Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pertambahan Nilai Tahun 2010-2014)

SURAT KETERANGAN
PERSETUJUAN PUBLIKASI

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini, penulis dan pihak instansi tempat
penelitian, menyetujui:
“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalti
Nonekslusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset penelitian”.

Bandung, Agustus 2016

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (Sarjana), baik di UNIKOM maupun di
perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang
berlaku.
Bandung, Agustus 2016

Wulan Sari
NIM : 21112043

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama

: Wulan Sari

Nim


: 21112043

Tempat, tanggal lahir

: Bandung, 24 Februari 1990

Jenis Kelamin

: Perempuan

Warga Negara

: Indonesia

Agama

: Kristen

Nama Ayah


: JM.Manalu

Nama Ibu

: Helmi

Alamat Rumah

: Jl. Rancacili, Rancasari RT 001 RW 002 Bandung

Telepon

: 083822531010

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN FORMAL
1.

SD Babakan Sari I Bandung

: 1997-2003


2.

SMPN 37 Bandung

: 2003-2006

3.

SMKN 13 Analisis Kimia Bandung

: 2006-2009

4.

Universitas Komputer Indonesia Bandung

: 2012-Sekarang
Yang Menyatakan,


Wulan Sari
NIM. 21112043

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT
PAKSA DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP
PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Majalaya Tahun 2010-2014)
THE INFLUENCE OF TAX COLLECTION WITH FORCE
LETTER AND TAX AUDIT TO THE VALUE ADDED TAX
RECEIPTS
(Case Study of Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Period
2010-2014)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Program Studi Akuntansi
Oleh:

Nama: Wulan Sari

Nim: 21112043

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala berkat dan kasih karunia-Nya kepada kita semua, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul “PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN
SURAT PAKSA DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
dalam menempuh jenjang Strata satu (S1) Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
Dalam proses penulisan skripsi ini penulis menyadari adanya banyak kendala
yang dihadapi, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak

sehingga kendala-kendala tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah banyak membantu, membimbing dan
memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya, penulis tujukan kepada:
1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia, Bandung;
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Komputer Indonesia, Bandung;

iii

3. Dr. Siti Kurnia Rahayu, S.E., M.Ak., Ak., CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia,
Bandung;
4. Adi Rachmanto, S.Kom., M.Kom selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia, Bandung dan
selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dengan
penuh keikhlasan berkenan untuk memberikan bimbingan, membina,
memberi saran, mengkoreksi, dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan dengan baik.
5. Dr. Surtikanti, SE., M. Si selaku Dosen Wali Kelas 4 AK 1 yang selama ini
telah banyak memberikan kontribusi untuk kelas 4 AK 1 khususnya.
6. Segenap staff dosen Fakultas Ekonomi khususnya Program Studi Akuntansi
dan Bisnis beserta staf Sekretariat Program Studi Akuntansi dan Bisnis yang
telah banyak membantu, serta memberikan kontribusi dalam penyusunan
skripsi ini.
7. Seluruh Staff dan pegawai khususnya bagian Penerimaan, Penagihan dan
Pemeriksaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya yang telah
berkontribusi banyak dalam penyusunan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu tercinta beserta keluarga yang telah memberikan dukungan doa
dan dorongan baik moril maupun materil demi kelancaran kuliah bagi penulis.
9. Untuk sahabat-sahabat penulis kelas 4 AK 1 semuanya yang tidak bisa penulis
iv

sebutkan satu-persatu, terimakasih banyak atas segala kebaikannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pihak lain
untuk masa yang akan datang.

Bandung, Agustus 2016

Penulis,

Wulan Sari
NIM. 21112043

v

DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
ABSTRAK .........................................................................................................

i

ABSTRACT ........................................................................................................

ii


KATA PENGANTAR .......................................................................................

iii

DAFTAR ISI ......................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL .............................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

xiv


BAB I

PENDAHULUAN ............................................................................

1

1.1 Latar Belakang Penelitian ..........................................................

1

1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................

6

1.3 Rumusan Masalah .....................................................................

7

1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian ..................................................

7

1.4.1 Maksud Penelitian .........................................................

7

1.4.2 Tujuan Penelitian ...........................................................

7

1.5 Kegunaan Penelitian ..................................................................

8

vi

BAB II

1.5.1 Kegunaan Praktis ...........................................................

8

1.5.2 Kegunaan Akademis ......................................................

9

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS ...................................................................................

10

2.1 Kajian Pustaka...........................................................................

10

2.1.1 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa .............................

10

2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak dengan SP .............

10

2.1.1.2 Penerbitan Surat Paksa .......................................

12

2.1.1.3 Pemberitahuan Surat Paksa ................................

14

2.1.1.4 Indikator Penagihan Pajak dengan Surat Paksa .

15

2.1.2 Pemeriksaan Pajak .........................................................

16

2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak ...........................

16

2.1.2.2 Unsur-Unsur Pemeriksaan Pajak........................

18

2.1.2.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak .................................

19

2.1.2.4 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak....................

20

2.1.2.5 Jenis-Jenis Pemeriksaan Pajak ...........................

21

2.1.2.6 Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak .........................

22

2.1.2.7 Indikator Pemeriksaan Pajak ..............................

23

2.1.3 Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) .................

24

2.1.3.1 Pengertian Penerimaan PPN...............................

24

2.1.3.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai .........................

25

2.1.3.3 Subjek Pajak Pertambahan Nilai ........................

26

vii

2.1.3.4 Cara dan Metode Penghitungan PPN ..................

27

2.1.3.5 Indikator Penerimaan PPN ..................................

28

2.2 Kerangka Pemikiran .................................................................

29

2.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ................

29

2.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan

BAB III

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ....................................

31

2.3 Hipotesis..................................................................................

33

METODE PENELITIAN .............................................................

35

3.1 Metode Penelitian yang digunakan .........................................

35

3.1.1 Metode-Metode yang Digunakan ..................................

35

3.2 Operasionalisasi Variabel........................................................

37

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data .........................

41

3.3.1 Sumber Data ..................................................................

41

3.3.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................

42

3.4 Populasi, Sampel dan Tempat serta Waktu Penelitian ...........

43

3.4.1 Populasi ......................................................................

44

3.4.2 Sampel ........................................................................

44

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................

47

3.4.3.1 Tempat Penelitian..........................................

47

3.4.3.2 Waktu Penelitian ...........................................

47

viii

BAB IV

3.5 Metode Pengujian Data ............................................................

48

3.6 Metode Analisis Data ...............................................................

51

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................

60

4.1 Hasil Penelitian .......................................................................

60

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif .............................................

60

4.1.1.1

Deskriptif Penagihan dengan Surat Paksa ..

61

4.1.1.2

Deskriptif Pemeriksaan Pajak .....................

63

4.1.1.3

Deskriptif Penerimaan PPN ........................

65

4.1.2 Hasil Analisis Verifikatif ...........................................

67

4.1.2.1

Uji Asumsi Klasik .......................................

67

4.1.2.2

Analisis Regresi Linier Berganda ...............

73

4.1.2.3

Analisis Korelasi .........................................

74

4.1.2.4

Koefisien Determinasi .................................

77

4.1.2.5

Pengujian Hipotesis.....................................

79

4.2 Pembahasan .............................................................................

83

4.2.1 Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai ..........................

83

4.2.2 Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak

BAB V

Pertambahan Nilai ........................................................

86

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................

89

5.1 Kesimpulan ..............................................................................

89

ix

5.2 Saran .........................................................................................

89

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

91

LAMPIRAN....... ................................................................................................

95

x

91

DAFTAR PUSTAKA

Andi Supangat.2007. Statistika dalam Kajian Deskriftif, Inferensi dan
Nonparametrik. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Bambang Jatmiko.2008. Pelatihan Metodologi penelitian Bagi Karyawan PT. Pos
Indonesia. Bandung: Modul
Diaz Priantara.2013. Fraud Auditing and Investigation. Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media
Djuanda Gustian dan Irwansyah Lubis.2011. Pelaporan Pajak Pertambahan
Nilai Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Erly Suandy.2011. Perencanaan Pajak Edisi 5. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Gujarati Damodar.2003. Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain. Jakarta:
Erlangga
Ilyas, Wirawan dan Rudy Suhartono.2012. Perpajakan. Jakarta: Mitra Wacana
Media
Imam Ghozali.2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
John Hutagaol.2007. Perpajakan Isu isu Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu
Mardiasmo.2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi
Mardiasmo.2013. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi
Nur Hidayat.2013. Pemeriksaan Pajak. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kompas Gramedia
Santoso, Singgih.2012. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Simanjuntak Timbul dan Imam Mukhlis.2012. Dimensi Perpajakan dalam
Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Raihasa Sukses
Siti Kurnia Rahayu.2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati.2010. Perpajakan Indonesia: Teori dan
Teknis Perhitungan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Siti Resmi.2012. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi: 6 Jilid 2 Jakarta: Salemba
Empat

92

Soemarso S.R.2010. Akuntansi: Suatu Pengantar Cetakan Keempat. Jakarta:
Salemba Empat
Sugiyono.2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Sugiyono.2013a. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND cetakan ke-19.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono.2013b. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta
Suprianto, Edy.2011. Akuntansi Perpajakan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Thomas Sumarsan.2012. Perpajakan Indonesia. Jakarta: PT Indeks
Umi Narimawati.2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi: Penerbit Ganesis
Umi Narimawati, Sri Dewi, Anggadini, Linna, Ismawati.2011. Penulisan Karya
Ilmiah, Edisi Pertama. Pondok Gede, Bekasi: Genesis
Untung Sukardji.2014. Pokok-Pokok PPN Pajak Pertambahan Nilai Indonesia
(Edisi Revisi 2014) Cetakan Ke-9. Jakarta: Penerbit PT. RajaGrafindo Persada
Waluyo.2013. Perpajakan Indonesia Edisi 11. Jakarta selatan: Salemba Empat
Jagakarsa

Undang-Undang dan Peraturan:
___________, Undang – Undang 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 2009.
Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia
___________, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa. 2000. Jakarta: Ortax
___________, Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan. 2009. Jakarta: Kementerian Republik Indonesia
___________, Undang-undang nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan menjadi UU. 2008. Jakarta: Kementerian Republik
Indonesia
___________, Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang PPN barang dan
Jasa dan atau PPn BM. 2000. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia
___________, Direktorat Jenderal Pajak tahun 2013 Susunan Dalam Satu
Naskah Undang-Undang Perpajakan. 2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak
___________, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2013
Tentang Standar Pemeriksaan. 2012. Jakarta: Direktorat Jenderal Pajak

93

___________, 17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan. 2013. Jakarta:
Kementerian Republik Indonesia
___________, Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 Tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2000. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia
Jurnal:
Hazra Muda, dkk. 2015. Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa
Dampaknya terhadap Penerimaan PPN: Studi Empiris pada KPP Pratama
Bitung. Jurnal EMBA. ISSN 2303-1174 Vol.3 (No.4) 1-12
Monita Pricilia Najoan, dkk. 2015. Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat
Teguran dan Surat Paksa untuk Peningkatan Penerimaan Pajak
Pertambahan Nilai: Studi Empiris pada KPP Pratama Kotamobagu. Jurnal
EMBA. ISSN 2303-1174 Vol.3 (No.4) 576-584
Muhamad Riski Nindar, dkk. 2014. Efektivitas Penagihan Pajak dengan Surat
Teguran dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai:
Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Jurnal
EMBA. ISSN 2303-1174 Vol.2( No.1) 1-10
Rohmasari Sitio. 2015. Pengaruh Self Assessment System, Penerbitan STP dan
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penerimaan PPN: Studi
Empiris pada KPP Madya dan KPP Pratama Tampan Pekanbaru. Jurnal
FEKON. Vol. 2 (No. 2) 1-15
Sri Wulandari, dkk. 2014. Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak dalam
rangka Meningkatkan Penerimaan PPN: Studi Empiris Pada KPP Pratama
Manado. Jurnal EMBA. ISSN 2303-1174 Vol.2 (No.2) 1500-1509
Velayati, Mala Rizkika, dkk. 2013. Analisis Efektivitas dan Kontribusi Tindakan
Penagihan Pajak Aktif dengan Surat Teguran dan Surat Paksa sebagai
Upaya Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal Penelitian Universitas Brawijaya
Media On-line:
Tatang Amirin. 2011. "Populasi dan sampel penelitian 3 : Pengambilan sampel
dari
populasi
tak-terhingga
dan
tak-jelas"
(on-line).
tatangmanguny.wordpress.com. (Diakses pada tanggal 10 April 2016)
Ida Ayu Ivon Trisnayanti dan I Ketut Jati. 2015. “Pengaruh Self Assesment
System, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak pada Penerimaan PPN:
Studi Empiris pada KPP Pratama Badung Utara”. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana. ISSN: 2302-8556 13.1. E-Jurnal On-line. Melalui
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&c
ad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwje8MTZvo_MAhXMJ5QKHdIQC_MQFggf

94

MAE&url=http%3A%2F%2Fojs.unud.ac.id%2Findex.php%2FAkuntansi%2
Farticle%2Fdownload%2F13012%2F10723&usg=AFQjCNFvMApXB54DgI
Yn4kzMBWsgd7njiw&sig2=xNGw32Ctn-WPeV5Fuu-l7Q> (Diakses pada
tanggal 2 Maret 2016)
Gentur Putro Jati. 2015. “Dirjen Pajak Bongkar Alasan Penurunan Penerimaan
sampai April” (on-line). Melalui
(Diakses pada
tanggal 8 Maret 2016)
Fiki Ariyanti. 2015. “Penerimaan Pajak Rendah, Ini Strategi Menkeu Buat
Dongkrak”(on-line).
Melalui (Diakses pada tanggal 8 Maret 2016)
Handry Handriansyah. 2015. “Penerimaan Pajak Tumbuh 85 Persen” (on-line).
Melalui (Diakses pada tanggal 8 Maret 2016)
Kurniawan. 2015. “Pemerintah Janjikan Batasi Denda Bunga Utang Pajak
Maksimal 48%” (on-line).
Melalui
(Diakses pada tanggal 9
Maret 2016)
Indra Arief Pribadi. 2016. “Kurang bayar pajak dari 2011 sampai 2015 capai
Rp225,12 triliun” (on-line). Melalui
(Diakses pada tanggal 16 Juni 2016)
DJP Kemenkeu. 2012. “Dirjen Pajak: Penerimaan Pajak 2011 Capai 99,3 Persen”
(on-line). Melalui (Diakses pada tanggal 27 April 2016)

BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1

Kajian Pustaka
Mengkaji pustaka yang dikumpulkan oleh peneliti untuk dijadikan konsep

penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dan kajian pustaka ini
terdiri dari teori-teori yang mendasari konsep yang dibangun peneliti, guna
memperoleh data penelitian yang akurat, relevan dan valid. Kajian sampai kepada
indikator pengukuran suatu variabel. Fungsi kajian ini untuk memberikan
landasan ilmiah penelitian.
2.1.1 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Mengkaji pustaka tentang penagihan pajak dengan surat paksa dimulai dari
pengertian penagihan pajak dengan surat paksa, penerbitan surat paksa,
pemberitahuan surat paksa, sampai indikator penagihan pajak dengan surat paksa.
2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa, yang dimaksud dengan penagihan pajak yaitu:
Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah
disita.
Pengertian umum Penagihan Pajak dengan Surat Paksa menurut para ahli
adalah sebagai berikut:

10

11

Definisi penagihan pajak menurut Sumarsan (2012:68), dalam buku yang
berjudul Perpajakan Indonesia yaitu:
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan, melaksakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Definisi penagihan pajak menurut Mardiasmo (2013:125), yaitu:
Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak
melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat
paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, menjual barang yang telah disita.
Sedangkan pengertian Surat Paksa itu sendiri menurut Pasal 1 ayat (21)
Undang-Undang nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan bahwa, Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan pajak dan Surat Paksa sekurang-kurangnya memuat nama wajib
pajak, dasar penagihan, besarnya utang pajak, dan perintah untuk membayar.
Adapun pengertian Surat Paksa menurut Mardiasmo (2013:121) adalah:
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak, surat paksa sendiri mempunyai kekuatan eksekutorial
dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Sedangkan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:189) Pengertian Surat
Paksa sebagai berikut:
Surat Paksa adalah suatu surat ketetapan pejabat yang berwenang, yang
mempunyai titel eksekutorial dan mempunyai kekuatan hukum yang pasti,
yang mengandung perintah kepada Wajib Pajak yang namanya tercantum
dalam Surat Paksa, untuk membayar sejumlah pajak yang disebut dalam
Surat Paksa, dalam jangka waktu yang ditentukan dalam Surat Paksa,
dengan ancaman sita atau sandera.

12

Penagihan atas tunggakan pajak adalah dengan menerbitkan surat paksa
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang RI Nomor 19 tahun
2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pasal 1 ayat (12) adalah surat
perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Dalam UndangUndang ditegaskan bahwa Surat Paksa mempunyai kekuatan hukum eksekutorial
dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh petugas pajak kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajak dan biaya
penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan dan memberitahukan
dengan Surat Paksa.
2.1.1.2 Penerbitan Surat Paksa
Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak yang mempunyai kekuatan eksekutorial dan mempunyai
kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap (DJP, 2013:14). Menurut Pasal 18 ayat (1) Undang-undang
PPSP, Surat Paksa diterbitkan apabila:
1) Wajib Pajak/Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya
telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang
sejenis;
2) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan
sekaligus; atau

13

3) Penangung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
Dalam Pasal 7 ayat 2 (UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa)
disebutkan bahwa surat paksa sekurang-kurangnya harus memuat sebagai berikut:
1) Nama Wajib Pajak atau nama penanggung pajak
2) Dasar penagihan pajak
3) Besarnya utang pajak
4) Perintah untuk membayar
Jangka waktu penagihan sejak diterbitkan surat teguran dan surat paksa
sampai dengan pelaksanaan lelang akan dijelaskan secara ringkas dalam tabel 2.1
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tindakan, Alur dan Waktu Pelaksanaan Penagihan Pajak
Urutan
1

Tahapan Kegiatan
Penagihan
Penerbitan surat teguran
atau peringatan tertulis
atau surat lain yang
sejenis

2

Penerbitan surat paksa

3

Penerbitan surat
perintah melaksanakan
penyitaan

4

Pengumuman lelang

Waktu Pelaksanaan Penagihan
7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh
tempo
utang pajak penanggung pajak
tidak
melunasi utang pajaknya.
Sudah lewat 21 (dua puluh satu
hari) sejak
diterbitkannya surat
teguran/surat
peringatan dan penanggung
pajak tidak
melunasi utang pajak.
Setelah lewat 2x24 jam surat
paksa
diberitahukan kepada
penanggung pajak
dan utang pajak belum dilunasi
Setelah lewat 14 (empat belas
hari) hari
sejak tanggal pelaksanaan
penyitaan dan
penanggung pajak tidak
melunasi utang
pajak

Dasar Hukum
Pasal 8 s.d 11 PMK
No.
24/PMK.03/2008.

Pasal 7 UU No. 19
Tahun
2000 dan Pasal 15 s.d
23
PMK No.
24/PMK.03/
2008
Psal 12 UU No. 19
Tahun
2000

Pasal 26 PMK No.
24/PMK.03/2008

14

Urutan
5

Tahapan Kegiatan
Penagihan
Penjualan/pelelangan
barang sitaan

Waktu Pelaksanaan Penagihan

Setelah lewat waktu 14 (empat
belas hari)
hari sejak pengumuman lelang
dan
penanggung pajak tidak
melunasi utang
pajaknya.
Sumber: Pedoman Penagihan Pajak DJP, 2009

Dasar Hukum
Pasal 26 UU No. 19
Tahun 2000 dan Pasal
28
PMK No.
24/PMK.03/
2008

2.1.1.3 Pemberitahuan Surat Paksa
Berdasarkan Pasal 10 ayat 3 (UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa),
surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh juru sita pajak kepada
penanggung pajak sebagai berikut:
1) Penanggung pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang
memungkinkan.
2) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja di
tempat usaha penanggung pajak, apabila penanggung pajak tidak dapat
dijumpai.
3) Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta
peninggalannya, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta
warisan belum dibagi.
4) Para ahli waris, apabila Wajib Pajak telah meninggal dunia dan harta
warisan telah dibagi.
Berdasarkan Pasal 10 ayat 4 (UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa),
surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh juru sita pajak kepada penanggung
pajak sebagai berikut:

15

1) Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik
modal, baik di tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat
tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan, atau
2) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau di tempat usaha badan yang
bersangkutan apabila juru sita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang
sebagaimana dimaksud dalam huruf (a).
Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, surat paksa diberitahukan kepada
kurator, hakim pengawas atau Balai Harta Peninggalan, dan jika Wajib Pajak
dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, maka surat paksa diberitahukan kepada
orang atau badan yang dibebani untuk pemberesan atau likuidasi. Jika tidak dapat
dilaksanakan surat paksa disampaikan melalui pemerintah daerah setempat.
Dalam hal Wajib Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha,
atau tempat kedudukannya, maka penyampaian surat paksa dilaksanakan dengan
cara menempelkan surat paksa pada papan pengumuman kantor pejabat yang
menerbitkannya, mengumumkan melalui media massa, atau cara lain yang
ditetapkan oleh keputusan menteri atau keputusan kepala daerah.
2.1.1.4 Indikator Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Penjelasan mengenai penagihan pajak aktif menurut Erly Suandy
(2011:34) adalah sebagai berikut:
Penagihan Pajak Aktif terdiri dari indikator:
1) Surat teguran adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk menegur
atau memperingatkan Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.

16

2) Surat paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
penagihan pajak.
3) Penyitaan adalah tindakan penagihan lebit lanjut setelah Surat Paksa.
4) Pelaksanaan lelang
Mengacu kepada dasar pemikiran Rochmat Soemitro yang dikutip oleh
Siti kurnia rahayu dan Ely Suhayati (2010:68) yang mengatakan: “penagihan
meliputi pengiriman surat teguran, surat paksa, sita, lelang

penyanderaan

kompensasi, pencegahan daluwarsa”.
Dalam hal Penagihan Pajak dengan Surat Paksa maka penulis mengangkat
indikator yaitu Jumlah Nominal Surat Paksa untuk Pajak Pertambahan Nilai
(PPN).
2.1.2

Pemeriksaan Pajak
Mengkaji pustaka tentang pemeriksaan pajak dimulai dari pengertian

pemeriksaan pajak, unsur-unsur pemeriksaan pajak, tujuan pemeriksaan pajak,
ruang lingkup pemeriksaan pajak, jenis-jenis pemeriksaan pajak, pelaksanaan
pemeriksaan pajak, sampai indikator pemeriksaan pajak.
2.1.2.1 Pengertian Pemeriksaan Pajak
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
17/PMK.03/2013 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pasal 1 Angka 2, pemeriksaan
pajak adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain

17

dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:244)
adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan pajak yang dilakukan secara profesional oleh aparat pajak
dalam kerangka SAS merupakan bentuk penegakan hukum
perpajakan.Pemeriksaan pajak merupakan hal pengawasan pelaksanaan
sistem SAS yang dilakukan oleh Wajib Pajak, harus berpegang teguh pada
Undang-Undang perpajakan.
Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Diaz Priantara (2013:60) adalah
sebagai berikut:
Pemeriksaan pajak adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perpajakan.
Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Siti Resmi (2012:20) adalah sebagai
berikut:
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Menurut Hidayat (2013:10) pemeriksaan pajak sebagai sarana untuk
melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap wajib pajak, selain mempunyai
tujuan untuk menguji tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakan,
ketentuan

juga

mempunyai

perundang-undangan

tujuan

dalam

perpajakan.

Untuk

rangka

melaksanakan

menguji

kepatuhan,

pelaksanaan pemeriksaan pajak memiliki salah satu pedoman bahwa setiap wajib
pajak mempunyai peluang yang sama untuk diperiksa.

18

Dari

definisi-definisi

tersebut

dapat

diambil

kesimpulan

bahwa

pemeriksaan pajak adalah suatu rangkaian atau proses kegiatan yang dilakukan
oleh pemeriksa pajak untuk menghimpun serta mengolah data, keterangan atau
bukti yang dilaksanakan secara profesional berdasarkan pada suatu standar
pemeriksaan pajak dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan atau untuk tujuan lain.
2.1.2.2 Unsur-unsur Pemeriksaan Pajak
Unsur-unsur pokok dalam pemeriksaan pajak yang dapat diuraikan
menurut Erly Suandy (2011:207) adalah sebagai berikut:
1) Informasi yang terukur dengan kriteria tetap, yaitu untuk proses
pemeriksaan pajak dimulai dengan mencari, menghimpun, dan mengolah
informasi yang tertuang dalam Surat Pemberitahuan (SPT) yang diisi oleh
Wajib Pajak sesuai dengan sistem self assessment. Dalam setiap
pemeriksaan diperlukan informasi yang dapat dibuktikan dan standar atau
kriteria yang dapat dipakai pemeriksa sebagai pegangan untuk melakukan
evaluasi terhadap informasi yang diperoleh.
2) Satuan usaha, yaitu setiap akan melakukan pemeriksaan pajak, ruang
lingkup pemeriksaan harus dinyatakan secara jelas. Kesatuan usaha dapat
berbentuk Wajib Pajak perorangan atau Wajib Pajak badan. Pada
umumnya periode waktu pemeriksaan pajak adalah satu tahun tetapi ada
pula pemeriksaan untuk satu bulan, satu kuartal atau beberapa tahun. Hal
ini disesuaikan dengan kebutuhan.

19

3) Mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti, maksudnya adalah segala
informasi yang dipergunakan oleh pemeriksa pajak untuk menentukan
informasi terukur yang diperiksa melalui evaluasi agar sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
4) Pemeriksa yang kompeten dan independen, yaitu setiap pemeriksa pajak
harus memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang cukup agar
dapat memahami kriteria yang dipergunakan.
2.1.2.3 Tujuan Pemeriksaan Pajak
Adapun tujuan pemeriksaan pajak menurut Erly Suandy (2011:204) adalah
sebagai berikut:
1) Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka
memberikan kepastian hukum, keadilan, dan pembinaan kepada Wajib
Pajak. Pemeriksaan dapat dilakukan dalam hal:
a) Surat Pemberitahuan menunjukkan kelebihan pembayaran pajak, termasuk
yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;
b) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukkan rugi;
c) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada
waktu yang telah ditetapkan;
d) Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak;
e) Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban Surat Pemberitahuan
tidak dipenuhi.

20

2) Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan yang dilakukan
dalam rangka:
a) Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
b) Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
c) Pengukuhan atau pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
d) Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e) Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto;
f)

Pencocokan data dan atau/alat keterangan;

g) Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
h) Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;

2.1.2.4 Ruang Lingkup Pemeriksaan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:262), pemeriksaan dapat dibedakan
berdasarkan pada ruang lingkup cakupannya, yaitu terdiri dari pemeriksaan
lapangan dan pemeriksaan kantor. Dirinci lebih jelas lagi sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Lapangan yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib
pajak di tempat kedudukan/kantor, tempat usaha (pabrik), atau pun pekerjaan
bebas, domisili atau tempat tinggal.
Pemeriksaan lapangan dapat meliputi 1 jenis pajak atau seluruh jenis pajak
untuk tahun berjalan atau tahun-tahun sebelumnya. Jangka waktu pemeriksaan
lapangan:
a) Empat bulan

21

b) Sejak terbit SP2 (Surat Perintah Pemeriksaan) sampai dengan tanggal LHP
(Laporan Hasil Pemeriksaan)
c) Dapat diperpanjang menjadi 8 bulan.
2) Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap wajib
pajak di kantor unit pemeriksaan (DJP). Jangka waktu pemeriksaan kantor:
a) Tiga bulan.
b) Sejak wajib pajak harus datang memenuhi panggilan sampai dengan
tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).
c) Dapat diperpanjang menjadi 6 bulan.
Kurangnya kepatuhan wajib pajak terhadap pajak maka pemeriksaan
kantor dapat dialihkan menjadi pemeriksaan lapangan.
2.1.2.5 Jenis-jenis Pemeriksaan Pajak
Jenis-jenis pemeriksaan pajak menurut Erly Suandy (2011:208) dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1) Pemeriksaan rutin, adalah pemeriksaan yang langsung dilakukan oleh unit
pemeriksa tanpa harus ada persetujuan terlebih dahulu dari unit atasan,
biasanya harus segara dilakukan terhadap:
a) Surat Pemberitahuan (SPT) lebih bayar;
b) Surat Pemberitahuan (SPT) rugi;
c) Surat

Pemberitahuan

(SPT)

yang

menyalahi

penggunaan

norma

penghitungan.
Batas waktu pemeriksaan rutin lengkap paling lama tiga bulan sejak
pemeriksaan dimulai. Sedangkan pemeriksaan lokasi lamanya maksimal 45

22

hari sejak Wajib Pajak diperiksa. Pemeriksaan rutin terhadap Wajib Pajak yang
tahun sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan lengkap dua tahun berturutturut tidak lagi dilakukan pemeriksaan lengkap pada tahun ketiga.
2) Pemeriksaan khusus, dilakukan setelah ada persetujuan atau instruksi dari
unit atasan (Direktur Jenderal Pajak atau kepala kantor yang bersangkutan)
dalam hal:
a) Terdapat bukti bahwa Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan oleh
Wajib Pajak tidak benar;
b) Terdapat indikasi bahwa Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan;
c) Sebab-sebab lain berdasarkan instruksi dari Direktur Jenderal Pajak atau
kepala kantor wilayah (misalnya ada pengaduan dari masyarakat).
2.1.2.6 Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Dalam Pedoman Pemeriksaan Pajak dikatakan bahwa pelaksanaan
pemeriksaan pajak memiliki tiga langkah, yaitu:
1) Persiapan Pemeriksaan, meliputi:
a) mempelajari berkas wajib pajak/berkas data.
b) menganalisis SPT dan laporan keuangan wajib pajak.
c) mengidentifikasi masalah.
d) melakukan pengenalan lokasi wajib pajak.
e) menentukan ruang lingkup pemeriksaan.
f)

menyusun program pemeriksaan.

g) menentukan buku-buku dan dokumen yang akan dipinjam.

23

h) menyediakan sarana pemeriksaan.
2) Pelaksanaan Pemeriksaan, meliputi:
a) memeriksa ditempat wajib pajak.
b) melakukan penilaian atas pengendalian internal.
c) memutakhirkan ruang lingkup dan program pemeriksaan.
d) melakukan pemeriksaan atas buku-buku, catatan-catatan, dan dokumendokumen.
e) melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga (bila dianggap perlu).
f)

memberitahukan hasil pemeriksaan kepada wajib pajak yang diperiksa.

g) melakukan sidang penutup (closing conference).
3) Pembuatan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP), meliputi:
a) menyusun laporan dengan sistematis.
b) pengesahan LPP.
c) pembuatan nota perhitungan dan Daftar Himpunan Ketetapan Pajak
(DHKP).
d) pengiriman LPP, Nota Perhitungan, dan DHKP.
2.1.2.7 Indikator Pemeriksaan Pajak
Indikator pemeriksaan pajak dalam penelitian ini menggunakan dasar
pemikiran Siti Kurnia Rahayu (2010:323), sebagai berikut:
Hasil dari pemeriksaan pajak adalah suatu produk hukum perpajakan yaitu
Surat Ketetapan Pajak. Surat ketetapan pajak terdiri dari Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) dan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB).

24

Produk hukum pemeriksaan pajak menurut Rudy Suhartono dan wirawan
B.Ilyas (2012:53) salah satunya adalah “Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB) diterbitkan apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat pajak yang
terutang atau kurang bayar”.
Dari hasil pemikiran di atas, indikator untuk pemeriksaan pajak dalam
penelitian ini adalah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB).
2.1.3

Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Mengkaji pustaka tentang penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

dimulai dari pengertian penerimaan Pajak Pertambahan Nilai, pengertian pajak
masukan dan pajak keluaran, objek Pajak Pertambahan Nilai, subjek Pajak
Pertambahan Nilai, cara dan metode penghitungan Pajak Pertambahan Nilai,
sampai indikator penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.
2.1.3.1 Pengertian Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai
Pengertian Penerimaan Pajak menurut Simajuntak Timbul dan Mukhlis
Imam (2012:30) yaitu, Penerimaan Negara dari pajak merupakan satu komponen
penting dalam rangka kemandirian pembiayaan pembangunan.
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menurut Sukardji (2014:2)
bahwa Pajak Pertambahan Nilai yaitu suatu jenis pajak yang menempatkan
kedudukan pemikul beban pajak dengan kedudukan penganggung jawab
pembayaran pajak ke kas negara pada pihak-pihak berbeda.
Sedangkan menurut Djuanda dan Irwansyah Lubis (2011:1), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung dan pajak atas

25

konsumsi dalam negeri yang dikenakan atas setiap tingkatan penyerahan jasa kena
pajak (multi stage levy).
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai menurut Suprianto (2011:16), yaitu:
Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dipungut/dipotong
oleh pengusaha kena pajak (PKP) yang berkaitan dengan transaksi
penyerahan (penjualan atau pembelian atau transaksi lainnya) barang/jasa
kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh wajib pajak badan
maupun orang pribadi.
Setiap transaksi yang berhubungan dengan penyerahan (penjualan atau
pembelian atau transaksi lainnya) barang/jasa kena pajak, maka akan dikenakan
PPN atas barang/jasa tersebut (Suprianto, 2011:16).
Berdasarkan definisi-definisi menurut para ahli maka dapat diambil
kesimpulan mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yaitu Pajak tidak langsung
yang dipungut/dipotong oleh pengusaha kena pajak (PKP) atas transaksi
pembelian atau penjualan barang/jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang
dilakukan oleh wajib pajak badan maupun orang pribadi.
2.1.3.2 Objek Pajak Pertambahan Nilai
Dalam pasal 4 UU PPN tahun 2000 disebutkan bahwa objek PPN
dikenakan atas:
1) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
2) Impor BKP.
3) Penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh Pengusaha.

26

4) Pemanfaatan BKP tidak bewujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
5) Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
6) Ekspor BKP oleh PKP.
7) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
akan digunakan sendiri atau digunakan oleh pihak lain.
8) Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut
tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat
perolehannya dapat dikreditkan.
2.1.3.3 Subjek Pajak Pertambahan Nilai
Pasal 4 huruf a, c, dan f serta pasal 16 jo pasal 1 angka 15 UU PPN 1984
jo Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000. Berdasarkan pasal-pasal
tersebut dapat diketahui bahwa subjek PPN adalah:
1) Melakukan penyerahan BKP dan atau JKP yang dapat dikenakan PPN
adalah PKP dan pengusaha kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi
PKP.
2) Mengekspor BKP yang dikenakan PPN adalah PKP.
3) Menyerahkan aktiva yang tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP).
4) Bentuk kerja sama operasi yang apabila menyerahkan BKP dan atau JKP
dapat dikenakan PPN adalah PKP. Contoh PKP adalah sebagai berikut:
a) Pabrikan atau Produsen.

27

b) Importir dan Indentor.
c) Pengusaha yang mempunyai hubungan istimewa dengan pabrikan atau
importir.
d) Pedagang besar.
e) Pedagang eceran.
Subjek PPN tidak harus PKP, tetapi bukan PKP pun dapat menjadi subjek
PPN sebagaimana diatur dalam pasal 4 huruf b, dan huruf e serta 18 pasal 16C
UU PPN. Berdasarkan pasal-pasal ini dapat diketahui bahwa yang dapat
dikenakan PPN adalah:
1) Siapapun yang mengimpor BKP (Pasal 4 huruf b).
2) Siapapun yang membangun sendiri tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan.
3) Siapapun yang memanfaatkan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari luar
daerah pabean di dalam daerah pabean.
2.1.3.4 Cara dan Metode Penghitungan PPN
Menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, mengenai UU Cara
Penghitungan PPN Pasal 9 dijelaskan bahwa:
1) Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 (yaitu tarif PPN) dengan Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) (UU PPN Pasal 9 Ayat 1).
2) Pajak Masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan Pajak
Keluaran untuk Masa Pajak yang sama (UU PPN Pasal 9 Ayat 2).

28

a) Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, maka Pajak
Masukan tetap dapat dikreditkan (UU PPN Pasal 9 Ayat 2a).
b) Apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar daripada pajak
masukan, maka selisihnya merupakan Pajak 25 Pertambahan Nilai yang
harus dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak (UU PPN Pasal 9 Ayat 3).
2.1.3.5 Indikator Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pengertian Penerimaan Pajak menurut Simajuntak Timbul dan Mukhlis
Imam (2012:30) yaitu, Penerimaan Negara dari pajak merupakan satu komponen
penting dalam rangka kemandirian pembiayaan pembangunan.
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:27) beberapa faktor yang berperan
penting dalam mempengaruhi dan menentukan optimalisasi pemasukan dana ke
kas negara melalui pemungutan pajak kepada Warga Negara salah satunya yaitu
jumlah penerimaan pajak.
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai menurut Suprianto (2011:16) yaitu:
Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak yang dipungut/dipotong
oleh pengusaha kena pajak (PKP) yang berkaitan dengan transaksi
penyerahan (penjualan atau pembelian atau transaksi lainnya) barang/jasa
kena pajak didalam daerah pabean yang dilakukan oleh wajib pajak badan
maupun orang pribadi.
Menurut Resmi (2011:5) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak
tidak langsung, artinya pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dialihkan
kepada orang lain atau pihak ketiga.
Dari dasar pemikiran di atas maka indikator penerimaan pajak dalam hal
ini Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah hasil-hasil penerimaan atau jumlah
penerimaan Pajak Pertambahan Nilai.

29

2.2

Kerangka Pemikiran
Penerimaan PPN menempati urutan kedua sebagai jenis pajak terbesar

dalam penerimaan pajak di Indonesia, dan tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Sampai saat ini keberadaan PPN kedudukannya penting bagi penerimaan negara
(Rohmasari Sitio,2015). Namun pada kenyataannya utang pajak yang belum
dilunasi sering dihadapi karena peningkatan jumlah tunggakan pajak masih belum
bisa diimbangi oleh kegiatan pencairan. Telah dilakukan berbagai tindakan
penagihan pajak oleh fiskus terhadap Wajib Pajak dan/atau Penanggung Pajak
dengan penagihan pasif maupun aktif. Penagihan aktif dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo dengan diterbitkannya Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah
Melakukan Penyitaan hingga pelaksanaan penjualan barang yang disita melalui
lelang barang milik Penanggung Pajak (Mala Rizkika Velayati dkk, 2013). Salah
satu cara lain untuk meningkatkan penerimaan PPN adalah dengan meningkatkan
efektifitas Satgas Pemeriksaan dan Penyidikan terkait data Wajib Pajak (WP)
pengguna faktur pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya (Mekar
Satria Utama, 2015). Oleh karena itu penagihan pajak dengan surat paksa dan
pemeriksaan pajak diperlukan untuk meningkatkan penerimaan pajak dalam hal
ini Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2.2.1

Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Konsep dan teori yang dapat menghubungkan Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa dalam penelitian ini menggunakan pernyataan menurut Rochmat
Soemitro dikutip oleh Waluyo (2013:238) yaitu: “Penerimaan di bidang

30

perpajakan semakin meningkat terhadap tunggakan pajak maka dimaksudkan
perlu dilaksanakan tindakan penagihan pajak yang mempunyai kekuatan hukum
yang memaksa”.
Teori lain yang dikemukakan oleh Soemarso S.R (2010:13) yaitu:
Tindakan memaksa tercantum dalam pasal-pasal penagihan pajak dengan tujuan
dari dicantumkannya pasal-pasal penagihan pajak adalah untuk memastikan
bahwa penerimaan pajak oleh negara dapat dipenuhi.
Teori yang menghubungkan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa menurut
Rochmat Soemitro dikutip oleh Mardiasmo (2009:121) yaitu: “Surat paksa
digunakan untuk melakukan penagihan atas utang pajak dan biaya-biaya
penagihannya, dimana dengan adanya surat paksa WP dipaksa untuk membayar
tunggakan pajak sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak”.
Sedangkan Pengaruh Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak menurut UU
Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagai berikut:
Surat paksa digunakan untuk menagih wajib pajak yang menunggak pajak
atau tidak membayar utang dan biaya penagihan pajak, apabila surat
tersebut dipatuhi oleh wajib pajak dan wajib pajak tersebut membayar
utang pajaknya otomatis akan berpengaruh terhadap penerimaan pajak.
Teori-teori dan konsep diatas juga didukung oleh hasil penelitian Hazra
Muda, dkk (2015), yaitu:
Kontribusi penagihan pajak dengan ST dan SP terhadap penerimaan PPN
pada KPP Pratama Bitung tergolong sangat kurang, dimana kontribusi
penerimaan tunggakan PPN dengan ST tahun 2012 sebesar 0.72%, tahun
2013 sebesar 0,78% dan tahun 2014 sebesar 1,54%. Sedangkan kontribusi
penagihan pajak dengan SP tahun 2012 sebesar 2,40%, tahun 2013 sebesar
0,99% dan tahun 2014 sebesar 1,91%.

31

2.2.2

Pengaruh

Pemeriksaan

Pajak

terhadap

Penerimaan

Pajak

Pertambahan Nilai (PPN)
Konsep dan teori yang dapat menghubungkan Pemeriksaan Pajak dalam
penelitian ini menggunakan pernyataan menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:248)
yaitu:
Adapun tujuan dari kebijakan pemeriksaan pajak yaitu
membuat
Pemeriksaan menjadi efektif dan efisien, meningkatkan kinerja
pemeriksaan pajak, meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak sebagai
konsekuensi pemungutan pajak di Indonesia, Secara tidak langsung
menjadi aspek pendorong untuk meningkatkan penerimaan negara dari
pajak.
Teori lain yang dikemukakan oleh John Hutagaol (2007:73) sebagai
berikut:
Tujuan pemeriksaan pajak adalah melakukan pengujian terhadap
kepatuhan wajib pajak atau untuk tujuan lain. Pemeriksaan pajak
memberikan deterrent effect terhadap peningkatan kepatuhan sukarela
wajib pajak yang secara langsung pengaruh atas pening