berproduksi dengan konsekuensi bukaan lahan menjadi sangat luas.
Memang suatu kenyataan bahwa kegiatan penambangan liar PETI disini sudah sangat
parah bahkan sudah sangat terang-terangan karena tidak adanya penanganan dan penegakan hukum
yang tegas serta konsisten. Keadaan menjadi tambah runyam karena kegiatan PETI ini
dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat yang nota bene merupakan jaringan atau kepanjangan
tangan para spekulator yang tidak bertanggungjawab.
6.2 Sumberdaya dan Cadangan
Beberapa lapisan tipis 0,5 m tidak dihitung sebagai sumberdaya dan cadangan
dengan demikian sebagian besar lapisan tipis tersebut walaupun ikut tertambang tidak
dimanfaatkan sebagai produksi batubara, keadaannya disamakan dengan lapisan tanah
penutup overburden sebagai waste. Hal ini menurut perhitungan perusahaan karena
penambangan lapisan batubara yang tipis walaupun tertambang tidak memungkinkan untuk
dilakukan pemilahan dalam operasional penambangan skala besar dengan menggunakan
peralatan berat yang serba berkapasitas besar.
Dari data yang diperoleh bahwa sisa sumberdaya dan cadangan masih cukup besar
yang terdapat di lapisan–lapisan bawah yang di tambang berdasarkan desain saat ini dan masih
mempunyai potensi untuk dikembangkan ke metode penambangan tambang dalam. Upaya
untuk menghadapi hal tersebut saat ini PT Arutmin telah melakukan uji coba atau percobaan
produksi tambang dalam di tambang Satui dengan metode Room and Pillar. Menurut rencana
selanjutnya akan dikembangkan pula untuk daerah lainnya seperti di Senakin Foto 7.
6.3 Penambangan, Pencucian, Pengangkutan 6.3.1 Penambangan
Saat ini terdapat 4 sampai 5 tambang terbuka yang beroperasi sekaligus.Tanah penutup
Overburden dan batubara dipindahkan secara berurutan sesuai dengan rencana yang diupayakan
guna mendapatkan kualitas produk yang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan. Tanah
penutup ini kemudian diangkut ke areal yang tersedia sebelum kemudian dilakukan rehabilitasi
dan penghijauan.
Menurut tinjauan konservasi PT Arutmin berupaya menunjukkan optimalisasi pemanfaatan
cukup tinggi, terutama di Senakin karena adanya sarana fasilitas pencucian batubara sehingga
dapat lebih memanfaatkan batubara yang dikategorikan batubara kotor sebagai produksi.
6.3.2 Pencucian
Batubara dari ROM run of mine terdiri atas dua kategori yaitu; batubara bersih dan
batubara kotor. Masing–masing kategori dilakukan
pereduksian ukuranperemukan sedangkan batubara kotor dilanjutkan dengan proses
pencucian. Recovery pencucian sangat tergantung pada batubara ROM yang mengandung material
pengotor berupa tanah soil, parting, dan kapasitas peralatan pengolahan serta
perawatannya.
Recovery pencucian adalah berkisar lebih 90. Upaya untuk menjaga agar recovery
pencucian senantiasa optimal diantaranya adalah dengan melaksanakan pemeriksaan peralatan
pencucian secara berkala dan semua proses dikontrol secara ketat.
Pengotor batubara yang berasal dari lumpur dan juga batubara berbutir halus fine coal ikut
bersama air pencucian yang dialirkan ke tempat penampungan.
6.3.3 Pengangkutan
Upaya peningkatan recovery pengangkutan antara lain ;
Memonitor agar muatan dan kecepatan dump truck tetap optimal setiap hari dari penambangan
batubara ke stock pile atau tempat pereduksianpencucian Double vessel truck yang
digunakan berkapasitas muatan sekitar 100 ton.
Di lokasi penimbunan akhir, tim pemantauan melihat adanya penanganan produksi di stok pile
pelabuhan, dengan dibangunnya sarana paritan dan kolam-kolam drainase sehingga apabila
kondisi hujan produksi yang siap dikapalkan tidak akan mencemari lingkungan, tentunya secara
berkala kolam-kolam tersebut dikuras.
6.4 Keadaan Usaha Pertambangan Di luar PT
Arutmin Wilayah Kabupaten Kotabaru termasuk,
umumnya mempunyai potensi bahan galian batubara. Berdasarkan data Dinas Pertambangan
dan Energi Kabupaten Kotabaru saat ini terdapat 53 buah perusahaan sebagian besar pemegang ijin
KP Kuasa Pertambangan eksplorasi batubara dan 34 pemegang ijin KP eksploitasi dan sebagian
yaitu untuk bahan galian lain seperti pasir besi.
11 - 5
Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005
7. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan pemantauan konservasi sumber daya mineral di daerah
kabupaten Kotabaru secara umum menunjukkan adanya upaya pemerintah daerah dan pelaku
uasaha pertambangan untuk lebih mengoptimalkan dalam pemanfaatan bahan galian
di daerah ini : a.
Terbukti makin banyaknya perusahaan- perusahaan baru yang memperoleh ijin
pengusahaan baik yang berskala besar maupun skala relatif kecil, untuk perusahaan
pertambangan komoditi batubara dan non logam pasir besi walaupun sebagian masih
pada tahap eksplorasi atau penyelidikan umum.
b. Perusahaan pertambangan berskala besar
seperti PT Arutmin pada dasarnya telah mengupayakan pelaksanaan penambangan
yang baik dan benar good mining practices, diantaranya mengoptimalkan dalam
penghitungan sumberdaya dan cadangan, recovery penambangan dan pengangkutan.
Hanya dalam penerapan aspek konservasi masih perlu terus ditingkatkan antara lain
tentang sejumlah lapisan atas yang relatif tipis saat ini tidak dimanfaatkan
c. Data sumber daya dan cadangan ; total
sumber daya sebesar 1531.0 juta ton , sedangkan total cadangan adalah 197 juta ton.
Menurut tinjauan konservasi hal ini menjadi catatan yang perlu mendapat perhatian semua
pihak, baik dari perusahaan maupun pemerintah bahwa jumlah atau prosentase
sumber daya yang menjadi cadangan sangat kecil. Hal ini menjadikan bahan galian
tertinggal masih berjumlah cukup besar. Suatu catatan perlunya pengkajian
kemungkinan modifikasi atau kombinasi metode penambangan yang diterapkan,
terutama untuk optimalisasi di masa mendatang.
d. Hasil analisa batubara di laboratorium,
batubara ada yang dapat digunakan untuk Power Station, dibuat kokas untuk tanur
tinggi,pembakaran semen, briket, bahan bakar pandai besi.
e. Adanya potensi bahan galian lain diantaranya
andesit basaltik yang saat ini dimanfaatkan untuk penambah bahanmaterial pengerasan
jalan terutama di lokasi tambang. Sedangkan bahan galian lainnya seperti pasir besi saat ini
dalam proses pengusahaan.
DAFTAR BACAAN 1.
Bimbingan Teknis, 2001, Inventarisasi, Eksplorasi dan Evaluasi Sumber Daya Mineral dan batubara dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia di daerah, DIM, DJGSM.
2.
Hoppe Richard, 1978, Operating Handbook of Mineral Surface Mining and Exploration, E-MJ
library of Operating Handbooks, Mc. Graw Hill, Inc.,Avenue of The Americas New York, N.Y. 10020 USA.
3. KepMen. No. 1453 K29MEM2000, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
4. KepMen. No 1502001 dan No 19152001, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral
5.
Konsep Pedoman Teknis, 2001, Tata Cara Penetapan dan Pengawasan Sumber Daya dan Cadangan, DIM, DJGSM.
6.
Konsep Pedoman Teknis, 2002, Tata Cara Pengawasan Recovery Penambangan dalam rangka Konservasi Bahan Galian, DIM.
7.
Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan, Potensi Sumberdaya Mineral Di Kabupaten Kotabaru, Propinsi Kalimantan Selatan, 1997
8. Operating Mines CoW and KP, 1999 ; Asia journal Mining, Indonesia Mineral Exploration and
Mining Directory 19992000.
9.
Tim Konservasi Batubara Sebuku, Kegiatan Pendataan Bahan Galian Yang Tertinggal Di Daerah Kanibungan, Desa Sekapung Dan Belambus Sekitarnya, Kecamatan Pulau Sebuku Kabupaten
Kotabaru, Propinsi Kalimantan Selatan, Laporan, 2001, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral.
11 - 6
Hasil Kegiatan Subdit Konservasi, TA.2005