Tabel 9. Tempat Tinggal Subjek
Frekuensi Persen
Tdak ngisi 1
5.0 Kos
9 45.0
Rumah Ortu 9
45.0 Kontrak
1 5.0
Total 20
100.0
Sumber: Data Primer yang Diolah
B. Minat Berwirausaha
Pada tahap awal, para peserta program diberikan pengujian terkait motivasi peserta program. Berdasarkan data induk yang diperoleh dari peserta program, dapat
dideskripsikan bahwa minat berwirausaha bagi komunitas waria di Yogyakarta pada kategori tinggi. Dari peserta program yang menjadi subjek penelitian, 60 berminat
untuk berwirausaha di bidang boga, dan 40 berminat untuk berwirausaha di bidang tata riassalon.
C. Strategi Pemberdayaan Ekonomi Melalui Life Skill Education
Masalah pokok yang dihadapi oleh waria sebagai komunitas yang termarginalkan adalah: 1 masih banyaknya waria yang berprofesi sebagai PSK
Penjaja Seks Komersial, sehingga menimbulkan stigma di tengah masyarakat, 2 masih seringnya waria mengalami perlakuan kasar terutama dari pihak aparat Satpol
PP, dan 3 terjadinya diskriminasi dalam memperoleh lapangan pekerjaan. Dalam pandangan masyarakat, waria lekat dengan citranya sebagai PSK,
meskipun tidak semuanya, namun label tersebut selalu menyertai kaum waria. Ada beberapa alasan waria ini menjadi PSK, diantaranya alasan ekonomi untuk
mencukupi kebutuhan waria itu sendiri, dan atau sebagai penopang keluargaorang- orang yang menjadi tanggungannya, dan alasan lain adalah untuk mencukupi
kebutuhan biologis. Profesi sebagai PSK inilah yang menjadi label yang senantiasa melekat pada
waria dan menimbulkan stigma di masyarakat, dan akhirnya “dijauhi” masyarakat.
Dalam penelitian ini, strategi pemberdayaan ekonomi berbasis life skill education dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Menumbuhkan semangat dan spirit kewirausahaan
Peserta program perlu ditumbuhkan sikap kreatif dan inovatif dalam berwirausaha. Dari berbagai definisi kewirausahaan, dapat ditarik benang merah bahwa
kewirausahaan merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Spirit Kewirausahaan ini dapat
ditingkatkan melalui pemberian serangkaian pengetahuan dan pelatihan yang diharapkan dapat menanamkan kesadaran bahwa faktor dominan penentu keberhasilan adalah berasal
dalam diri orang itu sendiri, dan untuk tidak tergantung pada orang lain. Para waria sebagai peserta program perlu dimotivasi untuk dapat merintismengembangkan usaha
yang dapat meningkatkan pendapatan mereka dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan mereka sendiri.
2. Meningkatkan KemampuanKeterampilan
Peningkatan kemampuanketerampilan para waria sebagai peserta program dapat dicapai melalui pelatihan yang berkelanjutan, melalui cara-cara partisipatif, maksudnya
pelaksanaan pelatihan menyesuaikan luangnya waktu peserta program dan jenis pelatihan untuk meningkatkan keterampilan peserta program disesuaikan dengan kebutuhan. Jenis
pelatihan sesuai dengan peminatan mereka.
Pelatihan yang diberikan berupa pelatihan mengenai tata boga dan tata rias, sesuai dengan peminatan mereka.
3. Perintisan atau Pengembangan Usaha
Setelah cukup diberikan serangkaian pengetahuan dan pelatihan yang cukup, tahapan
yang penting
berikutnya adalah
kegiatan praktik
berupa perintisanpengembangan usaha sesuai dengan potensi yang dimiliki. Kesuksesan dalam
tahap ini dipengaruhi oleh dukungan baik berupa modal usaha atau barang-barang modalperalatan usaha. Selain itu perlu dilakukan pendampingan pada tahap awal
perintisanpengembangan usaha. Selama pelaksanaan program, tim peneliti berperan sebagai pendamping bagi pelaku usaha peserta program.
4. Penggunaan Modul
Modul yang digunakan dalam penelitian untuk mengembangkan strategi pemberdayaan ekonomi berbasis life skill education terdiri dari 2 dua modul, yaitu:
Modul Pendidikan Kewirausahaan, dan Modul Pelatihan Tata Boga.
B. Pembahasan 1. Pengaruh