Pembangunan Sistem Informasi Distribusi Produk Dengan Metode Supply Chain Management Di Next Label Clothing Company

(1)

(2)

(3)

(4)

Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 22 februari 1991

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ciganitri Komplek Griya Bandung Asri

2 Blok H4 No. 1

No. Telp : 087869855852

E-mail : namasayaalfadri@yahoo.com

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Taman Kanak-kanak : TK Pembina Medan

Tahun Ajaran 1996-1997

2. Sekolah Dasar : SD Ikal Medan

Tahun Ajaran 1997-2003 3. Sekolah Menengah Pertama : SMPN 18 Medan

Tahun Ajaran 2003-2006

4. Sekolah Menengah Atas : SMK Telkom Sandhy Putra Medan Tahun Ajaran 2006-2009

5. Perguruan Tinggi : FTIK UNIKOM Bandung

Tahun Ajaran 2009-2016

Demikian Riwayat Hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya dalam kedaan sadar dan tanpa paksaan.

Bandung, 10 Agustus 2016


(5)

DI NEXT LABEL CLOTHING COMPANY

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Tugas Akhir Sarjana

Riki Alfadri

10109050

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

2016


(6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “Pembangunan Sistem Informasi Distribusi Produk dengan Metode Supply Chain Management di Next Label Clothing Company” sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Strata 1 Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu dan Teknik Komputer di Universitas Komputer Indonesia.

Dengan selesainya penyusunan laporan tugas akhir ini penulis banyak memperoleh dukungan, masukan dan bimbingan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak selama penulisan laporan tugas akhir ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas rahmat, berkah dan izin-Nya saya bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.

2. Ibu Hj. Rukiah dan Abang Agung Suseno sebagai orangtua serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materi dan doa yang tiada hentinya untuk penulis.

3. Ibu Utami Dewi W S.kom., M.Kom selaku pembimbing yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

4. Ibu Rani Susanto, S.Kom., M.Kom.. selaku reviewer yang telah banyak memberikan masukan dan arahan.

5. Bpk Dedeng Hirawan selaku penguji 3 yang banyak memberikan masukan. 6. Ibu Dian Dharmayanti, S.Kom., M.T. selaku dosen wali IF-2 2009 selama

penulis menempuh pendidikan di UNIKOM.

7. Teman-teman seangkatan 2009 yang telah banyak memberikan support dan bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.


(7)

iv

menyelesaikan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas semua dukungan dan bantuannya hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis sangat menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khusunya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bandung,Agustus 2016


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SIMBOL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakangMasalah ... 1

1.2 PerumusanMasalah ... 3

1.3 MaksuddanTujuan ... 3

1.4 BatasanMasalah... 3

1.5 MetodologiPenelitian ... 5

1.6 MetodePengumpulan Data ... 7

1.7 SistematikaPenulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Perusahaan ... 11

2.1.1 Logo Perusahaan ... 12

2.1.2 Struktur Organisasi ... 12

2.2 Landasan Teori ... 15

2.2.1 Pengertian Sistem Informasi ... 15

2.2.2 Supply Chain Management ... 16

2.2.3 Manfaat Supply Chain Management ... 20

2.2.4 Area Cakupan Supply Chain Management ... 23

2.3 Teori Peramalan ... 25


(9)

vi

2.3.2 Menghitung Kesalahan Peramalan ... 35

2.3.3 Monitoring ... 37

2.3.4 Metode Pengendalian Persediaan (Inventory) ... 37

2.3.5 Persediaan Pengamanan (Safety Stock) ... 39

2.3.6 Reorder Point ... 40

2.4 Object Oriented Programming ... 44

2.5 UML ( Unified Modeling Language) ... 47

2.6 HyperText Markup Language ... 48

2.7 HyperText Preprocessor (PHP) ... 49

2.8 MySQL ... 49

2.9 ExPlorer Apache MySQL PHP PHYMyAdmin(XAMPP) ... 50

2.10 Framework ... 51

2.11 Code Igniter ... 51

BAB IIIANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ... 53

3.1 Analisis Sistem ... 53

3.1.1 Analisis Masalah ... 53

3.1.2 AnalisisSistem Yang Sedang Berjalan ... 54

3.1.2.1 Prosedur Pemesanan Bahan Baku ... 54

3.1.2.2 Prosedur Penerimaan Bahan Baku ... 56

3.1.2.3 Prosedur Pendistribusian Barang ... 59

3.1.3 Analisis Aturan Bisnis ... 62

3.1.4 Analisis Penerapan Supply Chain Management ... 65

3.1.5 Metode Peramalan Double Exponential Smoothing ... 68

3.1.6 Analisis Peramalan Produk ... 70

3.1.7 Analisis Monitoring Persediaan Bahan Baku ... 79

3.1.8 Analisis Pemesanan Bahan Baku ... 82

3.1.9 Analisis Penjadwalan Produksi ... 84

3.1.10 Analisis Pendistribusian Barang Kaos Oblong ... 92

3.1.11 Analisis Kebutuhan Non Fungsional ... 94


(10)

3.1.11.2 Analisis Perangkat Lunak ... 95

3.1.11.3 Analisis Pengguna ... 96

3.1.12 Analisis Kebutuhan Fungsional ... 98

3.1.12.1 Use Case Diagram ... 98

3.1.12.2 Skenario Use Case ... 100

3.1.12.3 Activity Diagram ... 116

3.1.12.4 Class Diagram ... 131

3.1.12.5 Sequence Diagram ... 133

3.1.13 Tabel Relasi ... 145

3.1.13.1 Struktur Tabel... 146

3.1.14 Perancangan Struktur Menu ... 151

3.1.15 Perancangan Antar Muka ... 154

3.1.16 Jaringan Semantik ... 167

3.1.17 Perancangan Prosedural Sistem ... 172

BAB IVIMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM ... 179

4.1 Implementasi Sistem ... 179

4.1.1. Implementasi Perangkat Keras ... 179

4.1.2. Kebutuhan Perangkat Lunak ... 179

4.1.3. Implementasi Basis Data ... 180

4.1.4. Implementasi Class Diagram ... 191

4.1.5 Implementasi Antar Muka... 208

4.2. Pengujian ... 210

4.3. Rencana Pengujian Blackbox ... 211

4.4. Kasus dan Hasil Pengujian Blackbox ... 212

4.5. Kesimpulan Pengujian Blackbox ... 220

4.6. Pengujian Beta ... 221


(11)

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 227

5.1. Kesimpulan ... 227

5.2. Saran ... 227


(12)

[2] Siahaya, Willem. 2013. Sukses Supply Chain Management Akses Demand Chain Management. Jakarta: In Media.

[3] Anatan, Lina, Elitan, Lena .(2008) . Supply Chain Management Teori dan Aplikasi. Bandung :Alfabeta.

[4] Markidakis, S, Wheelright, S.C,Mcgee,V.E, 1999, Metoda dan Aplikasi Peramalan. Jakarta: Erlangga.

[5] Rangkuti, Freddy, 1998, Manajemen Persediaan. Surabaya: Guna Widya.

[6] Lerbin R.Aritonga R. 2009, Peramalan Bisnis Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.

[7] NurBahagia, senator. 2006, Sistem Inventori. Bandung: Penerbit ITB.

[8] William j. Stevson, 2014, Manajemen Operasi Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.

[9] Alma, Buchari .2005, Manajemen pemasaran dan pemasaran

jasa.Bandung CV. Alfabete.

[10]Nugroho, Bunafit.2005. Database Relasional dengan MySQL. Yogyakarta: Andi.

[11]Rosa, A. S. &Shalahuddin, M. 2015. Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek. Bandung: Informatika.


(13)

[12]Sianipar, R.H. 2015. HTML5 & CSS3. Bandung: Informatika.


(14)

Next Label Clothing Company adalah perusahaan yang memproduksi pakaian jadi dewasa berupa kaos, raglan, dan polo shirt. Produk yang dihasilkan UD. Next Label Clothing Company dipasarkan baik di dalam kota maupun ke luar kota. Pemasaran produk dalam negeri antara lain ke dalam kota Bandung, Jakarta, Tangerang, Bogor, Tasikmalaya, Garut, Bekasi, Solo, Lampung, Palembang dan Semarang, sehingga memungkinkan untuk penerapan Supply Chain Management berbasis web yang diharapkan memudahkan buyer melalui bagian pemasaran untuk memesan barang. Perusahaan ini mempunyai rangkaian kerja mulai dari pemesanan bahan baku ke supplier, pemesanan produk dari buyer, menerima bahan baku dari

supplier, mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Berdasarkan hasil wawancara dari Bpk. Agung Suseno selaku kepala pemasaran di UD.Next Label Clothing Company, produk jadi tersebut kemudian dilakukan pengemasan dan langsung didistribusikan ke buyer yang telah memesan produk tersebut, ada pula buyer yang langsung datang ke gudang penyimpanan barang untuk melakukan pembelian secara langsung tanpa ada nya pemesanan terlebih dahulu. Pengiriman pemesanan kepada supplier

dilakukan dengan cara menelepon ke pihak supplier dan terkadang pihak perusahaan mendatangi langsung ke pihak supplier.

Berdasarkan hasil wawancara dari Bpk. Moh Dani selaku kepala gudang,

Next Label Clothing Company memesan bahan baku kepada supplier untuk memenuhi kebutuhan produksi yang diminta oleh buyer, dimana pemesanan bahan baku untuk jenis bahan katun combed 30s yang dilakukan kepada

supplier memiliki jeda waktu tunggu yang cukup lama bisa mencapai maksimum tiga minggu antara pemesanan sampai bahan baku diterima perusahaan. UD. Next Label Clothing Company juga memiliki permasalahan dalam hal penentuan bahan baku jenis cat dan benang untuk penggunaan


(15)

produksi dalam hal penyablonan dan penjahitan baju kaos, sehingga gudang seringkali mengalami keterlambatan dalam menerima bahan baku dan kekurangan stok produksi, karena jumlah bahan baku yang dipesan tidak bisa diperkirakan secara pasti saat terjadi kekurangan atau kehabisan stok barang. Dikarenakan kekurangan atau kekosongan bahan baku tersebut menyebabkan proses produksi barang menjadi terhambat dan terhenti untuk sementara waktu hingga bahan baku tersedia kembali.

Kekurangan atau kehabisan stok barang ini muncul karena proses produksi yang dilakukan pada proses pemotongan bahan dan proses penjahitan baju menggunakan sistem borongan, dimana hasil dari produksi harian sering kali berubah – ubah tergantung pada kecepatan penjahit, sehingga perusahan seringkali mengalami kesulitan dalam hal menentukan jumlah bahan baku yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pasokan produk. Permasalahan dalam keterlambatan menerima bahan baku tersebut dapat menyebabkan proses produksi tidak berjalan dengan lancar. Apabila proses produksi tidak berjalan, maka proses pendistribusian produk yang dilakukan oleh kepala pemasaran terhambat dan kebutuhan barang yang diminta pelanggan tidak terpenuhi. Perusahaan mendistribusikan produk ke buyer yang melakukan pemesanan produk terlebih dahulu. Pendistribusian produk dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati antara perusahaan dan

buyer.

Supply Chain Management (SCM) merupakan sekumpulan aktivitas dari perusahaan yang terlibat dalam proses produksi dan transformasi serta distribusi barang, mulai dari bahan baku paling awal sampai produk jadi pada Buyer. Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai supply adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan. Rantai supply yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai supply tersebut.

Berdasarkan uraian masalah yang ada pada saat ini di Next Label Clothing Company, maka dibutuhkan suatu pembangunan sistem distribusi produk Next


(16)

Label Clothing Company dengan pendekatan metode Supply Chain Management.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalahnya adalah bagaimana cara menerapkan Supply Chain Management di UD. Next Label Clothing Company yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan dalam bidang perencanaan pemesanan bahan baku dan pendistribusian barang.

1.3. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang ada di Next Label Clothing Company, maka maksud dari penelitian ini adalah untuk membangun Sistem Distribusi Produk Next Label Clothing Company menggunakan metode Supply Chain Management.

Tujuan yang ingin dicapai dari sistem yang dibangun ini adalah :

1. Mempermudah kepala gudang dalam hal menentukan jumlah bahan baku yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pasokan barang sehingga proses produksi barang tidak terhambat dan terhenti untuk sementara waktu.

2. Mempermudah kepala pemasaran dalam hal pendistribusian barang sehingga dapat memenuhi permintaan buyer.

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam pembangunan sistem informasi ini agar lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah ditentukan adalah sebagai berikut :

1. Sistem produksi yang digunakan pada produk jenis kaos adalah

make to stock, karena perusahaan memproduksi barang dengan sebanyak – banyak nya untuk dihasilkan.


(17)

2. Data yang dikelola adalah data penjualan barang jenis kaos karena dari hasil data penjualan, produk jenis kaos yang paling diminati oleh buyer.

3. Data yang diolah adalah hasil penjualan barang yang didapatkan dari perusahaan mulai dari bulan februari 2015 sampai oktober 2015.

4. Bahan baku yang diolah hanya merupakan bahan baku berjenis katun Combed 30s untuk jenis kain.

5. Jenis Barang yang dikelola hanya berupa jenis kaos oblong.

6. Aplikasi yang dibangun di Next Label Clothing Company adalah berbasis web, dikarenakan kantor, gudang, dan tempat produksi menggunakan gedung terpisah.

7. Komponen Supply Chain Management yang digunakan dalam sistem ini adalah Upstream, digunakan untuk pemesanan barang ke supplier, downstream, digunakan untuk pendistribusian produk ke buyer.

8. Berdasarkan data yang diperoleh, metode yang digunakan adalah metode double exponential smoothing yang didasarkan pada pola grafik data yang digunakan.

9. Pembulatan angka dalam hasil perhitungan yang dilakukan yaitu pembulatan jumlah nilai keatas.

10.System ini hanya menangani sebatas A. masalah permintaan bahan baku,

B. masalah pengolahan bahan baku hingga menjadi produk,

C. masalah pendistribusian produk, dan D. masalah pengendalian bahan baku. E. Monitoring bahan baku

11.Keluaran (Output) dari system yang dibangun ini adalah A. menghasilkan data barang,


(18)

C. laporan data pengiriman,

D. laporan penerimaan barang, dan E. informasi jadwal pendistribusian.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah kesatuan metode – metode untuk memecahkan masalah penelitian yang logis secara sistematis dan memerlukan data – data untuk mendukung terlaksananya penelitian.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskritif. Metode deskritif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskritif adalah untuk membuat deskritif atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dapat kita lihat langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian ini ke dalam sebuah alur seperti yang dapat dilihat pada gambar 1.1 dan 1.2


(19)

Pengumpulan Data

Studi Lapangan

Wawancara Observasi

Studi Pustaka

Pengumpulan data penelitian

Buku – Buku internal

Paper / Jurnal Tentang SCM dan Metode Analisa Perancangan

Analisa Masalah

Analisa Prosedur yang sedang berjalan

Analisa Aturan Bisnis

Analisa Supply Chain Management

Analisa peramalan dengan menggunakan metode Double

Exponential Smoothing

Analisa Monitoring Persediaan Bahan Baku

Analisa Distribusi

Analisa Kebutuhan Fungsional dan Non Fungsional

Implementasi Sistem Pengujian Sistem

Aplikasi Yang Berkaitan Analisa Produksi


(20)

Analisa Perancangan

Analisis Masalah - Perencanaan Pemesanan Bahan Baku - Pendistribusian Barang

Analisis Sistem yang sedang berjalan - Prosedur Pemesanan

Bahan Baku - Prosedur Penerimaan

Bahan Baku - Prosedur Pendistribusian

Bahan Baku

Analisis Aturan Bisnis - Aturan Bisnis yang

sedang berjalan - Aturang Bisnis yang

diusulkan

Analisis SCM - SCM yang diusulkan

untuk Perusahaan

Analisis Peramalan dengan menggunakan metode Double

Exponential Smoothing - Peramalan menggunakan metode Double Exponential

Smoothing - Skema Alur - Penjelasan per alur (Input,

Proses, dan Output)

Analisis Monitoring Persedian Bahan Baku

- Perencanaan Bahan Baku

- Monitoring Stok Bahan Baku

Analisis Distribusi - Monitoring Status

Pengiriman - Penjadwalan Pengiriman

- Kapasistas Kendaraan dalam Pendistribusian

Analisis Kebutuhan Fungsional dan Non Fungsional

- Kebutuhan Fungsional -- Use Case -- Scenario Use Case -- Class Diagram Conceptual

-- Activity Diagram -- Sequence Diagram

- Kebutuhan Non Fungsional -- Analisis Perangkat Keras -- Analisis Perangkat Lunak -- Analisis Pengguna (User)

-- Analisis Basis Data Analisis Penjadwalan

Produksi -rekapitulasi jumlah barang

-penentuan tanggal dan jumlah produksi

Gambar 1.2 Breakdown Analisa Perancangan Alur Tahapan Penelitian

1.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dapat diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Cara yang dilakukan baik itu untuk mendapatkan data primer atau data yang diperoleh dari objek penelitian maupun data sekunder berupa literatur – literatur adalah sebagai berikut:


(21)

1. Studi Pustaka

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan menelaah berbagai literatur dari perpustakaan yang bersumber dari buku – buku, jurnal ilmiah, situs internet, dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

2. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitian dan peninjauan secara langsung terhadap permasalahan yang diambil. Studi lapangan dalam pembuatan tugas akhir ini dilakukan secara langsung yang meliputi:

a) Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan narasumber berkaitan dengan topik yang diambil

b) Observasi

Teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitian dan peninjauan langsung terhadap permasalahan yang diambil.

1.7.Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas uraian mengenai latar belakang permasalahan dimana menjelaskan inti permasalahan dan alasan mengapa harus melakukan penelitian di perusahaan tersebut dan alaasan menggunakan pendekatan SCM (Supply Chain Management) sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, yang kemudian akan dilakukan perumusan masalah, menentukan maksud dan tujuan dari penelitian, menentukan batasan


(22)

masalah, menentukan bagaimana tahap dalam penelitian yang ada pada metodologi penelitian serta menyusun dan menentukan sistematika penulisan dalam penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini membahas mengenai tinjauan umum mengenai perushaan Next Label Clothing Company dan pembahasan berbagai konsep dasar dan teori – teori mengenai apa itu system, informasi kemudian kesimpulan dari system informasi, teori mengenai SCM (Supply Chain Management), area cakupan yang dimiliki oleh SCM dan peran informasi dalam supply Chain, teori dari peramalan(forecasting), konsep pengelolaan data, dan teori – teori pendukung lainnya yang berkaitan dengan topic pembangunan perangkat lunak.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini akan dilakukan proses menganalisis masalah – masalah yang timbul dari penelitian yang kemudian akan diubah ke dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh pengguna, serta proses penereapan yang dilakukan terhadap peramalan (forecasting) terhadap data yang dimiliki. Melakukan perhitungan untuk pengamanan persediaan menggunakan teknik push to stock. Kemudian terdapat proses penganalisaan terhadap kebutuhan dalam membangun aplikasi, analisis system yang sedang berjalan pada aplikasi ini sesuai dengan metode pembangunan perangkat lunak yang digunakan, selain itu juga terdapat perancangan antarmuka untuk aplikasi yang dibangun sesuai dengan hasil analisis yang telah dibuat.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

Bab ini membahas tentang implementasi dari tahap analisis yang telah dilakukan sebelumnya ke dalam bahasa pemrograman, dalam hal ini

menggunakan pemrograman PHP, mengimplementasikan kebutuhan

perangkat keras dan perangkat lunak, implementasi terhadap basis data, implementasi antarmuka. Setelah perangkat lunak selesai dikerjakan maka


(23)

tahap selanjutnya adalah melakukan uji system apakah berjalan dengan baik dan melakukan perbaikan apabila terdapat kesalahan atau terdapat error.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas tentang kesimpulan yang sudah diperoleh dari hasil penulisan tugas akhir dan saran mengenai pengembangan aplikasi untuk masa yang akan datang.


(24)

UD. Next Label Clothing Company adalah perusahaan yang bergerak di bidang fashion yang berlokasi di Kabupaten bandung, tepatnya di Jalan Ciganitri Komplek Griya Bandung Asri 2 Blok H-4 No 1. Perusahaan ini didirikan pada tahun 2012 dan dikendalikan oleh Sarah Oktriana Nst sebagai pendiri sekaligus owner dari UD. Next Label Clothing Company.

UD. Next Label Clothing Company adalah perusahaan yang memproduksi pakaian jadi dewasa jenis kaos oblong, raglan, polo, dan sweater dengan berbagai jenis kain diantaranya cotton combed 30S, cotton carded 30S, TC combed 30s, Pique 24S, baby Terry, dan Fleece. Pakaian jadi ini dipasarkan didalam dan luar kota antara lain ke Bandung, Jakarta, Tangerang, Cianjur, Bogor, Tasikmalaya, Garut, Bekasi, dan Semarang. UD. Next Label Clothing Company mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut :

1. Visi

Menjadi pemimpin di industri fashion Indonesia yang dapat menjalankan bisnis secara terintegritas dan terpercaya dan selalu dapat memberikan kualitas terbaik.

2. Misi

Membangun kinerja yang kokoh, inovatif, serta kreatif dan selalu bekerja sama dengan menjunjung tinggi nilai – nilai kejujuran, sifat kekeluargaan, kerjasama, tanggung jawab dan terus menerus belajar untuk menjadi lebih baik.


(25)

2.1.1 Logo Perusahaan

Logo UD Next Label Clothing Company dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Logo Perusahaan

2.1.2 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi merupakan kerangka yang mewujudkan pola tetap dari hubungan-hubungan diantara bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan dan peranan masing-masing dalam kebulatan kerja sama. Struktur organisasi di UD. Next Label Clothing Company dapat dilihar pada gambar 2.2:


(26)

Gambar 2.2 Struktur Organisasi UD. Next Label Clothing Company

Adapun penjelasan susunan organisasinya dapat dilihat pada table 2.1:

Tabel 2.1 Susunan Organisasi UD. Next Label Company

No Jabatan Tanggung Jawab

1 General

Manager

a. Mengawasi dan Mengecek semua

pekerjaan dan karyawan serta alur kerja dari setiap divisi.

b. Mengembangkan perusahaan dan

mengecek system kerja yang berjalan.

2 Kepala

Pemasaran

a. Mengatur dan mengendalikan jumlah produk dari pendistribusian barang yang dipesan oleh buyer baik secara langsung ataupun tidak langsung.

b. Menerima pesanan dan melakukan transaksi penjualan.


(27)

3 Assisten Kpl. Pemasaran

a. Mengantar barang dan melakukan dropship ke tempat jasa pengiriman barang.

b. Melakukan pendataan hasil penjualan berkala harian.

4 Kepala

Keuangan

a. Membuat laporan keuangan berjalan. b. Membuat data tagihan konsumen baik

yang utang maupun piutang.

c. Merencanakan pembayaran baik cash maupun kredit (giro) kepada supplier bahan.

d. Menerima dan mengecek hasil

penjualan berkala harian dan.

5 Kepala

Gudang

a. Bertanggung jawab atas ketersediaan bahan baku dan pengecekan stok bahan baku.

b. Melakukan pencatatan permintaan dan pengadaan kebutuhan produk bahan baku.

6 Assisten

Kpl. Gudang

Melakukan bongkar muat barang, dan melakukan pemotongan bahan baku.

7 Kepala

Produksi

a. Bertanggung jawab atas ketersediaan produk dan pengecekan stok produk. b. Melakukan pencatatan dan pengecekan


(28)

8 Assisten Kpl. Produksi

Melakukan rekapitalisasi jenis bahan baku yang akan digunakan oleh penjahit dan penyablon.

9 Penjahit Melakukan penjahitan baju yang telah

disablon hingga menjadi produk siap jual.

10 Finishing Melakukan Pengepakan barang dan

melakukan rekapitulasi jumlah barang.

11 Penyablon Melakukan penyablonan bahan.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori bertujuan untuk memberikan gambaran sumber dan kajian dari teori – teori yang berkaitan dengan pembangunan supply chain management. Landasan teori yang akan dibahas yaitu mengenai teori dari sistem informasi, supply chain, supply chain management, pengendalian (monitoring), persediaan (inventory), persediaan pengaman (safety stock), peramalan (forecasting) dan mengenai manajemen terhadap distribusi.

2.2.1 Pengertian Sistem Informasi

Mendefinisikan sistem terdapat dua kelompok pendekatan sistem, yaitu sistem yang lebih menekankan pada prosedur dan elemennya. Prosedur didefinisikan sebagai suatu urutan yang tepat dari tahapan-tahapan instruksi yang menerangkan apa yang harus dikerjakan, siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Berdasarkan pendekatan elemen adalah sistem sebagai unit-unit yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud.


(29)

Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berarti dan berguna bagi penerimanya untuk mengambil keputusan masa kini maupun masa yang akan datang. Fungsi dari informasi adalah untuk mengurangi ketidakpastian di dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Informasi yang digunakan di dalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Informasi digunakan tidak hanya oleh satu pihak di dalam organisasi. Nilai sebuah informasi ditentukan dari dua hal yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkan informasi tersebut.

Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sekumpulan – sekumpulan komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi terkait untuk mendukung proses pengambilan keputusan, koordinasi dan pengendalian yang ada di dalamnya. Adapun tujuan dari sistem informasi adalah untuk menyediakan dan mensistematikakan informasi dari seluruh kejadian atau kegiatan yang diperlukan untuk mengendalikan operasi suatu organisasi. Kegiatan yang dimaksud di dalam sistem informasi ini diantaranya mengambil, mengolah, menyimpan, dan menyampaikan informasi yang diperlukan didalam mengoperasikan seluruh aktifitas organisasi yang bersangkutan.[1]

2.2.2Supply Chain Management

Supply chain management (SCM) berawal dari kegiatan logistik militer yang sangat berperan dalam menentukan kemenangan perang. Teknik logistik kemudian dipakai dalam kegiatan pengiriman barang dan terjadi kerja sama antara perusahaan pengiriman barang dengan gudang.

Perusahaan mulai mencari cara untuk menurunkan biaya produksi. Perusahaan multinasional memindahkan pabrik ke Negara lain yang mempunyai biaya lebih murah. Pada saat munculnya teknologi dan kolaborasi sehingga dapat menekan biaya produksi, meningkatkan kualitas dan mengurangi kesalahan manusia. [2]


(30)

Ilmu logistik berkembang menjadi satu mata rantai pasok dengan pendekatan melalui sistem integral, yang meliputi komponen pemasok, proses pengadaan, proses produksi, penyimpanan, transportasi dan distribusi serta retailer yang dioptimalkan seacara kemitraan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Adapun hal – hal yang melatarbelakangi kegiatan SCM diantaranya :

1.Kegiatan manajemen logistic berkembang menjadi satu rantai pasok dengan pendekatan melalui system integral, meliputi komponen pemasok, proses produksi, meningkatkan kualitas dan mengurangi kesalahan manusia.

2.Perkembangan lingkungan bisnis yang dinamis dan kemajuan teknologi yang makin cepat menimbulkan persaingan yang semakin ketat.

3.Adanya keharusan membuat produk berkualitas dengan harga yang kompetitif dan pengiriman produk cepat dan tepat waktu.

4.Adanya tren pengalihan kegiatan partnership kerjasama antar perusahaan yang bersinergi dan mempunyai tujuan (goal) yang sama, saling percaya dan merupakan ikatan perjanjian jangka panjang.

5.Adanya tren pengolahan kegiatan outsourcing mengalihkan sebagian kegiatan perusahaan yang bukan merupakan bisnis utama kepada pihak yang kompeten, supaya perusahaan lebih efisien dan fokus kepada bisnis core business.

6.Persaingan tidak lagi antar individu perusahaan, tapi antar jejaring bisnis.

7.Pemenuhan kebutuhan pelanggan yang dinamis.

Definisi supply chain management (SCM) yang diterbitkan oleh para pakar maupun institusi SCM diseluruh dunia dilator belakangi oleh pengetahuan, ruang lingkup dan kepentingan masing-masing. Beberapa pengertian SCM yang dikutip oleh penyusun masih mendefinisikan SCM


(31)

sesuai cara pandang komprehensif berdasarkan konsep academic

(pengetahuan), business (bisnis) dan government (kepemimpinan). [2]

Supply Chain Management merupakan pengintegrasian sumber-sumber bisnis yang komputern baik di dalam maupun diluar perusahaan untuk mendapatkan sistem supply yang kompentitif dan berfokus kepada sinkronisasi aliran produk dan informasi untuk menciptakan nilai pelanggan (costumer value) nilai tinggi. Sumber-sumber bisnis yang diintegrasikan meliputi pemasok (supplier), pabrikan, gudang, pengangkut, distributor,

retailer dan konsumen yang bekerja secara efisien sehingga produk yang dihasilkan dan didistribusikan memenuhi tepat jumlah, kualitas, waktu dan lokasi. [2]

Supply Chain Management adalah suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatakan produktivitas seluruh perusahaan yang bergabung dalam rantai pasok melalui optimalisasi kualitas dan supply chain management merupakan fungsi bisnis yang vital untuk mengkoordinasikan pengelolaan aliran barang dan merupakan kunci kompetensi. [2]

SCM link (Jaringan SCM) terdiri dari 7 mata rantai yaitu Supplier,

Manufactur, Warehouse, Transportation, Distributor, Retailer dan Customer. [2]


(32)

Elemen pendukung SCM terdiri dari 9 elemen yang sangat berperan dalam keberhasilan aliran barang yaitu elemen yang meliputi procurement, logistic (transportasi, pergudangan, distribusi), inventory (persediaan), demand forecasting, supplier, production, information, quality dan costumer. Supply Chain Management memiliki beberapa konsep diantaranya:

1. Mengintegrasikan dan mensinkronisasikan pemasok, manufaktur dan distributor.

a. Produk yang dihasilkan dan didistribusikan memenuhi kualitas, jumlah, waktu dan tujuan.

b. Mengoptimalkan biaya dan meningkatkan daya saing dan layanan pelanggan.

2. Mengurangi jumlah pemasok

a. Mengurangi ketidak-seragaman, biaya tambahan, proses negosiasi dan waktu pelacakan (tracking).

b. Perubahan kecenderungan dari konsep multiple ke single supplier

3. Kemitraan (partnership/strategis alliances)

a. Supplier partnership merupakan kemitraan yang dapat menjamin kelancaran arus barang.

b. Melaksanakan pengembangan secara terus-menerus dalam efisiensi biaya dan mutu barang.

4. Kegiatan SCM mendekat ke sumber dan pelaksanaan pengadaan langsung ke produsen, tanpa melalui perantara yang akan menambah biaya. Supplier dalam SCM produsen, bukan perantara.[2]

Aktifitas Supply Chain Management (SCM) meliputi :

1. Rantai Supply Hulu (Upstream Supply Chain), meliputi perusahaan manufaktur dan pemasok.

2. Rantai Supply Internal (Internal Supply Chain), meliputi gudang dan proses produksi.


(33)

3. Rantai Supply Hilir (Downstream Supply Chain), meliputi distributor dan konsumen.

2.2.3 Manfaat Supply Chain Management (SCM)

1. Meminimalkan inventori, kegiatan SCM dapat menekan tingkat inventori, melalui pengendalian dan informasi intensif, dapat mengoptimalkan tingkat inventori.

2. Mengurangi biaya, pengintegrasian aliran produk dari pemasok sampai konsumen akhir, berarti dapat mengurangi biaya.

3. Mengurangi lead time, koordinasi sistem, data dan informasi yang tepat dalam pelaksanaan aliran barang, dapat mengurangi lead time pengadaan, produksi dan distribusi.

4. Meningkatkan pendapatan, konsumen yang setia dan menajdi mitra perusahaan, berarti meningkatkan pendapatan perusahaan.

5. Ketepatan waktu penyerahaan, system aliran barang terintegrasi dan terkontrol, dapat menghasilkan penyerahan barang tepat waktu.

6. Menjami kelancaran aliran barang, pengintergrasian semua elemen SCM melalui sistem informasi, dapat memperlancar aliran barang. 7. Menjamin kualitas, kualitas bahan baku dan hasil produksi barang

jadi, akan terjamin karena sejak awal sudah dikendalikan.

8. Menghindari kehabisan persediaan (stock-out), sistem kemitraan dengan supplier serta informasi intensif menghasilkan tingkat persediaan optimal.

9. Meningkatkan akurasi peramalan kebutuhan, berdasarkan data dan informasi yang akurat, maka tingkat peramalan kebutuhan menjadi lebih akurat.

10.Kepuasan pelanggan, kualitas produk dan layanan yang baik menjaidkan konsumen setia dan yakin terhadap produk.


(34)

11.Mengurangi jumlah pemasok (supplier), pemasok terbatas yang kompeten dapat mengurangi keragaman biaya dan memudahkan pelacakan (tracking).

12.Mengembangkan kemitraan (partnership), kerjasama jangka panjang mempunyai tujuan yang sama dan saling percaya serta berbagi resiko.

13.Peningkatan kompetensi SDM, kompetensi sumber daya manusia akan semakin meningkat baik pengetahuan maupun keterampilan dalam penggunaan teknologi tinggi.

14.Perusahaan semakin berkembang, perusahaan yang mendapatkan

keuntungan akan menjadi besar dan berkembang.[2]’

15.Meningkatkan daya saing, jaringan SCM yang berhasil dan nilai

supply chain yang meningkat secara otomatis akan meningkatkan daya saing perusahaan.[2]

Peranan Manajemen Penunjang Supply Chain Management (SCM) : [2]

1. Peranan Manajemen Pemasok. 2. Peranan Manajemen Produksi. 3. Peranan Manajemen Pengadaan. 4. Peranan Manajemen Logistik.

5. Peranan Manajemen Transportasi Barang. 6. Peranan Manajemen Pergudangan.

7. Peranan Manajemen Distribusi. 8. Peranan Manajemen Pelanggan. 9. Peranan Manajemen Inventori. 10.Peranan Manajemen Material. 11.Peranan Manajemen Aset. 12.Peranan Manajemen Peramalan. 13.Peranan Manajemen Informasi. 14.Peranan Manajemen Kualitas. 15.Peranan Manajemen Lingkungan.


(35)

Manajemen rantai pasokan pada dasarnya merupakan sinkronisasi dan koordinasi aktivitas yang terkait dengan aliran material/produk, baik yang ada dalam organisasi maupun antar organisasi. Sebuah rantai pasokan sederhana memiliki komponen-komponen yang disebut Chanel yang terdiri atas supplier,

manufaktur, distribution center, wholesaler dan retailer yang semuanya bekerja memenuhi konsumen akhir. Sebuah rantai pasokan bisa saja melibatkan sejumlah industri manufaktur dalam suatu rantai hulu ke hilir. Sebuah rantai pasokan tidak selamanya merupakan rantai lurus. [3]

Gambar 2.4 Manajemen Rantai Pasok

Dalam kenyataan, sebuah industri manufaktur bisa memiliki ratusan bahkan ribuan pasokan, dan produk-produk yang dihasilkan oleh sebuah industri didistribusikan ke beberapa pusat yang melayani ratusan bahkan ribuan wholesaler, retail, pedagang kecil, maupun konsumen. Dan setiap

chanel dalam setiap rantai pasokan memiliki aktivitas yang saling mendukung baik meliputi perancangan produk, peramalan kebutuhan, pengadaan material, pengendalian, persediaan, distribusi, transportasi, penyimpanan atau pergudangan, dukungan pelayanan kepada pelanggan, dan proses pembayaran. Pengelolaan manajemen rantai pasokan membutuhkan intervensi pihak-pihak yang terkait.[3]

Aplikasi manajemen rantai pasokan pada dasarnya memiliki tiga tujuan utama yaitu penurunan biaya (cost reduction), penurunan modal (capital


(36)

reduction), dan perbaikan pelayanan (service improvement). Penurunan biaya bisa dicapai dengan meminimalkan biaya logistik, misalnya dengan melihat alat atau model transportasi, pergudangan, standar yang meminimalkan biaya. Untuk mencapai penurunan modal yang diperlukan dalam aktifitas bisnis, perusahaan harus mampu meminimalkan tingkat investasi dalam bidang logistik. Sedangkan perbaikan pelayanan atau jasa logistik yang dilakukan perusahaan sangat mempengaruhi pendapatan dan probabilitas perusahaan.[3]

2.2.4 Area Cakupan Supply Chain Management

Manajemen rantai pasokan pada hakekatnya mencakup lingkup pekerjaan dan tanggung jawab yang luas. Semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi, dan uang di sepanjang rantai pasokan adalah kegiatan – kegiatan dalam cakupan manajemen rantai pasokan.[3]

Tabel 2.2 Area Cakupan Manajemen Rantai Pasokan

Bagian Cakupan Kegiatan

Pengembangan Produk

Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan pemasok dalam perancangan produk baru.

Pengadaan Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja

pemasok, melakukan pembelian bahan baku

komponen, memonitor resiko pemasok,

membina dan memelihara hubungan dengan pemasok.

Perencanaan dan Pengendalian

Perencanaan permintaan, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan.

Operasi dan

Produksi

Eksekusi produksi dan pengendalian kualitas.

Pengiriman /

Distribusi

Perencanaan jaringan distribusi penjadwalan, pengiriman, mencari dan memelihara hubungan


(37)

dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor tingkat pelayanan pada tiap pusat distribusi.

Pengolaan rantai pasok melibatkan sangat banyak pihak baik di dalam maupun diluar sebuah perusahaan serta menangani cakupan kegiatan yang sangat luas. Dalam menghadapi berbagai ketidakpastian yang ada di sepanjang rantai pasokan serta makin tingginya persaingan dipasar, manajemen rantai pasok membutuhkan pendekatan dan model pengelolaan yang tangguh untuk bisa bertahan dalam dunia bisnis. Beberapa tantangan yang harus dihadapi perusahaan dalam mengelola rantai pasokan.[3]

1. Kompleksitas struktur supply chain management

Suatu rantai pasokan biasanya sangat kompleks dan melibatkan banyak pihak di dalam maupun diluar perusahaan yang memiliki masing-masing kepentingan yang berbeda beda, dan bahkan tidak jarang saling bertentangan. Konflik yang terjadi merupakan tantangan besar dalam mengelola rantai pasokan. Kompleksitas suatu rantai pasokan juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zona waktu, dan budaya antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain. [3]

2. Ketidakpastian merupakan sumber utama kesulitan pengelolaan

suatu rantai pasokan. Ketidakpastian menimbulkan

ketidakpercayaan terhadap rencana yang sudah dibuat sehingga perusahaan perlu menciptakan antisipasi pengamanan di sepanjang rantai pasokan baik berupa persediaan (Safety Stock), waktu (Safety Time), maupun ketidakpastian produksi atau transportasi. Ketidakpastian dalam manajemen rantai pasokan dapat berasal dari tiga sumber yang meliputi ketidakpastian permintaan ; arah pemasok yang berupa ketidakpastian pada lead


(38)

ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang dikirim, dan ketidakpastian internal. [3]

2.3 Teori Peramalan

Menyelesaikan masalah dimasa yang akan datang tidak dapat dipastikan. Orang senantiasa berupaya menyelesaikannya dengan model pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan perilaku actual data, begitu juga dalam melakukan peramalan. Peramalan (forecasting) permintaan akan produk dan jasa diwaktu mendatang dan unit-unitnya adalah sangat penting dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Suatu peramalan mempunyai banyak arti, maka peramalan tersebut perlu direncanakan dan dijadwalkan sehingga akan diperlukan suatu periode waktu paling sedikit dalam periode waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu kebijaksanaan dan menetapkan beberapa hal yang mempengaruhi kebijaksanaan tersebut. Peramalan diperlukan disamping untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang juga para pengambil keputusan perlu untuk membuat planning. Peramalan sangat beragam dalam horizon waktu peramalan, faktor yang menentukan hasil sebenarnya, tipe pola dan berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang luas seperti itu, beberapa teknik telah dikembangkan. Salah satu teknik dalam peramalan yaitu Metode Pemulusan (Smoothing). [4]

Suatu peramalan perlu diperhatikan tahapan-tahapan yang harus ada dalam proses peramalan. Terdapat enam proses tahapan dalam peramalan, yaitu : [5]

1. Menentukan tujuan ramalan.

Bagaimana ramalan akan digunakan dan kapan akan ramalan dibutukan. Tahapan ini akan memberikan indikasi tingkat rincian yang diperlukan dalam ramalan, jumlah sumber daya (karyawan, waktu, komputer, dan biaya) yang dapat dibenarkan, serta tingkat keakuratan yang diperlukan.


(39)

Ramalan harus mengindikasikan rentang waktu mengingat bahwa keakuratan menurun ketika rentang waktu meningkat.

3. Memilih teknik peramalan.

4. Memperoleh, membersihkan dan menganalisa data yang tepat.

Memperoleh data dapat meliputi usaha yang signifikan. Setelah memperoleh data-data mungkin perlu “dibersihkan” agar dapat menghilangkan objek asing dan data yang jelas tidak benar sebelum analisis.

5. Membuat ramalan. 6. Memantau ramalan

Ramalan harus dipantau untuk menentukan apakah ramalan dilakukan dengan cara yang memuaskan. Jika tidak memuaskan, periksa kembali metode peramalan, asumsi, keabsahan data, dan lain

– lain. Kemudian mengubahnya sesuai kebutuhan serta menyiapkan revisi ramalan.

Metode kualitatif lebih didasarkan pada intuisi dan penilaian orang yang melakukan peramalan daripada pemanipulasian (pengolahan dan penganalisisan) data historis yang tersedia. Teknik-teknik pada metode kualitatif terdiri atas teknik Delphi, kurva pertumbuhan, penulisan skenario, penelitian pasar, kelompok fokus, dan lain sebagainya.[6]

Metode kuantitatif didasarkan pada pemanipulasian data historis yang tersedia secara memadai dan tanpa intuisi maupun penilaian subjektif dari orang yang melakukan peramalan, metodi ini umumnya didasarkan pada analisis statistik. Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila tiga kondisi berikut terpenuhi, yaitu : [6]

1. Informasi mengenai keadaan di waktu yang lalu tersedia.

2. Informasi itu dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik (angka).


(40)

3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek dari pola di waktu yang lalu akan berlanjut ke waktu yang akan datang. (disebut asumsi kontinuitas)

Langkah yang penting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang tepat untuk peramalan adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat jenis siklis dan tren, yaitu : [6]

1. Pola Horizontal (H) terjadi bilamana nilai data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata yang konstan. Deret seperti ini adalah stationer terhadap nilai rata-ratanya, pola dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 pola Horizontal

2. Pola Musiman (S) terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh factor musiman, misalnya kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu. Pola data dapat dilihat pada gambar 2.6.


(41)

Gambar 2.6 Pola Musiman

3. Pola siklis (C) terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang seperti berhubungan dengan siklus bisnis. Pola data dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Pola Siklis

4. Pola Trend (T) terjadi bilamana terdapat kenaikan atau pernuruan sekuler jangka panjang dalam data. Pola data dapat dilihat pada gambar 2.8.


(42)

Gambar 2.8 Pola Trend

Peramalan sangat beragam dalam horizon waktu peramalan, factor yang menentukan hasil sebenarnya, tipe pola dan berbagai aspek lainnya. Untuk menghadapi penggunaan yang luas seperti itu. Beberapa teknik telah dikembangkan salah satu teknik dalam peramalan yaitu metode smoothing

(pemulusan). [6]

2.3.1 Teknik Peramalan

Teknik peramalan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1. Metode Time Series (Deret Waktu)

Secara garis besar metode time series dapat dikelompokkan menjadi :

a. Metode Averaging

Dipakai untuk kondisi dimana setiap data pada waktu yang berbeda mempunyai bobot yang sama sehingga fluktuasi random data dapat direndam dengan rata – ratanya, biasanya dipakai untuk peramalan jangka pendek. [4]

Adapaun metode-metode yang termasuk didalamnya, antara lain. [4]


(43)

1) Simple Average

Rumus yang digunakan :

(2.1)

Keterangan :

X = = Hasil Ramalan

= Periode

=Demand pada periode t

2) Single Moving Average

Salah satu cara untuk mengubah perngaruh data masa lalu terhadap nilai tengah sebagai ramalan adalah dengan menentukan sejak awal berapa jumlah nilai observasi masa lalu yang akan dimasukkan untuk menghitung nilai tengah. Setiap muncul nilai observasi yang paling tua dan memasukkan nilai observasi yang terbaru. [6]

Rumus yang digunakan :

(2.2)

Keterangan :

X =F = Hasil Ramalan

T = Periode

Xi =Demand pada periode t

Metode Single Moving Average ini biasanya lebih cocok digunakan untuk melakukan forecast hal-hal


(44)

yang bersifat random, artinya tidak ada gejala trend naik maupun turun, musiman dan sebagainya melainkan sulit diketahui polanya. [6]

Metode single moving average ini mempunyai 2 sifat khusus yaitu :

a) Membutuhkan data historis selama jangka

waktu tertentu.’

b) Semakin panjang jangka waktu moving average akan menghasilkan moving average

yang semakin halus. Metode single moving average ini mudah menghitungnya dan sederhana. Tetapi mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:

i. Perlu data historis yang cukup ii. Semua data diberi weight yang sama iii. Jika fluktuasi data tidak random tidak

menghasilkan forecast yang baik.

3) Double Moving Average

Jika data tidak stasioner serta mengandung pola trend, maka dilakukan moving average terhadap hasil single moving average.

Rumus yang digunakan :

(2.3)

(2.4)

(2.5)


(45)

2. Metode Smoothing (Pemulusan)

Dipakai kondisi dimana bobot data pada periode yang satu berbeda dengan data pada periode sebelumnya dan membentuk fungsi

Exponential yang bisa disebut Exponential Smoothing. Adapun metode-metode yang termasuk didalamnya, antara lain. [6]

a. Single Exponential Smoothing

Dalam pemulusan nilai-nilai historis ini, kesalahan random dirata-ratakan untuk menghasilkan ramalan “halus” yang tampaknya berfungsi dengan baik dalam keadaan tertentu. Kasus yang paling sederhana dari Single Exponential Smoothing dapat dikembangkan dari persamaan (2.7) atau secara lebih khusus dari suatu variasi pada persamaan tersebut yaitu sebagai berikut [4] :

(2.7)

Misalkan observasi yang lama tidak tersedia sehingga

harus digantikan dengan suatu nilai pendekatan (aproksimasi). Salah satu pengganti yang mungkin adalah nilai ramalan periode yang sebelumnya . Dengan melakukan substitusi ini

persamaan (2.7) menjadi (2.8) sehingga dapat ditulis kembali sebagai (2.9) [4]

(2.8)

(2.9)

Dari persamaan (2.3) dapat dilihat bahwa nilai ramalan pada waktu t + 1 tergantung pada pembobotan nilai observasi saat

t, yaitu dan pada pembobotan nilai ramalan saat t yaitu

bernilai antara 0 dan 1. Dengan mengganti . Persamaan


(46)

(2.10)

Keterangan :

= Hasil forecast untuk periode t+1

= Konstanta pemulusan

= Data demand aktual untuk periode t

= Forecast pada periode t

Dalam metode exponential smoothing nilai α bisa ditentukan

secara bebas, artinya tidak ada suatu cara yang pasti untuk

mendapatkan nilai α yang optimal. Maka pemilihan nilai α

dilakukan dengan cara trial dan error. Besarnya α terletak

antara 0 sampai 1. [4]

b. Double Exponential Smoothing satu parameter

Persamaan yang dipakai dari metode ini adalah sebagai berikut : [4]

(2.11)

(2.12)

at = 2 - (2.13)

(2.14)

(2.15)

Dimana :

= Nilai Peramalan untuk periode t

α = Konstanta Pembobotan Exponential (0 ) = Nilai aktual Periode t


(47)

= Nilai Peramalan periode t-1

= Nilai Double Exponential Smoothing periode t

= Nilai Double Exponential Smoothing periode t-1

Ft+m = nilai peramalan

m = periode ke depan yang diramalkan

c. Double Exponential Smoothing dua parameter

Ramalan dari pemulusan eksponential didapat dengan menggunakan dua konstanta pemulusan dan tiga persamaan, yaitu :

(2.16)

(2.17)

(2.18)

d. Metode Tiga Parameter untuk Kecenderungan Dan Musiman dari Winter

Metode ini dapat digunakan untuk data yang bersifat atau mengandung musiman. Metode ini adalah metode yang digunakan dalam pemulusan trend dan musiman. Metode

Winter didasarkan atas tiga persamaan pemulusan yaitu satu untuk stationer, satu untuk trend, dan satu lagi untuk musiman. Hal ini serupa dengan metode Holt dengan satu persamaan tambahan untuk mengatasi musiman. Persamaan dasar untuk metode Winter adalah sebagai berikut:

1 1) (1 )

(   

t t t

t S S b

b   (trend) (2.19)

L t t t I S X

I  (1) (musiman) (2.20)

m L t t t m

t S b m I


(48)

1 1 )( 1 (    

t t

L t

t

t S b

I X

S   (keseluruhan) (2.22)

dimana:

L = panjang musiman b = komponen trend

I = faktor penyesuaian musiman

m t

F = ramalan untuk n periode kedepan

e. Regresi Linier

Regresi linier digunakan untuk peramalan apabila set data yang ada linier, artinya hubungan antara variable waktu dan permintaan berbentuk garis (linier). Metode regresi linier didasarkan atas perhitungan least square error, yaitu dengan memperhitungkan jarak terkecil kesuatu titik pada data untuk ditarik garis. Adapun untuk persamaan peramalan regresi linier dipakai tiga konstanta, yaitu a, b dan Y. [6]

2.3.2 Menghitung Kesalahan Peramalan

Menghitung error biasanya digunakan Mean Absolute Error Square atau

Mean Square.

1. Mean Absolute Error (MAE)

Mean Absolute Error (MAE) yaitu rata-rata nilai absolut error dari kesalahan meramal (nilai positif dan negated tidak dilihat) dapat dilihat pada persamaan 2.23


(49)

Keterangan:

MAE = nilai mean absolute error

= Data aktual pada periode t

= Data Ramalan dari model yang digunakan pada periode t

= Banyak data hasil ramalan

2. Mean Squares Error (MSE)

Mean Squared Error (MSE) yaitu rata-rata dari kesalahan

forecasting dikuadratkan dan dapat dilihat pada persamaan 2.24.

(2.24)

Keterangan :

= peramalan periode sebelumnya

= permintaan aktual periode sebelumnya

(2.25)

Keterangan:

MSE = nilai mean squares error

= Data aktual pada periode t

= Data Ramalan dari model yang digunakan pada periode t

= Banyak data hasil ramalan

3. Mean Absolute Error (MAD)

Mean Absolute Deviation (MAD) merupakan salah satu cara untuk menentukan nilai kesalahan pada peramalah selain menggunakan


(50)

Mean Squared Error. MAD merupakan rata – rata nilai absolut dari kesalahan ramalan, dengan menghiraukan tanda positif serta negatifnya. MAD ini dapat dilihan pada persamaan 2.26.

(2.26)

Keterangan:

MAD = nilai mead absolute deviation

= Data pengamatan pada periode t

= Data Ramalan dari model yang digunakan pada periode t

= Banyak data hasil ramalan

2.3.3 Monitoring

Monitoring adalah pengumpulan informasi secara terus menerus dan teratur yang akan membantu menjawab pertanyaan mengenai proyek atau kegiatan. Monitoring membantu meningkatkan ketika terjadi sesuatu yang salah dan membantu pekerjaan tetap pada jalurnya.

Monitoring bertujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari sebuah proyek atau organisasi dan disasarkan pada sasaran dan rencana kegiatan yang sudah ditentukan. Monitoring memungkinkan kita untuk menentukan apakah sumber daya kita telah mencukupi dan telah digunakan dengan baik dan menjadi dasar yang berguna untuk evaluasi dan mengetahui kapasistas kita layak dan cukup.

2.3.4 Metode Pengendalian Persediaan (Inventory)

Metode pengendalian persediaan ini dilakukan berdasarkan pada basis matematika, statistika dan optimasi sebagai alat bantu utama untuk menjawab permasalahan kuantitatif yang terjadi pada suatu system persediaan (inventory). Pada hakikatnya metode ini berusaha untuk mencari jawaban optimal dalam menentukan kebijakan inventori, yaitu kebijakan yang berkaitan dengan penentuan ukuran lot pesanan ekonomis (Economic Orded Quantity), saat


(51)

pesanan dilakukan (Reorder Point). Serta pada cadangan persediaan pengaman (Safety Stock) yang diperlukan. Pendekatan yang digunakan adalah melakukan permodelan matematis terhadap alternatif jawaban permasalahan sehingga dapat ditentukan jawaban optimal secara analitis. [7]

Metode Pengendalian Persediaan secara formal mulai dikenal sejak tahun 1992 dengan munculnya makalah yang dibuat oleh Wilson pada tahun 1992 yang bertujuan untuk memecahkan persoalan inventori yang bersifat

deterministic static. Disini Wilson mencoba mencari jawaban atas dua pertanyaan dasar, yaitu : [7]

1. Berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali melakukan pesanan ?

2. Kapan saat pesanan dilakukan ?

Secara statistik persoalan mengenai inventori dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori permasalahan, antara lain : [7]

1. Persoalan Inventori Deterministik, merupakan persoalan inventori dimana permintaan selama horizon perencanaan diketahui dan tidak memiliki variasi. Karena tidak memiliki variasi maka memiliki pola distribusi. [7]

2. Persoalan Inventori Probabilistik, merupakan persoalan inventori dimana fenomena tidak diketahui secara pasti atau terdapat ketidakpastian, namun nilai ekspektasi, variasi, dan pola data distribusi kemungkinannya dapat diprediksi. Persoalan utama dalam inventori ini adalah selain menentukan besarnya stok atau persediaan operasi juga menentukan probabilistik cadangan persediaan pengaman (safety stock). Kedua persoalan tersebut dijabarkan dalam 3 pertanyaan dasar yaitu : [7]

a. Berapa jumlah barang yang harus dipesan untuk setiap kali melakukan pesanan (Economic Order Quantity) ?


(52)

c. Berapa besarnya cadangan persediaan pengadaan (Safety Stock) ?

Dalam kaitan ini dikenal adanya 2 metode dasar pengendalian inventori yang bersifat probabilistik, yaitu metode Q dan metode P. Metode Q pada dasarnya menggunakan aturan jumlah ukuran lot pesanan yang selalu tetap untuk setiap pesanan yang dilakukan. Dengan demikian waktu dilakukannya pesananan akan bervasiasi. Adapun metode P menganut aturan saat pesanan yang regular mengikuti suatu selang periode yang tetap (seperti : mingguan, bulanan, dsb), sedangkan ukuran lot pesanan akan berubah-ubah. [7]

3. Persoalan Inventori Tak Tentu (Uncertainty), merupakan persoalan inventori dimana ketiga parameter populasinya tidak dapat diketahui secara lengkap. Dalam hal ini parameter yang tidak diketahui biasanya adalah pola distribusi kemungkinannya. Pengetahuan tentang pola distribusi kemungkinan inilah yang membedakan antara persoalan inventori probabilistik dengan inventori tak tentu.

Berdasarkan pengetahuan tentang pola probabilitas inventori tak tentu dapat dibedakan menjadi : [7]

a. Persoalan Inventori Tak Tentu Beresiko Terkendali. b. Persoalan Inventori Tak Tentu Beresiko Tak Terkendali. Berdasarkan uraian diatas mengenai klasifikasi persoalan inventori disimpulkan bahwa persoalan yang dihadapi akan menggunakan inventori Probabilistik, karena terdapat kapan saat pesanan akan dilakukan (Reorder Point) dan berapa besarnya cadangan persediaan pengaman (Safety Stock) yang ada. [7]

2.3.5 Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Pesanan suatu barang sampai barang tersebut itu datang diperlukan jangka waktu yang bervariasi dari beberapa jam sampai bulan. Perbedaan waktu antara saat memesan sampai barang tersebut dikenal dengan istilah waktu tenggang (Lead Time). Waktu tenggang dipengaruhi oleh ketersediaan


(53)

barang yang dipesan dan jarak lokasi antara pemesan dan penyedia barang. Waktu tenggang yang tidak menentu mengakibatkan terjadinya kekurangan barang misalnya disebabkan penggunaan barang yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya, maka dari itu dibutuhkan suatu persediaan pengaman (safety stock). Apabila safety stock ditetapkan terlalu rendah, persediaan akan habis sebelum persediaan pengganti diterima sehingga produksi dapat terganggu atau permintaan costumer tidak dapat dipenuhi. Perencanaan persediaan bahan baku yang telah diperhitungkan namun seringkali tidak mencukupi karena sering meloncatnya persediaan hasil produksi perusahaan atau barang persediaan tersebut mengalami kerusakan dan tidak memenuhi standar untuk memenuhi permintaan konsumen. Rumus persediaan pengaman (safety stock) dapat dihitung dengan persamaan 2.26.

Safety Stock = Pemakaian Rata-Rata Periode Sebelumnya x Lead Time (2.27) Dimana :

Lead Time= Waktu Tunggu 2.3.6 Reorder Point (ROP)

Reorder Point atau titik pemesanan kembali adalah saat persediaan mencapai titik dimana perlu dilakukan pemensanan kembali yang dinyatakan ROP model terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat didalam stok berkurang terus sehingga kita harus menentukan berapa banyak batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama masa tenggan mungkin dapat juga ditambahkan dengan safety stock yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stok selama masa tenggang.

ROP atau biasanya disebut dengan batas atau titik jumlah pemesanan kembali termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya suatu tambahan atau ekstra stok. Terdapat model-model Reorder Point, yaitu : [8]


(54)

2. Jumlah permintaan adalah variable sedangkan masa tenggang adalah konstan

3. Jumlah permintaan adalah konstan, sedangkan masa tenggang adalah variable

4. Jumlah permintaan maupun masa tenggang adalah variable.

Dari keempat faktor diatas, maka Reorder Point dapat dicari dengan persamaan (2.27) :

(2.28)

Dimana :

ROP = titik pemesanan ulang (reorder point) d = tingkat kebutuhan per unit waktu

L = waktu tenggang Safety Stock

Secara tradisional, jaringan distribusi sering dianggap sebagai serangkaian fasilitas fisik seperti gudang dan fasilitas pengangkutan dan operasi masing-masing fasilitas ini cenderung terpisah antara satu dan lainnya. Namun, pada dasarnya kegiatan distribusi tidak hanya berfokus pada aktifivitas fisik seperti pengiriman saja, namun juga memikirkan tentang bagaimana melakukan perancangan jaringan distribusi, segmentasi/klasterisasi titik distribusi, penjadwalan-penentuan rute dan menentukan konsolidasi pengiriman. Secara umum fungsi distribusi dan transportasi pada dasarnya adalah menghantarkan produk dari lokasi dimana produk tersebut diproduksi sampai dimana mereka akan digunakan. [8]

Manajemen distribusi dan transportasi pada umunya melakukan sejumlah fungsi dasar yang terdiri dari : [8]

1) Melakukan segmentasi dan menentukan target service level

Segmentasi Costumer perlu dilakukan karena dengan memahami perbedaan karakteristik dan kontribusi setiap ritel atau area distribusi, perusahaan bisa mengoptimalkan alokasi persediaan maupun kecepatan pelayanan.


(55)

Manajemen transportasi harus bisa menentukan mode apa yang akan digunakan dalam mendistribusikan produk-produk mereka ke costumer karena setiap mode transportasi memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda-beda dan berpengaruh pada ongkos kirim barang.

3) Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman

Konsolidasi merupakan kata kunci yang sangat penting dewasa ini. Tekanan untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi pendorong utama perlunya melakukan konsolidasi informasi maupun pengiriman. Salah satu contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi data permintaan dari berbagai regional distribution center oleh central warehouse untuk keperluan pembuatan jadwal pengiriman. Sedangkan konsolidasi pengiriman dilakukan misalnya dengan menyatukan permintaan beberapa toko atau ritel yang berbeda dalam sebuah truk.[8]

4) Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman

Salah satu kegiatan operasional yang dilakukan oleh gudang atau distributor adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah costumer. Apabila jumlah ritel sedikit, keputusan dapat diambil dengan relatif mudah. Namun apabila perusahaan memiliki ribuan atau puluhan ribu toko atau tempat-tempat penjualan yang harus dikunjungi, penjadwalan dan penentuan rute pengiriman adalah pekerjaan yang sangat sulit dan keakuratan dalam mengambil dua keputusan tersebut bisa berimplikasi pada biaya pengiriman dan penyimpanan yang tinggi.

5) Memberikan pelayanan nilai tambah. [8]

Disamping mengirimkan produk ke costumer, jaringan distribusi semakin dipercaya untuk melakukan proses nilai tambah. Kebanyakan proses nilai tambah awalnya dilakukan oleh pabrik/manufacturer. Beberapa proses nilai tambah yang dilakukan


(56)

oleh distributor adalah pengepakan, pelabelan harga, pemberian barcode, dan sebagainya.

6) Menyimpan persediaan

Jaringan distribusi selalu melibatkan proses penyimpanan produk baik disuatu gudang pusat atau gudang regional, maupun di toko dimana produk tersebut dipajang untuk dijual. Oleh karena itu manajemen distribusi tidak bisa dilepaskan dari manajemen pergudangan. [8]

7) Menangani pengembalian (return)

Manajemen distribusi juga memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengembalian produk dari hilir ke hulu dalam supply chain. Pengembalian ini bisa karena produk rusak ataupun tidak terjual sampai batas waktu penjualannya habis, seperti produk-produk makanan, sayur, buah dan sebagainya. Kegiatan pengembalian ini juga bisa terjadi pada produk-produk kemasan, seperti botol, yang akan digunakan kembali dalam proses produksi atau yang harus diolah lebih lanjut untuk menghindari pencermaran lingkungan. Proses pengembalian ini limrah dengan sebutan reverse logistic.[8]

Selain itu, secara umum terdapat 3 strategi distribusi produk dari pabrik ke pelanggan. Masing-masing dari strategi ini memiliki keunggulan dan kekurangan. Ketiga strategi tersebut adalah sebagi berikut : [8]

1) Pengiriman langsung (Direct Shipment)

Pada model ini, pengiriman dilakukan langsung dari pabrik ke costumer tanpa melalui gudang atau fasilitas penyangga. Strategi ini cocok digunakan untuk barang yang umurnya pendek dan barang yang mudah rusak dalam proses bongkar muat. Keunggulan dari strategi ini adanya penghematan biaya fasilitas, pemendekan waktu kirim ke costumer dan mengurangi jumlah inventory di rantai supply chain. Namun


(57)

strategi ini juga memiliki resiko yang lebih tinggi apabila terjadi ketidakpastian permintaan sehingga menyebabkan ketidakpastian pasokan barang.

2) Pengiriman melalui Warehouse

Pada model ini, barang tidak langsung dikirimkan ke

costumer. Namun melewati satu atau lebih gudang atau fasilitas penyangga. Model ini cocok untuk produk-produk yang memiliki ketidakpastian demand/supply-nya tinggi serta produk-produk yang memiliki daya tahan relatif lama. Keunggulan dari strategi ini adalah dapat merendam ketidakpastian demand/supply bila terjadi ketidaksinkronan serta dapat menajdi konsolidasi beban dari sejumlah supplier. Di sisi lain strategi ini akan menambah pada ongkos penyimpanan barang dan barang akan lebih lama sampai di tangan Ritel.

3) Cross Docking

Pada model ini,kendaraan penjemput dan pengirim akan bertemu di fasilitas cross-dock yang berada diantara pabrik dan Ritel. Model ini memindahkan produk secara langsung di lokasi yang berdekatan sehingga pengiriman bisa relatif lebih cepat dan tetap bisa mencapai economies of transportation yang baik karena adanya konsolidasi. Strategi ini lemah dari sisi kebutuhan investasi sistem yang biasanya cukup tinggi untuk mendukung koordinasi yang terjadi antara pabrik dan costumer. [9]

2.4 Object Oriented Programming

Object Oriented Programming (OOP) merupakan paradigma pemrograman yang berorientasikan kepada objek. Semua data dan fungsi di dalam paradigma ini dibungkus ke dalam kelas-kelas atau objek-objek.


(58)

Kelebihan penggunaan model data berorientasi objek adalah memberikan fleksibilitas.

Kemudahan mengubah program, dan digunakan luas dalam teknik piranti lunak skala besar. Dengan menggunakan OOP maka dalam melakukan pemecahan suatu masalah tidak melihat bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah tersebut (terstruktur) tetapi objek–objek apa yang dapat melakukan pemecahan masalah tersebut. Pemrograman berorientasi objek menekankan konsep berikut:

1. Kelas (Class) - kumpulan atas definisi data dan fungsi-fungsi dalam

suatu unit untuk suatu tujuan tertentu. Sebagai contoh “class of cat

adalah suatu unit yang terdiri atas definisi-definisi data dan fungsi-fungsi yang menunjuk pada berbagai macam behavior atau perilaku dari kucing. Sebuah class adalah dasar dari modularitas dan struktur dalam pemrograman berorientasi objek. Sebuah class

secara tipikal sebaiknya dapat dikenali oleh seorang non-programmer sekalipun terkait dengan domain permasalahan yang ada, dan kode yang terdapat dalam sebuah class sebaiknya (relatif) bersifat mandiri dan independen (sebagaimana kode tersebut digunakan jika tidak menggunakan OOP). Dengan modularitas, struktur dari sebuah program akan terkait dengan aspek-aspek dalam masalah yang akan diselesaikan melalui program tersebut. Cara seperti ini akan menyederhanakan pemetaan dari masalah ke sebuah program ataupun sebaliknya.

2. Objek ( object) - membungkus data dan fungsi bersama menjadi suatu unit dalam sebuah program komputer. Objek merupakan dasar dari modularitas dan struktur dalam sebuah program komputer berorientasi objek.

3. Abstraksi (Abstract) - Kemampuan sebuah program untuk melewati aspek informasi yang diproses olehnya, yaitu kemampuan untuk memfokus pada inti. Setiap objek dalam sistem melayani sebagai


(59)

model dari "pelaku" abstrak yang dapat melakukan kerja, laporan dan perubahan keadaannya, dan berkomunikasi dengan objek lainnya dalam sistem, tanpa mengungkapkan bagaimana kelebihan ini diterapkan. Proses, fungsi atau metode dapat juga dibuat abstrak, dan beberapa teknik digunakan untuk mengembangkan sebuah pengabstrakan.

4. Enkapsulasi (Encapsulation) - Memastikan pengguna sebuah objek tidak dapat mengganti keadaan dalam dari sebuah objek dengan cara yang tidak layak; hanya metode dalam objek tersebut yang diberi ijin untuk mengakses keadaannya. Setiap objek mengakses interface yang menyebutkan bagaimana objek lainnya dapat berinteraksi dengannya. Objek lainnya tidak akan mengetahui dan tergantung kepada representasi dalam objek tersebut.

5. Polimorfisme (Polimorphism) - melalui pengiriman pesan. Tidak bergantung kepada pemanggilan subrutin, bahasa orientasi objek dapat mengirim pesan metode tertentu yang berhubungan dengan sebuah pengiriman pesan tergantung kepada objek tertentu di mana pesan tersebut dikirim. Contohnya, bila sebuah burung menerima pesan "gerak cepat", dia akan menggerakan sayapnya dan terbang. Bila seekor serigala menerima pesan yang sama, dia akan menggerakkan kakinya dan berlari. Keduanya menjawab sebuah pesan yang sama, namun yang sesuai dengan kemampuan hewan tersebut. Ini disebut polimorfisme karena sebuah variabel tungal dalam program dapat memegang berbagai jenis objek yang berbeda selagi program berjalan, dan teks program yang sama dapat memanggil beberapa metode yang berbeda di saat yang berbeda dalam pemanggilan yang sama. Hal ini berlawanan dengan bahasa fungsional yang mencapai polimorfisme melalui penggunaan fungsi kelas-pertama.

6. Inheritas (Inheritance) - Mengatur polimorfisme dan enkapsulasi dengan mengijinkan objek didefinisikan dan diciptakan dengan


(60)

jenis khusus dari objek yang sudah ada - objek-objek ini dapat membagi (dan memperluas) behavior mereka tanpa harus mengimplementasi ulang behavior tersebut (bahasa berbasis-objek tidak selalu memiliki inheritas) [10].

2.5 UML (Unified Modeling Language)

UML (Unified Modeling Language) adalah bahasa spesifikasi standar untuk mendokumentasikan, menspesifikasikan, dan membangun system.

Unified Modeling Language (UML) adalah himpunan struktur dan teknik untuk pemodelan desain program berorientasi objek (OOP) serta aplikasinya. UML adalah metodologi untuk mengembangkan sistem OOP dan sekelompok perangkat tool untuk mendukung pengembangan sistem tersebut [2]. UML mulai diperkenalkan oleh Object Management Group, sebuah organisasi yang telah mengembangkan model, teknologi, dan standar OOP sejak tahun 1980-an. Sekarang UML sudah mulai banyak digunakan oleh para praktisi OOP. UML merupakan dasar bagi perangkat (tool) desain berorientasi objek dari IBM.

UML adalah suatu bahasa yang digunakan untuk menentukan, memvisualisasikan, membangun, dan mendokumentasikan suatu sistem informasi. UML dikembangkan sebagai suatu alat untuk analisis dan desain berorientasi objek oleh Grady Booch, Jim Rumbaugh, dan Ivar Jacobson.

Namun demikian UML dapat digunakan untuk memahami dan

mendokumentasikan setiap sistem informasi. Penggunaan UML dalam industri terus meningkat. Ini merupakan standar terbuka yang menjadikannya sebagai bahasa pemodelan yang umum dalam industri peranti lunak dan pengembangan Sistem.

Berikut adalah berbagai macam diagram UML untuk memodelkan aplikasi berorientasi objek, yaitu [11]:

1. Use Case Diagram

2. Sequence Diagram

3. Collaboration Diagram


(61)

5. Activity Diagram

6. Class Diagram

7. Object Diagram

8. Component Diagram

9. Deployment Diagram

Pada sistem ini, diagram UML yang akan digunakan adalah: 1. Use Case Diagram

Use case diagram merupakan pemodelan untuk memodelkan kelakuan (behavior) dari sistem yang akan dibuat. Use Case mendeskripsikan sebuah interaksi antar satu atau lebih aktor dengan sistem yang akan dibuat.

2. Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan kelakuan objek pada use case dengan mendeskripsikan waktu hidup objek dan pesan yang dikirimkan dan diterima antar objek. Banyaknya sequence diagram yang harus digambarkan adalah minimal sebanyak pendefinisian use case yang memiiki proses sendiri.

3. Activity Diagram

Pada dasarnya Activity diagram sering digunakan oleh flowchart. Activity diagram menggambarkan aliran kerja atau aktivitas dari sebuah sistem atau proses bisnis atau menu yang ada pada perangkat lunak.

4. Class Diagram

Class diagram adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class diagram menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). Class diagram

menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi,dan lain-lain.


(62)

2.6 HyperText Markup Language (HTML)

HyperText Markup Language (HTML) adalah sebuah markup untuk menstrukturkan dan menampilkan isi dari halaman web. HTML pertama kali diciptakan pada tahun 1990 dan versi keempatnya HTML4 pada tahun 1997 dan hingga bulan juni 2011 tetap dalam proses pengembangan. Tujuan utama pengembangan HTML5 adalah untuk memperbaiki teknologi HTML agar mendukung teknologi multimedia terbaru, mudah dibaca oleh manusia dan juga mudah dimengerti oleh mesin.[12]

HTML5 merupakan salah satu karya World Wide Web Consortium(W3C)

untuk mendefinisikan sebuah bahasa markup tunggal yang dapat dituliskan dengan cara HTML ataupun XHTML. HTML5 merupakan jawaban atas pembangunan HTML 4.01 dan XHTML 1.1 yang selama ini berjalan terpisah dan diimplementasikan secara berbeda-beda oleh banyak perangkat lunak pembuat web.[12]

2.7 Hypertext Preprocessor (PHP)

HyperText Markup Language(HTML) adalah sebuah markup untuk menstrukturkan dan menampilkan isi dari halaman web. HTML pertama kali diciptakan pada tahun 1990 dan versi keempatnya HTML4 pada tahun 1997 dan hingga bulan juni 2011 tetap dalam proses pengembangan. Tujuan utama pengembangan HTML5 adalah untuk memperbaiki teknologi HTML agar mendukung teknologi multimedia terbaru, mudah dibaca oleh manusia dan juga mudah dimengerti oleh mesin.[13]

HTML5 merupakan salah satu karya World Wide Web Consortium(W3C)

untuk mendefinisikan sebuah bahasa markup tunggal yang dapat dituliskan dengan cara HTML ataupun XHTML. HTML5 merupakan jawaban atas pembangunan HTML 4.01 dan XHTML 1.1 yang selama ini berjalan terpisah dan diimplementasikan secara berbeda-beda oleh banyak perangkat lunak pembuat web.[13]


(1)

6. Apakah sistem informasi supply chain management ini memberikan kemudahan dalam memantau stok bahan baku pada gudang bahan baku?

Jawaban:

Menurut bagian kepala gudangbahwa sistem informasi supply chain management yang dibangun sangat membantu kepala gudangdalam memantau stok bahan baku pada gudang material.

7. Apakah sistem informasi supply chain management yang dibangun mengenai peramalan persediaan bahan baku agar tidak kekurangan maupun kelebihan bahan baku sudah sesuai dengan yang dibutuhkan?

Jawaban:

Menurut bagian kepala gudangbahwa sistem informasi supply chain management yang dibangun mengenai peramalan persediaan bahan baku pada periode sebelumnya yang telah sesuai sistem yang dibangun, maka dapat dipastikan sistem yang dibangun telah cukup akurat dan sesuai dengan kebutuhan kepala gudang.

Kepala Pemasaran

1. Apakah sistem informasi supply chain management ini mudah digunakan?

Jawaban:

Menurut bagian Kepala Pemasaranbahwa sistem informasi supply chain management yang dibangun sangat sederhana sehingga mudah untuk digunakan.

2. Apakah tampilan antar muka sistem informasi supply chain management ini terlihat menarik?


(2)

224

Jawaban:

Menurut bagian Kepala Pemasaranbahwa sistem informasi supply chain management yang dibangun tampilan antarmuka sistem ini sederhana dan cukup menarik lagi.

3. Apakah sistem informasi supply chain management ini memberikan kemudahan pada bagian pemasaran? Jawaban:

Menurut bagian Kepala Pemasaranbahwa sistem informasi supply chain management yang dibangun sangat memberikan kemudahan untuk bagian pemasaran dikarenakan data pendistribusian ke pelanggan lebih terstruktur dan jelas pendistribusiannya.

4. Menurut anda, apakah sistem informasi supply chain management ini menggunakan bahasa yang mudah untuk dimengerti?

Jawaban:

Menurut bagian Kepala Pemasaranbahwa sistem informasi supply chain management yang dibangun cukup sederhana sehingga sangat mudah untuk dimengerti.

5. Apakah Sistem Informasi supply chain management ini memberikan kemudahan dalam mendistribusikan barang ?

Jawaban:


(3)

informasi supply chain management yang dibangun cukup membantu dalam proses pendistribusian barang.

6. Apakah Sistem informasi supply chain managementini memberikan kemudahan dalam memantau stok barang di gudang barang?

Jawaban:

Menurut bagian Kepala Pemasaranbahwa sistem informasi supply chain management yang dibangun cukup membantu dalam memantau stok barang yang tersedia di dalam gudang barang.

Hasil wawancara yang dilakukan terhadap pengguna bagian kepala gudang dan bagian kepala pemasaran adalah bahwa system informasi supply chain management yang dibangun mengenai peramalan pembelian bahan baku sudah cukup benar dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Untuk pendistribusian barang kaos oblong sendiri sudah cukup membantu dalam menentukan pengiriman barang ke setiap pelanggan sesuai dengan permintaan dan target produksi. Sedangkan untuk tampilan system yang dibangun sudah cukup menarik dan saran untuk kedepannya aplikasi yang dibangun harus ditambahkan lebih banyak fitur.

4.2.5. Kesimpulan Hasil Pengujian Beta

Berdasarkan pengujian beta yang telah dilakukan maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa system informasi supply chain management yang dibangun telah memenuhi kebutuhan pengguna yakni bagian kepala gudang dapat terbantu dalam melakukan perhitungan pembelian bahan baku yang harus dibeli oleh bagian gudang agar kegiatan produksi terus berlanjut. Untuk bagian kepala pemasaran terbantu


(4)

226

dalam mendistribusikan barang ke setiap pelanggan sesuai dengan banyaknya permintaan dan pemesanan yang telah ditentukan oleh pelanggan.


(5)

227

setelah dilakukan analisis, desain, dan implementasi dari perancangan perangkat lunak yang dibangun serta saran - saran yang akan memberikan catatan penting dan kemungkinan perbaikan yang perlu dilakukan untuk pengembangan perangkat lunak selanjutnya.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapat dalam penulisan tugas akhir ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. System informasi supply chain management dapat membantu kepala gudang dalam menentukan waktu pembelian dan jumlah pembelian bahan baku yang harus dibeli oleh bagian gudang agar kegiatan produksi terus berjalan.

2. Sistem informasi supply chain management dapat membantu kepala pemasaran dalam melakukan pendistribusian barang ke setiap pelanggan sesuai dengan target pemesanan yang telah ditentukan oleh pelanggan.

5.2. Saran

Saran untuk pengembangan system informasi ini ada beberapa saran yang dapat dilakukan, antara lain :

1. Membuat tampilan system yang lebih menarik lagi karena tampilan yang digunakan sekarang masih sederhana.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan system yang dibangun dapat melakukan pengelolaan dan perincian dalam memperhitungkan biaya untuk pembelian bahan baku ke supplier.


(6)