digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Unsur unsur pemikiran Kartini juga nampak dengan jelas diutarakan kedalam karangan-karangan sembilan perempuan penyumbang karangan
dalam sebuah laporan “penelitian tentang kemakmuran penduduk yang makin
menurun di Jawa dan Madura ”. Nama penyumbang karangan yang
dimaksudkan diantaranya ialah Raden Dewi Sartika, R.A Soendari, adik Kartini Dan lain-lain. Semuanya menyatakan bahwa segenap usaha
meningkatkan kemakmuran rakyat tidak akan cepat berhasilnya bila kaum perempuan yang menurut Kartini adalah pendidik manusia pertama tetap
terbelakang dan saran yang disarankan ialah penambahan jumlah sekolah sekolah bagi para wanita, kedudukan dan peranan perempuan yang sejajar
dengan kaum pria.
22
Sekian lama kematian Kartini, maka para perempuan Indonesia telah memiliki tempat kegiatanya yang beragam dan banyak yang menjadi anggota
aktif pergerakan, bahkan menjadi pemimpin pergerakan. Jumlah pemikir perempuan Indonesia sejalan dengan pemikir pria, sehingga jalan
berkembangnya pemikiran Kartini mendapat tempat penilaian yang makin berbobot dan ditarik terus sesuai dengan segi-segi perkembangan pemikiran
dan perkembangan sosial, ekonomi, dan kebudayan. Berbagai surat-surat kabar di Indonesia seperti Pewarta Deli, Pemandangan, Matahari dan lainnya
memuat karangan yang bertalian dengan itu.
23
Dapat disimpulkan begitu antusias rakyat Indonesia untuk menerbitkan sebuah surat-surat Kartini yang didalamnya menjelaskan tentang sebuah
22
Ibid., 98.
23
Swantoro, Humanis dan Kebebasan Pers, 191.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kehidupanya sebagai perempuan yang tertindas dan gagasan sebuah pendidikan untuk perempuan agara dapat menjujung tinggi martabat
perempuan. Perjuangan Kartini sebagai tokoh feminis membuktikan bahwa pemikiran Kartini dapat diterima dalam masyarakat Indonesia dan tidak ada
penolakan sama sekali tentang pemikiranya meskipun kebanyakan tokoh feminis merupakan gerakan bebas seperti orang Eropa.
24
Kartini adalah seorang feminis yang tetap berhaluan Islam dan tetap mengunakan syariat-
syariat Islam, dari pemikiran feminisme Islam yang dapat ditelusuri dalam surat-suaratnya masyarakat sangat merespon dan menerima pemikiran Kartini
yang tetap berhaluan Islam dan tidak keluar kodrat ataupun radikal. Sebuah perjuangan dan gagasan yang membuat para perempuan
terisnpirasi untuk berfikir maju, Begitu banyak organisasi-organisasi yang mengatas namakan perjuangan perempuan dan itu merupakan bentuk respon
masyarakat yang begitu berkeinginan untuk meninggikan derajat seorang perempuan, setelah sekian lama perempuan legende yaitu Kartini berusaha
untuk membuka jendela pemikiran seorang perempuan agar tidak mengalami ketertindasan dan akhirnya para perempuan Indonesia meneruskan perjuangan
Kartini dan keberhasilan untuk memajukan perempuan dalam bidang pendidikan pun berhasil.
24
Alwi , Jawaban Terhadap Alam Fikiran Barat yang Keliru Tentang Islam, 129.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah di paparkan dalam bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya yaitu:
1. Kedudukan seorang perempuan pada masa itu mereka tidak mendapat
pendidikan secara layak karena pada zaman itu merupakan zaman penjajahan Hindia Belanda yang mengatur tentang sebuah pendidikan di
Indonesia. Di samping itu adanya kawin paksa merupakan beban menjadi seorang perempuan, dalam adat Jawa perempuan ketika menjadi seorang
istri hanya bisa melakukan kegiatan sebagai istri saja tidak yang lainya. 2.
Kartini merupakan tokoh feminisme yang ingin menjunjung tinggi keberadaan perempuan di Jawa, ia merupakan tokoh feminisme yang
beraliran liberal, namun dari catatan-catatan Kartini mempunyai pembatasan-pembatasan tertentu dalam melakukan sebuah gerakan untuk
mengangkat derajat perempuan. Ia dalam memberikan sebuah gagasan di akhir-akhir hayatnya, ia mulai mendalami tentang Islam dalam masalah
Al-Q ur’an, dari pendalaman tersebut Kartini mulai mencoba menorehkan
sebuah krikan terhadap Al-Q ur’an, dan ia mencoba berpendapat bahwa
perempuan boleh dalam melakukan seperti apa yang di lakukan oleh seorang lelaki namun dalam batasan tertentu dan sesuai dengan fitrah
masing-masing.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3. Kartini dalam mengatasi sebuah ketertindasan adalah dengan pendidikan.
Kartini menyadari bahwa kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan dan lain-lain
berakar dari
ketidaktahuan masyarakat
tentang cara
menghadapinya. Mereka tidak tahu harus berbuat apa untuk meningkatkan derajat hidupnya. Oleh karenanya pendidikan mutlak dibutuhkan untuk
membuka cakrawala pemikiran bangsa ini dan sekaligus memberdayakan rakyat untuk kesejahteraan dan kemakmurannya sendiri. Kartini kemudian
sangat antusias mendirikan sekolah khususnya sekolah wanita.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
B. Saran
Dengan refleksi semangat dan pemikiran Kartini, kita sebagai perempuan Indonesia juga bisa meneruskan perjuangannya untuk mengangkat harkat
martabat kaum perempuan. Masih banyak hal yang bisa dilakukan tentunya dengan melihat potensi yang ada pada diri kita. Tidak hanya dalam rumah
tangga, lingkungan sekitar kita, tapi juga dalam organisasi dan ruang kerja
kita.
Hendaknya umat Islam mengetahui bahwa tidak ada kesetaraan gender, bahwasannya di mata Allah Swt semua manusia itu derajatnya sama dan
sejajar. Yang jelas kaum perempuan saat ini tidak harus minder atau malu dengan keterbatasan, tapi lebih biasa untuk mengebangkan potensi sebagai
perempuan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR PUSTAKA Buku:
Komandoko. Kisah 124 Pahlawan dan Pejuang Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2007.
Tjokrowinoto, Moeljarto. Pembanguan Dilema dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Sadli: Saparinah, Effendi: Djohan eds.. Muslimah Perempuan pembaharu keagamaan Reformisi, Bandung: Mizan Media Utama, 2005.
Umar, Nassarudin. Argumen Arahan Jender Perspektif Al-Qur’an. jakarta: Paramadina, 2001.
Fakih, Mansour. Analisis Gender dan Tranformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Anshori: Dandang S, Kosasih: Engkos eds.. Membincangkan Feminisme, bandung:Pustaka Budaya, 1997.
Abdullah, Irwan. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. Muslikhati, Siti. Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam
Timbangan Islam. jakarta: Gema Insani, 2004. Suhandjati, Sri. Pemahaman Islam dan tantangan Keadilan Jender.
Yogyakarta: Gama Media, 2002. Kuntowijoyo. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003.
Abdurrahman, Dudung. Metodelogi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2007.
Soeroto, Sitisoemandiri. Kartini Sebuah Biografi. Jakarta: Djambatan, 2001. Vickers Adrian, Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: PT Pustaka Insan
Madani, 2005. AS Alwi, Jawaban Terhadap Alam Fikiran Barat yang Keliru Tentang Islam.
Bandung,: Dipenogoro, 1981. Katoppo Aristides, Satu Abad Kartini. Jakarta: Sinar Harapan, 1979.
Asvi Warman Adam, Seabad Kontroversi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2007.