34
BAB IV KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA
DALAM ROMAN MOMO KARYA MICHAEL ENDE
Dalam bab ini peneliti memberikan deskripsi hasil penelitian tokoh utama terutama tentang kepribadiannya. Data dalam penelitian ini berupa data-data teks
bahasa Jerman serta terjemahannya. Dalam pembacaan secara cermat dan berulang-ulang maka data yang didapat akan lebih akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Berikut hasil penelitiannya.
A. Deskripsi Roman
Roman ini adalah roman anak-anak atau Kinderroman dimana roman ini merupakan roman yang berisikan tema, isi cerita, dan bentuk di dalamnya ditulis
untuk kalangan anak dan remaja. Didalam roman anak ini juga biasanya terdapat unsur-unsur cerita yang bersifat imajinasi atau cerita-cerita khayalan. Menurut
Sugihastuti 1996:12 cerita anak merupakaan sebuah cerita rekaan yang merupakan sebuah bentuk baik itu dalam prosa ataupun puisi yang dapat
menghibur atau memberi informasi kepada para pendengar dan para pembacanya.
Roman Momo ini ditulis pada tahun 1971 dan roman ini masuk pada zaman die neue Aufklärung. Menurut Schikorsky 2003:152-163 zaman die neue
Aufklärung memiliki ciri Antiautoritäre yaitu anti penguasa, Konsequentor
Realismus yaitu sesuai dengan realita, Problembücher ohne tabu yaitu permasalahan yang ada pada buku-buku tanpa ada sesuatu yang tabu, Umwelt
entdecken im Bilderbuch yaitu menemukan dunia, dan Fantastik gegen den Zeitgeist fantasi yang melawan jiwa zaman. Dalam roman Momo terkandung
banyak hal yang mengandung fantasi. Contohnya adalah terdapat seekor kura- kura yang mampu berkomunikasi dengan manusia dengan cara menampilkan
tulisan-tulisan yang ada dipunggungnya. Adanya seseorang pengelola waktu yang bernama Meister Hora. Ia dapat menghentikan seluruh waktu umat
manusia. Kisah Momo berlangsung di negeri khayalan yang tidak terikat waktu dan
tempat, di masa kini yang abadi. Namun ceritanya bukan mengenai pangeran, penyihir, dan peri. Kisah Momo diangkat dari kehidupan kita sehari-hari.
Dunianya adalah sebuah kota besar modern di selatan Eropa. Momo adalah seorang anak kecil yang tidak diketahui asal usulnya yang pada awalnya hanya
tinggal di sebuah reruntuhan amfiteater. Amfiteater tersebut merupakan bangunan-bangunan yang berbentuk seperti tempat sirkus zaman sekarang hanya
saja bangunan tersebut dibuat dari batu-batu yang besar dan juga terdapat barisan tempat duduk yang sengaja disusun bertingkat-tingkat agar sesuai dengan para
penontonnya. Bangunan amfiteater itu sudah dibangun sejak ribuan tahun yang lalu namun yang tersisa hanya tinggal reruntuhannya saja. Para warga setempat
hanya memanfaatkannya sebagai tempat untuk menggembalakan kambing, anak- anak bermain di tengah lapangan, dan pasangan muda-mudi terkadang datang
untuk bercengkrama.