Tinjauan atas Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan PPh 25 di KPP Pratama Bandung Karees
TINJAUAN ATAS PERHITUNGAN, PENYETORAN, PELAPORAN PPH PASAL 25 DI KPP PRATAMA BANDUNG KAREES LAPORAN HASIL KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Program Strata I Program Studi Akuntansi
STELLA MARIA PAYUNG 21110176 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2014
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN DAN NILAI ........................................................... i KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi DAFTAR TABEL ................................................................................................ viiBAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek ............................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek ........................................................ 4
1.2.1 Maksud Kerja Praktek ................................................................... 4
1.2.2 Tujuan Kerja Praktek .................................................................... 4
1.3 Kegunaan Kerja Praktek ........................................................................ 4
1.4 Metode Kerja Praktek ............................................................................ 5
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek. .......................................................... 6
1.5.1 Lokasi Kerja Praktek ................................................................... 8
1.5.2 Waktu Kerja Praktek ................................................................... 7
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Bandung Karees .................................. 9
2.2 Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Karees ............................ 14
2.3 Uraian Tugas KPP Pratama Bandung Karees ...................................... 15
2.4 Kegiatan KPP Pratama Bandung Karees ............................................. 19
BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek ...................................................... 21
3.1.1 Pengertian Pajak ........................................................................ 21
3.1.2 Fungsi Pajak .............................................................................. 22
3.1.3 Pengelompokan Pajak ............................................................... 22
3.1.4 Sistem Pemungutan Pajak ......................................................... 24
3.1.5 Pengertian Pajak Penghasilan .................................................... 25
3.1.6 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 25 ..................................... 25
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek ....................................................... 26
3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek
3.3.1 Tata Cara Perhitungan PPh 25 ................................................... 26
3.3.2 Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh 25 ............................ 30
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 33
4.2 Saran .................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35
LAMPIRAN .......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Struktur Organisasi.................................................................14
DAFTAR TABEL
No Tabel Judul Tabel Halaman
1.1 Aktivitas Kerja Praktek………………………………………… 7
1.2 Jadwal Penelitian………………………………………………... 8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kelancaran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek dengan judul
“Tinjauan atas
Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan PPh 25 di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Bandung Karees”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan koreksi dan saran yang sifatnya membangun guna kesempurnaan laporan kerja praktek ini.
Penyusunan laporan ini tidak lepas pula dari bantuan dan dukungan semua pihak yang telah memberi dukungan dan masukan. Dengan segala ketulusan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.
4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi akuntansi dan sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan kepada penulis
Program Studi Akuntansi 6. Seluruh Staff Dosen dan Sekretariat Program Studi Akuntansi
Universitas Komputer Indonesia 7. Bapak Yunan Sugian Dinata, selaku Kepala Seksi Pelayanan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees 8. Ibu Heny Rochaeni, selaku pembimbing dari Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Bandung Karees yang telah memberikan pengarahan dalam kuliah kerja praktek ini
9. Seluruh staff seksi pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees 10. Kepada keluargaku tercinta kakek, nenek, tante, papa dan om yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
11. Laura, Irna, Debora, Eva, Rahma, Ati, Ulfi dan Tammy yang selalu ada memberikan dukungan, sayang kalian semua
12. Dua sahabatku Nasti dan Fifianti yang selalu memberikan semangat, sayang kalian berdua
13. Teman-teman seperjuangan kelas Ak4, terima kasih untuk kebersamaanya selama ini
14. Kakak-kakak senior yang turut memberikan masukan dalam pengerjaan laporan kerja praktek
15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan laporan ini. Semoga dibalik kekurangannya laporan kerja praktek ini masih dapat memberikan manfaat.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi rekan-rekan yang membaca laporan ini Terima kasih.
Bandung, 9 Januari 2014 Penulis
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pajak. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 22/PJ/2008 tentang Tata Cara Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan
25 Erly Suandy. 2002. Perpajakan dilengkapi dengan latihan soal. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Patric Walandouw, 2013
. “Analisis Perhitungan dan Pelaporan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 25”. Jurnal EMBA
Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Siti Resmi dalam buku yang berjudul Perpajakan: Teori dan Kasus 2003 Waluyo, dan Wirawan B Ilyas, 2003, Perpajakan Indonesia, Jakarta: Salemba
Empat Widayati dan Nurlis. 2010.
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Pekerjaan Bebas Studi Kasus Pada KPP Pratama Gambir Tiga”. Proceeding
Simposium Nasional Akuntansi XII. Purwokerto
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Pajak merupakan penerimaan Negara terbesar yaitu mencakup kurang lebih 2/3 dari penerimaan Negara. Negara menggunakan penerimaan pajak untuk membiayai pelayanan publik dan pembangunan nasional. Dominasi pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu hal yang sangat wajar, terlebih ketika sumber daya alam, khususnya minyak bumi tidak bisa lagi diandalkan karena mempunyai umur yang relative terbatas . Hal ini berbeda dengan pajak, sumber penerimaan ini mempunyai umur yang tidak terbatas (Widayati dan Nurlis : 2010)
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya dalam pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara untuk membiayai semua pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh Negara termasuk salah satunya berupa pengeluaran pembangunan (Ida Zuraida : 2011) . Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Pajak sendiri memiliki dua fungsi yaitu fungsi budgetair yang merupakan merupakan fungsi utama pajak dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas Negara dan fungsi regulerend yang merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu (Siti Kurnia Rahayu : 2010)
Maka, pajak bukan hanya ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi juga untuk meningkatkan penerimaan Negara.
Dengan pajak sebagai salah satu pos penerimaan Negara diharapkan banyak pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan Negara (Siti Kurnia Rahayu : 2010)
Penerimaan dari sektor pajak pusat terdiri dari beberapa jenis yaitu melalui :
1. Pajak Penghasilan 2.
Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah 3. Pajak Bumi dan Bangunan 4. Bea Materai dan Pajak Daerah Lainnya
Pajak Penghasilan, salah satu pajak yang ada di Indonesia merupakan salah penyumbang terbesar bagi Negara. Pajak Penghasilan memberikan dampak yang cukup besar bagi perekonomian, dikarenakan semua rakyat Indonesia atau semua orang yang memperoleh penghasilan di Indonesia merupakan subjek dari pajak penghasilan. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak (Early Suandi : 2002)
Salah satu pajak penghasilan adalah pajak penghasilan 25. Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan angsuran yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 Undang-Undang 7 Tahun 1983, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Tujuan Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri dimaksudkan untuk meringankan beban pajak dalam membayar pajak terutang (Siti Resmi : 2003).
Cara menghitung PPh pasal 25 harus dihitung sesuai dengan ketentuan. Pada umumnya, cara menghitung PPh pasal 25 didasarkan kepada data SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan kredit pajak lalu dibagi 12 (belas bulan) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak (Patric : 2013).
Dasar perhitungan PPh 25 tercantum di dalam UU Nomor 7 tahun 1983 yang diubah terakhir dalam undang-undang nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. Mekanisme penyetoran dan pelaporan PPh 25 adalah menyetor serta melaporkan sendiri pajak terutang, dimana wajib pajak diwajibkan menyetor dan melaporkan sendiri pajak tersebut setiap bulan. Hal ini diatur dalam peraturan PER-22/PJ/2008 tentang tata cara pembayaran dan pelaporan PPh pasal 25.
Pajak penghasilan PPh 25 termasuk dalam sistem pemungutan pajak secara self assessment system. Self Assessment system adalah pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar (Waluyo dan Wirawan : 2003)
Akan tetapi dalam pelaksanaan self assessment system ini terdapat beberapa kendala. Menurut Kepala Pelayanan KPP Pratama Bandung Karees, fenomena yang banyak terjadi adalah masih banyak wajib pajak yang salah dalam menghitung serta terlambat menyetorkan dan melaporkan pajak penghasilan 25 mereka (Yunan : 2013) Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun laporan kerja praktek yang berjudul
“Tinjauan atas Perhitungan Penyetoran, Pelaporan PPh pasal 25 di KPP Pratama Bandung Karees
”
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
1.2.1 Maksud Kerja Praktek
Maksud dari kerja praktek ini adalah untuk mengetahui cara perhitungan, penyetoran, pelaporan PPh pasal 25 di KPP Pratama Bandung Karees.
1.2.2 Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan dilaksankannya kerja praktek ini adalah : 1. Untuk mengetahui cara perhitungan PPH 25 di KPP Pratama Bandung
Karees 2. Untuk mengetahui cara penyetoran dan pelaporan PPh 25 di KPP Pratama
Bandung Karees
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Hasil penelitian ini berupa sekumpulan informasi yang diharapkan dapat berguna bagi semua pihak berkepentingan terhadap yang penulis teliti antara lain bagi : 1.
Bagi perusahaan
Diharapkan dapat memberi masukan mengenai tinjauan atas perhitungan, penyetoran dan pelaporan di KPP Pratama Bandung Karees
2. Bagi penulis Diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pemahaman dalam hal perpajakan mengenai tinjauan atas perhitungan, penyetoran dan pelaporan di KPP Pratama Bandung Karees
3. Bagi Akademika Dapat menjadi bahan refrensi untuk menambah pengetahuan perpajakan mengenai cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh pasal 25 di KPP Pratama Bandung Karees
1.4 Metode Kerja Praktek dan Teknik Pengumpulan Data
1.4.1 Metode Kerja Praktek
Metode Kerja Praktek yang digunakan penulis dalam penulisan laporan Kerja Praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees adalah Block
Release yaitu metode pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek dalam satu periode
tertentu (30 hari kerja).1.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang diperoleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Studi Lapangan
Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan cara sebagai berikut : a.
Observasi (Pengamatan Langsung) Observasi yaitu suatu cara untuk mendapatkan data-data yang diperlukan oleh penulis dengan melakukan pengamatan langsung pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Karees.
b.
Interview (Wawancara)
Interview merupakan suatu metode pengumpulan data dengan
melakukan tanya jawab secara lisan terhadap bagian bagian tertentu yang dianggap dapat memberikan informasi yang sesuai dengan materi penyusunan Lapaoran Kerja Praktek ini.
2. Studi Pustaka
Merupakan suatu metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk memperoleh data secara teoritis dengan mempelajari buku-buku, buku panduan kerja praktek, catatan kuliah, dan buku referensi yang lain yang berkaitan erat dengan pembahasan kerja praktek.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
1.5.1 Lokasi Kerja Praktek
Penulis melakukan kerja praktek di seksi pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees, Jalan Ibrahim Adjie no 372 Kiaracondong no 26 Bandung.
1.5.2 Waktu Kerja Praktek
Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 22 Juli 2013 sampai dengan 6 September 2013 dengan jam kerja hari Senin sampai dengan hari Jumat jam 08.00 sampai 16.00 WIB.
Tabel 1.1 Aktivitas Kerja PraktekNO HARI WAKTU KET
1 Senin - Jumat
08.00 Masuk Kerja
2 Senin - Jumat 08.00 - 16.00 Jam Kerja
3 Senin - Jumat 12.00 - 13.00 Istirahat Kerja
4 Senin - Jumat
16.00 Pulang Kerja
5 Sabtu dan Minggu - Libur
Tabel 1.2 Jadwal PenelitianJuli Agustus September Oktober November Desember NO KEGIATAN 2013 2013 2013 2013 2013 2013 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I Pendahuluan 1.
Pengajuan Kerja Praktek ke perusahaan 2. Persetujuan
Kerja Praktek
II Pelaksanaan Kerja Praktek 1.
Kerja Praktek
III Pelaporan Kerja Praktek 1.
Penulisan Kerja Praktek 2. Bimbingan
Kerja Praktek 3. Revisi Kerja
Praktek 4. Pengumpulan
Data 5. Pengolahan
Data
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN2.1 Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Bandung Karees
Sejak jaman penjajahan Belanda, pemungutan pajak memang sudah dilaksanakan dan ditangani oleh suatu badan dengan nama De Inspective
Finantien yang mengurus masalah pemungutan pajak dari rakyat secara paksa
berdasarkan Undang-Undang Kolonial Belanda yang berlaku pada saat itu dan hasilnya digunakan untuk kepentingan penjajah.
Pada waktu pemerintahan pejajah Belanda menyerah kepada Jepang pada tanggal 9 maret 1942, maka nama De Inspective Finantien diganti menjadi
Zaimuba yaitu suatu badan dibawah pemerintahan Jepang yang mengurus masalah
keuangan.Namun Zaimuba
tidak bertahan lama, karena Jepang menyerah kepada
sekutu. Pada saat kekosongan kekuasaan itu, Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, sehingga nama Zaimuba diganti dengan Inspeksi Keuangan Bandung yang berkedudukan di Gedung Concerdia (Gedung Merdeka) di Jalan Asia Afrika Bandung. Inspeksi Keuangan Bandung tersebut meliputi daerah Swatantra Tingkat II, Kota Praja Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kerawang, Bekasi, Purwakarta, Subang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis serta Banjar.
Ketika terjadi Agresi militer Belanda I, pasukan Belanda menguasai selatan. Oleh karena itu, Inspeksi Keuangan Bandung dipindahkan ke Soreang (Bandung selatan). Pada Agresi militer II, Inspeksi Keuangan Bandung dipecah menjadi 2 aliran, yaitu:
1. Aliran cooperative Aliran yang mau bekerjasama dengan Belanda, yang berkedudukan di Soreang Bandung.
2. Aliran non cooperative Aliran yang tidak mau bekerjasama dengan Belanda, yang berkedudukan di Tasikmalaya.
Setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia, maka Kantor Inspeksi Keuangan Bandung yang berkedudukan di Tasikmalaya dipindah ke Bandung, yaitu di Jalan Raya Barat (sekarang Jalan Asia Afrika), tepatnya disebuah Hotel Homan di depan Kantor Pekerjaan Umum (KPU).
Dengan perkembangan jaman dan bertambahnya jumlah penduduk serta meningkatnya tingkat ekonomi masyarakat, maka pada tahun 1965, Kantor Inspeksi Keuangan Bandung (termasuk Inspeksi Keuangan Lainnya di Indonesia), diganti menjadi Inspeksi Pajak Bandung yang berada dibawah Direktorat Jendral Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia, dimana kantor Inspeksi Pajak Bandung dipecah manjadi: 1.
Kantor Inspeksi Pajak Bandung Meliputi daerah Swatantra II, Kota Praja Bandung Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Kantor tersebut terletak di Jalan Asia Afrika no. 114 Bandung.
2. Kantor Inspeksi Pajak Karawang Meliputi daerah Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Subang. Dimana kantor tersebut berkedudukan di Karawang.
Kemudian pada tanggal 1 Januari 1980, Kantor Inspeksi Pajak Bandung dipecah menjadi 2 Inspeksi pajak berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Rebuplik Indonesia Nomor: KEP-141/KMK/1979, tanggal 6 April 1979, dimana pembagian wilayah Inspeksi Pajak Bandung menjadi:
1. Kantor Inspeksi Bandung Timur Bertempat di Jalan Asia Afrika No. 114 Bandung 2. Kantor Inspeksi Pajak Bandung Barat yang bertempat di Jalan Soekarno Hatta No. 118 Bandung.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: KEP-297/KMK/1989, memutuskan bahwa mulai tanggal 1 April 1989, seluruh Kantor Inspeksi Pajak yang berada di Indonesia namanya diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan di Bandung sendiri dipecah menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak, yaitu: 1.
KPP Bandung Timur (sekarang KPP Bandung Karees) Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung 2. KPP Bandung Tengah Jalan Purnawarman No. 21 Bandung.
3.
Jalan Soekarno Hatta No. 118 Bandung 4. KPP Cimahi Jalan Riau No. 1 Bandung.
Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor: KEP-94/KMK/1994 tanggal 29 Maret 1994, Kantor Pelayanan Pajak tersebut berubah menjadi:
1. KPP Bandung Karees Jalan Kiaracondong No. 372 Bandung.
(Terakhir KPP Bandung Karees berubah nama menjadi KPP Pratama Bandung Karees terhitung mulai tanggal 28 Agustus 2007) 2. KPP Tegalega Jalan Soekarno Hatta no. 118 Bandung.
3. KPP Cibeunying Jalan Purnawarman No. 21 Bandung.
4. KPP Bojonegara Jalan Asia Afrika Bandung 5. KPP Bandung Cimahi
Jalan Raya Barat No. 574, Cimahi Adapun Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees adalah sebagai berikut :
1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
Menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat.
2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
a. Misi Fiskal Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sector pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan Undang- Undang Perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efesiansi yang tinggi.
b. Misi Ekonomi Mendukung kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan ekonomi bangsa dan kebijakan yang meminimalisasi distorsi c. Misi Politik
Mendukung proses demokratisasi bangsa
d. Misi Kelembagaan Senantiasa memperbaharui diri, selaras dengan aspirasi masyarakat dan teknologi perpajakan serta administrasi perpajakan mutakhir.
2.2 Struktur Organisasi Gambar 2.1 Kepala
Kantor
Subbagian umum Sekretaris Pelaksana Bendahara
Seksi PDI Seksi Pelayanan
Seksi Penagihan Seksi Fungsional
Seksi Pemeriksaan Seksi Ekstensifikasi
Waskon
I Waskon
II Wakson
III Waskon
IV
2.3 Uraian Tugas
Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees terdiri atas kepala kantor, satu sub bagian, Sembilan seksi, dan satu kelompok jabatan fungsional. Tugas pokok dan fungsi masing-masing struktur organisasi pada KPP Pratama Bandung Karees adalah sebagai berikut :
1. Kepala kantor Pelayanan Pajak Pratama Adapun tugas dan tanggung jawab Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama adalah sebagai berikut : a.
Melakukan Penyuluhan b. Melakukan pengawasan (pemeriksaan dan penagihan), termasuk mengawasi jalannya kegiatan operasional perpajakan, yaitu Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), dan Pajak tidak langsung lainnya c. Melakukan peningkatan pelayanan d. Menerima laporan kerja dari setiap seksi dan membuat kegiatan operasional Kantor Pelayanan Pajak wilayah Jawa Barat
2. Sub Bagian Umum Sub Bagian Umum terdiri atas : 1) Sekretaris
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a.
Menyelenggarakan pengurusan surat-surat masuk atau berkas dokumen yang diterima sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b.
Menyelenggarakan penyusunan surat keluar agar komunikasi administrasi berjalan dengan lancar.
c.
Membuat konsep rencana kerja subbagian umum.
d.
Menyimpan surat dan dokumen untuk memudahkan penemuan kembali surat atau dokumen yang diperlukan.
2) Bendahara Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a.
Membuat konsep daftar perencanaan pembiayaan kantor pelayanan pajak b.
Melaksanakan pengelolaan pembayaran gaji/rapel, gaji/kekurangan gaji, atau lembur para pegawai 3) Pelaksana
Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a.
Membuat konsep perencanaan dan pengadaan alat perlengkapan kantor/ATK/formulir sesuai dengan batas kewenangan berdasarkan rencana anggaran dalam DIPA b. Melaksanakan penyimpanan dan pendistribusian alat perlengkapan kantor c.
Menyelenggarakan pembukuan investaris kantor
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a.
Melakukan pengumpulan dan pencarian data perpajakan b. c.
Pengolahan data perpajakan d. Analisis informasi perpajakan e. Penyajian informasi perpajakan f. Pelayanan dukungan teknis computer g.
Pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling
4. Seksi Pelayanan Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a.
Menerima dan menata surat-surat permohonan dari wajin pajak dan surat lainnya b.
Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan c. Penyuluhan perpajakan d. Pelaksanaan registrasi wajib pajak
5. Seksi Penagihan Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a.
Penatausahaan piutang pajak, penundaaan dan angsuran tunggakan pajak b.
Mempersiapkan surat peringatan teguran dan melakukan penagihan c. Melakukan penagihan aktif terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi pembayaran pajak d.
Pembuatan usul penghapusan piutang perpajakan e. Penyimpanan dokumen-dokumen penagihan
6. Seksi Pemeriksaan Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a.
Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan b.
Penatausahaan pemeriksaan rutin c. Penerbitan Surat Pemerintah Pemeriksaaan Pajak (SP3) d. Pengusulan pemeriksa rutin e. Perekaman nota hitung
7. Kelompok Fungsional Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a. melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku b.
Melaksanakan teknis fungsional pendataan dan penilaian perpajakan
8. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan Memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : a.
Melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, penilaian objek pajak dalam rangka ekstensifikasi.
b.
Penetapan perpajakan sektor pedesaan dan perkotaan c. Penetapan perpajakan sektor perkebunan, pertambangan dan perhutanan d.
Intensifikasi dan ekstensifikasi penetapan perpajakan
9. Seksi Waskon I Mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan yang berada di wilayah Kecamatan Regol
10.Seksi Waskon II Mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan yang berada di wilayah Kecamatan Bandung Kidul.
11.Seksi Waskon III Mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan yang berada di wilayah Kecamatan Lengkong
12.Seksi Waskon IV Mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan yang berada di wilayah Kecamatan Kiara Condong
2.4 Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees adalah memberikan pelayanan kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan melalui prosedur yang mudah dan sistematis dan melakukan kegiatan operasional perpajakan di bidang pengolahan data informasi, tata usaha perpajakannya, pelayanan, penagihan, pengawasan, konsultasi, pemeriksaan kepada wajib pajak serta mengadakan kegiatan penyuluhan pajak kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban perpajakannya.
BAB III PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees , penulis ditempatkan pada Seksi Pelayanan .
Dalam pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Praktek tersebut penulis diberikan pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan bidang pelayanan sehari-hari.
3.1.1 Pengertian Pajak
Menurut Prof.Dr.Rochmat Soemitro dalam Siti Kurnia Rahayu (2010 : 22 ) mengemukakan bahwa : “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.
Menurut S.I.Djajadiningrat dalam Siti Resmi (2011 : 1) defenisi pajak adalah sebagai berikut : “Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah yang sebagian dipakai u ntuk penyediaan barang dan jasa”
Dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib kepada kas Negara berdasarkan undang-undang yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
3.1.2 Fungsi Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 25) fungsi pajak terbagi menjadi dua yaitu : a. Fungsi Budgetair
Fungsi budgetair ini merupakan fungsi utama pajak dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas Negara yang dilakukan sistem pemungutan berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku.
b. Fungsi Regulerend Dalam fungsi regulerend pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu.
3.1.3 Pengelompokan Pajak
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010 : 45) pengelompokan pajak terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Menurut Golongannya a.
Pajak langsung, yaitu pajak yang apabila beban pajak yang dipikul seseorang atau badan (tax burden) tidak dapat dilimpahkan (no tax shifting) kepada pihak lain. Pihak yang ditunjuk oleh Undang-Undang Pajak yang memikul beban pajak sudah jelas yaitu seseorang atau badan yang memiliki sesuatu, bukan pada sesuatunya tetapi kepada seseorang atau badannya. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh).
b.
Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang dipikul seseorang (tax burden) dapat dilimpahkan (tax shifting) baik seluruhnya maupun sebagian kepada pihak lain.
Tax incidence dari pelimpah adalah bahwa pajak pada akhirnya dibebankan seluruhnya pada konsumen akhir. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Menurut Sifatnya a.
Pajak Subjektif, yaitu pajak yang erat hubungannya dengan subjek yang dikenakan pajak, dan besarnya sangat dipengaruhi keadaan subjek pajak.
Memberi perhatian pada keadaan pribadi Wajib Pajak. Untuk menetapkan pajaknya maka diberi alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materilnya. Seperti kasus kawin, dan kawin dengan tanggungan. Hal tersebut menjadikannya sebagai beban yang harus dipikul (dragkracht) sebagai pengurang dari penghasilan. Contohnya Pajak Penghasilan (PPh) 3.
Pajak Objektif, yaitu pajak yang erat hubungannya dengan objek pajak,
sehingga besarnya jumlah pajak hanya tergantung kepada keadaan objek pajak itu, dan sama sekali tidak menghiraukan serta tidak dipengaruhi oleh keadaan subjek pajak. Memperhatikan objek bukan benda, yang dapat berupa keadaan, perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Baru kemudian ditentukan subjeknya yang mempunyai hukum tertentu dengan objek itulah yang ditunjuk sebagai subjek pembayar pajak. Contohnya Bea Masuk, Cukai, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea Materai
3. Menurut Pemungut dan Pengelolanya a.
Pajak Pusat, yaitu pajak yang diadministrasikan oleh pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Keuangan, yakni Direktorat Jendral Pajak. Misalnya Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan Bea Materai. b.
Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Dibedakan dengan pajak pemerintah Provinsi dan pemerintah Daerah tingkat II.
3.1.4 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem Pemungutan Pajak menurut Siti Resmi ( 2011 : 11 ) dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : a. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang
- – undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan .
b. Self Assessment System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak terutangnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan wajib pajak.
c. With Holding System Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak bergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.
3.1.5 Pengertian Pajak Penghasilan
Pengertian Pajak Penghasilan menurut Undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan undang-undang no 36 tahun 2008 adalah
“Pajak penghasilan dikenakan kepada subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak” Sedangkan pengertian pajak penghasilan menurut Siti Resmi (2011 : 74) adalah sebagai berikut : “Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima ata u diperolehnya dalam satu tahun pajak”
3.1.6 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 25
Menurut pasal 25 Undang-undang No.7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak. Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut SPT Tahunan PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan pasal 23 serta yang dipungut sebagaimana dimaksud dalam pasal 22; b. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 24,
Dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.. PPh 25 juga dihitung sesuai dengan kondisi wajib pajak
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Teknik pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan penulis adalah pengamatan secara langsung dengan melaksanakan kerja praktek di seksi pelayanan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
Adapun kegiatan yang penulis lakukan selama melaksanakan praktek lapangan adalah sebagai berikut : a. Merekam SPT Tahunan Orang Pribadi dan Badan seta menempelkan barcode pada SPT Tahunan Orang Pribadi b. Mensortir SPT hasil dari dropbox dan kemudian diperiksa sesuai dengan
NO. NPWP di KPP terdaftar
c. Mensortir SPT Masa PPn dan PPnBm per tanggal untuk kemudian dilakukan cek register d. Mencetak Laporan Pengawasan Arus Dokumen (LPAD)
e. Penjelasan tentang tata cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh 25
3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek
3.3.1 Tata Cara Perhitungan PPh 25
Berikut ini adala beberapa cara dalam menghitung PPh 25 diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan Angsuran PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi
Skema :
PPh menurut SPT Tahunan PPh tahun lalu
XXX Pengurangan/Kredit Pajak :
PPh Pasal 21
XX PPh Pasal 22
XX PPh Pasal 23
XX PPh Pasal 24
XX Total Kredit Pajak
XXX ( - ) Dasar perhitungan angsuran
XXX Dasar perhitungan : 12 bulan = angsuran PPh pasal 25
Contoh Perhitungan : Dalam Tahun 2012 Tn Arif (TK/0) sesuai dengan SPT tahunan 2012 memiliki pajak penghasilan sebesar 50.000.000,00 yang kredit pajak tahun 2012 terdiri dari PPh pasal 21 Rp 15.000.000,00 dan PPh pasal 23 Rp 12.500.000,00 . besarnya PPh pasal 25 tahun 2013 dihitung sebagai berikut :
PPh terutang tahun 2012 Rp 50.000.000,00 Kredit Pajak : PPh pasal 21 Rp 15.000.000,00 PPh pasal 23 Rp 10.000.000,00
Total Kredit Pajak Rp 25.000.000,00 (-) Dasar Perhitungan Angsuran Rp 25.000.000,00
Besarnya angsuran PPh 25 yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak setiap bulan adalah Rp 25.000.000,00 : 12 (bulan) = Rp 2.083.333,00
2. Perhitungan Angsuran PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak Badan
Skema : PPh menurut SPT Tahunan PPh tahun lalu
XXX Kredit Pajak :
PPh Pasal 22
XX PPh Pasal 23
XX PPh Pasal 24
XX Total Kredit Pajak
XXX ( - ) Dasar perhitungan angsuran
XXX Dasar perhitungan : 12 bulan = angsuran PPh pasal 25
Contoh Perhitungan : Pajak Penghasilan yang terutang untuk PT Perdana berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2012 sebesar Rp 125.000.000,00
PPh terutang tahun 2012 Rp 125.000.000,00 Kredit Pajak : PPh pasal 22 Rp 30.000.000,00 PPh pasal 23 Rp 20.000.000,00
Total Kredit Pajak Rp 50.000.000,00 (-) Dasar Perhitungan Angsuran Rp 75.000.000,00
Besarnya angsuran PPh 25 yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak setiap bulan adalah Rp 75.000.000,00 : 12 (bulan) = Rp 6.250.000
3. SPT Tahunan PPh disampaikan lewat batas waktu
Surat Pemberitahuan Tahunan disampaikan paling lambat pada akhir bulan Maret setelah berakhirnya tahun pajak. Apabila sampai batas waktu, SPT juga belum dilaporkan maka besarnya PPh Pasal 25 yang dibayar adalah sesuai dengan pembayaran PPh Pasal 25 pada bulan terakhir sebelum masa SPT yang akan dibayar Contoh Kasus :
Arif seharusnya membayar PPh 25 tahun 2013 adalah sebesar 2.254.583/bulan. Arif tidak menyampaikan SPT Tahunan PPhnya pada Maret 2013 . Arif baru menyampaikan SPT Tahunan PPhnya pada bulan Mei 2013 .
Maka besarnya anggsuran PPh 25 untuk Januari-April 2013 sama seperti anggsuran PPh 25 pada bulan Desember 2012
4. Perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak
Perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak dapat terjadi karena penurunan atau peningkatan usaha.
Contoh : PT Jill bergerak di bidang industri makanan. Pada tahun 2013 membayar angsuran bulanan sebesar Rp 50.000.000,00. Dalam bulan Juni pabrik PT Jill terbakar . Berdasarkan contoh kasus di atas , sesuai dengan Keputusan Jenderal Pajak mulai bulan Juli 2013 angsuran bulanan PT Jill dapat disesuaikan menjadi lebih kecil dari Rp 50.000.000 Sebaliknya, apabila PT Jill mengalami peningkatan usaha misalnya ada peningkatan penjualan dan diperkirakan penghasilan kena pajaknya akan lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kewajiban angsuran bulanan PT Jill dapat disesuaikan oleh Direktur Jenderal Pajak
5. Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu
Wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu adalah wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer yang mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha. Pajak Penghasilan Pasal 25 yang harus dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu adalah paling tinggi 0,75% (pasal 25 ayat 7 UU PPh) dari peredaran bruto. Besarnya peredaran bruto dihitung berdasarkan pembukuan atau pencatatan setiap bulan. Contoh Kasus :
Tuan Ahmad adalah pedagang grosir HP yang mempunyai 3 buah gerai pada wilayah KPP yang sama. Masing-masing gerai dalam setahun mempunyai peredaran usaha sebesar Rp 100.000.000,00, Rp 200.000.000,00, dan Rp 300.000.000,00.
Besanya PPh Pasal 25 masing-masing gerai adalah sebesar Rp 750.000,00 (0,75% x Rp100.000.000,00), Rp 1.500.000,00 (0,75% x Rp 200.000.000,00), dan Rp2.250.000,00 (0,75% x Rp 300.000.000,00)
3.3.2 Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh 25
Berikut ini adalah tata cara penyetoran dan pelaporan PPh 25 di KPP Pratama Bandung Karees yang mengacu pada peraturan Jenderal Pajak PER- 22/PJ/2008.
Tata Cara Penyetoran PPh 25 :
1. Pajak penghasilan 25 harus disetor paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
2. Penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan sistem pembayaran online yang dilaksanakan melalui Bank Persepsi atau Bank Devisa Persepsi atau Kantor Pos Persepsi
3. Penyetoran pajak harus dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak
4. Cara penyetoran melalui bank :
a. Wajib Pajak Bank dengan membawa Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah diisi secara lengkap dan benar kemudian menyampaikannya kepada teller Bank.
b. Wajib Pajak menjawab kebenaran identitas tantang nama dan alamat wajib pajak c. Wajib pajak menerima kembali Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah disahkan dengan tanda tangan petugas teller dan cap bank serta diberi
Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
d. Wajib Pajak melaporkan Surat Setoran Pajak (SSP) ke KPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku
5. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka pembayaran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Tata Cara Pelaporan PPh 25 :
1. Pajak penghasilan (PPh) 25 harus disetor paling lama tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir ke kantor pelayanan pajak (KPP)
2. Dalam hal tanggal jatuh tempo pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
3. Berdasarkan peraturan Jenderal Pajak PER-22/PJ/2008. Surat Setoran Pajak (SSP) tidak wajib disampaikan ke KPP jika :
a. Pembayaran PPh 25 dilakukan dengan SSP
b. Pembayaran PPh 25 dilakukan melalui bank persepsi dengan sistem pembayaran on-line c. SSP telah divalidasi dengan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN)
Jika telah memenuhi syarat di atas maka PPh 25 dianggap sudah dilaporkan Tetapi Surat Setoran Pajak (SSP) PPh 25 harus tetap dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) jika :
a. Setoran PPh 25 dalam bentuk mata uang lain seperti dollar Amerika