Wisanto, 2012). Individu dengan locus of control internal akan cenderung meyakini bahwa pengetahuan atau perilaku mereka berasal dari diri mereka sendiri. Sebaliknya mereka yang memiiki locus of control eksternal meyakini bahwa apa yang ada di dalam hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan pihak luar (Robbins, 1996).

Instrumen pengukuran locus of control yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Donnelly dkk. (2003) dan Sapheero dkk.(2003) yang telah dimodifikasi oleh Silaban (2009). Terdiri dari delapan butir pernyataan yang menunjukkan kecenderungan locus of control

internal dan delapan butir pernyataan yang menunjukkan kecenderungan locus of control eksternal yang dimiliki oleh auditor. Indikator penilaian meliputi seberapa


(56)

36

kuat keyakinan seseorang terhadap pengaruh kekuatannya sendiri maupun kekuatan faktor luar terhadap apa yang ia lakukan dan dapatkan. Responden diminta untuk memilih satu diantara lima jawaban dari masing-masing pernyataan. Skor untuk menilai locus of control eksternal diberikan penilaian secara terbalik, artinya, semakin tinggi skala likert yang dipilih oleh responden, maka semakin kecil bobot nilai yang diberikan, sedangkan locus of control

internal diberikan penilaian normal. Dimana skala 1 menunjukkan locus of control

internal yang paling rendah, dan skala 5 menunjukan locus of control internal maupun eksternal yang paling tinggi.

3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Uji Kualitas Data

Penelitian yang mengunakan metode kuesioner untuk mengumpulkan data harus melakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan. Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

a. Uji Validitas

Validitas adalah tingkat keandalan suatu alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian. Uji validitas data digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang tersaji di dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti mengenai apa yang akan diteliti (Ghozali, 2011). Uji validitas dilakukan dengan melakukan uji korelasi pearson product moment antara masing-masing skor indikator item pertanyaan dengan total skornya. Suatu pertanyaan dikatakan valid


(57)

37

jika nilai r-hitung yang merupakan nilai korelasi item butir dengan skor total signifikan pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011).

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam

mengukur suatu konstruk yang sama atau stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang dalam kuesioner tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Kriteria yang digunakan dalam uji ini adalah one shot, artinya satu kali pengukuran saja dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan

pertanyaan lainnya atau dengan kata lain mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Dalam pengujiannya, suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika memberikan nilai cronbach’s alpha di atas 0,6 begitu pula sebaliknya (Ghozali, 2011).

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini juga melakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik harus dilakukan apabila pengujian hipotesis menggunakan persamaan model regresi, sehingga data-data yang digunakan dalam pengujian hipotesis bebas dari asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.


(58)

38

Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2011).

Uji normalitas data dilakukan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan antara distribusi kumulatif dengan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis diagonal lurus, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal tersebut. Data yang terdistribusi normal akan menyebar disepanjang kurva tersebut. Uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) juga digunakan untuk memastikan kehandalan hasil uji normalitas dalam penelitian ini. Jika Asymp Sig > 0,05, maka data itu terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan atau korelasi antara variabel independen dalam regresi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi multikolinieritas maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Variance Influence Factor (VIF) dari hasil perhitungan regresi berganda. Jika nilai VIF > 10, berarti terdapat multikolinieritas, dan jika nilai VIF < 10 maka dapat diartikan tidak terdapat multikolinearitas (Ghozali, 2011).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dalam asumsi klasik bertujuan untuk menguji

ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain, atau disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas dapat dilihat dengan


(59)

39

menggunakan scatterplot model. Jika titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang), maka dapat dikatakan terjadi

heteroskedastisitas pada data. Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka data homokedastis (Ghozali, 2011).

3.5 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda pada umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2002). Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen yang meliputi kompetensi, independensi, locus of control internal dan eksternal terhadap variabel dependen yaitu kualitas hasil audit. Persamaan regresi yang dapat dibentuk, adalah:

Y = α + β1X1+ β2X2 + β3X3+ e

Di mana:

Y = Kualitas hasil audit

α = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien regresi

X1 = Kompetensi

X2 = Independensi X3 = Locus of control


(60)

40

Kriteria pengambilan keputusan penerimaan dan penolakan hipotesis berdasarkan pada:

1. Ha diterima, bila p value ≤0.05 atau bila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0.05, yang berarti bahwa model regresi dalam penelitian ini layak untuk digunakan dalam penelitian.

2. Ha ditolak, bila p value > 0.05 atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai

alpha 0.05, yang berarti bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak layak untuk digunakan dalam penelitian.

Untuk menguji pengaruh variabel secara parsial, digunakan uji signifikansi parameter individual. Dengan demikian dapat diketahui apakah masing-masing variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut:

1. Ha diterima, bila p value ≤ 0.05 atau bila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0.05, yang berarti bahwa variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

2. Ha ditolak, bila p value > 0.05 atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai

alpha 0.05, yang berarti bahwa variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Kemudian dilakukan juga pengujian variabel-variabel tersebut secara simultan, yaitu dengan melakukan pengujian koefisien determinasi adjusted R2. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1, dimana nilai adjusted R2 yang semakin kecil menunjukan bahwa kemampuan variabel-variabel independen tersebut sangat terbatas dalam pengaruhnya terhadap variabel dependen.


(61)

59

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh kompetensi, independensi, dan locus of control terhadap kualitas hasil audit aparat Inspektorat kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung. Objek dalam penelitian ini adalah pejabat fungsional pengawas penyelenggaraan urusan pemerintahan di daerah (P2UPD) dan pejabat fungsional audit yang telah mengikuti diklat Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dan telah bekerja lebih dari satu tahun. Penelitian ini mengambil sampel pada Inspektorat Kabupaten Lampung Tengah, Inspektorat Kota Metro, dan Inspektorat Kota Bandarlampung.

Berdasarkan hasi pengujian regresi berganda dengan menggunakan alat bantu SPSS (Statistical Product and Service Solution), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kompetensi secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit Inspektorat. Hal ini dapat disebabkan karena tujuan reviu yang dilakukan oleh Inspektorat atas LKPD adalah untuk memberikan penilaian terbatas terhadap keandalan sistem pengendalian intern dan kesesuaian


(62)

60

dengan standar akuntansi pemerintahan. Inspektorat tidak berhak untuk menyatakan pendapat atau opini atas laporan keuangan, sehingga dalam praktiknya aparat inspektorat kurang memaksimalkan kompetensi yang dimilikinya untuk menghasilkan kualitas hasil audit yang baik.

2. Independensi secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit Inspektorat. Hal ini disebabkan karena auditor Inspektorat telah bekerja sama selama bertahun-tahun dengan klien yang diperiksa, sehingga menimbulkan rasa interpersonal yang erat dan dapat memengaruhi

independensinya.

3. Hasil perhitungan statistik deskriptif variabel locus of control memiliki mean 3,4359, menunjukkan bahwa auditor inspektorat memiliki

kecenderungan locus of control internal. Hasil pengujian hipotesis

menunjukkan locus of control secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil audit. Hal ini dapat berarti pula locus of control

internal berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit inspektorat. 5.2. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat menjadi pengaruh terhadap hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara lain:

1. Peneliti tidak memperhatikan latar belakang pendidikan auditor, apakah auditor tersebut memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau tidak.

2. Instrumen pengukuran variabel independensi dalam penelitian merupakan instrumen yang digunakan untuk sektor private sehingga kurang dapat merepresentasikan keadaan yang ada pada sektor publik.


(63)

61

3. Penelitian hanya mengambil sampel inspektorat kabupaten/kota yang mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

4. Penggunaan skala self rating untuk mengukur kualitas hasil audit yang dihasilkan oleh auditor itu sendiri mungkin dapat menghasilkan personal bias dan mengurangi objektivitas data.

5.3. Saran

Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel locus of control

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil audit Inspektorat, sedangkan variabel kompetensi dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit Inspektorat. Oleh karena itu, Inspektorat sebaiknya semakin rutin mengadakan pelatihan peningkatan kompetensi teknis auditor. Disamping itu, diadakan pula seminar dan pelatihan yang mampu meningkatkan kecerdasan emosional auditor. Untuk menjaga independensi auditor, sebaiknya pemerintah secara rutin melakukan rolling atau pergantian lokasi tugas bagi para pejabat

fungsional yang rutin melaksanakan pemeriksaan ke Inspektorat kabupaten/kota yang berbeda-beda.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya:

a. Mencantumkan informasi mengenai latar belakang pendidikan auditor di dalam kuesioner penelitian. Memperhatikan apakah auditor memiliki


(64)

62

latar belakan akuntansi ataupun tidak. Mengingat tugas auditor mereviu laporan keuangan.

b. Pengukuran variabel sebaiknya menggunakan instrumen yang sesuai dengan keadaan di sektor publik, khususnya pemerintahan.

c. Memeperluas objek penelitian dengan mengambil sampel inspektorat kabupaten/kota yang mendapatkan opini lain selain WTP.

d. Diharapkan lebih mengeksplorasi variasi variabel lain yang dapat memengaruhi kualitas hasil audit inspektorat. Masih ada sekitar 72,7 % lagi kemungkinan variasi variabel independen lain yang dapat


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo. 2010. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Edisi Pertama. Graha Ilmu : Yogyakarta

Afni, Zalida, Fera Sriyunianti dan Afridian Wirahadi Ahmad. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil

Pemeriksaan Dalam Pengawasan Keuangan Daerah: Studi pada Inspektorat Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Vol. 7 No. 2. Hal 69-77

Agoes, Sukrisno. 2007. Auditing (Pemeriksaan Akuntan Publik). Edisi Ketiga. Salemba Empat: Jakarta

Agusti, Restu dan Nastia Putri. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Se-Sumatera). Jurnal Ekonomi Universitas Riau V\Vol. 21. Riau Ahmad, Afridian Wirahadi, et al. 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi

Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Dalam Pengawasan Keuangan Daerah : Studi Pada Inspektorat Kabupaten Pasaman. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol. 6 No.2. hal 63 – 73.

Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan

Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar

Arifah, Nurul. 2012. Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi dan Gaya Pimpinan terhadap Kinerja Auditor. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin. Makassar

Ashari, Ruslan. 2011. Pengaruh Keahlian, Independensi, dan Etika terhadap Kualitas Auditor Inspektorat Provinsi Maluku Utara. Skripsi. Program Kekhususan Akuntansi Pemerintahan/Pengawasan Keuangan Negara, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin. Makassar

Ayudiati, Soraya Eka. 2010. Analisis Pengaruh Locus of Control terhadap Kinerja dengan Etika Kerja Islam sebagai Variabel Moderating (Studi pada Bank Jateng Semarang). Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang


(1)

61

3. Penelitian hanya mengambil sampel inspektorat kabupaten/kota yang mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

4. Penggunaan skala self rating untuk mengukur kualitas hasil audit yang dihasilkan oleh auditor itu sendiri mungkin dapat menghasilkan personal bias dan mengurangi objektivitas data.

5.3. Saran

Berdasarkan keterbatasan dalam penelitian ini, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel locus of control

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas hasil audit Inspektorat, sedangkan variabel kompetensi dan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit Inspektorat. Oleh karena itu, Inspektorat sebaiknya semakin rutin mengadakan pelatihan peningkatan kompetensi teknis auditor. Disamping itu, diadakan pula seminar dan pelatihan yang mampu meningkatkan kecerdasan emosional auditor. Untuk menjaga independensi auditor, sebaiknya pemerintah secara rutin melakukan rolling atau pergantian lokasi tugas bagi para pejabat

fungsional yang rutin melaksanakan pemeriksaan ke Inspektorat kabupaten/kota yang berbeda-beda.

2. Bagi Penelitian Selanjutnya:

a. Mencantumkan informasi mengenai latar belakang pendidikan auditor di dalam kuesioner penelitian. Memperhatikan apakah auditor memiliki


(2)

62

latar belakan akuntansi ataupun tidak. Mengingat tugas auditor mereviu laporan keuangan.

b. Pengukuran variabel sebaiknya menggunakan instrumen yang sesuai dengan keadaan di sektor publik, khususnya pemerintahan.

c. Memeperluas objek penelitian dengan mengambil sampel inspektorat kabupaten/kota yang mendapatkan opini lain selain WTP.

d. Diharapkan lebih mengeksplorasi variasi variabel lain yang dapat memengaruhi kualitas hasil audit inspektorat. Masih ada sekitar 72,7 % lagi kemungkinan variasi variabel independen lain yang dapat


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Raharjo. 2010. Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah. Edisi Pertama. Graha Ilmu : Yogyakarta

Afni, Zalida, Fera Sriyunianti dan Afridian Wirahadi Ahmad. 2012. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil

Pemeriksaan Dalam Pengawasan Keuangan Daerah: Studi pada Inspektorat Kabupaten/Kota di Sumatera Barat. Jurnal Akuntansi dan Manajemen Vol. 7 No. 2. Hal 69-77

Agoes, Sukrisno. 2007. Auditing (Pemeriksaan Akuntan Publik). Edisi Ketiga. Salemba Empat: Jakarta

Agusti, Restu dan Nastia Putri. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Profesionalisme terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik Se-Sumatera). Jurnal Ekonomi Universitas Riau V\Vol. 21. Riau Ahmad, Afridian Wirahadi, et al. 2011. Pengaruh Kompetensi dan Independensi

Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan Dalam Pengawasan Keuangan Daerah : Studi Pada Inspektorat Kabupaten Pasaman. Jurnal Akuntansi & Manajemen Vol. 6 No.2. hal 63 – 73.

Alim, M.N., T. Hapsari, dan L. Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi dan

Independensi terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar

Arifah, Nurul. 2012. Pengaruh Independensi Auditor, Komitmen Organisasi dan Gaya Pimpinan terhadap Kinerja Auditor. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin. Makassar

Ashari, Ruslan. 2011. Pengaruh Keahlian, Independensi, dan Etika terhadap Kualitas Auditor Inspektorat Provinsi Maluku Utara. Skripsi. Program Kekhususan Akuntansi Pemerintahan/Pengawasan Keuangan Negara, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanudin. Makassar

Ayudiati, Soraya Eka. 2010. Analisis Pengaruh Locus of Control terhadap Kinerja dengan Etika Kerja Islam sebagai Variabel Moderating (Studi pada Bank Jateng Semarang). Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang


(4)

Batubara, Rizal Iskandar. 2008. Analisis Pengaruh Latar Belakang Pendidikan, Kecakapan Profesional, Pendidikan Berkelanjutan, dan Independensi Pemeriksa terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan (Studi Empiris pada

Bawasko Medan). Tesis. Pasca Sarjana Ilmu Akuntansi, Universitas Sumatera Utara. Medan

Efendy, Muh Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Edisi 3. BP Undip. Semarang

Harhinto, Teguh. 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap Kualitas Audit Studi Empiris pada KAP di Jawa Timur. Tesis. Universitas

Dipenegoro. Semarang

Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan

Manajemen. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta

Kaloh. J. 2007. Mencari Bentuk Otonomi Daerah Suatu Solusi dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global. PT. Rineka Cipta: Jakarta

Kurnia. 2009. Pengaruh Tekanan Waktu Audit dan Locus of Control terhadap Tindakan yang Menurunkan Kualitas Audit. Ekuitas Vol. 15 No. 4 Desember 2011: 456-476. Surabaya

Lastanti Sri, Hexana. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik : Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005. Hal 85-97

Lathifah Ifah. 2008. Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap Turnover Intentions dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia). Tesis. Magister Sains Akuntansi, Universitas Diponegoro. Semarang

Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik Edisi 2. Penerbit Andi. Yogyakarta Menezes, Alvaro Amaral. 2008. Analisis Dampak Locus of Control terhadap

Kinerja dan Kepuasan Kerja Internal Auditor (Penelitian terhadap Internal Auditor di Jawa Tengah). Tesis. Magister Sains Akuntansi, Universitas Diponegoro. Semarang

Muawanah, Umi dan Nur Indriantoro. 2001. Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit: Peran Locus of Control, Komitmen Profesi dan Kesadaran Etis. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 4 No. 2 Hal 133-150


(5)

Nadirsyah dan Intan Maulida Zuhra. 2009. Locus of Control, Time Budget Pressure, dan Penyimpangan Perilaku dalam Audit. Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2, Juli 2009 Hal 104-116

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 4 tahun 2008. Tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Jakarta Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 28 tahun 2007. Tentang Norma

Pengawasan dan Kode Etik Aparat Pengawas dan Kode Etik Aparat Pengawas Intern Pemerintah. Jakarta

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 64 tahun 2007. Tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Cara Inspektorat. Jakarta

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor

PER/04/M.PAN/03/2008. Tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor

PER/05/M.PAN/03/2008. Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. Jakarta

Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Jakarta

Robbins, P. Stephen. 1996. Organitational Behavior: Concept, Controversies, Application. Seventh Edition. Prentice Hall Inc.

Samsi, Nur, Akhmad Riduawan, dan Bambang Suryono. 2013. Pengaruh

Pengalaman Kerja, Independensi, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Audit : Etika Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 1 No. 2 Hal : 207-226.

Silaban, Adnan. 2009. Perilaku Disfungsional Auditor dalam Pelaksanaan

Program Audit (Studi Empiris di Kantor Akuntan Publik). Disertasi. Program Doktor Ilmu Ekonomi, Universitas Diponegoro. Semarang

Sunarsip. 2001. Coorporat Governance Audit : Paradigma Baru Profesi Akuntansi dalam mewujudkan Good Coorporate Gvernance, Media Akuntansi, No. 17/Th. VII.pp. II-VII.

Tambunan, Toman Sony. 2010. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Pemeriksa Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan di Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara. Medan


(6)

Wahyuni, Rizki. 2013. Pengaruh Independensi, Kompetensi, Profesionalisme, dan Sensitivitas Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit (Studi Kasus pada BPK RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar

Wisanto, Rizky Aulia Kusuma. 2012. Analisis Dampak Locus of Control pada Tekanan Kerja, Kepuasan Kerja dan Kinerja Auditor (Studi pada Kantor Akuntan Publik di Semarang). Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Diponegoro. Semarang


Dokumen yang terkait

PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, AKUNTABILITAS, PENGALAMAN DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT Pengaruh Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas, Pengalaman Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Pada Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (

0 3 16

PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, AKUNTABILITAS, PENGALAMAN DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT PADA APARAT INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN Pengaruh Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas, Pengalaman Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Pada Aparat Inspe

0 3 19

PENDAHULUAN Pengaruh Independensi, Kompetensi, Akuntabilitas, Pengalaman Dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Pada Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Studi Empiris pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Sukoharjo).

0 2 6

ANALISIS MOTIVASI, PROFESIONALISME, DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT Analisis Motivasi, Profesionalisme Dan Indeppendensi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keungan Daerah(Studi Empiris Pada Kantor Ins

0 2 13

NASKAH PUBLIKASI Pengaruh Kompetensi, Independensi Dan Pengalaman Kerja Terhadahap Kualitas Audit Inspektorat Kota Surakarta Dan Jogjakarta Dalam Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah.

0 2 11

PENDAHULUAN Pengaruh Kompetensi, Independensi Dan Pengalaman Kerja Terhadahap Kualitas Audit Inspektorat Kota Surakarta Dan Jogjakarta Dalam Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah.

0 4 7

PENDAHULUAN Pengaruh Kompetensi, Independensi, Pengalaman Kerja, Etika Dan Skeptisisme Profesional Terhadap Kualitas Audit Inspektorat Kota Surakarta Dan Boyolali Dalam Pengawasan Pengelolaan Keuangan Daerah.

0 3 9

PENGARUH KOMPETENSI,INDEPENDENSI,INTEGRITAS, DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH (APIP) INSPEKTORAT KOTA BITUNG DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Inspektorat) KOTA BITUNG

0 0 16

Skripsi PENGARUH INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, KOMPETENSI, DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT (Studi Empiris Pada Inspektorat Semarang)

0 0 17

PENGARUH INDEPENDENSI, OBJEKTIVITAS, KOMPETENSI, DAN MOTIVASI TERHADAP KUALITAS AUDIT APARAT INSPEKTORAT (Studi Empiris Pada Inspektorat Semarang) - Unika Repository

0 0 32