3. Transportasi Laut
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, transportasi laut mendapat peran yang sangat penting, baik dalam upaya
menyatukan beribu-ribu pulau yang tersebar di kawasan nusantara maupun dalam menghubungkan Indonesia dengan
negara-negara lain di dunia. Arah kebjakan transportasi laut pada dasarnya dikelompokan dalam empat subsistem, yaitu
angkutan laut, kepelabuhanan, keselamatan keamanan pelayaran dan perlindungan lingkungan maritim.
Pembinaan dan pengembangan transportasi laut terus digalakkan sampai mencapai tingkat pelayanan yang optimal
bagi masyarakat pengguna jasanya. Melalui transportasi laut, telah terbentuk jaringan pelayanan yang luas, baik di
dalam negeri maupun ke luar negeri. Demikian juga dengan pembangunan dan pengembangan
pelabuhan terus meningkat. Dengan bertambahnya penyebaran aktivitas masyarakat, sub sektor transportasi
laut dituntut semakin antisipatif dalam peningkatan pembinaan dan pengembangan khususnya terhadap faktor
keselamatan.
44
Proil Kementerian Perhubungan
Pembangunan transportasi laut diprioritaskan pada beberapa bidang meliputi antara lain pengelolaan dan penyelenggaraan
kegiatan lalu lintas dan angkutan laut melalui subsidi angkutan laut perintis dan pembangunan kapal angkutan laut perintis
serta subsidi Public Service Obligation kapal penumpang
PT. Pelni. Bidang Kepelabuhanan melalui pembangunan rehabilitasi fasilitas pelabuhan gedung. Bidang Keselamatan
Pelayaran melalui pembangunan SBNP, rehabilitasi SBNP, pengerukan, pembangunan kapal kenavigasian
dan rehabilitasi kapal kenavigasian. Sedangkan bidang Perlindungan Lingkungan Maritim melalui pembangunan
kapal patroli, rehabilitasi kapal patroli termasuk pengadaan peralatan kemananan keselamatan.
Proil Kementerian Perhubungan
45
Keberadaan pelayaran perintis bertujuan untuk mendorong pengembangan daerah terpencil dan terisolir sekaligus
peningkatan dan pemerataaan pembangunan dan hasil-hasilnya. Disamping dalam rangka mewujudkan stabilitas nasional yang
mantap dan dinamis dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hingga kini perkembangan pelayaran perintis terus meningkat, pada tahun 2011 jumlah trayek mencapai 61 dilayani oleh 61 kapal
dengan 30 pelabuhan pangkal home base dan menghubungkan
433 pelabuhan di seluruh perairan Indonesia. Dari jumlah kapal yang ada 82 atau 50 kapal melayani Kawasan Indonesia
Timur, sedangkan 18 atau 11 kapal yang ada melayani Kawasan Indonesia Barat. Sejak tahun 20022003 hingga sekarang Pemerintah telah membangun 28 kapal yang saat ini sudah digunakan oleh Operator Pelayaran Swasta dalam melayani
28 trayek. Pada tahun 2011 dibangun 4 unit kapal perintis. Sedangkan realisasi penyelenggaraan public service obligation
yang diberikan kepada kapal laut penumpang PT. Pelni pada tahun 2011 sebanyak 23 trayek 23 kapal.
46
Proil Kementerian Perhubungan
Selain itu dalam upaya mendorong kebangkitan kembali industri pelayaran nasional, Pemerintah telah mengeluarkan
Inpres nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran. melalui penerapan
”azas cabotage”. Pelaksanakan secara konsekuen dari aturan ini dapat menciptakan
multyplier effect terhadap kegiatan ekonomi, peningkatan penerimaan negara, penciptaan lapangan kerja hingga
memperkokoh kedaulatan NKRI. Posisi September 2011 total armada niaga nasional berbendera Indonesia mencapai 10.713
unit kapal 21.376.433 GT. Terjadi peningkatan sebanyak 4.672 unit atau 77,3 dibandingkan pada saat posisi sampai dengan 31
Maret 2005 total armada hanya 6.041 unit kapal 5,67 juta GT.
Proil Kementerian Perhubungan
47
Pangsa muatan pelayaran nasional pun terjadi peningkatan, untuk Angkutan Laut Dalam Negeri posisi akhir September 2011 mencapai 309,9 juta ton 98,8 dibanding tahun 2010 hanya mencapai 303,1 juta ton 98,1. Angkutan Laut
Luar Negeri posisi akhir September 2011 mencapai 54 juta ton 9,4 dan sebelumnya 2010 hanya 51,1 juta ton 9,0. Begitu pula perkembangan jumlah Perusahaan Pelayaran Nasional posisi Oktober 2011 untuk Angkutan Laut SIUPAL
mencapai 2.059 dan Angkutan Laut Khusus SIOPSUS sebanyak 396 sedangkan tahun 2010 untuk SIUPAL sebanyak 1.885 dan SIOPSUS sejumlah 388.
48
Proil Kementerian Perhubungan
Sedangkan dalam upaya peningkatan kelancaran pelaksanaan ekspor impor sedang disusun cetak biru blueprint Sistem
Inaportnet dalam rangka mendukung penerapan National Single Window di Indonesia.
Inaportnet adalah suatu sistem dimana tersedianya suatu wadah Portal untuk dioperasikan dan diintegrasikannya untuk seluruh pola kegiatan baik pelayanan dan perjinan
clearance dari seluruh instansi yang terkait other government agencies dalam kegiatan pelayanan kapal
ship services, pelayanan barang cargo services dan pelayanan kepelabuhanan lainnya.
Proil Kementerian Perhubungan
49
Sehingga akan mampu meningkatkan kinerja penanganan atas kegiatan perdagangan dan lalulintas barang. Terutama
dalam mendorong percepatan proses Port Clearance. Dengan
demikian memungkinkan pengiriman dokumen melalui satu
gateway-portal yang dapat diakses dari lokasi atau entitas mereka yang terkoneksi dalam sistem inaportnet ini.
Telah dilaksanakan sosialisasi Sispro Pelayanan Kapal dan Barang untuk sistem Inaportnet di pelabuhan. Monitoring
dan evaluasi sistem inaportnet di pelabuhan yang dibangun dan dikembangkan sistem inaportnet serta yang akan
dikembangkan ke pelabuhan lainnya. Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Untuk tahap pertama di
pelabuhan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Emas dan Tanjung Perak.
Indonesia berhasil mempertahankan kedudukannya sebagai Anggota Dewan IMO kategori “C” hingga tahun 2011.
50
Proil Kementerian Perhubungan
Saat ini, Indonesia mencalonkan diri kembali menjadi Anggota Dewan IMO kategori “C” dalam sidang
Assembly IMO ke-27.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang eksistensinya telah diakui berdasarkan ketentuan Konvensi
Hukum Laut, 1982 United Nations Convention on the Law
of the Sea, 1982, pengakuan eksistensi sebagai negara maritim terbesar dalam berbagai forum internasional sangat
diperlukan, termasuk dalam forum Sidang Council dan
Sidang Assembly.
Sebagai anggota IMO, hingga saat ini Indonesia telah meratifikasi 19 sembilan belas Konvensi IMO, yang
merupakan aturan di bidang keselamatan pelayaran, keamanan pelayaran dan perlindungan lingkungan laut.
Proil Kementerian Perhubungan
51
Terdapat beberapa manfaat dari keanggotaan IMO, disamping terkait langsung dengan
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan juga terkait dengan
instansi-instansi lain di Indonesia, antara lain : 1. Pengakuan dunia internasional terhadap
Indonesia sebagai negara maritim yang besar. Pengakuan ini sangat berdampak pada segi
politik dan citra Indonesia di percaturan politik dunia international;
2. Menghindarkan penurunan devisa negara; 3. Peraturan perundang-undangan di bidang
kemaritiman di Indonesaia akan semakin maju karena sudah meratifikasi beberapa
konvensi internasional; 4. Terdapat jaminan ganti rugi akibat pencemaran
laut oleh kapal, terutama kapal-kapal tanker bila terjadi kecelakaan;
5. Dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi di bidang kemaritiman;
6. Menjalin kerjasama teknis, baik di tingkat regional maupun internasional;
7. Memacu kemajuan pelayaran nasional Indonesia dan kegiatan-kegiatan lain yang
terkait, seperti kegiatan bongkar muat, freight
forwarding, jasa kepelabuhanan dan lain-lain.
52
Proil Kementerian Perhubungan
Beberapa manfaat lainnya adalah : • Bantuan teknis di bidang penanggulangan
pencemaran minyak, penerapan International
Safety Management ISM Code, penerapan STCW 1995, penerapan ISPS
Code dan lain- lain;
• Penetapan Alur Laut Kepulauan Indonesia ALKI sebagai suatu keharusan bagi negara
kepulauan Archipelagic State untuk memberi
akses kepada kapal-kapal asing di wilayah perairannya, sebagaimana ditetapkan dalam
“United Nations Convention on the Law of the Sea UNCLOS” 1982 yang telah diratiikasi
dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 1985. Kementerian Perhubungan juga telah dapat
memenuhi salah satu ketentuan dalam aturan SOLAS
Safety of Life at Sea Tahun 1974 Bab V yang mewajibkan setiap
member state IMO untuk mengharuskan kapal pelayaran Internasional
dan wilayahnya dilengkapi dengan peralatan Long Range Identiication of Ship Tracking yaitu
peralatan deteksi posisi kapal yang diberlakukan secara penuh pada tanggal 1 Oktober 2011.
Indonesia telah siap melaksanakan kewajiban tersebut dimana 350 kapal yang melayari rute
internasional telah dilengkapi alat LRIT dan
pemasangan perangkat di pelabuhan Tanjung Priok.
Proil Kementerian Perhubungan
53
Pada tahun 2011 jumlah pelabuhan diseluruh Indonesia sebanyak 2.393 pelabuhan, dengan rincian sebagai berikut :
• Pelabuhan milik PT. Pelabuhan Indonesia sebanyak 111 pelabuhan; • Pelabuhan milik Pemerintah sebanyak 921 pelabuhan, bertambah 38 pelabuhan
baru dibandingkan tahun 2010 sebanyak 883 pelabuhan; • Pelabuhan Khusus sebanyak 502 pelabuhan, bertambah 30 pelabuhan baru
dibandingkan tahun 2010 sebanyak 472 pelabuhan; • Pelabuhan TUKS sebanyak 748 pelabuhan, bertambah 27 pelabuhan baru dibandingkan
tahun 2010 sebanyak 721 pelabuhan.
54
Proil Kementerian Perhubungan
Berkaitan dengan pembinaan dalam rangka pembangunan dan pengembangan pelabuhan yang berwawasan lingkungan
ecoport. Saat ini telah dilaksanakan di 5 lima lokasi yaitu pelabuhan Tarempa, Ampenan, Waingapu, Labuhan Bajo dan Nunukan.
Pada tahun 2011 posisi awal November 2011 telah dilaksanakan kegiatan Pengerukan Alur Kolam di 17 pelabuhan dengan volume pengerukan sebanyak 8,69 juta meter
kubik.
Proil Kementerian Perhubungan
55
Keberadaan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di pulau
terdepan bagi wilayah N e g a r a K e s a t u a n
Republik Indonesia yang luas selain untuk
k e s e l a m a t a n d a n keamanan pelayaran
juga sebagai bukti eksistensi kedaulatan
N e g a r a K e s a t u a n Republik Indonesia. Sarana
Bantu Navigasi Pelayaran SBNP yang disediakan juga
harus sesuai dengan ketentuan International Association of Marine Aids
to Navigation and Light House Authorites IALA. Oleh karena itu penyelenggaraan SBNP yang terdiri dari Perencanaan,
Pengadaan, Pengoperasian, Pemeliharaan dan Pengawasan diprioritaskan untuk mencapai kecukupuan dan keandalan
SBNP. Pembangunan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran
dilaksanakan berdasarkan skala prioritas yakni : a. Melanjutkan kegiatan-kegiatan yang belum selesai
tertunda; b. Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Kenavigasian;
c. Pembangunanpengembangan Sarana dan Prasarana Kenavigasian sesuai dengan kebutuhan teknis;
d. Peningkatan kualitas sumber daya manusia kenavigasian.
56
Proil Kementerian Perhubungan
Jumlah SBNP yang beroperasi pada posisi saat ini sebanyak 3.253 dengan rincian milik Ditjen Perhubungan Laut sebanyak 2.069 unit yang terdiri dari 277 Menara Suar, 1.263 Rambu Suar, 355
Pelampung Suar, 125 Rambu Tanda Siang dan Anak Pelampung sebanyak 49 unit. Sementara milik Non Direktorat Jenderal Perhubungan Laut sebanyak 1.184 unit, yang terdiri dari 631 Rambu
Suar, 462 Pelampung Suar, 72 Rambu Tanda Siang dan 19 unit Anak Pelampung. Dalam upaya meningkatkan tingkat keandalan SBNP pada TA 2011 dibangun 8 Menara Suar, 180
Rambu Suar. Rehabilitasi SBNP sebanyak 72, Diklat SBNP Dasar Terampil 3 orang dan Diklat Surveyor Hidrograi 2 orang. Ais AtoN 80. Survey, Investigasi dan Desain SID SBNP tetap 10 lokasi,
Survei alur dan perlintasan 10 lokasi dan pembangunan Radar Beacon Racon 30. Dilaksanakan
pula pembangunan Vessel Trafic Service VTS Selat Malaka. Pembangunan kapal Kenavigasian
sebanyak 2 unit dan rehabilitasi 10 kapal kenavigasian. Penambahan 30 unit SROP Global Maritime
Distress Safety System GMDSS, jadi total SROP GMDSS menjadi 66 unit. Sedangkan di bidang Perlindungan Lingkungan Maritim dilaksanakan pembangunan kapal patroli
sebanyak 30 unit dan rehabilitasi kapal patroli sebanyak 3 unit serta pengadaan peralatan Keamanan Keselamatan sebanyak 18 paket.
Proil Kementerian Perhubungan
57
4. Transportasi Udara